29
BAB III METODOLOGI
A. Metode Penelitian Menurut Surakhmad (1994) “metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa atau penelitian dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Selanjutnya menurut Arikunto (2006) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam menggunakan data penelitiannya. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian survey, yaitu metode penelitian terhadap objek tertentu yang membutuhkan informasi banyak sehingga membutuhkan alat untuk mewadahi data yang banyak, tertentu dalam variasi data yang akurat. Untuk itu dibutuhkan suatu alat yang disebut questionnaires (daftar pertanyaan) untuk objek yang dapat diwawancarai dan daftar isian (formulir/cek lis) untuk objek yang tidak dapat diwawancarai (Yunus, 2010).
B. Bahan dan Alat 1.
Bahan a. Data Citra Penginderaan Jauh Data berupa informasi spasial Kota Bandung berdasarkan hasil interpretasi penginderaan jauh dengan menggunakan citra digital Quickbird daerah Kota Bandung hasil perekaman tanggal 1 Agustus 2008. Data yang diambil dari citra Quickbird adalah data pemanfaatan lahan kota dan jaringan jalan.
30
b. Data terestris (data lapangan) Data ini merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan. Data yang diperoleh yaitu jumlah kendaraan, kondisi rambu, dan kondisi trotoar. kendaraan, dan data tentang jalan-jalan utama yang berada di Kota Bandung. c. Data peta Data ini merupakan data yang berasal dari peta atau data yang telah terekam pada peta kertas atau film kemudian dikonversikan. Dalam penelitian ini data yang diambil adalah peta rupabumi yang digunakan untuk memperoleh batas administratif Kota Bandung. d. Data Sekunder Data yang berasal dari instansi yang terkait yaitu : 1) Badan Pusat Statistik, berupa kondisi fisik kota Bandung yang didapat dari Kota Bandung dalam Angka 2010. 2) Dinas Perhubungan dan Dinas Binamarga, berupa data kemacetan lalu lintas, jaringan jalan, dan manajemen lalu lintas Kota Bandung. 3) Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung, berupa data keberadaan pedagang kaki lima di Kota Bandung. 2.
Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat
hardware, softaware, dan alat lapangan yitu :
31
a. Hardware 1) Seperangkat komputer untuk keperluan pengolahan data citra Quickbird dan proses digitasi peta dengan spesifikasi sebagai berikut : a) Central Processing Unit (CPU) Pentium 4 dengan kecepatan 3.0 Ghz, untuk memudahkan proses pengolahan citra dan digitasi peta. b) Kartu Grafis (VGA) 512 Mb, untuk memudahkan proses interpretasi visual citra Quickbird, karena resolusi spasial citra Quickbird sangat besar sehingga memerlukan kapasitas kartu grafis yang cukup untuk memperlancar proses pengerjaannya. c) Random Access Memory (RAM) sebesar 1 Gb, dengan kapasitas RAM sebesar ini proses pengolahan citra akan lebih cepat, dan tidak menggangu proses lainnya. d) Kapasitas penyimpanan data Hard Disk Drives (HDD) > 10 Gb, dengan kapasitas penyimpanan data sebesar ini data hasil pengolahan citra tidak akan tercecer, hal ini disebabkan data citra Quickbird sangat besar. 2) Printer, untuk proses output hasil citra dan peta. b. Software Perangkat lunak yang digunakn adalah Map Info 7.5, ArcView GIS 3.3, untuk digitasi dan pembuatan/analisis SIG dan ER Mapper 6.4 untuk koreksi geometrik.
32
c. Alat lapangan. Alat lapangan yang dugunakan dipakai yaitu GPS (Global Positioning Sistem) digunakan untuk mengetahui posisi daerah penelitian, kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan gambar-gambar dari situasi yang sebenarnya, meteran untuk pengukuran panjang dan lebar jalan, dan pedoman observasi.
C. Variabel Penelitian Menurut Soewarno (1987) “variabel adalah karakteristik yang dapat diamati dari suatu (objek) dan mampu memberikan bermacam-macam nilai atau beberapa kategori”. Selanjutnya menurut Arikunto (1998), variabel adalah “objek penelitian yang bervariasi, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Jadi variabel penelitian adalah objek kajian yang kita amati berdasarkan berbagai penilaian sehingga ada pembatasan kajian yang menjadi titik pusat. Dalam penelitian yang dilakukan titik pusat yang dijadikan batasan adalah factor-faktor kemacetan di Kota Bandung yang bersumber dari data citra Quickbird tahun 2008. Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu : Tabel 3.1 Variabel penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Variabel Bebas Pemanfaatan lahan Volume Kapasitas Jalan Derajat kejenuhan tingkat pelayanan jallan Keberadaan parkir on the street Keberadaan pasar tumpah Trotoar Ketersediaan rambu
Variabel Terikat Kemacetan lalu lintas
33
D. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Sumaatmadja (1988) “Populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus,
dan masalah yang diteliti di daerah penelitian yang dapat dijadikan objek penelitian”. Adapun Arikunto (2006) menyatakan bahwa ”Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Selanjutnya Tika (2005) mengemukakan bahwa populasi merupakan himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Himpunan individu atau objek yang terbatas adalah himpunan individu atau objek yang dapat diketahui atau diukur dengan jelas jumlahnya maupun batasannya. Sedangkan himpunan individu atau objek yang tidak terbatas merupakan himpunan individu atau objek sulit diketahui jumlahnya walaupun batas wilayahnya kita ketahui. Berdasarkan pengertian di atas, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah populasi wilayah kota Bandung yang mengalami kemacetan lalu lintas. Populasi wilayah yang mengalami kemacetan di Kota Bandung berdasarkan data dari dinas Perhubungan yaitu 10 ruas jalan pada jalan arteri primer, 14 jalan arteri sekunder, 13 ruas jalan kolektor primer dan 13 ruas jalan kolektor sekunder. 2.
Sampel Menurut Sumaatmadja (1988:112) ”Sampel adalah sebagian dari populasi
yang mewakili populasi yang bersangkutan”. Untuk penarikan sampel tidak ada ketentuan angka yang pasti mengenai besarnya jumlah sampel yang harus di ambil, yang penting adalah sampel yang diambil tersebut representatif, artinya
34
bisa mewakili populasi yang ada. Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah titik-titik kemacetan yang paling mewakili. Untuk pengambilan sampel digunakan teknik pengambilan sampel secara acak berimbang (Proporsional Random Sampling) yaitu penentuan jumalah anggota sampel berdasarkan proporsi jumlah anggota sub populasi yang berbeda-beda, sehingga untuk pengambilan sampelnya ditentukan berimbang, misalnya untuk pengambilan anngota sampel sebesar 5% maka untuk semua sub populasi juga harus diambil sebesar 5% (Yunus, 2010:299). Untuk penelitian yang dilakukan sampel yang diambil adalah 30% dari jumlah populasi yang ada. Tabel 3.2 Populasi dan sampel penelitian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
Status Jalan Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri primer Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder Arteri Sekunder
Nama Ruas Jalan Jalan Jend. Sudirman Jalan Asia Afrika Jalan Jend. Ahmad Yani Jalan Raya Ujungberung Jalan Soekarno Hatta Jalan Dr. Junjunan Jalan Pasteur Jalan Cikapayang Jalan Surapan Jalan PHH Mustofa Jalan Kiaracondong Jalan Jamika Jalan Peta Jalan BKR Jalan Pelajar Pejuang 45 Jalan Laswi Jalan Sukabumi Jalan Sentot Alibasa Jalan Diponegoro Jalan W.R. Supratman Jalan Jakarta Jalan Ters. Jakarta Jalan Abdul Muis Jalan Terusan
Sampel Jl. Soekarno Hatta Jl. Asia Afrika Jl. Pasteur
Jl. Kiaracondong Jl. BKR Jl. Diponegoro Jl. W.R. Supratman Jl. Jakarta
35
25. 26. 27.
Kolektor primer Kolektor primer Kolektor primer
28. 29. 30. 31.
Kolektor primer Kolektor primer Kolektor primer Kolektor primer
32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48.
Kiaracondong Jalan Setiabudhi Jalan Sukajadi Jalan HOS Cjokroaminoto
Jl. Astana Anyar Jl. Pasir Koja Jl. K.H. Wahid Hasyim (Kopo)
Jalan Gardujati Jalan Astana Anyar Jalan Pasir Koja Jalan KH. Wahid Hasyim (Kopo) Kolektor primer Jalan Moch. Toha Kolektor primer Jalan Moch. Ramdhan Kolektor primer Jalan Terusan Buah Batu Kolektor primer Jalan Gedebage Selatan Kolektor sekunder Jalan IR. H. Juanda Jalan IR. H. Juanda Kolektor sekunder Jalan Dipatiukur Jalan Cihampelas Kolektor sekunder Jalan Merdeka Jalan Gegerkalong Hilir Kolektor sekunder Jalan Cimbuleuit Jalan Siliwangi Kolektor sekunder Jalan Setiabudhi Kolektor sekunder Jalan Cihampelas Kolektor sekunder Jalan Gegerkalong Hilir Kolektor sekunder Jalan Tubagus Ismail Kolektor sekunder Jalan Cikutra Barat Kolektor sekunder Jalan Cikutra Timur Kolektor sekunder Jalan Antapani Lama Kolektor sekunder Jalan Siliwangi Kolektor sekunder Jalan Kebonjati Sumber : Dinas Perhubungan dan Satlantas, 2010 Pengambilan sampel dilakukan yaitu dengan mengambil 30% dari seluruh
populasi secara proporsional. Berdasarkan hasil perhitungan didapat 15 titik sampel yang akan diteliti mewakili jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer dan kolektor sekunder. Adapun alasan pemilihan jalan dilakukan berdasrkan berbagai pertimbangan dikarenakan ruas-ruas jalan yang dijadikan sampel merupakn kawasan pusat perdagangan dan jasa, industri, dan keterjangkuan akses.
36
E. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini proses pengolahan dan analisis data terdiri atas lima tahap, yaitu. 1. Tahap Persiapan Tahap ini meliputi tahap studi pustaka dan pengumpulan data penginderaan jauh (berupa citra Quickbird) tahun 2008 serta data penunjang (Peta Rupa Bumi tahun 2001 kemudian melakukan pembuatan peta dasar dari Peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) yaitu berupa peta batas administratif kota Bandung, selanjutnya melakukan registrasi dan retifikasi data digital citra Quickbird tahun 2008 dengan melakukan koreksi radiometri dan koreksi geometri pada citra Quickbird dengan menggunakan perangkat lunak ER Mapper 6.4. Adapun secara rinci tahap persiapan yang dilakukan yaitu : a. Studi pustaka, yaitu mepersiapkan literatur dan data sekunder dari berbagai sumber. Adapun data dan literature yang diperoleh berupa : 1) Sumber literatur berupa buku. Buku-buku yang digunakan sebagai literatur judul-judulnya antara lain Sistem Informasi Geografi, Penginderaan Jauh, Sistem Transportasi Kota, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Pengideraan Jauh dan Interpretasi Citra, The Geography of Transport Systems, Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Pengelolaan Lalu Lintas dan Agkutan Jalan, dan Metode Penelitian. 2) Sumber literatur berupa jurnal. Adapun sumber literatur berupa jurnal diantaranya Spectrometry and Hyperspectral Remote Sensing of Urban
37
Road Infrastructure, Rethinking Traffic Congestion, Cosmos Congestion Management Strategies and Methods in Urban Sites, Pemodelan Kecelakaan Lalu Lintas melalui Foto Udara, dan Kajian Proses Manuver Parkir di Badan Jalan di Kota Bandung. 3) Sumber literatur berupa skripsi dan tesis. Adapun judul-judul skripsi yang digunakan adalah Hubungan Kedisiplinan Sopir Angkutan Perkotaan dengan Kemacetan Lalu Lintas di Sepanjang Jalan Ir. H. Djuanda Kota Bogor, Aplikasi SIG Untuk Penyusunan Basisdata Jaringan Jalan Di Kota Magelang, Pemanfaatan Data Digital Quickbird dan Sistem Informasi Geografis untuk Studi Manajeman Jalan dan Lalu Lintas, Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Sukasari Dan Kecamatan Cidadap Kota Bandung Dengan Menggunakan Aplikasi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis, dan Pemanfaatan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis untuk Mengetahui Tingkat Kemacetan Lalu Lintas di Kota Yogyakarta. Adapun untuk tesis yang digunakan sebagai sumber adalah Kemacetan Lalulintas pada Ruas Jalan Veteran Kota Brebes dan Pola Kemacetan Lalu-Lintas di Pusat Kota Bandar Lampung. 4) Sumber literatur dari internet. Yaitu literatur hasil browsing, situs-situs yang
digunakan
adalah
www.quicbirdonline.wordpress.com,
www.bookshop.euro.com, www.esiri.com, dan www.digitalimage.com.
38
5) Sumber literatur dari media cetak. Sumber yang didapat berupa artikel Macet Melanda Tiap Hari oleh Ofyar Tamin dari pikiran rakyat terbit Senin 2 Agustus 2010. 6) Sumber literatur dari bahan ajar perkuliahan. Sumber bahan ajar yang dipakai adalah Geografi Ekonomi (bahan ajar mata kuliah Geografi Ekonomi, Jurusan Pendidikan Geografi UPI), Pengantar Geografi Perkotaan (bahan ajar mata kuliah Geografi Desa Kota, Jurusan Pendidikan Geografi UPI), Penginderaan Jauh Untuk Studi Kota (Fakultas Geografi UGM). 7) Data sekunder. Data yang didapat dari berbagai instansi yaitu data kependudukan, sosial, ekonomi dan transportasi dari Badan Pusat Statistik, data lokasi kemacetan, rekayasa lalu lintas Kota Bandung dari dinas perhubungan dan binamarga, dan persebaran pedagang kaki lima dari Satpol PP Kota Bandung. b. Pembuatan batas administrasi pada citra Quickbird yang disesuaikan dengan rupabumi skala 1:25.000 untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kondisi lokasi penelitian. c. Pemrosesan data citra Quickbird meliputi pemeriksaan atau koreksi radiometri dan geometri dengan peta Rupa Bumi digital skala 1: 25.000 dan penyesuian dengan citra. Untuk keperluan interpretasi visual pada citra Quickbird dilakukan koreksi radiometri dengan melakukan penajaman kontras dengan perentangan kontras (contrast stretching) yang bertujuan mengoptimalisasi derajat kecerahan penampilan citra selanjutnya untuk
39
memperkecil kesalahan dilakukan koreksi geometri dengan menempatkan kembali posisi piksel dengan peta dan citra yang dianggap benar. 2. Tahap Interpretasi Kegiatan interpretasi Citra Quickbird tahun 2008 dilakukan secar visual dengan digitsi on screen meliputi interpretasi klasifikasi pemanfatan lahan tentatif dan peta jaringan jalan. Setelah itu ditentukan lokasi dan jumlah sampelnya berdasarkan metode sampling dan dibuat peta sampelkemudian cek lapangan. 3. Cek Lapangan dan Survey Lapangan Dalam kegiatan survei lapangan ada dua hal yang dilakukan, yaitu cek lapangan. Cek lapangan ditujukan untuk melakukan pengecekan hasil interpretasi citra berupa tutupan lahan dengan pengamatan maupun pengukuran langsung di lapangan dengan menggunakan GPS untuk menentukan lokasi suatu titik. GPS adalah sistem pencarian posisi dengan akurasi tinggi berbasis satelit dan dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun di seluruh permukaan bumi kemudian dianalisis. Titik survey diambil berdasarkan hasil interpretasi perbandingan citra Quickbird tahun 2008, yang diolah melalui peta sampel penelitian untuk dicek kebenarannya oleh peneliti sehingga perlu dilakukan cek lapangan. 4. Uji Ketelitian Uji ketelitian yang dilakukan berupa perhitungan ketelitian data yang diperoleh dari citra Quickbird dan data hasil cek lapangan. Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui persentasi tingkat keakuratan pemetaan dari citra Quickbird.
40
5. Reinterpretasi Berikutnya reinterpretasi (interpretasi ulang) bertujuan untuk menilai ulang dan memperbaiki peta pemanfatan lahn tentataif dan jaringan jalan. Kegiatan ini meliputi interpretasi ulang dan revisi atau perbaikan peta-peta tematik dan penambahan informasi baru dari data lapangan dan data sekunder. a. Pengolahan data pengamatan GPS Pengolahan data pengamatan GPS secara post processing dilakukan dengan
menggunakan
perangkat
lunak
TripWptManager
v.4.
Prosedur
pengolahannya terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap editing data dan pengolahan. Tahap editing data dilakukan agar data pengamatan GPS tersebut siap digunakan untuk proses pengolahan, sedangkan tahap pengolahan digunakan untuk mendapatkan posisi definitif titik kontrol tanah dalam sistem koordinat UTM. b. Uji Ketelitian Interpretasi Citra Quickbird Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird sangat mempengaruhi besarnya kepercayaan yang dapat diberikan terhadap data citra tersebut
dan hasil
penelitian, karena itu perlu dilakukan uji ketelitian. Uji ketelitian dilakukan dengan membandingkan antara hasil interpretasi citra Quickbird dengan kenyataan yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran lapangan. Ketelitian yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu ketelitian hasil kesesuaian interpretasi dan ketelitian pemetaan dalam penelitian ini menggunakan ketelitian hasil kesesuaian interpretasi. Dalam hal ini yang diuji adalah hasil kesesuaian interpretasi citra Quickbird yang didapat dari survey lapangan dengan alat berupa tabel kesesuaian
41
dan bukan luas unitnya. Tabel tersebut berisikan titik lokasi hasil interpretasi, lokasi survei dan koordinat. Tabel 3.3 Kesesuaian interpretasi No. Lokasi Interpretasi
Lokasi Survei
1. 2.
Jalan Arteri primer Pemukiman
Jalan Arteri primer Pemukiman
dst dst Dst (Febrianto, 2007 dalam Yusron 2010)
Koordinat X,Y X1,Y5 X8,Y10
Dst
Berdasarkan tabel tersebut diharapkan dapat diketahui nilai keakuratan interpretasi dengan rumus Jumlah Kebenaran Interpretasi=
୨୳୫୪ୟ୦ ୣୠୣ୬ୟ୰ୟ୬ ୍୬୲ୣ୰୮୰ୣ୲ୟୱ୧ ୳୫୪ୟ୦ ୗୟ୫୮ୣ୪ ୟ୮ୟ୬ୟ୬
x100
Menurut Campbell (1983) dalam Danoedoro (2005) menyebutkan bahwa nilai ambang akurasi keseluruhan adalah sebesar 85 %. Nilai tersebut digunakan sebagai nilai minimum untuk diterimanya suatu pemetaan penutup/penggunaan lahan berbasis citra penginderaan jauh. Sedangkan ketelitian interpretasi atau klasifikasi menurut Jensen (Sutanto, 1999) merupakan fungsi dari tema studi, kesesuaian lokasi studi, karakteristik objek (jenis, ukuran, bentuk, distribusi), kemampuan sensor dan resolusi, metode klasifikasi. Uji hasil ketelitian citra dalam penelitian ini menggunakan metode Short (Sutanto, 1999) yang dapat dilihat pada table 3.4
42
Tabel 3.4 Matriks Uji Ketelitian Hasil Interpretasi Kategori Lapangan A B C D Jumlah
A 25 2 3 2 32
Kategori Hasil Interpretasi B C 5 10 50 6 4 60 2 2 61 78
Jumlah D 3 5 5 100 113
43 63 72 106 284
Omisi 18/43=42% 13/63=42% 12/72=42% 6/106=42%
Komisi 7/43=16% 11/63=17% 18/72=25% 13/106=12%
Ketelitian Pemetaan 25/25+18+7=50% 50/50+13+11=68% 60/60+12+18=67% 100/100+6+13=84%
Sumber : Short dalam Sutanto (1999) dengan perubahan. Keterangan A,B,C,D = Jenis Objek Omisi
= Jumlah semua pixel bukan X pada baris X
Komisi
= Jumlah semua pixel bukan X pada lajur X
Ketelitian seluruh hasil interpretasi =
୳୫୪ୟ୦ ୲୧ୟ୮ ୨ୣ୬୧ୱ ୭ୠ୨ୣ୩ ୷ୟ୬ ୠୣ୲୳୪ ୨୳୫୪ୟ୦ ୩ୣୱୣ୪୳୰୳୦ୟ୬ ୨ୣ୬୧ୱ ୭ୠ୨ୣ୩
Rumus ketelitian interpretasi (Kp): (Sutanto, 1999) ௨ ௦ ௫ ௬ ௧௨
= ܭ௨ ௦ ௬ ௧௨ା௨ ௦ ௦ ା ௨ ௦ ௦
F.
Teknik Analisis Data Untuk mengevaluasi
tingkat kemacetan lalu lintas maka analisis data
dilakukan dengan proses overlay peta-peta parameter kemacetan yaitu peta pemanfaatan lahan, peta volume lalu lintas, peta kapasitas ruas jalan, peta derajat kejenuhan, peta tingkat pelayanan jalan, peta parkir badan jalan, peta sebaran PKL, peta kondisi trotoar dan peta keberadaan rambu. Semua peta menggunakan koordinat, skala, dan sistem proyeksi yang sama. Selain itu digunakan anlisis dengan pengharkatan dan pembobotan.
43
a. Menganalisis dengan Metode Pengharkatan dan Pembobotan 1) Pengharkatan Pengharkatan atau pengskoran dilakukan dengan memberikan skor pada variabel yang telah dikelompokan. Adapun pengharkatan yang dilakukan yaitu : a) Pemanfaatan lahan perkotaan Tata guna lahan perkotaan memiliki peran besar dalam terjadinya kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas dominan terjadi pada tata guna lahan perkotaan yang menjadi berbagai pusat kegiatan seperti kegiatan ekonomi dan pendidikan. Adapun tata guna lahan perkotaan yang berpengaruh terhadap kemacetan lalu lintas yaitu : Tabel 3.5 Harkat penggunaan lahan Jenis Penggunaan Lahan Harkat • Permukiman kota (kompleks perumahan, kampung, kawasan 1 rumah tinggal lainya ) • Permukiman kota (kompleks perumahan, kampung, kawasan rumah tinggal lainya ) 2 • Transportasi, komunikasi, dan utilitas (areal parkir, kuburan, tanah kosong) • Perdagangan, jasa, dan industri (kawasan perdagangan, kawasan 3 jasa, industri) • Perdagangan, jasa, dan industri (kawasan perdagangan kecuali pasar, kawasan jasa) 4 • Kelembagaan (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit) • Transportasi, komunikasi, dan utilitas (terminal, stasiun) • Perdagangan, jasa, dan industry (kawasan perdagangan dengan pasar, kawasan jasa) 5 • Transportasi, komunikasi, dan utilitas (terminal, stasiun) b) Sumber : IHCM 1997 dan Tim Dosen Fakultas Geografi UGM
44
c) Volume Volume lalu lintas digunakan sebagai salah satu parameter kemacetan lalu lintas. Volume digunakan sebagai salah satu variabel karena kemacetan lalu lintas terjadi apabila volume kendaraan tinggi mendekati atau bahkan melebihi kapasitas jalan itu sendiri. Adapun untuk volume lalu lintas yang digunakan adalah volume LHR di Kota Bandung berdasarkan data volume lalu lintas dari dinas perhubungan. Untuk pengklasifikasian dilakukan pengolahan data dengan perhitungan statistic, dan hasilnya berupa klasifikasi volume LHR pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Harkat volume lalu lintas Volume LHR Nilai (SMP/Km) Rendah 456,3 – 1607.62 Sedang 1.607,62 – 2.758.93 Tinggi 2.758,93 – 3.910,25 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik, 2010
Harkat 1 2 3
d) Kapasitas Kapasitas secara sederhana merupakan kemampuan ruas jalan dalam menampung beban kendaraan yang melintas. Kemacetan terjadi pada jalan yang terlintasi oleh kendaraan dengan volume yang mendekati atau melebihi batas kemampuan ruas jalan untuk menampung kendaraan. Tabel 3.7 Harkat kapasitas Kapasitas Nilai (SMP/jam) Rendah 971,80 – 2.714,99 Sedang 2.715,99 – 4.458,18 Tinggi 4.459,18 – 6.203,36 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik, 2010
Harkat 3 2 1
45
e) Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan merupakn perbandingan antara volume lalu lintas ratarata dengan kapasitas jalan (Q/C). Derajat kejenuhan digunakan untuk menilai tingkat kemecetan lalu lintas yang terjadi. Tabel 3.8 Harkat derajat kejenuhan Derajat Kejenuhan Rendah Tinggi
f)
Keterangan
Harkat
Q/C ≤ 0.8 / Kecepatan rata-rata kendaraan > 24 Km/jam Q/C > 0.8 / Kecepatan rata-rata kendaraan ≤ 24 Km/jam Sumber : Susanti, 2009
1 2
Tingkat pelayanan jalan Tingkat pelayanan jalan tersebut diklasifikasikan lagi menjadi lebih
sderhan menjadi tiga kelas, yaitu : Tabel 3.9 Harkat tingkat pelayanan Tingkat pelayanan jalan V/C < 0,8 0,8 ≤ V/C 1,0 V/C ≥ 1,0
Keterangan
Harkat
Kondisi Stabil
1
Kondisi Tidak Stabil
2
Kondisi kritis
3
Sumber : Tamin, 2000 g) Kebijakan Parkir Untuk parkir dikategorikan berdasarkan ada dan tidak adanya parkir pada badan jalan di lapangan. Keberadaan parkir pada badan jalan dijadikan sebagai variabel kemacetan lalu lintas karena secara langsung mempengaruhi tingkat pelayanan suatu ruas jalan. terkurangi kapasitasnya.
46
Tabel 3.10 Harkat parkir badan jalan Parkir badan jalan Harkat Ada 2 Tidak ada 1 Sumber : Analisis data Sekunder, 2010 h) Pedagang Kaki Lima Pedagang
kaki
lima
(PKL)
dijadikan
sebagai
variabel
karena
keberadaannya jelas terjadi di Kota Bandung. Keberadaanya mempengaruhi kemacetan lalu lintas karena PKL biasanya terdapat di trotoar atau pun jalanjalan tertentu. Tabel 3.11 Keberadaan pasar tumpah Pedagang Kaki Lima Harkat Ada 2 Tidak ada 1 Sumber : Analisis data Sekunder, 2010 i)
Trotoar Penggunaan trotoar sesuai dengan fungsinya akan memaksimalkan
penggunaan jalan. Ketiadaan trotoar dapat mengurangi lebar jalan karena pejalan kaki akan menggunakn jalan untuk beraktivitas. Oleh kraena itu ada tidaknya trotoar mempengaruhi kapasitas jalan. Tabel 3.12 Keberadaan trotoar Keberadaan trotoar Ada trotoar Ada trotoar tetapi berubah fungsi Tidak ada trotoar Sumber : Susanti, 2009
Harkat 1 2 3
47
j)
Ketersediaan Rambu Keberadaan rambu penting dalam pengaturan ketertiban lalu lintas.
Rambu digunakan sebagai indikasi kemacetan lalu lintas karena semakin kecil prosentase keberadan rambu semakin besar kemungkinan terjadi kemacetan lalu lintas. Tabel 3.13 Keberadaan rambu lalu lintas Keberadaan rambu Sangat baik
Baik
Sedang
Jelek
Sumber : Susanti, 2009
Keterangan Rasio krberadaan dengan kebutuhan >75% Rasio krberadaan dengan kebutuhan >50% - 75% Rasio krberadaan dengan kebutuhan >25% - 50% Rasio krberadaan dengan kebutuhan < 25%
Harkat rambu rambu
1
rambu rambu
2
rambu rambu
3
rambu rambu
4
48
2) Pembobotan Adapun untuk menentukan tingkat kemacetan lalu lintas dilakuka pembobotan pada setiap variabel, yaitu : Tabel 3.14 Faktor Pembobot Indikator Kemacetan No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Indikator Kemacetan lalu lintas Pemanfatan lahan Volume Kapasitas Derajat kejenuhan Tingkat pelayanan jalan Keberadaan parkir badan jalan Keberadaan PKL Trotoar Ketersediaan rambu
Bobot 2 2 2 2 2 1 1 1
Sumber : Analisis data sekunder, 2010 Harkat total = (Harkat A x pembobot A) + (Harkat B x pembobot B) + ....(harkat n x pembobot n) Harkat terbesar = (5 x 2) + (3x 2) + (3 x 2) + (2 x 2) + (3 x 2)+ ( 2 x 1) + (2 x 1) + (3x 1) + (4 x 1) = 43 Harkat terkecil = (1 x 2) + (1 x 2) + (1 x 2) + (1 x 2) + (1 x 1) + (1 x 1) + (1 x 1) + (1 x1) + (1 x 2) = 14 Interval Kelas = harkat total tertinggi – harkat total terendah Jumlah kelas Interval Kelas = 43– 14 = 9,67= 8 3
49
Berdasarkan
perhitungan tersebut dilakukan klasifikasi tingkat
kemacetan lalu lintas yang sebagai berikut : Tabel 3.15 Tingkat Kemacetan Lalu Lintas Harkat Total
Tingkat Kemacetan
14 - 23,67
Rendah
23,68 – 33,35
Sedang
33,36 - 43
Tinggi
Sumber : Analisis data sekunder, 2010
Keterangan Volume, kapasitas dan derajat kejenuhan rendah, penggunaan lahan permukiman kota (kompleks perumahan, kampung, kawasan rumah tinggal lainya ), tidak ada parkir badan jalan atau pun PKL, trotoar masih berfungsi dengan baik, rambu lalu lintas tersedia dengan cukup dan tingkat pelayanan jalan stabil. Volume, kapasitas dan derajat kejenuhan lalu lintas sedang, penggunaan lahan permukiman kota, perdagangan bukan pasar, industri dan jasa. Keberadaan parkir dan pasar tumpah ada sebagian di ruas jalan tertentu dan tingkat pelayanan jalan mulai tidak stabil. Volume, kapasits, dan kepadatan tinggi, ditambah parkir pada badan jalan atau pun PKL dengan penggunaan lahan kawasan perdagangan, jasa dan industry dan tingkat pelayanan jalan sudah kritis.
50
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Citra Digital Satelit Quickbird tahun 2008
Interpretasi
Data Sekunder
Peta Rupabumi Skala 1:25.000
Digitasi Kapasitas
Peta pemanfaatan lahan tentatif Skala 1: 85.000
Data Primer
Lokasi pedagang kaki lima
Kondisi Trotoar
Jumlah kendaraan
Parkir Badan Jalan
Kondisi rambu
Peta batas administrasi Kota Bandung Skala 1:85.000
Peta jaringan jalan tentatif Skala 1:85.000
Digitasi
Cek lapangan
Peta Kapasitas skal 1:85.000
Derajat Kejenuhan
Peta pedagang kaki lima skala 1:85.000
Volume
Tingkat Pelayanan
Digitasi
Uji akurasi Overlay Reinterpretasi
Peta kondisitrotoar skala 1 : 85.0000
Peta pemanfatan lahan Skala 1: 85.000 Peta derajat kejenuhan skala 1:85.000
Peta jaringan jalan Skala 1:85.000
Peta Tingkat Kemacetan lalu lintas Kota Bandung Skal 1: 85.000
Perta volume Kendaraan skala 1:85.000
Peta Parkir badan jalan skal 1:85.000
Peta tingkat pelayanan jalan skala 1:85.000
Peta Kondisi Rambu skala 1:85.000
51