BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian Penelitian merupakan suatu kesatuan dari beberapa desain yang menggambarkan secara detail dari suatu penelitian. Tujuan memahami desain penelitian adalah untuk mengerti beberapa aspek yang berbeda yang relevan untuk mendesain suatu studi penelitian, menjamin keakuratan penelitian, meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan penelitian secara menjamin kemampuan generalisasi dari penelitian Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian cross sectional, yaitu penelitian yang pengambilan datanya dilakukan melalui penyebaran kuesioner hanya dalam satu waktu saja, Sekaran (2000). Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah individu.
3.2.
Populasi, Sample, dan Sampling
3.2.1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan atau individuindividu yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto, 2000, p.42). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Kusuma Sahid Prince Hotel, Hotel Loji dan Hotel Pose in, Surakarta yang berjumlah 205 orang. 3.2.2. Sample dan Sampling Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi
19
20
(Djarwanto, 2000, p.108). Penelitian ini menggunakan sampel jenuh (sensus), karena ingin melakukan generalisasi dengan kesalahan sangat kecil sehingga menghendaki sampel dipercaya 100% mewakili populasi. Sampel jenuh (sensus) menurut Sugiyono (2009) adalah teknik penentuan sampel apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini bisa dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil (Arikunto, 2006). Menurut Roscoe yang dituliskan dalam buku Sekaran (2006), ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Jadi, sampel pada penelitian ini sebesar 205 orang dari Kusuma Sahid Prince Hotel 110 karyawan, Hotel Loji 45 karyawan dan Hotel Pose in 50 karyawan.
3.3.
Hasil Penyebaran Kuesioner Berikut merupakan keterangan mengenai respon rate dari keseluruhan kuesioner yang disebar kepada karyawan Kusuma Sahid Prince Hotel, Hotel Loji dan Hotel Pose in: Tabel III.1 Kuesioner yang Digunakan Keterangan
Jumlah
Persentase (%)
Jumlah Kuesioner
205
100%
Kuesioner yang Tidak Kembali
7
2,8%
Kuesioner yang Kembali
198
97,2%
Sumber: Data primer yang telah diolah, 2016
Tabel III.1 menunjukkan bahwa total kuesioner yang dibagikan kepada karyawan Kusuma Sahid Prince Hotel, Hotel Loji dan Pose in di Solo adalah 205 kuesioner. Dari 205 kuesioner tersebut, kuesioner yang
21
kembali adalah 198 kuesioner, sedangkan sebanyak 7 kuesioner tidak kembali. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa respon rate dari karyawan Kusuma Sahid Prince Hotel, Hotel Loji dan Pose in di Solo adalah 97,2%.
3.4.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel a.
Kepuasan Karyawan Atas Fleksibilitas Jadwal Kerja Kepuasan karyawan
atas fleksibilitas jadwal kerja adalah
kemudahan yang dirasakan seorang karyawan untuk dapat menukar hari liburnya, menukar jadwal kerjanya, dan menentukan jadwal hari liburnya (termasuk sebagai menentukan jadwal kerja). (Avery dan Zabel, 2001; Rama Devi, 2009; Shapiro et al, 2007.). Item dalam kuesioner didasarkan pada skala yang dikembangkan oleh Rothausen (1994) menggunakan 3 item pertanyaan. Contoh dari item tersebut adalah "Seberapakah anda puas dengan fleksibilitas dalam penjadwalan pekerjaan?". b.
Organizational Citizenship Behavior OCB merupakan aspek yang unik dari aktivitas individual dalam
kerja.
Organisasi
akan
berhasil
apabila
karyawan
tidak
hanya
mengerjakan tugas pokoknya saja, namun juga mau melakukan tugas ekstra, seperti mau bekerja sama, tolong menolong, memberikan saran, berpartisipasi secara aktif, memberikan pelayanan ekstra kepada pengguna layanan, serta mau menggunakan waktu kerjanya dengan efektif. Perilaku prososial atau tindakan ekstra yang melebihi deskripsi
22
peran yang ditentukan dalam organisasi atau perusahaan itu disebut sebagai OCB (Robbins dan Judge, 2008:40). Item dalam kuesioner didasarkan pada skala yang dikembangkan oleh Bommer et al. (2007) menggunakan 4 item pernyataan. Item tersebut adalah "Saya membantu karyawan lain yang memiliki pekerjaan yang menumpuk". c.
Turnover Intention Persoalan yang seringkali terjadi di suatu perusahaan biasanya
ditimbulkan karena perilaku karyawan atau SDM itu sendiri. Salah satu bentuk perilaku karyawan tersebut adalah keinginan untuk berpindah meninggalkan pekerjaannya. Keinginan untuk pindah atau berganti pekerjaan
(turnover
intention)
merupakan sinyal
awal
terjadinya
pergantian pekerjaan pada karyawan di dalam organisasi (Mobley, 1986). Item dalam kuesioner didasarkan pada skala yang dikembangkan oleh Griffeth (1991) menggunakan 3 item pernyataan. Item tersebut seperti "Saya kadang berpikir untuk keluar dari perusahaan", dan "Saya mungkin akan melihat peluang pekerjaan baru pada tahun berikutnya". d.
Emotional Intelligence Goleman (2000) mendefinisikan Emotional Intelligence (EI)
sebagai suatu kesadaran diri, rasa percaya diri, penguasaan diri, dan kemampuan seseorang dalam mengkomunikasikan, mempengaruhi, melakukan inisiatif perubahan dan menerimanya. Atau dengan kata lain Goleman memberikan perngertian Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kamampuan mengelola
23
emosi secara baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. Item dalam kuesioner didasarkan pada skala yang dikembangkan oleh Schutte et al (1998) menggunakan 33 item pernyataan. Sebuah item sampel adalah "Saya memiliki kontrol yang berlebihan terhadap emosi saya", "Saya senang membagi emosi saya dengan orang lain". e.
Overall job satisfaction Overall job satisfaction dapat didefinisikan sebagai "keadaan yang
menyenangkan atau positif emosional yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman pekerjaan seseorang" (Locke, 1976, hal. 1300). Hal ini dapat disimpulkan dari sikap individu terhadap pekerjaannya (Brayfield dan Rothe, 1951, hal. 307). Sementara kepuasan kerja sangat penting dalam pengaturan bisnis, sangat erat dengan sektor perhotelan (Matzler dan Renzl, 2007) sebagian besar disebabkan oleh komponen manusia yang tinggi yang menjadi ciri khas itu. Item dalam kuesioner didasarkan pada skala yang dikembangkan oleh Brayfield dan Rothe (1951) menggunakan 5 item pernyataan. Item sample tersebut seperti "Saya benar-benar menemukan kenyamanan dengan pekerjaan saya".
3.5.
Instrumen Penelitian Instrumen yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner karena merujuk pada artikel utama yang saya ambil.
24
3.6.
Sumber data dan metode pengumpulan data Sumber data pada penelitian ini adalah data primer, merupakan data yang langsung diperoleh dari hasil wawancara (interview) dan penyebaran daftar pertanyaan (questionaire) kepada karyawan di Hotel Kusuma Sahid Prince, Hotel Loji dan Hotel Pose in, Surakarta. Pengumpulan data tidak lain merupakan suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Menurut Nazir (2005), pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Untuk mengumpulkan data dari responden, peneliti menggunakan alat bantu seperti daftar pertanyaan. Teknik pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan seperti dalam penelitian ini disebut kuesioner, karena menurut Nazir (2005), apabila yang menuliskan jawaban atau isian dalam daftar pertanyaan tersebut adalah responden sendiri maka daftar pertanyaan tersebut disebut kuesioner. Sekaran (2006) menjelaskan bahwa kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya dan akan dijawab oleh responden. Kuesioner tersebut akan diberikan pada karyawan Kusuma Sahid Prince Hotel, Hotel Lodji dan Hotel Pose in di Surakarta, dan diberikan tenggang waktu pengisian selama satu minggu, dan setelah itu peneliti akan mengambil kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden tersebut.
25
3.7.
Metode Analisis Data
3.7.1.
Analisis Deskriptif Analisis ini berisi tentang bahasan secara deskriptif mengenai tanggapan yang diberikan responden pada kuesioner statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang belaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2009).
3.7.2.
Uji Instrumen a.
Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa tepat suatu
tes melakukan fungsi ukurnya. Suatu instrument dapat dikatakan valid jika instrument tersebut mampu mengukur apa yang seharusnya diukur, jika instrument tidak valid maka tidak akan berguna suatu data dalam penelitian. Semakin tinggi validitas suatu fungsi ukur, semakin tinggi pengukuran mengenai sasarannya (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah dengan teknik Factor Analysis dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0, di mana syarat boleh dilakukannya analisis faktor harus memiliki nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequancy (KMO MSA) > 0,50. Item pernyataan dikatakan valid jika memiliki factor loading ≥ 0,40 dan telah terekstrak sempurna (Ghozali, 2006). Selain itu, item yang diujikan secara dominan memiliki nilai diatas 0,4 atau terekstrak ke dalam masing-masing bagian.
26
b.
Uji Reliabilitas Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau
lebih.
Menurut
Sekaran
(2006),
reliabilitas
pengukuran
menunjukan sejauh mana pengukuran tersebut tampa bias dan menjamin pengukuran tersebut konsisten linta waktu dan lintas ragam pertanyaan. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat dikatakan bahwa sebuah kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban dari seorang responden selalu konsisten meskipun kuesioner diberikan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan perangkat lunak SPSS for windows versi 16.0. Menurut Sekaran (2006), terdapat klasifikasi nilai Cronbach’s Alpha sebagai berikut: a. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,80 – 1,0 dikategorikan reliabilitas baik. b. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,60 – 0,79 dikategorikan riabilitas dapat diterima. c. Nilai Cronbach’s Alpha < 0,60 dikategorikan reliabilitas buruk. 3.7.3.
Uji Hipotesis Uji hipotesis penelitian ini dilakukan analisis SEM (Stuctural Equation Modeling). SEM memiliki dua tujuan utama. Pertama, untuk menentukan apakah suatu model fit dan yang kedua, untuk menguji berbagai hipotesis yang telah dibangun sebelumnya. Model fit dapat ditentukan dengan meminimalkan perbedaan antara sample covariance
27
matrix dan implied covariance matrix. Sample covariance matrix adalah matrix kovarian yang diperoleh melalui observasi (data), sedangkan implied covariance matrix adalah matrix kovarian yang diperoleh berdasarkan model (Wahyudi et al., 2008). Suatu model dikatakan fit apabila matrix kovarian suatu model sama dengan matrix kovarian data. Model fit dinilai berdasarkan uji beberapa indeks fit .(Ghozali dan Fuad, 2005 dalam Wahyudi et al., 2008). Dalam analisis SEM, tidak ada alat uji statistik tunggal untuk menguji hipotesis mengenai model (Heir et al., 1998 dalam Wahyudi et al., 2008). Namun berbagai fit indeks yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara model dan data yang disajikan, antara lain: 1. Chi Square χ² Tujuan analisis ini adalah untuk mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data. Dalam pengujian ini nilai χ² yang rendah dan menghasilkan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 akan mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara matrix kovarians data dan matrix kovarians yang diestimasi. χ² sangat bersifat sensitif terhadap sampel yang terlalu kecil maupun terlalu besar. Oleh karena itu pengujian ini perlu dilengkapi dengan alat uji lainnya 2. Goodness of Fit Index (GFI) Indeks ini mencerminkan tingkat kesesuaian model secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai mendekati 1 mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian dengan baik. 3. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
28
RMSEA adalah indeks yang digunakan untuk mengukur fit model menggantikan chi-square statistik dalam jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA ≥ 0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima kesesuaian sebuah model. 4. Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) Indeks ini merupakan pengembangan dari GFI yang telah disesuaikan dengan rasio dari degree of freedom model yang diajukan dengan degree of freedom dari null model (model konstruk tunggal dengan semua indikator pengukuran konstruk). Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalal AGFI ≥ 0,9. Semakin besar AGFI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model. 5. Tucker Lewis Index (TLI) TLI merupakan indeks kesesuaian incremental yang membandingkan model yang diuji dengan null model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah TLI ≥ 0,9. TLI merupakan indeks kesesuaian yang kurang dipengaruhi oleh ukuran sampel. 6. Normed Fit Index (NFI) Indeks ini juga merupakan indeks kesesuaian incremental. Nilai yang direkomendasiakan adalah NFI ≥ 0,90. 7. Comparative Fit Index (CFI) CFI merupakan indeks kesesuaian incremental. Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk dipakai karena relatif
29
tidak sensitif terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI ≥ 0,95. 8. Normed Chi Square (CMIN/DF) CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai chisquare digai dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan indeks
kesesuaian
parsimonious
yang
mengukur
hubungan
goodness of fit model dan jumlah-jumlah koefisien estimasi yang diharapkan untuk
mencapai tingkat
kesesuaian.
Nilai
yang
direkomendasikan untuk menerima kesesuaian model adalah CMIN/DF < 2,0 / 3,0