22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis berarti proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Dalam hal ini peneliti akan berupaya melakukan kajian, analisis dan penafsiran pada suatu kegiatan hingga sampai pelaporan dibidang keuangan suatu instansi guna menggambarkan dan mendeskripsikan kualitas kegiatan tersebut dalam penerapannya menggunakan sentuhan teknologi informasi sehingga dapat diketahui sejauh mana keefektivitasannya. Menurut Azwar (2001), penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih mendekatkan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati menggunakan logika ilmiah.
23
Sedangkan penyajiannya penelitian ini disajikan secara deskriptif, adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bersifat pemaparan dalam rangka menggambarkan secara selengkap mungkin suatu keadaan yang berlaku ditempat tertentu, atau suatu gejala yang ada, atau suatu peristiwa tertentu yang terjadi dalam masyarakat pada konteks penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan kepada informan dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Penelitian ini memakai pendekatan naturalistic karena situasi lapangan bersifat natural, wajar atau sebagaimana adanya (natural setting), tanpa dimanipulasi dan tidak diatur dengan eksperimen atau tes. (Nasution 2002:18).
3.2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan letak sebenarnya dari obyek yang ditelitinya untuk memperoleh data yang relevan, akurat, serta data yang benarbenar diperlukan dalam penelitian. Peneliti memilih dan menetapkan lokasi penelitian di Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak yang bertempat di Jalan Tanjung Perak Timur nomor 396 Surabaya, dan bidang kerja yang peneliti jadikan lokasi penelitian adalah ruang Sub Bagian Keuangan kantor tersebut. Lokasi dipilih berdasarkan merupakan instansi dimana saya bekerja, dimana terjadi kedekatan individu untuk tiap-tiap informan sebagai sumber data. Disamping Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya merupakan unit
24
kerja dari Kementerian Perhubungan yang saat ini sedang berusaha mendapatkan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari pelaporan keuangannya yang merupakan syarat mutlat dari diturunkannya Tunjangan Kinerja Pegawai (Remunerasi) dari pemerintah.
3.3. Fokus Penelitian Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus. Spradley dalam El-Junaid pada blog Pesantren Campoes (2013) menyatakan bahwa fokus adalah merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Penentuan fokus dalam proposal penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari lapangan. Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih luar dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. El-Junaid pada blog Pesantren Campoes (2013) menyatakan, berdasarkan level of explanation suatu gejal secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu : 1. Deskriptif; yang berfungsi memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan dalam. 2. Komparatif; yang berfungsi memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dengan lainnya. 3. Assosiatif; yang berfungsi untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan yang lain. Rumusan masalah ini terbagi pula menjadi
25
tiga yaitu : hubungan simetris, hubungan kausal dan hubungan interaktif (reciprocal). Hubungan simetris adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat ataupun interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Sedangkan hubungan interaktif (reciprocal) adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif, hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat interaktif atau reciprocal. Dalam penelitian kualitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variable penelitian. Sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrumen dan tehnik analisis data. Dalam penelitian kualitatif seperti yang telah dikemukakan, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi sisial tertentu. Namun demikian setiap peneliti baik peneliti kuantitatif maupun kualitatif harus membuat rumusan masalah. Pertanyaan peneliti kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain. Peneliti yang menggunakan metodologi kualitatif, pada tahap awal penelitiannya kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek maslah yang akan ditelitinya. Peneliti akan mengembangkan fokus penelitiannya sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini disebut “emergent design” (Lincoln dan Guba dalam Sukisno, 2009)
26
Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian tidak dirumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variabel penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks, interaksi sosial yang terjadi dan kemungkinan ditemukan hipotesis atau teori baru. Untuk itu fokus atau sasaran penelitian penulis dalam penelitian ini berobjek pada : 1. Penerapan Teknologi Informasi di bagian keuangan. 2. Kualitas kegiatan dan pelaporan keuangan. 3. Efektifitas penerapan Teknologi Informasi dalam proses kegiatan dan pelaporan keuangan.
3.4. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari data-data yang dikumpulkan penulis dari sumber data di lokasi penelitian, sedangkan data sekunder diolah dari hasil dokumentasi yang dilakukan penulis dari hasil wawancara, studi dokumentasi dan pengamatan lapangan. Data yang didapatkan dari masing-masing wawancara yang sifatnya objektif, kemudian ditelaah dan dikumpulkan dalam suatu rangkuman sehingga menjadi data yang bersifat subjektif.
3.5. Informan Penelitian Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu : kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
27
Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas adan reabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Subjek penelitian adalah individu, benda atau organisme, yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam penelitian kualitatif, subjek peneliitian sering disebut informan. Yaitu pelaku yang memahami objek penelitian. Jadi informan yang dimaksudkan di sini adalah orang yang memberi informasi tentang data yang dibutuhkan oleh peneliti, berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanankan. Pada bagian keuangan Kantor Otoritas Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya terdapat beberapa pos jabatan yang pada tupoksinya bertugas menjalankan masing-masing kegiatan keuangan dan pelaporan keuangan, masingmasing pos jabatan tersebut adalah yang akan menjadi informan. Antara lain : Kegiatan Keuangan : 1. Bendahara Pengeluaran 2. Bendahara Penerimaan 3. Bendahara Materiil 4. Pembuat Daftar Gaji 5. Petugas Pembuat dan Pengantar Surat Perintah Membayar Pelaporan Keuangan : 1. Petugas/Operator SAKPA 2. Petugas/Operator PNBP
28
3. Petugas/Operator SIMAK BMN 4. Petugas Penyusun Catatan atas Laporan Keuangan Sebagai pengaudit dari kinerja kegiatan dan pelaporan di bagian keuangan ditambahkan 2 orang informan yang akan men-verifikasi hasil pekerjaan dari informan-informan sebelumnya, yaitu : 1. Kepala Sub Bagian Keuangan 2. Verifikator Tabel 3.1 Informan Penelitian
No
Informan Penelitian
Masa Kerja Pegawai / Masa Kerja Keuangan
1. 2. 3. 4. 5.
Kegiatan Keuangan : Bendahara Pengeluaran (Suryani) Bendahara Penerimaan (Elok) Bendahara Materiil (Vieka) Pembuat Daftar Gaji (Waluyo) Petugas Pembuat & Pengantar SPM (Dany)
1. 2. 3. 4.
Pelaporan Keuangan : Petugas Pengelola PNBP (Dadang) - 5th / 2th Petugas Pengadministrasi BMN - 9th / 9th Petugas SAI (Beneti) - 6th / 6th Penyusun Laporan Akuntabilitas- 9th / 1th (Mita)
Audit dan Verifikator : 1. Petugas Verifikator 2. Kepala Sub Bagian Keuangan
- 12th / 5th - 5th / 2th - 6th / 1th - 31th / 18th - 6th / 2th
- 23th / 18th - 21th / 3th
TI yang Diterapkan
- Komputer Dasar - Komputer Dasar - Aplikasi Persediaan - Aplikasi GPP - Aplikasi SPM
Hasil Output
- Ms Word & Excel - Ms Word & Excel - Neraca Persediaan - Daftar Gaji Pegawai - Surat Permintaan Pembayaran & Surat Perintah Membayar
- Aplikasi PNBP - Laporan PNBP - Aplikasi Simak BMN - Laporan BMN - Aplikasi SAKPA - Laporan SAI - Komputer Dasar - Catatan atas Laporan Keuangan -X -X
-X -X
3.6. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan
29
pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai informan, pada suatu seminar, diskusi dijalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber primer dan sumber sekunder; sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau tehnik pengumpul data, maka tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan gabungan ketiganya. Dalam penelitian kualitatif ini peneliti menggunakan dua cara, yaitu: a. Interview b. Observasi
3.6.1. Interview (Wawancara) Interview atau wawancara adalah sebuah percakapan langsung antara peneliti dan informan, dalam proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
30
keyakinan pribadi. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner (angket) adalah sebagai berikut. 1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepala peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.
3.6.1.1. Interview (Wawancara) Terstruktur Wawancara terstruktur digunakan sebagai tehnik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dengan pengumpulan data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, setiap pewawancara mempunyai ketrampilan yang sama. Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpulan data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.
31
3.6.1.2. Wawancara Tidak Terstruktur Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek. Sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili bebagai tingkatan yang ada dalam obyek. Misalnya akan melakukan penelitian tentang iklim kerja suatu instansi, maka dapat dilakukan wawancara dengan
pegawai
tingkatan
staff,
kepala
seksi/subbagian,
kepala
bidang/bagian serta kepala kantor. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh. Sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka peneliti dapat
32
mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan. Dalam melakukan wawancara, peneliti pada awal wawancara yang dibicarakan adalah hal-hal yang tidak terkait dengan tujuan. Dan bila sudah terbuka kesempatan untuk menanyakan sesuatu yang menjadi tujuan, maka segera ditanyakan. Wawancara baik yang dilakukan dengan tatap muka maupun yang menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi. Oleh karena itu pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara. Pada saat responden sedang sibuk beklerja, sedang mempunyai masalah berat, sedang mulai istirahat, sedang tidak sehat, atau sedang marah, maka harus berhati-hati dalam melakukan wawancara. Kalau dipaksakan wawancara dalam kondisi seperti itu, maka akahn menghasilkan data yang tidak valid dan akurat. Bila responden yang akan diwawancarai telah ditentukan orangnya, maka sebaiknya sebelum melakukan wawancara. Pewawancara minta waktu terlebih dahulu kapan dan dimana bisa melakukan wawancara. Dengan cara ini, maka suasana wawancara akan lebih baik sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap dan valid. Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias artinya menyimpang (Pusat Bahasa, 2008), bias dapat bermakna menyimpang dari yang seharusnya. Sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan tidak akurat. Ke-biasan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai (responden) dan situasi serta kondisi pada saat wawancara. Responden akan memberikan data yang bias, bila responden tidak dapat menangkap dengan jelas
33
apa yang ditanyakan peneliti atau pewawancara. Oleh karena itu peneliti jangan memberi pertanyaan yang bias. Selanjutnya situasi dan kondisi seperti yang juga telah dikemukakan di atas, sangat mempengaruhi proses wawancara, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi validasi data. Pada penelitian ini proses interview (wawancara) yang dilakukan untuk mendapatkan data dari informan dan key informan, yaitu Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Materiil, serta staf keuangan yang berkenaan dengan kegiatan keuangan maupun pelaporan keuangan. Dalam hal ini peneliti mengajukan pertanyaan kepada informan, terkait dengan penelitian yang dilakukan. Sedangkan informan bertugas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Meskipun demikian, informan berhak untuk tidak menjawab pertanyaan yang menurutnya privasi atau rahasia instansi. Wawancara yang diajukan dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur. Dalam hal ini peneliti terlebih dahulu menyiapkan interview guide sebagai panduan dalam mewawancarai informan untuk mendapatkan informasi.
3.6.2. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra. Tetapi observasi sebenarnya adalah kegiatan mengumpulkan data yang digunakan untuk menghimpun data dalam penelitian melalui panca indra atau diartikan sebagai pengamatan dalam pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Hadari, Nawawi
34
dan Martini Hadari, 1995). Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi dalam Sugiono (2008) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan denga perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi (a) Observasi Partisipasi/Berperan Serta (Participant Observation), (b) Observasi non Partisipasi (Non Participant Observation) dan (c) Observasi quasi Partisipasi (Quasi Participant Observation).
3.6.2.1. Observasi Partisipasi/Berperanserta (Participant Observation) Observasi partisipasi, yaitu apabila pengobservasi ikut terlibat dalam kegiatan subjek yang sedang diobservasi. Misalnya seorang guru bidang
studi
yang
ingin
mengetahui bagaimana
antusias
siswa-
siswanya terhadap pelajaran yang diberikannya. Maka observasi dapat dilaksanakan selama proses belajar mengajar berlangsung, dimana ia terlibat dalam kegiatan tersebut.
35
3.6.2.2. Observasi non Partisipan (Non Participant Observation) Dalam observasi ini pengobservasi tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang diobservasi. Misalnya seorang petugas bimbingan ingin mengetahui bagaimana antusias siswa terhadap bimbingan karir. Untuk maksud tersebut petugas bimbingan tersebut dapat mengadakan observasi terhadap siswa selama mengikuti bimbingan karir yang diberikan oleh rekan lain.
3.6.2.3. Observasi quasi Partisipan (Quasi Participant Observation) Sebahagian waktu dalam suatu periode observasi pengobservasi ikut melibatkan diri dalam kegiatan yang diobservasi, dan sebahagian waktu lainnya ia terlepas dari kegiatan tersebut. Misalnya kita ingin mengetahui bagaimana aktifitas siswa dalam melaksanakan suatu tugas kelompok. Dalam hal ini, mula-mula kita ikut melibatkan diri dalam kegiatan tersebut. Setelah sebahagian periode observasi berlangsung, kita melepaskan diri dari kegiatan tersebut. Ditinjau dari pencatatan hasil-hasil observasi, observasi dapat dibedakan atas Observasi Terstruktur dan Observasi tak Terstruktur. a. Observasi Terstruktur Observasi Terstruktur adalah apabila aspek-aspek tingkah laku yang akan diobservasi telah dimuat dalam suatu daftar yang telah disusun secara sistematis.
36
Bentuk catatan yang sistematis ini ada dua jenis yaitu daftar check (check list) dan skala bertingkat (rating scale). Daftar check adalah suatu daftar yang memuat catatan tentang sejumlah tingkah laku yang akan diobservasi. Selama periode observasi, pengobservasi berpedoman sepenuhnya kepada daftar tersebut. Apabila seorang siswa yang sedang diobservasi memperlihatkan gejala tertentu yang telah terdapat dalam daftar, maka pengobservasi tinggal memberi tanda check (√) pada daftar tersebut. Dengan check list dimaksudkan agar hasil observasi lebih bersifat sistematis. Dengan penggunanaan check list (√) ini, dapat memberikan jaminan bahwa pengobservasi dapat mencatat kejadian-kejadian atau sifat-sifat yang dipandang penting dan telah ditetapkan terlebih dahulu. Disamping pencatatan dengan menggunakan daftar check ada pula pencatatan dengan skala bertingkat (rating scale). Kalau pada daftar check kita hanya dapat mencatat ada atau tidaknya variabel tingkah laku tertentu, maka pada skala bertingkat gejala-gejala yang akan diobservasi itu didalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Jadi, kita tidak hanya mengukur secara absolut ada atau tidaknya variabel tertentu, melainkan kita lebih jauh mengukur bagaimana intensitas gejala yang ingin diukur tersebut. Sehingga dengan skala bertingkat ini akan lebih teliti, jika dibandingkan dengan daftar-check. b. Observasi Tidak Terstruktur Observasi tidak Terstruktur apabila dalam melaksanakan observasi tersebut pengobservasi tidak menyiapkan daftar terlebih dahulu tentang aspek-aspek yang
37
akan diobservasi. Dalam hal ini pengobservasi mencatat semua tingkah laku yang dianggap penting dalam suatu periode observasi. Prosedur ini agak lebih fleksibel dan memungkinkan adanya variasi yang lebih besar dalam observasi. Hasil-hasil observasi ini dicatat dalam bentuk catatan yang bersifat anekdot (anecdotal record), yaitu suatu catatan (record) tentang tingkah laku siswa dalam suatu situasi tertentu. Catatan yang bersifat anekdot tersebut harus ditulis apa adanya, tanpa interpretasi. Setelah berkumpul beberapa catatan dari beberapa periode observasi, maka dibuatlah suatu ikhtisar tentang catatan-catatan tersebut, dan barulah diadakan interpretasi tentang tingkah laku siswa.
Pada penelitian ini teknik observasi yang akan dilakukan ialah participant observation (observasi partisipasi/berperan serta). Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap kegiatan keuangan serta pelaporan keuangan kantor otoritas, mencakup proses pembuatan daftar gaji, permintaan operasional kantor baik instansi maupun rekanan, pengadaan inventaris kantor, proses permintaan dana ke perbendaharaan negara hingga sampai penyusun pelaporan keuangan baik bulanan hingga tahunan. Observasi dalam penelitian ini akan difokuskan pada aktivitas pada bidang keuangan. Peneliti akan memilih menjadi moderate participation dimana peneliti menjaga keseimbangan antara peranannya sebagai orang dalam (staf keuangan) dan orang luar (peneliti).
38
3.7. Metode Analisa Data Menurut Moleong (2001) Analisis Data adalah proses pengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan kesatuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis dan kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dari rumusan di atas dapat kita tarik garis bahwa analisis data berupaya menganalisis/memeriksa data, mengorganisasikan data, memilih dan memilahnya menjadi sesuatu yang dapat diolah, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting berdasarkan kebutuhan dalam penelitian dan memutuskan apa yang dapat dipublikasikan. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari laporan dan komentar peneliti, gambar, dokumen berupa laporan, biografi, artikel dan sebagainya. Langkah analisis data akan melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan data, mengelompokannya, memilih dan memilah data, lalu kemudian menganalisanya. Analisa data ini berupa narasi dari rangkaian hasil penelitian yang muaranya untuk menjawab rumusan masalah. Dalam analisa deskriptif kualitatif dengan mengacu pada model analisis data yang telah dikembangkan oleh Milles dan Hubberman (2002) menggunakan model interaktif dengan tiga prosedur yaitu : reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.
39
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data
Penyimpulan Data Gambar 3.1 Model Interaktif Analisis Data Deskriptif Kualitatif
3.8. Keabsahan dan Keajegan Data Menurut Moloeng (2005), untuk menetapkan keabsahan data akan diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas empat kriteria, yaitu : 1. Derajat Kepercayaan (Credibility) Penetapan kriterium derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari kualitatif. Kriterium ini berfungsi melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai untuk menunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang sedang diteliti. Metode inkuiri merupakan metode pengajaran
yang berusaha meletakan dasar dan
mengembangkan cara berfikir ilmiah (Sudjana, 2004).
40
2. Keteralihan Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung kepada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha menverifikasi tersebut. 3. Kebergantungan Kebergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam penelitian yang non kualitatif yaitu dengan diadakan pengulangan studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara essensial sama maka dikatakan reliabilitasnya tercapai. Peneliti sebagai instrumen penelitian bisa saja membuat karena keterbatasan yang dimiliki atau bisa juga karena ketelitian untuk itu digunakan kriterium kebergantungan, dimana konsepnya lebih luas daripada relisbilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitasnya itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang bersangkutan. 4. Kepastian Kepastian disini adalah sesuatu itu obyektif atau tidak bergantung persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Sesuatu yang obyektif berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan.
41
Empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif adalah sebagai berikut : 1. Keabsahan Konstruk (Construct validity) Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan. 2. Keabsahan Internal (Internal validity) Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda. 3. Keabsahan Eksternal (Eksternal validity) Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi
42
dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama. 4. Keajegan (Reabilitas) Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memeiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.