BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah combined
qualitative and quantitative research, yaitu kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif (Creswell, 1997). Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilakukan terhadap populasi atau sampel tertentu sehingga menghasilkan data berupa angka yang kemudian akan dianalisis dengan menggunakan statistika (Sugiyono, 2008). Sementara itu, pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk lebih memahami gejala atau permasalahan tertentu tanpa menggunakan prosedur statistik (Sevilla dkk., 2006). Pendekatan penelitian combined qualitative and quantitative research dinilai tepat untuk digunakan karena penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data kuantitatif sekaligus data kualitatif mengenai profil subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung.
3.2
Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah dominan-less dominant design.
Dalam dominan-less dominant design, peneliti menetapkan sebuah pendekatan sebagai pendekatan utama dan sebuah pendekatan yang lain sebagai pendekatan alternatif. Pendekatan alternatif digunakan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan pendekatan utama (Creswell, 1997).
38
39
Dalam penelitian ini, pendekatan yang dijadikan sebagai pendekatan utama adalah pendekatan kuantitatif. Secara lebih spesifik, pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang bersifat sistematis, faktual, dan akurat dari suatu fenomena, tanpa menyelidiki secara lebih mendalam mengenai penyebab kemunculan fenomena tersebut (Sevilla, 2006). Pendekatan deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena peneliti bermaksud untuk memperoleh gambaran sistematis, faktual, dan akurat mengenai subjective wellbeing guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung. Selain itu, desain penelitian tersebut dipilih karena penelitian mengenai subjective well-being pada guru honorer Sekolah Dasar dapat dikategorikan sebagai penelitian dalam ranah yang baru. Menurut Trull (2005), penelitian yang dilakukan dalam ranah baru sebaiknya menggunakan metode deskriptif terlebih dahulu sebelum menggunakan metode penelitian pada tingkat yang lebih lanjut. Sementara itu, pendekatan kualitatif yang merupakan pendekatan alternatif dalam penelitian ini dilakukan karena peneliti bermaksud untuk memahami gambaran karakteristik guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi dan tingkat subjective well-being rendah. Data mengenai hal tersebut akan lebih tepat jika diperoleh dan diolah dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
40
3.3
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Variabel dalam penelitian ini,merupakan variabel tunggal, yaitu subjective well-being.
3.4
Definisi Konseptual dan Definisi Operasional a. Definisi Konseptual Subjective well-being adalah penilaian individu mengenai kehidupannya, baik penilaian yang bersifat kognitif maupun penilaian yang bersifat afektif. Penilaian yang bersifat kognitif berkaitan dengan penilaian individu mengenai kepuasan hidupnya, sedangkan penilaian afektif berkaitan dengan penilaian mengenai mood atau emosi yang dirasakan oleh individu tersebut.
b. Definisi Operasional Subjective Well-Being adalah tinggi rendahnya penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif dan penilaian afektif sebagaimana ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dalam Satisfaction with Life Scale (SWLS), Scale of Positive and Negative Experience (SPANE), dan data hasil wawancara.
3.5
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Satisfaction with
Life Scale (SWLS), Scale of Positive and Negative Experience (SPANE), dan
41
pedoman wawancara mengenai subjective well-being. Berikut ini adalah penjelasan untuk masing-masing instrumen tersebut.
1.
Satisfaction with Life Scale (SWLS) Satisfaction with Life Scale (SWLS) merupakan instrumen baku yang
disusun oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. Instrumen ini digunakan untuk mengukur penilaian kognitif individu mengenai kehidupannya. Satisfaction with Life Scale (SWLS) terdiri atas 5 item dengan 7 skala jawaban yang memiliki kategorisasi 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju).
Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan
menghasilkan data yang bersifat ordinal. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa instrumen ini memiliki koefisien reliabilitas yang sangat tinggi, yaitu berkisar antara 0,78-0,91 (Diener, 2006). Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap sejumlah guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung, Satisfaction with Life Scale yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,733. Tabel pada halaman selanjutnya menyajikan kategorisasi penilaian kognitif mengenai kepuasan hidup beserta deskripsi dari masing-masing kategori tersebut berdasarkan norma baku Satisfaction with Life Scale (SWLS) yang disusun oleh Diener (2006).
42
Tabel 3.1
Kategorisasi Penilaian Kognitif Mengenai Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor Satisfaction with Life Scale (SWLS)
Skor
Kategori
Deskripsi Responden kategori
yang ini
kehidupan mereka
berada
sangat mereka.
tidak
dalam
mencintai Kehidupan
sempurna,
tetapi
mereka merasa bahwa dan merasa bahwa
segala
sesuatu
dengan
sangat
baik.
berjalan Meskipun
demikian, bukan berarti responden yang berada dalam kategori ini memiliki kepuasan yang bersifat mutlak 30.00 ≤ X ≤ 35.00
Sangat Puas
terhadap
kehidupannya.
Kepuasan
yang
dirasakan
responden
yang
berada
dalam
sebagian
besar
kategori
ini
oleh
disebabkan oleh adanya tantangan dan
kemajuan
mereka.
dalam
Bagi
responden
kehidupan
sebagian
dalam
besar
kelompok
ini,
kehidupan bersifat menyenangkan dan hampir semua aspek kehidupan mereka—pekerjaan,
sekolah,
keluarga, teman, waktu luang, dan lain-lain—berjalan dengan baik. Responden 25.00 ≤ X ≤ 29.00
Puas
yang
berada
dalam
kategori ini menyukai kehidupan mereka dan merasa bahwa segala sesuatu
berjalan
dengan
baik.
43
Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, tetapi mereka merasa bahwa
sebagian
besar
aspek
kehidupan mereka berjalan dengan baik.
Pada
beberapa
aspek
kehidupan, mereka merasa kurang puas. Namun, perasaan kurang puas tersebut
masih
dapat
dikurangi
dengan cara pemberian motivasi. Kategorisasi ini biasanya diisi oleh responden yang berasal dari negaranegara
berkembang.
Responden
yang berada dalam kategori ini
20.00 ≤ X ≤ 24.00
Cukup Puas
merasa
puas
mereka
secara
dengan
kehidupan
umum.
Namun,
terdapat beberapa aspek kehidupan yang
mereka
anggap
sangat
memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, responden yang berada dalam kategori ini cenderung memiliki keinginan dan usaha yang kuat untuk mengubah kehidupan mereka agar menjadi lebih baik. Responden
yang
berada
dalam
kelompok ini biasanya memiliki beberapa permasalahan kecil yang 15.00 ≤ X ≤ 19.00
Kurang Puas
bersifat signifikan pada beberapa aspek
kehidupan
atau
memiliki
permasalahan yang besar hanya pada salah satu aspek kehidupan.
44
Responden
yang
berada
dalam
kategori ini secara umum merasa tidak
puas
dengan
kehidupan
mereka. Responden dalam kelompok ini
biasanya
memiliki
sejumlah
aspek kehidupan yang tidak berjalan dengan baik atau memiliki satu sampai dua aspek kehidupan yang 10.00 ≤ X ≤ 14.00
Tidak Puas
berjalan
dengan
sangat
buruk.
yang
berada
dalam
Responden
kategori ini dianjurkan untuk sering berbincang-bincang dengan temanteman,
mengikuti
kegiatan
atau
bahkan
kerohanian,
menghubungi konselor agar mereka dapat bergerak dan berubah ke arah yang lebih positif. Responden kelompok sangat
yang ini
tidak
berada
dalam
biasanya
merasa
bahagia
dengan
kehidupan mereka. Responden yang berada dalam kategori ini biasanya memiliki 5.00 ≤ X ≤ 9.00
Sangat Tidak Puas
ketidakpuasan
terhadap
seluruh aspek kehidupan mereka. Bahkan, responden yang berada dalam kategori ini dapat dikatakan memiliki gangguan dalam fungsi kehidupan mereka. Oleh karena itu, responden kategori
yang ini
berada
dalam
dianjurkan
untuk
menghubungi psikolog atau psikiater.
45
2.
Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) disusun oleh Diener
dan Biswas-Diener untuk mengukur penilaian afektif individu mengenai mood dan emosi yang dirasakan dalam hidup. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) merupakan instrumen baku yang terdiri atas 12 item dan 5 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat sering atau selalu). Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal. Sejumlah hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) memiliki koefisien reliabilitas yang berkisar antara 0,830,86 (Diener, 2009). Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan oleh peneliti terhadap sejumlah guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung, Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini memiliki reliabilitas sebesar 0,846. Tabel pada halaman selanjtnya menyajikan kategorisasi penilaian afektif mengenai mood dan emosi berdasarkan norma baku Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2009).
46
Tabel 3.2
Kategorisasi Penilaian Afektif Mengenai Mood dan Emosi Berdasarkan Skor Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)
Skor
Kategori
X ≤ -9
Kurang Seimbang
-8 ≤ X ≤ 8
Seimbang
X≥9
Sangat Seimbang
3.
Keterangan Responden lebih sering merasakan afek negatif daripada afek positif atau terdapat salah satu afek yang lebih sering dirasakan secara ekstrim. Responden merasakan afek positif dan afek negatif secara seimbang. Responden lebih sering merasakan afek positif daripada afek negatif, tetapi masih dalam kategori seimbang.
Pedoman Wawancara Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini disusun
berdasarkan teori subjective well-being yang dikemukakan oleh Diener hidup (Diener, Suh, Lucas, dan Smith dalam Lyubomirsky dan Diekerhoof, 2005). Pedoman wawancara ini digunakan untuk memperoleh gambaran karakteristik guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi dan rendah. Tabel pada halaman selanjtnya menyajikan kisi-kisi pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan teori subjective well-being yang dikemukakan oleh Diener (Diener, Suh, Lucas, dan Smith dalam Lyubomirsky dan Diekerhoof, 2005).
47
Tabel 3.3
Dimensi
Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Gambaran Subjective WellBeing Guru Honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung Sub Dimensi
Penilaian Umum
Penilaian Kognitif
Penilaian Khusus
Indikator
Pertanyaan
Kepuasan terhadap aspek kehidupan secara umum
Secara umum, bagaimanakah Anda menilai kehidupan Anda sebagai seorang guru honorer?
Kesesuaian antara kondisi aktual dengan standard hidup yang dimiliki
Kepuasan terhadap kesehatan fisik Kepuasan terhadap hubungan dengan rekan kerja Kepuasan terhadap keluarga Kepuasan terhadap pasangan dalam hidup Kepuasan terhadap pekerjaan Kepuasan terhadap pendidikan
Bagaimanakah gambaran kehidupan yang ideal menurut Anda? Bagaimanakah pendapat Anda jika Anda diminta untuk membandingkan antara kehidupan Anda saat ini dengan gambaran kehidupan ideal yang telah Anda kemukakan sebelumnya? Bisakah Anda menceritakan tentang kondisi kesehatan Anda? Bisakah Anda menceritakan tentang hubungan Anda dengan rekan kerja Anda? Bisakah Anda menceritakan tentang kehidupan keluarga Anda? Bisakah Anda menceritakan tentang kehidupan Anda dengan pasangan Anda? Bisakah Anda menceritakan tentang kehidupan pekerjaan Anda? Bisakah Anda menceritakan tentang latar belakang pendidikan Anda?
48
Kepuasan terhadap waktu luang
Penilaian Afektif
3.6
Afek Positif
Merasakan afekafek positif dalam hidup
Afek Negatif
Merasakan afekafek negatif dalam hidup
Apakah Anda merasa puas dengan latar belakang pendidikan yang Anda miliki? Mengapa? Bisakah Anda menceritakan tentang kegiatan yang biasa Anda lakukan pada waktu luang? Bisakah Anda menceritakan tentang pengalaman yang paling berkesan dalam hidup Anda? Bisakah Anda menceritakan tentang saat-saat yang menyenangkan dalam hidup Anda? Seberapa sering Anda merasakan perasaan tersebut? Bisakah Anda menceritakan tentang saat-saat yang tidak menyenangkan dalam hidup Anda? Seberapa sering Anda merasakan perasaan tersebut?
Kategorisasi Skala Kategorisasi skala bertujuan untuk menempatkan sampel penelitian atau
responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. (Azwar, 2007). Kategorisasi skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi skala berdasarkan skor ideal, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 1996). Secara umum, sampel atau
49
responden dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori subjective well-being tinggi dan kategori subjective well-being rendah. Penelitian ini menggunakan dua instrumen
yang berbeda—yaitu
Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)—untuk mengetahui skor subjective well-being responden. Oleh karena itu, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh dengan langkahlangkah sebagai berikut (Santoso, 2003):
1. Menentukan skor ideal atau sering disebut juga dengan skor maksimal dan skor minimal dengan cara sebagai berikut: Skor Ideal = skor ideal SWLS + skor ideal SPANE = 35 + 24 = 59 Skor Minimal = skor minimal SWLS + skor minimal SPANE = 5 + (- 24) = -19
2. Menentukan rentang kategori dengan cara sebagai berikut: Rentang Kategori =
݈ܵ݇ܽ݁݀݅ ݎ−݈ܽ݉݅݊݅݉ ݎ݇ݏ = [59 ݆݈ܽ݉ݑℎ ݇ܽ݅ݎ݃݁ݐ
(-19)]/2 = 78/2 = 39
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh kategorisasi skala sebagaimana ditampilkan dalam tabel berikut ini
3.7
Skor
Kategori
-19 ≤ X ≤ 20
subjective well-being rendah
X >20
subjective well-being tinggi
Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru honorer Sekolah Dasar
di Kota Bandung yang diasumsikan berjumlah sekitar 2055 orang. (Forum Komunikasi Guru Honorer Sekolah Kota Bandung, 2010). Sementara itu, Kota
50
Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu kota di Indonesia dengan jumlah guru honorer terbesar (Forum Komunikasi Guru Honorer Sekolah Kota Bandung, 2010). Penelitian ini difokuskan terhadap guru honorer di tingkat Sekolah Dasar karena guru honorer yang mengajar di Sekolah Dasar dianggap memiliki beban kerja yang berat. Dengan pendapatan yang relatif rendah, guru honorer Sekolah Dasar biasanya memiliki jam dituntut untuk mengajarkan hampir semua mata pelajaran sebagaimana guru yang telah berstatus sebagai pegawai negeri sipil. Perbedaan beban kerja dengan jumlah pendapatan yang relatif sama dinilai akan berpengaruh terhadap subjective well-being guru honorer Sekolah Dasar.
3.8
Sampel dan Teknik Pengambilan sampel Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan dari populasi yang
telah ditetapkan dengan cara yang baik dan benar (Ferguson dan Kerlinger dalam Sevilla dkk., 2006). Ukuran populasi dalam penelitian ini diketahui secara pasti, yaitu 2055 orang, sehingga ukuran sampel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus penentuan ukuran sampel yang dikemukakan oleh Slovin (Sevilla dkk., 2006) berikut ini: ݊=
ܰ 1 + ܰ݁ ଶ
Keterangan: N: ukuran populasi n: ukuran sampel e: nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel populasi)
51
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pada halaman sebelumnya dengan nilai kritis (e) sebesar 10%, sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 orang guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung. Nilai kritis sebesar 10% dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan faktor waktu dan biaya yang diperlukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Sementara itu, teknik penarikan sampel yang akan digunakan adalah quota sampling, yaitu pemilihan sampel dari suatu populasi hingga mencapai jumlah sampel yang dibutuhkan dengan memperhatikan kriteria sampel yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008). Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah guru honorer yang mengajar di Sekolah Dasar dan berdomisili di wilayah Kota Bandung. Teknik penarikan sampel ini dinilai tepat karena guru honorer di Kota Bandung diasumsikan memiliki karakteristik dan kondisi yang homogen. Selain itu, tidak terdapat stratifikasi tertentu pada guru honorer Sekolah Dasar di Kota Bandung yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan sampel.
3.9
Teknik Analisis Data
3.9.1
Analisis Data Kuantitatif Analisis data kuantitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini
merupakan teknik analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan dan peringkasan data, serta upaya untuk menggambarkan berbagai karakteristik yang penting pada data yang telah diorganisasikan tersebut (Santoso, 2003). Dalam statistik deskriptif, data-data kuantitatif yang diperoleh dapat diterangkan dalam bentuk skor rata-rata (mean), frekuensi, persentase, persentil,
52
dan grafik (Santoso, 2003). Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 12.0.
3.9.2
Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif merupakan analisis yang bersifat induktif. Artinya,
analisis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh untuk dikembangkan menjadi suatu pola hubungan tertentu. Analisis data kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, data yang bersifat kualitatif akan dianalisis dengan menggunakan Model Miles dan Huberman yang meliputi tahap reduksi, display, dan verifikasi (Sugiyono, 2008).
1. Reduksi Data Pada tahap ini, peneliti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari cari tema dan pola, serta membuang data-data yang dianggap tidak diperlukan. Dalam melakukan reduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai.
2. Data Display Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau teks yang bersifat naratif. Uraian singkat atau teks yang bersifat naratif tersebut dapat pula ditampilkan dalam bentuk tabel yang sudah diberi kodekode tertentu.
53
3. Verifikasi Data Verifikasi, adalah penarikan kesimpulan berdasarkan data-data yang valid dan konsisten yang telah diperoleh. Kesimpulan yang diharapkan adalah temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran sesuatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
3.10
Prosedur Penelitian Secara umum, pelaksanaan penelitian ini dapat dibagi ke dalam enam
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengambilan data kuantitatif, tahap pengambilan data kualitatif, tahap pengolahan data kualitatif, dan tahap penyelesaian.
1) Tahap Persiapan a. Menentukan variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini. b. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran yang jelas berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti. c. Menetapkan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini. d. Menetapkan populasi dan sampel penelitian, serta menentukan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan. e. Menyusun proposal penelitian sesuai dengan judul yang akan diteliti. f. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi untuk mendapat pengesahan.
54
g. Pengajuan surat izin penelitian yang dimulai dari jurusan Psikologi. Setelah mendapat rekomendasi dari jurusan selanjutnya mengajukan perizinan ke pihak fakultas dan rektorat yang kemudian dilanjutkan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Bandung, serta Kantor Dinas Pendidikan Kota Bandung. Surat izin penelitian kemudian direkomendasikan langsung kepada pihak sekolah melalui kepala sekolah dari sekolah yang bersangkutan.
2) Tahap Pengambilan Data Kuantitatif a. Pembukaan dan penyampaian maksud kedatangan peneliti. b. Pembagian angket kepada para guru honorer. c. Memberikan penjelasan mengenai cara pengisian angket. d. Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh sampel penelitian. e. Penutupan.
3) Tahap Pengolahan Data Kuantitatif a. Verifikasi Data Verifikasi data dilakukan dengan tujuan untuk mengecek kelengkapan jumlah angket yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang diisi oleh sampel. Setelah semuanya lengkap baru dilakukan pengolahan data. b. Tabulasi Data Tabulasi data adalah langkah di mana peneliti merekap semua data yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan software SPSS versi 12.0.
55
c. Penyekoran Data Penyekoran data dilakukan dengan menggunakan kategorisasi skor yang telah dibuat dan ditetapkan sebagai acuan dalam menentukan setiap jawaban sampel.
4) Tahap Pengambilan Data Kualitatif a. Berdasarkan hasil pengolahan data kuantitatif, peneliti memilih masingmasing satu orang sampel yang berada pada kategori tingkat subjective wellbeing tinggi dan rendah. b. Peneliti menghubungi masing-masing sampel terpilih dan melakukan wawancara secara terpisah.
5) Tahap Pengolahan Data Kualitatif a. Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pola dan membuang yang tak perlu. b. Data display, yaitu penyajian data dalam bentuk tabel yang berisi uraian atau teks naratif hasil wawancara yang sudah diberi kode-kode tertentu. c. Verifikasi, yaitu membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang valid dan konsisten yang telah diperoleh.
6) Tahap Penyelesaian a. Menampilkan hasil analisis penelitian b. Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang dipergunakan
56
c. Membuat kesimpulan dari hasil penelitian serta mengajukan rekomendasi untuk berbagai pihak yang terkait.