BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian quasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol non-ekuivalen. Diagram desain penelitian adalah sebagai berikut: O X O O
O
(Ruseffendi, 2005: 53) Keterangan: X
: pembelajaran dengan menggunakan differentiated instruction
O
: adanya pretes, dan adanya postes : subjek tidak dikelompokkan secara acak Disain faktorial antar variabel penelitian berdasarkan klasifikasi
pengetahuan awal matematika yang terkait dengan analisis data dan pengujian hipotesis penelitian disusun seperti tabel 3.1 Tabel 3.1 Disain Faktorial Antar Variabel Penelitian Pendekatan Pembelajaran Pengetahuan Differentiated Instruction Konvensional Awal Pemecahan Penalaran Pemecahan Penalaran Matematis Masalah Masalah Atas DIPMA DIPA KPMA KPA Bawah DIPMB DIPB KPMB KPB Total Keterangan: DIPMA =
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori PAM atas dengan pendekatan DI
DIPMB =
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori PAM bawah dengan pendekatan DI 31
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
32
DIPA
=
Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM atas dengan pendekatan DI
DIPB
=
Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM bawah dengan pendekatan DI
KPMA
=
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori PAM atas dengan pembelajaran konvensional
KPMB
=
Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kategori PAM bawah dengan pembelajaran konvensional
KPA
=
Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM atas dengan pembelajaran konvensional
KPB
=
Kemampuan penalaran matematis siswa kategori PAM bawah dengan pembelajaran konvensional.
B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa pada SMA Pertiwi 1 Kota Padang tahun pembelajaran 2012/2013. Sedangkan siswa yang menjadi sampel adalah kelas X. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling yaitu dua kelas yang ada di SMA tersebut. Pengambilan kelas X disesuaikan dengan materi pembelajaran. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan purposive sampling karena mempertimbangkan beberapa hal diantaranya : (1) Peneliti memilih SMA dengan cluster sedang sebagai sampel penelitian karena jumlah sekolah dengan
cluster sedang
relatif lebih banyak daripada cluster tinggi dan
rendah, sehingga mempermudah dalam pemilihan sampel. SMA Pertiwi 1 Kota Padang termasuk sekolah yang tergolong pada cluster sedang; (2) Letaknya berdekatan dan mudah dijangkau; (3) Memiliki prosedur administratif yang relatif mudah; (4) Memiliki ketersediaan sarana dan prasarana
yang
relatif
lengkap.
Adapun
pertimbangan-pertimbangan
dimaksudkan agar penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien. Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
33
C. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan dua jenis instrumen yaitu: 1) tes, yaitu soal pengetahuan awal matematis, soal kemampuan pemecahan masalah dan soal penalaran serta 2) non tes, terdiri dari angket yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang profil belajar siswa, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Instrumen tes akan diujicobakan sebelum digunakan untuk penelitian. Uji coba instrumen akan diujicobakan ke kelas X yang telah menerima materi tersebut.Uji coba instrumen ini juga dilakukan
di
tempat
penelitian
agar
mempunyai
kesamaan
dalam
pengembangan kurikulum. Berikut ini merupakan uraian dari instrumen yang digunakan. 1) Tes Pengetahuan Awal Matematis (PAM) Pengetahuan awal matematis siswa adalah pengetahuan yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tes pengetahuan awal matematis siswa bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum pembelajaran dan untuk penempatan siswa berdasarkan pengetahuan awal matematisnya. Adapun kategori pengetahuan awal matematis siswa diperoleh melalui seperangkat soal tes serta dengan mempertimbangkan nilai matematika pada semester 1 kelas X dari guru matematika sebelumnya. Adapun tes yang diberikan peneliti mencakup materi yang sudah dipelajari di SMP, tes pengetahuan awal matematis berupa soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban terdiri dari 20 butir soal. Sedangkan penskoran terhadap jawaban siswa untuk tiap butir soal dilakukan dengan aturan untuk setiap jawaban benar diberi skor 1, dan untuk setiap jawaban salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Berdasarkan skor pengetahuan awal matematis yang diperoleh, siswa dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah . Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Tabel 3.2 Kriteria Pengelompokkan PAM Siswa Skor PAM Kategori Siswa Siswa kelompok atas PAM ≥ ̅ Siswa kelompok bawah PAM < ̅
2) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis Tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis terdiri dari 10 butir soal, 4 soal merupakan soal tes kemampuan pemecahan masalah, dan 6 soal merupakan soal tes kemampuan penalaran matematis. Soal disusun dalam bentuk uraian. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Frankel dan Wallen (Suryadi, 2005) yang menyatakan bahwa tes berbentuk uraian sangat cocok untuk mengukur higher level learning outcomes. Tes kemampuan pemecahan masalah dibuat untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas X mengenai materi yang sudah dipelajarinya. Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah yang akan diukur adalah : (1) Mengidentifikasi kecukupan data untuk pemecahan masalah yang meliputi unsur-unsur yang diketahui dan yang ditanyakan; (2) Membuat model matematik dari suatu situasi atau masalah sehari-hari dan menyelesaikannya; (3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika dan atau di luar matematika; (4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal, serta memeriksa kebenaran hasil atau jawaban; (5) Menerapkan matematika secara bermakna. Sedangkan untuk pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis menggunakan penskoran holistik. Penskoran holistik adalah penskoran yang mengharuskan para penulis soal untuk menilai secara sepintas pada kualitas masing-masing unsur yang terdapat pada jawaban siswa. Dengan kata lain, guru tidak perlu memberikan skor pada masingmasing unsur tersebut (Surapranata, 2005: 226). Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
35
Pedoman penskoran kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada tabel berikut.
4
3
2
1
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Skor Kriteria Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep Menggunakan strategi yang sesuai Perhitungan benar Melebihi pemecahan masalah yang diinginkan Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep Menggunakan strategi yang sesuai Perhitungan sebagian besar benar Memenuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsepkonsep Tidak menggunakan strategi yang sesuai Perhitungan sebagian besar benar Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap konsep-konsep Tidak menggunakan strategi yang sesuai Perhitungan tidak benar Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan Tes yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran
matematis terdiri atas 6 butir soal uraian. Adapun kriteria pemberian skornya berpedoman pada indikator dalam tabel berikut: Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Penalaran Matematis Indikator Respon Menarik kesimpulan dari Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai satu kasus atau sifat khusus dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar yang ditetapkan pada kasus lainnya Hanya menjawab sebagian yang benar Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan Menjawab dengan mengikuti argumenargumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
Skor 0
1 2 3
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
36
Penarikan umum sejumlah teramati
kesimpulan Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai 0 berdasarkan dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar data yang Hanya menjawab sebagian yang benar 1 Menjawab hampir semua benar dari 2 pertanyaan Menjawab dengan mengikuti argumen- 3 argumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
Memperkirakan jawaban Tidak menjawab/menjawab tidak sesuai dan solusi serta sifat atau dengan pertanyaan/tidak ada yang benar pola dalam suatu kasus Hanya menjawab sebagian yang benar Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan Menjawab dengan mengikuti argumenargumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar Melaksanakan perhitungan Tidak ada jawaban/ menjawab tidak sesuai berdasarkan aturan atau dengan pertanyaan/ tidak ada yang benar rumus tertentu Hanya menjawab sebagian yang benar Menjawab hampir semua benar dari pertanyaan Menjawab dengan mengikuti argumenargumen logis, dan menarik kesimpulan logis serta dijawab dengan lengkap/ jelas dan benar
0
1 2 3
0
1 2 3
Untuk mendapatkan data yang baik maka diperlukan instrumen yang baik pula. Instrumen terlebih dahulu diujicobakan agar dapat diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a.
Validitas butir soal Suatu instrumen dikatakan valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas butir soal pada penelitian ini menggunakan dua uji validitas yaitu: 1) Validitas teoritik
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
37
Validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi merujuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan penalaran atau logika (Arikunto, 2006: 65). Pada validitas teoritik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) ketepatan alat tersebut ditinjau dari segi materi yang dievaluasikan, artinya apakah materi yang dipakai sebagai alat evaluasi tersebut merupakan sampel representatif dari pengetahuan yang harus dikuasai, apakah rumusan butir tes sesuai dengan indikator; (2) keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan penafsiran lain. Untuk menguji validitas ini, digunakan pendapat dari ahli (judgment), dalam hal ini yang bertindak sebagai ahli atau evaluator adalah 2 dosen pembimbing dan 1 orang guru matematika SMA di Kota Padang. 2) Validitas empiris Valditas empiris yaitu validitas yang diperoleh dengan melalui observasi atau pengalaman yang bersifat empiris. Untuk mengetahui validitas empiris, maka dihitung koofisien korelasi (rxy). Koofisien korelasi (rxy) dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment
yang dikemukakan oleh Pearson. Kegunaannya untuk
mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) (Riduwan, 2010: 138). Rumus korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2003: 72) sebagai berikut: r xy
√
∑
∑
∑
–(∑
}
∑ ∑
∑
Keterangan : rxy : Koefisian validitas X
: Skor tiap butir soal
Y
: Skor total
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
38
N
: Jumlah subyek
Kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut Tabel 3.5 Klasifikasi Interpretasi Validitas Koefisien Validitas Interpretasi 0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup 0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah rxy ≤ 0,20 Sangat rendah Sumber: (Suherman, 2001: 136) Selanjutnya uji validitas tiap item instrumen dilakukan dengan membandingkan
dengan nilai kritis
(nilai tabel). Tiap item tes
dikatakan valid apabila pada taraf signifikasi
didapat
. Untuk pengujian signifikansi koefisien korelasi pada penelitian ini digunakan uji signifikansi yang berfungsi untuk mencari makna hubungan innstrumen X terhadap Y dengan rumus: √ √
Keterangan : t
:
nilai thitung
rxy
:
koefisien korelasi product moment Pearson
n
:
jumlah responden Setelah instrument dinyatakan memenuhi validitas isi dan
validitas muka, kemudian soal tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis tersebut dujicobakan secara empiris kepada 30 orang siswa kelas XI SMA Pertiwi 1 Padang. Tujuan uji coba empiris ini adalah untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas butir soal tes. Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
39
Data hasil uji coba soal tes serta validitas butir soal selengkapnya ada pada Lampiran. Perhitungan validitas butir soal menggunakan software Anates V.4 For Windows. Untuk validitas butir soal digunakan korelasi product moment dari Karl Pearson, yaitu korelasi setiap butir soal dengan skor total. Hasil validitas butir soal kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis disajikan pada Tabel berikut. Tabel 3.6 Tingkat Validitas Hasil Uji Coba Soal Nomor Soal Kategori Kriteria Koefisien 1 Valid 0,603 Tinggi 2 0,510 Valid Cukup 3 0,471 Valid Cukup 4 0,525 Valid Cukup 5 Valid 0,499 Cukup 6 0,444 Valid Cukup 7 0,647 Valid Tinggi 8 0,430 Valid Cukup 9 0,541 Valid Cukup 10 0,618 Valid Tinggi Catatan: rtabel (α = 5%) = 0,374 dengan dk = 28 Sedangkan kriteria pengujiannya adalah dikatakan signifikan jika thitung > ttabel dan tidak signifikan jika thitung ≤ ttabel. Harga ttabel diperoleh dari tabel distribusi t dengan
α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk = n – 2) b.
Reliabilitas Butir Soal Menurut Suherman (2001: 153) suatu alat evaluasi disebut reliabel jika alat evaluasi memberikan hasil yang relatif tetap jika digunakan untuk subyek yang sama, dengan demikian reliabilitas disebut juga konsisten dan ajeg. Rumus
reliabilitas
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
menggunakan rumus Cronbach Alpha (Riduwan, 2010: 115) sebagai berikut: Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
40
[
][
∑
]
Keterangan : r11
: nilai reliabilitas
∑
: jumlah variansi skor tiap-tiap item
St
: variansi total
k
: jumlah item soal Kriteria
penafsiran
mengenai
tolok
ukur
untuk
menginterprestasikan derajat reliabilitas menurut Guilford yang terdapat pada tabel 3.7. Untuk mengetahui instrumen yang digunakan reliabel atau tidak maka dilakukan pengujian reliabilitas dengan rumus alpha-croncbach dengan bantuan program Anates V.4 for Windows. Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan rhitung dan rtabel. Jika rhitung > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika rhitung ≤ rtabel maka soal tidak reliabel. Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas Besarnya r11 Interpretasi 0,80 < r11 ≤ 1,00 reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80 reliabilitas tinggi 0,40 < r11≤ 0,60 reliabilitas sedang 0,20 < r11≤ 0,40 reliabilitas rendah r11≤ 0,20 reliabilitas sangat rendah Sumber: Suherman (2001: 156) Maka untuk α = 5% dengan derajat kebebasan dk = 28 diperoleh harga rtabel 0,374. Hasil perhitungan reliabilitas dari uji coba instrumen diperoleh rhitung = 0,80. Artinya soal tersebut reliable karena 0,80 > 0,374 dan termasuk kedalam kategori tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dari soal uji coba pemecahan masalah dan penalaran matematis adalah sebagai berikut: Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41
Tabel 3.8 Reliabilitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis rhitung 0,80
rtabel 0,374
Kriteria Reliabel
Kategori Tinggi
Sedangkan kriteria pengujiannya adalah Jika r11 > rtabel maka soal reliabel, sedangkan jika r11 ≤ rtabel maka soal tidak reliabel. Harga rtabel diperoleh dari nilai tabel r product moment untuk signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk = n – 1). c.
Daya Pembeda Daya
pembeda
menunjukkan
kemampuan
soal
tersebut
membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Analisis daya pembeda pada penelitian ini digunakan program Anates 4.0, dan daya pembeda uji coba soal kemampuan pemecahan masalah dan penalaran didasarkan pada klasifikasi yang dipaparkan berikut ini (Suherman dan Sukjaya, 1990, h.202). Tabel 3.9 Klasifikasi Daya Pembeda Kriteria Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran, daya pembeda dari hasil uji coba soal kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel 3.10 Tingkat Daya Pembeda Hasil Uji Coba Soal Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis No Urut No Soal DP Interpretasi 1 1 0,719 Sangat Baik 2 2 0,406 Baik Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
42
3 4 5 6 7 8 9 10 d.
3 4 5 6 7 8 9 10
0,312 0,344 0,500 0,333 0,458 0,417 0,333 0,542
Cukup Cukup Baik Cukup Baik Baik Cukup Baik
Tingkat kesukaran Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks (Safari, 2005: 23). Untuk mengetahui soal–soal yang mudah, sedang dan sukar dilakukan uji tingkat kesukaran, untuk menghitung indeks kesukaran ini digunakan rumus (Surapranata, 2006: 12) sebagai berikut: ∑ Keterangan :
tingkat kesukaran
∑
:
banyak peserta tes yang menjawab benar
Sm
:
skor maksimum
N
:
jumlah peserta tes
Tabel 3.11 Klasifikasi Interpretasi Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran Klasifikasi TK = 0,00 Soal Sangat Sukar Soal Sukar 0,00 TK 0,3 Soal Sedang 0,3 TK ≤ 0,7 Soal Mudah 0,7 TK ≤ 1,00 TK = 1,00 Soal Sangat Mudah Sumber: Suherman (2001: 170)
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
43
Berikut ini merupakan hasil uji coba untuk tingkat kesukaran dengan menggunakan bantuan software Anates V.4 For Windows. Tabel 3.12 Tingkat Kesukaran Uji Coba No Urut No Soal IK Interpretasi 1 1 0,6406 Sedang 2 2 0,6406 Sedang 3 3 0,5938 Sedang 4 4 0,6406 Sedang 5 5 0,4167 Sedang 6 6 0,6250 Sedang 7 7 0,3542 Sedang 8 8 0,5417 Sedang 9 9 0,2917 Sukar 10 10 0,6458 Sedang Dari hasil uji coba instrumen di atas diperoleh 9 soal dengan kriteria tingkat kesukaran sedang, yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 10, dan untuk kriteria tingkat kesukaran sukar terdapat 1 soal yaitu soal no 9. Seluruh kriteria sedang dan sukar, soal tersebut digunakan sebab memiliki prasyarat yang baik untuk digunakan.
3) Pedoman Wawancara Wawancara digunakan untuk mengungkap dan menggali informasi yang belum teramati dalam observasi pengamat. Pedoman wawancara dibuat untuk mengetahui lebih lanjut berkenaan dengan kesulitan dan kekeliruan siswa dalam menyelesaikan soal tes pemecahan masalah dan penalaran matematis, memastikan penyebab ketidak konsistenan jawaban siswa . 4) Lembar Observasi Penelitian ini menggunakan lembar obeservasi untuk mengamati kesesuaian proses pembelajaran di kelas dengan aktivitas dan unsur-unsur yang harus muncul dalam menggunakan DI. Data hasil pengamatan yang
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
44
diperoleh digunakan sebagai bahan refleksi dan diskusi guru untuk menjadi bahan pertimbangan proses pembelajaran selanjutnya.
D. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Untuk itu pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. a. Analisis Data Kualitatif Data kualitatif diperoleh melalui wawancara dan lembar observasi. Hasil wawancara dan observasi diolah secara deskrptif dan hasilnya dianalisis melalui laporan penulisan essay yang menyimpulkan kriteria, karakteristik serta proses yang terjadi dalam pembelajaran. b. Analisis Data Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes, postes, dan gain siswa.
Data hasil uji instrumen diolah dengan
software Anates Versi 4.1 untuk memperoleh validitas, reliabilitas, daya pembeda serta derajat kesulitan soal. Sedangkan data hasil pretes, postes, dan gain diolah dengan software SPSS Versi 17.0 for Windows.
c. Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah dan Penalaran Matematis Hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis digunakan untuk menelaah peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan DI dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan pengolahan data berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis yaitu kategori atas, dan bawah pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan Differentiated Instruction. Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
45
Data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut: 1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran yang digunakan. 2) Membuat tabel skor pretes dan postes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3) Menentukan skor peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis dengan rumus gain ternormalisasi (Hake, 1999) yaitu:
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 3.13 Klasifikasi Gain Ternormalisasi Besarnya Gain (g) g ≥ 0,70 0,30 ≤ g < 0,70 g < 0,30
Klasifikasi Tinggi Sedang Rendah Sumber : (Hake, 1999)
4) Melakukan uji normalitas untuk mengetahui kenormalan data skor pretes, postes dan gain kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk data ≤ 30 dan Saphiro Wilk untuk data > 30 Adapun rumusan hipotesisnya adalah: Ho: data berdistribusi normal Ha: data tidak berdistribusi normal Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima. Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
5) Menguji homogenitas varians skor pretes, postes dan gain kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis menggunakan uji Levene. Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: Ho: Kedua data bervariansi homogen Ha: Kedua data tidak bervariansi homogen Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika nilai Sig. (p-value) < α (α =0,05), maka Ho ditolak Jika nilai Sig. (p-value) ≥ α (α =0,05), maka Ho diterima. 6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan rataan skor pretes, uji perbedaan rataan skor postes dan skor gain menggunakan uji-t yaitu Independent Sample TTest. Sedangkan untuk data tidak berditribusi normal menggunakan uji non parametrik yaitu uji Mann Whitney. 7) Melakukan uji perbedaan rataan skor gain kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan DI dan pembelajaran konvensional berdasarkan kategori pengetahuan awal matematis siswa (atas dan bawah). Uji statistik yang digunakan adalah
Uji statistik yang digunakan adalah
analysis of variance (ANOVA) dua jalur dilanjutkan uji Scheffe untuk melihat letak perbedaanya (untuk data berdistibusi normal dan homogen).
Sedangkan
untuk
data
tidak
berdistribusi
normal
menggunakan uji non parametrik. 8) Melakukan uji korelasi product momen Pearson skor postes untuk melihat hubungan antara kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa.
E. PROSEDUR PENELITIAN Berikut ini adalah prosedur penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti: a.
Persiapan
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
47
1) Telaah literatur 2) Observasi 3) Membuat rencana penelitian. 4) Menyusun instrumen penelitian. b. Pelaksanaan: 1) Melakukan tes diagnostik untuk mengetahui perbedaan individual siswa 2) Menentukan kelas kontrol dan eksperimen dari sampel yang ada. 3) Mengadakan tes pengetahuan awal matematis siswa pada kelas eksperimen. 4) Melakukan pretest pada kedua kelas 5) Melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran untuk masing-masing kelas. 6) Melakukan postest pada kedua kelas. c. Pengumpulan Data.
Candra Ditasona, 2013 Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu