BAB III METODE PENELITIAN Di dalam bab 3 (tiga) ini adalah pemaparan metode penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian dan strategi melakukan penelitian atas masalah yang diajukan. 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dikaji adalah persepsi komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terhadap Ormas Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an, yang diperoleh dari pesan pada progam acara Jihad Pagi di radio komunitas MTA FM. 3.2. Jenis Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang mana penelitian ini hanyalah memaparkan situasi dan peristiwa. Dalam hal ini peneliti memaparkan persepsi nara sumber (informan) dan faktor-faktor yang melatarbelakanginya. Peneliti menekankan catatan dari hasil wawancara (wawancara mendalam) dan observasi yang menggambarkan situasi nara sumber sebenarnya (Moleong, 2002:6). Pada penelitian ini akan menggambarkan persepsi masyarakat Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terhadap Ormas Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an yang diperoleh dari pesan pada progam acara Jihad Pagi di radio komunitas MTA FM. Selain itu, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif-analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh nara sumber secara tertulis atau lisan maupun perilaku nyata. Pendekatan kualitatif juga mempunyai pengertian, pertama, penelitian ini berusaha mengetahui pengetahuan dan sikap nara sumber tentang konsep penelitian berdasarkan pengetahuan dan bacaan secara mendalam, bukan melebar. Kedua, penelitian ini adalah sebuah penelitian pengetahuan dan sikap (Moleong, 2002: 7).
38
3.3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode Studi Kasus adalah penelitian yang menempatkan sesuatu atau obyek yang diteliti sebagai ‘kasus’1. Schramm (dalam Yin, 2011:17), menyatakan esensi studi kasus adalah mencoba menjelaskan keputusan-keputusan tentang mengapa studi tersebut dipilih, bagaimana mengimplementasikan, dan apa hasilnya. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan konperehensif mengenai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu progam, atau situasi sosial (Mulyana, 2004:201). Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti. Peneliti sering menggunakan berbegai metode: wawancara (riwayat hidup), pengamatan, penelah dokumen, hasil (survei), dan data apapun yang untuk menguraikan suatu kasus secara terinci. Sebagai metode yang bersifat multidimensional dan menelaah suatu kasus secara menyeluruh, hasil dari studi kasus dapat menyarankan pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis-hipotesis yang dapat diuji melalui survei atau eksperimen. Sebagai suatu metode kualitatif, studi kasus mempunyai beberapa keuntungan. Linconln dan Guba (dalam Mulyana, 2004;201203) mengemukakan bahwa keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut: a. Studi kasus merupakan sarana utama untuk penelitian emik, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti. b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari. c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukan hubungan antara peneliti dan responden. d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpecayaan. 1
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2009/03/pengertian-penelitian-studi-kasus.html, (diunduh tanggal 18-07-2012)
39
e. Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas. f. Studi kasus terbuka untuk penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut. 3.4. Unit Amatan dan Unit Analisa Unit amatan ialah sesuatu yang dijadikan sumber untuk memperoleh data dalam rangka menggambarkan dan menjelaskan tentang unit analisis (Ihalauw, 2004: 178), dalam penelitian ini yaitu masyarakat Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Unit analisis adalah hakekat dari populasi yang tentangnya peneliti menghimpun data dan dari padanya peneliti menarik kesimpulan (Ihalauw, 2004: 174). Dalam hal ini adalah persepsi dari komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah terhadap Ormas Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an yang diperoleh dari pesan pada progam acara Jihad Pagi di radio komunitas MTA FM. 3.5. Teknik Penentuan Nara Sumber Menurut Sugiyono (2009:221), penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, karena itu orang yang dijadikan sampel atau informan sebaiknya yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya2. Peneliti mempertimbangkan beberapa sumber informasi atau informan kunci, dalam hal ini para Ulama dan sumber lain yang diangggap berkompeten di Kecamatan Susukan. Kemudian peneliti memilih 2 orang Ulama yang penting dan mempunyai posisi/jabatan tinggi di masyarakat Nahdatul Ulama Kecamatan Susukan. 1 (satu) orang Ulama Wanita, 1 (satu) orang lainnya seorang Ulama di Kecamatan Susukan. 1 (satu) orang (Pria) lagi merupakan Ulama, sekaligus tokoh muda Nahdatul Ulama, yang berkontribusi dan berpengaruh terhadap pergerakan pemuda-pemudi Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Selanjutnya peneliti juga mencari nara sumber lain yang diaggap
2
Lampiran 5, halaman 180.
40
mengetahui kasus ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui persepsi khalayak NU di Kecamatan Susukan tentang Ormas Islam MTA, yang diperoleh informasinya dari radio siaran komunitas MTA FM secara menyeluruh. 3.6. Jenis Data Ada dua macam jenis data penelitian sebagai sumber informasi, yaitu jenis data primer dan jenis data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti atau nara sumber (Bagong dan Sutinah, 2007:55). Dalam penelitian ini, Sumber data primer penelitian ini adalah data hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan kunci masyarakat Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan jenis data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain. Jenis data sekunder penelitian ini adalah artikel, website, radio siaran serta terbitan lain yang terkait dengan penelitian ini. 3.7. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan peneliti dengan menggunakan dua data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam peneliti dengan nara sumber, serta hasil observasi peneliti. Selain itu peneliti juga menyalin data sekunder dari literatur buku dan data yang diunduh dari website/internet, yang berkaitan tentang organisasi massa Islam (MTA dan NU), Radio MTA, dan lain sebagainya. 3.7.1. Wawancara Wawancara atau interview merupakan salah satu cara pengambilan data yang dilakukan melalui kegiataan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi terstruktur, dan tak-terstruktur (Maryaeni, 2005:68). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan guide question ketika wawancara dengan para nara sumber.Wawancara dilakukan peneliti terhadap lima orang nara sumber antara tanggal 10 Desember 2012 sampai 15 Maret 2013. Peneliti berkunjung secara langsung ke rumah atau kantor nara sumber dan meminta persetujuannya untuk melakukan wawancara. Setelah nara sumber menentukan waktunya, peneliti sesegera mungkin melakukan 41
proses wawancara. Wawancara dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan nara sumber dan peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan guide question yang telah disiapkan sebelumnya. 3.7.2. Observasi Observasi (Maryaeni, 2005:68) dilakukan peneliti saat melakukan wawancara dengan para nara sumber. Observasi bertujuan agar peneliti dapat mengetahui persepsi nara sumber terhadap Ormas Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an yang diperoleh dari pesan pada progam acara Jihad Pagi di radio komunitas MTA FM, serta faktorfaktor yang melatarbelakangi persepsi dari khalayak tersebut. Selain itu, peneliti juga mengamati karakter nara sumber dari kondisi tempat tinggal, lingkungan nara sumber, rekam jejak kegiatan nara sumber dan selama nara sumber bepergian dengan peneliti. Observasi juga dilakukan peneliti di lingkungan masyarakat secara umum, baik dalam lingkup diskusi/obrolan ringan, pengajian dan kegiatan keagamaan atau sosial lainnya. 3.8. Teknik Analisis Data Setelah memperoleh data, peneliti menganalisa data. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2006). Peneliti menggunakan proses analisis data yang meliputi tiga tahapan, yaitu epoche, reduksi dan strukturasi (Maryaeni, 2005:76) : 1. Tahap epoche merupakan tahap pengabaran sesuai dengan informasi yang terdapat dalam teks yang terkonstruksikan. Peneliti mencatat ulang pembicaraan dalam tape recorder saat diskusi berlangsung ke dalam bentuk percakapan. Kemudian peneliti membaca berulang-ulang data tersebut dan dipahami untuk kemudian menelusuri perkataan dalam diskusi dengan latar belakang nara sumber yang berpendapat (berkata) tersebut. Peneliti mengumpulkan semua data dari hasil wawancara dan observasi kahalayak/komunitas Nahdatul Ulama yang telah dilakukan selama penelitian di Kecamatan Susukan. 42
2. Tahap berikutnya adalah tahap reduksi, dimana peneliti menyaring representasi makna ataupun informasi yang didapat sesuai dengan lingkup permasalahan yang digarap (dikerjakan). Pada tahap ini, peran peneliti sangat penting yaitu untuk memilah-milah informasi yang mana berkaitan dengan Ormas MTA (Majelis Tafsir Al-Qur’an) bersumberkan dari progam acara Jihad Pagi radio MTA FM dari sudut pandang komunitas Nahdatul Ulama (NU). 3. Tahap ketiga, yaitu tahap strukturasi, peneliti mengidentifikasi hubungan komponen yang satu dengan yang lain dalam satuan teksnya, yaitu menghubungkan alur penyebaran informasi dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) melalui progam acara Jihad Pagi di radio MTA FM sampai pada tahap pengetahuan komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, yang kemudian dapat diperoleh kesimpulan tentang persepsinya (komunitas NU) terhadap Ormas MTA tersebut. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori divusi inovasi dari Everett M. Rogers dan teori persepsi dari Bimo Walgito serta didukung dengan teori-teori komunikasi lainnya. 3.9. Kesulitan Dalam Penelitian Kesulitan dalam penelitian ini yaitu ketika membongkar fakta-fakta yang nyata yang terjadi di komunitas Nahdatul Ulama Kecamatan Susukan. Hal ini dikarenakan, berhubungan dengan kondisi pada masa penelitian yang tidak stabil sebagai akibat berlangsungnya Pilkades yang dilaksanakan secara periodik. Penyebab lainnya adalah keengganan salah satu informan kunci dalam memberikan informasiinformasi mengenai Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an secara menyeluruh (seolah-olah menutupi). Akan tetapi seiring berjalannya waktu, permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi oleh peneliti dengan semaksimal mungkin, sehingga tidak menjadi penghambat dalam penelitian ini.
43