BAB III METODE PENELITIAN
3. 1. Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah - Kalium Na – tatrat (C4H4KNaO6. 4H2O) p.a. (E.merck) - Natrium Karbonat anhidrat (Na2CO3) p.a. (E.merck) - Natrium Sulfat anhidrat (Na2SO4) p.a. (E.merck) - Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.7H2O) p.a. (E.merck) - Asam Sulfat (H2SO4)
p.a. (E.merck)
- Dinatrium hidroarsenat heptahidrat (Na2HASO4. 7 H2O)
p.a. (E.merck)
- Glukosa anhidrat (C6H12O6) p.a. (E.merck) - Natrium sitrat ( C6H5O7Na3 )
p.a. (E.merck)
- Bibit Rimbang - Tunas tanaman terung belanda - Tanah humus - Pupuk NPK
Universitas Sumatera Utara
- Atonik (ZPT)
3. 2. Alat-alat - Beker Gelas Pyrex - Tabung reaksi Pyrex - Rak tabung - Labu ukur Pyrex - Gelas Ukur Pyrex - Hot Plate MiltonRoy - Penangas air Fisher - Neraca analitik Metler Toledo - Gelas Erlenmeyer Pyrex
Universitas Sumatera Utara
- Spektrofotometer uv-vis
Genesys 20
- Inkubator - Mortar - Kain kasa - Tali rafia - Polybag
3. 3. Prosedur Penelitian 3. 3. 1. Persiapan Batang Bawah dan Batang Atas Dilaksanakan
sesuai
dengan
metode
sambung
pucuk
terung
belanda dengan rimbang oleh Tarigan dan Pintubatu (2006).
a. Persiapan Batang Bawah 1)
Tiga buah rimbang
kering diambil bijinya dan disemaikan pada media
persemaian yang mengandung tanah humus. 2)
Setelah berumur + 2 bulan bibit dipindahkan ke polybag.
(12 bibit yang
akan disambung dan 4 cadangan). 3)
Setelah bibit mempunyai diameter batang + 0,5 cm bibit disambung dengan pucuk/tunas terung belanda (R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9, R10 R11, R12).
b. Persiapan Batang Atas.
Universitas Sumatera Utara
1)
Dipersiapkan 3 tanaman terung belanda diatas 1 tahun yang bertunas banyak sebagai pohon induk untuk disambung dan untuk blanko.
2)
Setiap pohon (pohon 1,2,3) dipotong tunasnya sebanyak 4 tunas setiap pohon (T1.1, T1.2, T1.3, T1.4, T2.1, T2.2, T2.3, T2.4, T3.1, T3.2, T3.3, T3.4).
3)
Sisa tunas pada pohon induk dijadikan sumber buah untuk blanko yang tidak disambung (Pohon blanko/ TB1,TB2,TB3).
3. 3. 2. Penyambungan Batang Bawah Dengan Batang Atas. a)
Pertumbuhan batang bawah ditunggu sampai diameter batang berukuran + 0,5 cm .
b)
Dipotong + 15 cm diatas pangkal batang bawah dan dibuat sayatan berbentuk huruf
V dengan
panjang
+ 1 – 1,5 cm (sebanyak 12
batang dan 4 cadangan). c)
Dipilih calon batang atas yang panjangnya tidak melebihi 5 cm dan diameter tunas/pucuk yang sedikit lebih kecil dari batang bawah.
d)
Pangkal tunas / pucuk batang atas disayat mengikuti bentuk sayatan yang telah disediakan pada batang bawah (12 batang)
e)
Batang atas diselipkan kebatang bawah, dan diikat rapat dengan tali rafia. (S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4,
S9R9T3.1, S10R10T3.2,
S11R11T3.3 ,
S12R12T3.4).
Universitas Sumatera Utara
f)
Jumlah daun dikurangi separuh dari jumlah daun yang ada, disisakan daun yang terdekat dengan ujung pucuk, disungkup dengan botol plastik untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
3. 3. 3. Pemelihraan Tanaman Baru Terung Belanda . a) Tanaman yang baru disambung ditempatkan pada Green House b) Dilakukan penyiraman dengan air jika kering dan tidak sampai membasahi bekas sambungan. c) Setelah sambungan berhasil, tanaman disemprot dengan atonik dosis
1
– 2 cc / liter air . d) Memangkas tunas – tunas yang muncul pada batang bawah serta melakukan pemupukan setelah penyambungan dan setelah terbentuk bakal buah yang pertama. e) Setelah pertumbuhan sambungan normal, tali pengikat dan plastik di lepaskan agar perkembangan dan pertumbuhan batang tidak terganggu. f) Persentase keberhasilan penyambungan sudah dapat dihitung dengan membandingkan
jumlah
tanaman
terung
belanda
yang
berhasil
disambung, dan
tumbuh dengan jumlah keseluruhan tanaman yang
disambung dikalikan 100 %.
Universitas Sumatera Utara
3. 3. 4. Panen Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Buah Terung Belanda Blanko. Pada saat tanaman terung belanda sudah berbuah (sekitar 2 bulan setelah penyambungan ) maka panen dilakukan dari tanaman baru hasil sambung pucuk dan tanaman blanko yang sudah matang dalam jangka waktu yang bersamaan terhitung semenjak terbentuknya bakal buah. Panen dilakukan dengan mengambil satu buah terung belanda dari setiap pohon hasil penyambungan S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4, S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3 , S12R12T3.4) dan satu buah dari setiap pohon tanpa penyambungan (TB1,TB2,TB3) kemudian dikelompokan menurut asal pohon induk (TS1, TS2, TS3) dan blanko (TB1,TB2,TB3).
3. 3. 5. Persiapan Analisis Karbohidrat Analisis karbohidrat pada buah dari tanaman baru terung belanda dan buah terung belanda blanko dilaksanakan dengan mengacu pada analisis bahan makanan menurut Sudarmadji (1984).
a. Pembuatan Pereaksi Nelson Somogyi. - Larutan Nelson A Dilarutkan 12,5 g natrium karbonat anhidrat 12,5 kalium natrium tatrat, 10 g natrium bikarbonat, dan 100 g natrium sulfat anhidrat dalam 350 ml akuadest. Kemudian diencerkan sampai 500 ml
Universitas Sumatera Utara
- Larutan Nelson B Dilarutkan 7,5 g CuSO4 5 H2O dalam 50 ml akuades dan ditambahkan 1 tetes H2SO4 (pekat). Pereaksi Nelson dibuat dengan cara mencampurkan 25 ml
bagian larutan
Nelson A dan 1 ml bagian larutan Nelson B. Pencampuran dilakukan pada setiap hari akan digunakan. b. Pembuatan Larutan Arsenomolybdat. 1)
Dilarutkan 25 g Ammonium molybdat dalam 450 ml akuadest dan ditambahkan 25 ml asam sulfat pekat.
2)
Dilarutkan pada tempat yang lain 3 g Na2HASO4 7 H2O dalam 25 ml akuades.
3) Larutan kedua dituangkan kedalam larutan yang pertama, dan disimpan dalam botol berwarna cokelat. 4) Selanjutnya diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam (hingga larutan berwarna kuning). c. Pembuatan Pereaksi Benedict. 1). Dicampurkan 17,3 g natrium sitrat dengan 10 g natrium karbonat anhidrat ke dlm 80 ml air, diaduk, dan disaring. 2). Ditambahkan 1,73 g tembaga sulfat yg telah dilarutkan dlm 10 ml air. 3). Volume total dibuat menjadi 100 ml dengan penambahan air. d. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (650 –850 nm) Larutan Standar. 1)
Ditimbang 40 mg Glukosa anhidrat dan dilarutkan dengan akuades sampai volume 200 ml (larutkan glukosa 0,2 mg/ml).
Universitas Sumatera Utara
2)
Dipipet 25 ml larutan diatas dan diencerkan dengan akuades sampai 100 ml (larutan glukosa 0,05 mg / ml).
3)
Dipipet 1 ml larutan glukosa 0,05 mg / ml ke dalam tabung reaksi, ditambahkam 1 ml pereaksi nelson dan ditutup tabung reaksi dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit.
4)
Diangkat dan didinginkan sampai suhunya mencapai 25o
5)
Setelah dingin ditambahkan 1 ml larutan arsenomolybdat, dikocok sampai semua endapan Cu2O larut sempurna, dan ditambahkan 7 ml akuadest, kemudian dikocok sampai homogen.
6)
Diukur serapan panjang gelombang pada 650 –850 nm dengan menggunakan blanko akuades.
e. Persiapan Kurva Kalibrasi Larutan Glukosa Standar. 1)
Dibuat larutan glukosa standar 0,02 ; 0,04 ; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,12 ; 0,14 ; 0,16 ; 0,18 dan 0,2 mg/ml dengan mengencerkan larutan glukosa 0,2 mg/ml sebanyak
2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ; 20 ; 22,5 dan 25 ml kedalam
labu takar 25 ml. 2) Masing – masing larutan standar dipipet 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi. 3) Kedalam masing-masing tabung ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson somogyi dan ditutup dengan kapas, segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. 4) Diangkat dan didinginkan sampai suhunya mencapai 25oC.
Universitas Sumatera Utara
5) Setelah dingin ditambahkan 1 ml larutan
arsenomolybdat, dikocok sampai
semua endapan larut sempurna, ditambahkan 7 ml akuadest, kemudian dikocok sampai homogen. 6) Diukur serapan panjang gelombang pada 750 nm dengan menggunakan blanko akuades. 7) Hasil pengukuran absorbansi dibuat dalam bentuk kurva kalibrasi.
3. 3. 6. Pembuatan Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko Untuk Analisis Karbohidrat. a) Disediakan 1 buah terung belanda dari setiap pohon hasil penyambungan (S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3,
S8R8T2.4,
S9R9T3.1,
S10R10T3.2,
S11R11T3.3
,
S12R12T3.4) dan masing – masing 4 buah terung belanda blanko dari 3 pohon induk (TB1,TB2,TB3). b) Masing – masing buah hasil sambung pucuk dikelompokan
menurut
asal pohon induk TS1 (S1R1T1.1, S2R2T1.2, S3R3T1.3, S4R4T1.4), TS2 (S5R5T2.1, S6R6T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4), dan TS3 (S9R9T3.1, S10R10T3.2, S11R11T3.3 , S12R12T3.4 ) serta buah terung belanda blanko TB1,TB2 dan TB3. c) Masing – masing buah (TS1,TS2,TS3,TB1,TB2,TB3) dicuci bersih dan ditimbang untuk mengetahui berat sampel dalam 1 ml filtrat. d) Buah dipotong kecil, dihaluskan dan disaring dengan kain kasa sehingga diperoleh filtrat TS1, TS2, TS3, TB1,TB2 dan TB3.
Universitas Sumatera Utara
e) Masing – masing filtrat diukur volumenya, untuk mengetahui berat sampel dalam 1 ml filtrat. f)
Masing – masing filtrat diambil 1 ml dan diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sehingga diperoleh larutan sampel (1 ml filtrat / 100 ml larutan ).
3. 3. 7. Analisis Kualitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko. a) Dimasukan masing – masing 5 ml larutan sampel (1 ml filtrat / 100 ml larutan ) dan 15 ml pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi, Dicampurkan sampai homogen. b) Dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5 menit. c) Didinginkan perlahan-lahan, diperhatikan warna dan endapan yang terbentuk.
3. 3. 8. Analisis kuantitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko. a)
Masing – masing dipipet 1 ml larutan sampel ( 1 ml filtrat / 100 ml larutan ) dan diencerkan dalam labu takar 25 ml sehingga diperoleh larutan sampel ( 1 ml filtrat / 2500 ml larutan ).
b)
Masing – masing dipipet 1 ml larutan sampel ( 1 ml filtrat / 2500 ml larutan ). Diambil 1 ml larutan filtrat, kemudian ditambahkan 1 ml
Universitas Sumatera Utara
pereaksi Nelson – Somogyi. Segera dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit. c)
Larutan didinginkan pada suhu 250C dan ditambahkan 1 ml larutan arsenomolybdat, kemudian ditambahkan 7 ml akuades.
d)
Setelah itu diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 750 nm dengan menggunakan alat spektrofotometer uv – vis.
e)
Dihitung kadar karbohidrat pada sampel sebagai kadar gula reduksi dengan mensubstitusikan absorbansi larutan sampel ke persamaan regresi linier dari kurva kalibrasi larutan glukosa standar dengan rumus sebagai berikut Y
=
KGR
=
a
+ bX
X . Fp ____________ S
x
100%
Dimana : Y = nilai absorbansi larutan sampel. X = konsentrasi glukosa a
= slope
b
= intersep
KGR = Kadar Gula Reduksi Fp
= Faktor pengenceran
S
= Berat sampel
( Darwin, 2007)
Universitas Sumatera Utara
3.4.Bagan Penelitian. 3.4.1. Persiapan Batang Bawah (Rimbang) dan Batang Atas (Terung Belanda).
3 pohon terung belanda yang subur diatas 1 tahun untuk persiapan batang atas
3 buah rimbang yang tua untuk persiapan batang bawah
Disemai, ditunggu ± 2 bulan sampai diameter batan ± 0,5 cm
bibit tanaman Diambil 12 bibit untuk disambung dan 4 bibit untuk cadangan. dan dipindahkan ke polybag
Bibit rimbang untuk disambung R1 R2 R3 R4
R5 R6 R7 R8
R9 R10 R11 R12
Tunas terung belanda untuk disambung
diambil 4 tunas yang muda dan sedikit berkayu setiap pohon (12 tunas untuk disam bung) dan sisanya untuk blanko
Tunas Terung belanda tidak disambung
Pohon1 pohon2 pohon3
Pohon blanko1
T1.1 T1.2 T1.3 T1.4
pohon blanko 2
T2.1 T2.2 T2.3 T2.4
T3.1 T3.2 T3.3 T3.4
pohon blanko 3
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Penyambungan Batang Bawah (Rimbang) dengan Batang Atas (Terung Belanda).
bibbibit it rimbang rimbang untuk untuk sambung disambung R1 R2 R2 R3 R4 R3
R5 R6 R6 R7 R8 R7
R10 R9 R9 R11 R12 R11
tunas terung belanda untuk disambung T1.1 T1.2 T1.3 T1.4
T2.1 T2.2 T2.3 T2.4
T3.1 T3.2 T3.3 T3.4
Terung belanda tidak disambung TB1 TB2 TB3
Batang berdiameter ± 0,5 cm Dipotong ± 5 cm dari ujung pucuk bentuk V terbalik dengan panjang torehan ± 1-1,5 cm
Batang berdiameter ± 0,5 cm Dipotong ± 15 cm dari pangkal bentuk V dengan panjang torehan ± 1-1,5 cm
Tanaman Baru Terung Belanda
S1R1 T1.1 S2R2 T1. 2 S3R3 T1. 3 S4R4 T1. 4
S5R5 T2.1 S6R6T2. 2 S7R7 T2.3 S8R8 T2.4
S9R9T3.1 S10R10T3.2 S11R11T3.3 S12R12 T3.4
Tanaman Terung Belanda Blanko TB1 TB2 TB3
Universitas Sumatera Utara
3.4.3. Pemeliharaan Tanaman Terung Belanda Sambung Rimbang
Tanaman Baru Terung Belanda
S1R1 T1.1 S2R2 T1. 2 S3R3 T1. 3 S4R4 T1. 4
S5R5 T2.1 S6R6T2. 2 S7R7 T2.3 S8R8 T2.4
Tanaman Terung Belanda Blanko
S9R9T3.1 S10R10T3.2 S11R11T3.3 S12R12 T3.4
TB1 TB2 TB3
Disemprot dengan Zpt (Atonik dosis 1-2cc/liter air) Dipupuk dan dibuang tunas yang muncul pada batang bawah Setelah normal tali pengikat dan sungkup plastik dilepas Ditunggu berbuah ± 2 bulan Dihitung persentase keberhasilan sambungan. Buah Tanaman Baru Terung Belanda Untuk Dianalisis
Buah Terung Belanda Blanko Untuk Dianalisis
S1R1 T1.1
S5R5 T2.1
S9R9T3.1
TB1
S2R2 T1. 2
S6R6T2. 2
S10R10T3.2
TB2
S3R3 T1. 3
S7R7 T2.3
S11R11 T3.3
TB3
S4R4 T1. 4
S8R8 T2.4
S12R12 T3.4
Universitas Sumatera Utara
3.4.4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar
GLUKOSA ANHIDRAT
Ditimbang 40 mg. Dilarutkan dengan akuadest sampai 200 ml Larutan Glukosa 0,2 mg/ml Dipipet 25 ml Diencerkan sampai 100 ml Larutan Glukosa 0,05 mg/ml Ditambah 1 ml pereaksi Nelson Ditutup dengan kapas Dipanaskan dalam penangas air mendidih 30 menit Diangkat dan didingikan sampai 250C Ditambah larutan Arsenomolibdat dikocok sampai endapan larut Ditambah 7 ml akuades dikocok sampai homogen Diukur serapan panjang gelombang pada 650-850 nm Dilakukan hal yang sama untuk blanko akuades Panjang Gelombang Maksimum
Universitas Sumatera Utara
3.4.5. Pengukuran Absorbansi Larutan Glukosa Standar LARUTAN GLUKOSA 0,2 mg/ml
Diencerkan dengan memipet masing – masing 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; 15 ; 17,5 ; 20 ; 22,5 dan 25 ml larutan kedalam labu takar 25 ml. Ditambahkan air sampai tanda batas.
Larutan glukosa standar 0,02 ; 0,04 ; 0,06 ; 0,08 ; 0,10 ; 0,12 ; 0,14 ; 0,16 ; 0,18 dan 0,2 mg/ml Masing – masing dipipet 1 ml ke dalam tabung reaksi. Ditambah 1 ml pereaksi Nelson, dan ditutup dengan kapas. Dipanaskan dalam penangas air mendidih 30 menit. Diangkat dan didinginkan pada suhu 25 0 C Ditambah 1 ml larutan Arseno molibdat, dikocok, ditambah 7 ml akuades dan diaduk sampai homogen Diukur serapan pada panjang gelombang 750 nm Data absorbansi dibuat dalam bentuk kurva
Kurva kalibrasi larutan glukosa standar
Universitas Sumatera Utara
3.4.6. Pembuatan Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko Untuk Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
Buah terung belanda hasil sambung pucuk untuk dianalisis
Buah terung belanda blanko untuk dianalisis
S1R1 T1.1
S5R5 T2.1
S9R9T3.1
TB1
S2R2 T1. 2
S6R6T2. 2
S10R10T3.2
TB2
S3R3 T1. 3
S7R7 T2.3
S11R11 T3.3
TB3
S4R4 T1. 4
S8R8 T2.4
S12R12 T3.4
Dikelompokan menurut asal pohon induk, dicuci, ditimbang, dipotong kecil, dihaluskan dan disaring dengan kain kasa
Filtrat TS1
Filtrat TS2
Filtrat TS3
Filtrat Filtrat Filtrat TB1 TB2 TB3
Masing – masing filtrat diukur volumenya dan diambil 1 ml fitrat untuk diencerkan dalam labu takar 100 ml
LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 1 ml filtrat / 100 ml larutan
Universitas Sumatera Utara
3.4.7. Analisis Kualitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda Dan Blanko Dengan Metode Benedict LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 1 ml filtrat / 100 ml larutan Masing – masing dipipet 5 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi 5 ml larutan sampel
Ditambah 15 ml pereaksi Benedict Dipanaskan selama 2 menit dalam penangas air mendidih. Didinginkan hingga 25oC. Diperhatikan perubahan pada larutan.
Hasil
Universitas Sumatera Utara
3.4.8. Analisis Kuantitatif Larutan Sampel Buah Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko Dengan Metode Nelson Somogyi. LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 (1 ml filtrat/100 ml larutan) Masing – masing dipipet 1 ml dan diencerkan dalam labu takar 25 ml LARUTAN SAMPEL TS1, TS2, TS3, TB1, TB2, TB3 (1 ml filtrat / 2500 ml larutan) Masing – masing dipipet 1 ml dan dimasukan kedalam tabung reaksi 1 ml larutan sample (1 ml filtrat / 2500 ml larutan) Ditambah 1 ml pereaksi Nelson Dipanaskan selama 30 menit diatas penagas air mendidih. Didinginkan hingga 25 0 C Ditambah 1 ml larutan Arsenomolybdat dan dikocok Ditambah 7 ml akuades Larutan Homogen
Diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 750 nm Dilakukan perhitungan kadar gula reduksi Kadar Gula Reduksi
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian.
4.1.1. Hasil Analisis Karbohidrat Analisis karbohidrat pada buah dari tanaman baru terung belanda dan blanko dilaksanakan dengan memperoleh hasil sebagai berikut: a. Hasil penentuan berat sampel buah tanaman baru terung belanda dan blanko Tabel 4.1. Berat Sampel Buah Terung Belanda Untuk Analisis I, II, III Analisis ke/no
Sampel
Berat sample (gram)
Volume filtrate (ml)
Berat Sampel (mg/ml)
I
1 2 3 4 5 6
TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3
135,2854 170,7605 128,7376 145,8460 132,2459 151,7648
74 92 69 81 72 80
1828,181 1856,092 1865,762 1800,568 1836,749 1897,060
II
1 2 3 4 5 6
TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3
128,5433 135,7821 134,8453 131,4542 142,3273 133,4226
70 74 73 72 78 74
1836,333 1834,893 1847,196 1825,753 1824,709 1803,008
III
1 2 3 4 5 6
TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3
55,5000 174,4000 109,2000 91,9660 78,5280 81,3390
30 96 59 49 43 45
1850,000 1816,667 1850,847 1876,857 1826,233 1807,533
46 Universitas Sumatera Utara
b. Hasil analisis kualitatif larutan sampel dengan menggunakan pereaksi Benedict, menunjukan semua larutan sampel dari buah tanaman baru terung belanda dan buah terung belanda blanko (1 ml filtrat / 100 ml larutan) menghasilkan perubahan warna larutan dari biru ke hijau dan dari hijau ke hijau kekuningan serta terbentuk endapan merah bata. c. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum larutan glukosa standar 0,05 mg/ml dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis pada 650 nm – 850 nm diperoleh pada 750 nm yang dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Panjang gelombang (nm) 650 660 670 680 690 700 710 720 730 740 750 760 770 780 790 800 810 820 830 840 850
Absorbansi 0,415 0,441 0,477 0,515 0,553 0,584 0,621 0,652 0,677 0,692 0,696* 0,692 0,684 0,671 0,651 0,627 0,606 0,585 0,563 0,543 0,524
Universitas Sumatera Utara
Dari table diatas diperoleh kurva panjang gelombang maksimum sebagai berikut:
0,7
Absorbansi
0,6
0,5
0,4 650
670
690
710
730
750
770
790
810
830
850
Panjang Gelombang (nm)
Gambar 4.1.
Kurva Panjang Gelombang Maksimum Larutan Glukosa Standar
d) Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Glukosa Standar pada 750 nm menunjukan bahwa terjadi peningkatan absorbansi larutan glukosa sesuai dengan peningkatan konsentrasi larutan glukosa standar sehingga diperoleh persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Absorbansi Larutan Glukosa Standar pada 750 nm No
Konsentrasi larutan glukosa standar (mg/ml)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14 0,16 0,18 0,20
Absorbansi larutan glukosa standar
0,481 0,623 0,768 0,911 1,054 1,199 1,344 1,487 1,632 1,775
Dari tabel diperoleh persamaan regresi dan kurva kalibrasi dengan perhitungan
nilai a (slope) dan b (intersep) serta nilai r (korelasi)
absorbansi dengan konsentrasi larutan glukosa standar sebagai berikut:
a =
(∑X ²) (∑Y) - (∑X ) (∑XY) __________________________ n (∑X²) - ( ∑X) ²
=
0,154 (11,274) - (1,1)(1,47762) _________________________ 10 (0,154) - (1,1)²
ccc =
1,736196 - 1,62538 __________________ 0,33
=
0,34
Universitas Sumatera Utara
n (∑XY) - (∑X ) (∑Y) = ___________________
b
n (∑X²) - ( ∑X) ² =
10(1,47762) - (1,1)(11,274) _____________________ 10 (0,154) - (1,1)²
=
14,7762 - 12,401 _______________ 0,33
=
7,19
r
=
n∑XY - ∑X .∑Y _____________________________________ _____________________________________ √ (n.∑X² - ( ∑X) ² ) x ( n ∑Y² - ( ∑Y) ² )
r
=
14,7762 - 12,4014 _________________________________________ __________________________________________ √ (1,54 - 1,21) x (144,1931 - 127,103 )
=
2,3748 _______ ________________ √ 0,33 x 17,08998
=
0,999998
.
Dengan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,999998 menunjukan bahwa konsentrasi glukosa berkorelasi positif dengan absorbansi dan korelasinya erat ( r2 =
0,999996 ) sehingga kurva mempunyai keakuratan dalam
menentukan konsentrasi glukosa sebesar 99,99 %.
Universitas Sumatera Utara
2 1,8 Absorbansi
1,6
Y = 0,34 + 7,19X
1,4 1,2 1
r =
0,999998
0,8 0,6 0,4 0,02 0,06 0,1 0,14 0,18 KONSENTRASI GLUKOSA (mg/ml)
Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Glukosa Standar
Dari hubungan absorban terhadap konsentrasi larutan glukosa standar pada kurva diatas maka diperoleh persamaan garis regresi linier. Y = a
+ bX
Y = 0,34 Dimana:
+ 7,19X Y = nilai absorban X = konsentrasi glukosa a
= slope
b
= intersep
Universitas Sumatera Utara
f) Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Sampel buah terung belanda yang disambung dan blanko pada analisis I, II, III dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.4. Absorbansi larutan sampel buah terung belanda
Analisis Ke / no
Sampel
Absorbansi (y)
I
1 2 3 4 5 6
TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3
1,093 1,169 1,089 0,848 0,927 0,838
II
1 2 3 4 5 6
TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3
1,054 1,164 0,985 0,898 0,938 0,854
III
1 2 3 4 5 6
TS1 TS2 TS3 TB1 TB2 TB3
1,089 1,172 1,063 0,875 0,912 0,811
Hasil pengukuran absorbansi larutan sampel digunakan untuk perhitungan kadar gula reduksi (KGR) sebagai berikut: Misalnya pada analisis I. absorbansi larutan sampel P1 = 1,093 maka ( Y ) Berat sampel dalam 1 ml filtrat (S)
= 1828,181 mg
Faktor pengenceran ( Fp)
= 2500
= 1,093
Universitas Sumatera Utara
X
KGR
=
1,093 - 0,34 _____________ 7,19
=
0,7572 __________ 7,19
=
0,105313
=
=
X . Fp ____________ S 0,105313 . 2500 ________________ 1828,18
=
26328,23 _____________ 1828,181
=
14,40133 %
=
14,40 %
x
100%
x
100%
Dengan perhitungan yang sama kadar gula reduksi pada analisis 1,2 dan 3 secara keseluruhan untuk buah tanaman baru terung belanda dan blanko dapat dilihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 . Kadar Gula Reduksi Buah Dari Tanaman Baru Terung Belanda dan Blanko
No
Tanaman Baru Terung Belanda TS1 TS2 TS3 (%) (%) (%)
Tanaman Blanko TB1 (%)
TB2 (%)
TB3 (%)
14,07736 15,92426 13,58247 13,51942 15,61448 12,14110 14,32145 15,52981 13,95843
9,809917 11,11219 10,62682 11,39511 9,91137 10,89058
9,127659 9,912348 9,060365
Rata- 13,97274 15,68951 13,22733 Rata KGR
10,11604 11,13263
9,366791
1 2 3
14,29653 (%)
10,20515 (%)
Dari tabel dapat diketahui bahwa penyambungan tanaman terung belanda sebagai batang atas dengan tanaman rimbang sebagai batang bawah dapat meningkatkan kadar gula reduksi pada buah terung belanda hasil penyambungan yakni; 14,29653 -10,20515 _________________ 10,20515
x
100 %
= 40,09 %
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dapat dibuat kurva peningkatan kadar gula reduksi sebagai
berikut
% KGR
18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
ANALISIS 1
ANALISIS 2
ANALISIS 3
TB1
TB2
Gambar 4.3. Grafik
TB3
TS1
TS2
TS3
peningkatan kadar gula reduksi pada buah terung
belanda ( TB = buah blanko , TS = buah dari tanaman baru hasil sambung pucuk)
4.1.2. Pengamatan Terhadap Tanaman Baru Terung Belanda. Pengamatan selama 6 bulan terhadap tanaman baru terung belanda setelah penyambungan terung belanda dengan rimbang adalah sebagai berikut : a) Pada minggu ketiga setelah penyambungan terdapat 9 tanaman yang tumbuh subur dari 12 tanaman yang disambung pucuk. b) Pada minggu ke 8 setelah penyambungan terjadi pembengkakan pada bekas sambungan, pertumbuhan batang atas lebih cepat daripada batang bawah
Universitas Sumatera Utara
sehingga batang atas lebih besar dari batang bawah, batang yang disambung lebih pendek dan cabang lebih banyak dibandingkan batang terung belanda blanko. c) Pada minggu ke 13 setelah penyambungan tanaman mulai berbunga dan membentuk bakal buah. d) Pada minggu ke 21, 23 dan 25 setelah penyambungan (setelah 6 bulan), buah terung belanda yang disambung dan blanko dipanen bersamaan. Tekstur buah terung belanda hasil penyambungan lebih keras dari pada blanko. Secara umum tidak terdapat perbedaan bentuk, ukuran dan warna pada daun ataupun buah antara tanaman yang disambung dengan tanaman blanko. Tanaman terung belanda yang disambung lebih banyak menghasilkan buah dari pada tanaman terung belanda blanko yang dapat dilihat pada tabel berikut
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Keberhasilan Sambung Pucuk Antara Terung Belanda Dengan Rimbang
Keadaan
Produksi Buah
No / Tanaman Tanaman
Panen I
15
panen II
17
panen III
20
Rata-rata
1
S1R1T1.1
Subur
2
S2R2T1.2
Tidak tumbuh setelah penyambungan (gagal)
3
S3R3T1.3
Tidak tumbuh setelah penyambungan (gagal)
4
S4R4T1.4
subur
22
22
16
TS
5
S5R5T2.1
subur
35
39
25
70
6
S6R6T2.2
subur
27
23
28
(TS2)
7
S7R7T2.3
subur
23
35
24
86
8
S8R8T2.4
subur
25
28
32
9
S9R9T3.1
subur
18
25
20
(TS3)
10
S10R10T3.2
subur
18
19
27
67
11
S11R11T3.3
subur
25
23
16
12
S12R12T3.4
Tidak tumbuh setelah penyambungan (gagal)
13
TB1
Subur
13
18
10
(TB1) 41
TB
14
TB2
Subur
19
17
24
(TB2) 70
51
15
TB3
Subur
18
10
15
(TB3) 43
Jumlah
258
276
257
Rata-rata
22
23
21
(TS1) 56
66 buah / pohon / 15 hari
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat di tentukan persentase keberhasilan sambung pucuk antara terung belanda dengan rimbang, yaitu : Jumlah tanaman yang disambung % keberhasilan = _______________________________ x Jumlah tanaman yang tumbuh =
9____ 12 75 %
=
100 %
x 100 %
Selanjutnya dari perbandingan rata – rata produksi buah terung belanda blanko dengan produksi buah tanaman baru terung belanda yang diamati selama 3 kali panen atau 45 hari yaitu 51 : 70 menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi sebesar 70 - 51
x
100 %
= 37,25 %
51
(BUAH )
100 80
86 70
60 40
67 56
41
T. Blanko
43
20
T. Sambung 0 TB1 TB2 TB3 TS1 TS2 TS3
Gambar 4.4. Grafik Produksi Buah Tanaman Baru Terung Belanda Dan Blanko
Universitas Sumatera Utara
4.2. Pembahasan 4.2.1. Pembahasan hasil analisis karbohidrat. Dari hasil analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap larutan sampel buah dari tanaman baru terung belanda dan blanko menunjukan bahwa : a. Dengan menggunakan pereaksi benedict yang menunjukan bahwa buah dari tanaman baru terung belanda hasil penyambungan dan buah terung belanda blanko positif mengandung karbohidrat monosakarida yakni glukosa sebagai gula reduksi. Hal ini di buktikan dengan terjadinya perubahan warna larutan dari biru ke hijau dan dari hijau ke hijau kekuningan dan terbentuknya endapan merah bata. Pada pereaksi benedict natrium sitrat dan natrium karbonat membentuk senyawa kompleks berwarna biru dengan tembaga sulfat. Selanjutnya gula mencegah terbentuknya endapan CuCO3 dan mereduksi Cu2+ yang terikat pada senyawa kompleks menjadi Cu+ sehingga warna biru berubah menjadi hijau. diendapkan
Cu+
dengan memanaskan dalam penangas air mendidih, sehingga
banyaknya endapan dapat menunjukan kadar gula yang dapat mereduksi. Berikut reaksi yang berlangsung: Na3C6H5O7 2Na2SO4
+ Na2CO3 +
+ 2CuSO4 + 2NaOH
CuCO3 + Na3C6H3O7Cu + 2H2O Komplek berwarna biru mengandung Cu2+
RCHO + 2Cu2+ + 5OHGula Pereduksi b). Selanjutnya dari tanaman
baru
RCOO- + Cu2O + 3H2O Endapan Merah Bata terung belanda dan blanko serta analisis
kuantitatif hingga diperoleh peningkatan kadar karbohidrat pada buah tanaman
Universitas Sumatera Utara
baru terung belanda dapat dijelaskan dengan pendekatan fotosintesis atau biosintesis karbohidrat. Dengan keberhasilan penyambungan berarti proses fotosintesis tetap berlangsung setelah penyambungan dengan reaksi : cahaya/ khlorofil 6H2O + 6CO2
C6H12O6 + 6O2
Pada dasarnya terjadi pada dua reaksi, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap, yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya, konsentrasi karbondioksida, suhu, kadar air, kadar fotosintat (hasil fotosintesis) dan tahap pertumbuhan. Faktor intensitas cahaya, konsentrasi karbon dioksida dan suhu tidak terbatas dan tidak berbeda antara terung belanda yang disambung dengan blanko. Setelah penyambungan faktor yang berpengaruh adalah kadar air, kadar fotosintat dan tahap pertumbuhan. Ketiga faktor ini dapat mempengaruhi fungsi fisiologis dan morfologis tanaman. Dimana tanaman memberikan respon terhadap pengaruh yang diberikan. Bentuk dan kedalaman serta penyebaran akar (rimbang) mempengaruhi jumlah air yang dapat diserap oleh akar tanaman, akar yang kurus dan panjang (akar rimbang ) mempunyai luas permukaan yang lebih besar dari akar yang tebal dan pendek ( akar terung belanda) sehingga penyerapan air dapat ditingkatkan untuk melakukan reaksi fotosintesis. Pada tanaman yang tumbuh terjadi translokasi air melalui xylem dari sel ke sel atau dari organ ke organ untuk membentuk karbohidrat. Produk
biosintesis
yang berupa
karbohidrat ini dialirkan melalui phloem untuk proses pembentukan senyawa kimia lainya didalam tanaman, dan sisanya disimpan di akar, batang dan buah. Penyambungan mengakibatkan gangguan secara sementara
terhadap proses
Universitas Sumatera Utara
translokasi ini sehingga terjadi pembengkakan pada bekas luka sambungan. Selanjutnya akar yang sudah kuat pada batang bawah sambungan untuk sementara tidak menerima produk biosintesis karena sudah melewati masa perkecambahan, sehingga produk biosintesis lebih besar digunakan untuk pembentukan cabang atau buah. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah produksi buah serta kadar gula reduksi pada buah. Meningkatnya kadar gula reduksi sebagai karbohidrat pada buah terung belanda yang disambung menyebabkan buah semakin padat atau semakin keras jika dibandingkan dengan buah terung belanda blanko.
4. 2. 2. Pembahasan Terhadap Tanaman Baru Terung Belanda. Dari hasil pengamatan selama 6 bulan setelah penyambungan antara terung belanda dan rimbang dengan tingkat keberhasilan 75 % dapat diketahui bahwa : a) Terjadi pertautan antara batang atas dengan batang bawah. Masing-masing sel parenkim batang atas dan batang bawah mengadakan kontak, saling menyatu dan membaur. Sel parenkim mengadakan diferensiasi membentuk kambium sebagai kelanjutan dari kambium batang atas dan batang bawah yang lama. Setelah dilakukan penyambungan sel-sel batang bawah dan sel-sel batang atas yang dilapisi oleh membran plasma yang terdiri dari senyawa fospat dan protein integral masing-masing tetap melakukan pembelahan sel dan saling berinteraksi dengan bantuan enzim difospatase. Setelah terjadi perpaduan pada akhirnya terbentuk jaringan/pembuluh dari kambium yang baru sehingga proses transportasi zat hara dan air serta produk biosintesis dalam tanaman kembali
Universitas Sumatera Utara
berlangsung sebagaimana mestinya Proses pertautan terus berlanjut dimana sel atau jaringan meristem antara daerah potongan terjadi kontak dan saling menjalin secara sempurna. Semakin besar tanaman maka semakin tebal lapisan sel yang berinteraksi sehingga terjadi perpaduan yang kokoh antara batang atas dan batang bawah. b) Terjadinya pertautan antara batang bawah dan batang atas tersebut pada dasarnya adalah disebabkan oleh kedua tanaman yang disambung masih dalam satu famili, yaitu famili solanaceae. Irisan / sayatan waktu menyambung rata. Pengikatan sambungan tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat, sehingga tidak terjadi kerusakan jaringan. c) Dari tanaman yang berhasil disambung (S1R1T1.1, S4R4T1.4, S5R5T2.1, S6R6 T2.2, S7R7T2.3, S8R8T2.4, S9R9T3.1, S10R10T3.2,
S11R11T3.3 ), dapat
diketahui bahwa tanaman dengan batang atas yang berasal dari pohon induk T1 hanya dua tanaman yang berhasil ( 50 % ), dari pohon induk T2 semua tanaman yang disambung berhasil ( 100 % ), dan dari pohon induk T3 ada tiga tanaman yang berhasil (75%). Hal ini menunjukan bahwa tanaman dengan batang atas dari pohon induk T2 lebih unggul dari T3 dan T1, dan T3 lebih unggul dari T1. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor batang atas yang dipotong kasar sehingga mengalami kerusakan Tidak bersih sehingga terkontaminasi oleh penyakit dan batang atas terkena tidak terkena sinar matahari penuh sehingga memungkinkan cabang tidak memiliki mata tunas yang tumbuh sehat dan subur. d) Terjadinya pembengkakan di bagian sambungan dan pertumbuhan batang terung belanda lebih cepat daripada batang rimbang sehingga batang atas sedikit lebih
Universitas Sumatera Utara
besar dari batang bawah terjadi karena Inkompatibilitas
(tidak cocok) antara
batang atas dan batang bawah yang bersifat lokal, yaitu terjadi pada bagian yang disambung. Inkompatibilitas lain yaitu bersifat translokasi, yaitu dapat berupa ketidakmampuan zat-zat untuk melintasi bagian penyambungan atau
adanya
aliran zat yang bersifat toksin dari salah satu bagian tanaman terhadap bagian lainnya. sehingga dihasilkan tanaman baru dengan beberapa perubahan. e) Dari waktu pembungaan yang lebih cepat, cabang lebih banyak, dan batang yang lebih pendek pada tanaman hasil sambung dibandingkan blanko dengan pembungaan lebih lama, cabang lebih sedikit dan tumbuh makin tinggi menunjukan bahwa batang bawah lebih berperan dalam membentuk kalus. Batang bawah dapat mengontrol pertumbuhan dan bentuk tajuk batang atas sehingga batang atas memiliki bentuk batang dan tunas percabangan yang sama dengan batang bawah. Selanjutnya batang bawah (rimbang) juga dapat mengontrol waktu pembungaan terung belanda dimana dengan penyambungan tanaman dapat berbunga ± 6 bulan setelah penyemaian benih rimbang sedangkan perbanyakan dengan biji harus menunggu tanaman berbuah antara 1 sampai 2 tahun. f) Setelah diperhatikan banyaknya buah yang diproduksi pada panen pertama sampai ketiga (pada minggu ke 21, 23 dan 25 setelah penyambungan) ternyata produksi buah dari tanaman yang disambung lebih banyak dari pada blanko yakni 70 : 51 . Dari tanaman yang disambung ternyata buah yang berasal dari pohon induk T2 lebih banyak dari T1 dan T3, perbandingan produksi buah
dan
T3 lebih banyak dari T1 dengan
T1 : T2 : T3
yaitu 56 : 86 :67.
Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukan bahwa batang bawah ataupun batang atas berpengaruh terhadap produksi buah. Batang bawah menjadikan tanaman yang disambung bercabang banyak sehingga buah yang dihasilkan lebih banyak. Batang atas juga berpengaruh pada penyambungan dimana produksi buah lebih banyak pada tanaman yang berasal dari pohon induk T2 , yang sebelumnya dari tingkat keberhasilan penyambungan juga lebih besar dari pada T1 dan T3.
Jika
dibandingkan rata- rata produksi buah antara panen I, II dan III yaitu 22 :23 : 21 dalam selisih waktu 15 hari,
terjadi sedikit perbedaan, yang berkemungkinan
besar disebabkan oleh faktor lingkungan dari tanaman seperti curah hujan yang mempengaruhi kadar air yang diserap oleh akar dalam proses pembentukan buah hanya dalam waktu 15 hari. g) Bentuk buah ataupun daun yang sama antara tanaman terung belanda yang disambung dengan tanaman terung belanda induk /blanko
merupakan suatu
kelebihan dari perbanyakan vegetatif buatan secara sambung pucuk atau grafting di bandingkan perbanyakan secara generatif . Selain faktor lingkungan, faktor genetik juga mempengaruhi pertumbuhan dari organ penyimpan produk biosintesis seperti buah, dimana organ tersebut mempunyai batasan genetik dalam hal ukuran maksimumnya walaupun ketersediaan air berlebihan dalam melakukan fotosintesis. h) Adanya perbedaan pada batang, cabang serta buah yang diproduksi pada setiap pohon dapat juga disebabkan oleh pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh yang tidak merata. Pupuk NPK yang diberikan terutama merupakan sumber pospat dalam pembentukan ATP pada reaksi terang fotosintesis, sehingga hal ini
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap karbohidrat yang disintesis pada daun yang selanjutnya tersimpan pada akar ,batang dan buah. Sedangkan zat pengatur tumbuh yang mengandung auxin merangsang pertumbuhan
dinding sel
setiap jaringan
tanaman sehingga mempengaruhi pembentukan akar, daun , batang dan buah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan. 1) Kadar
karbohidrat pada buah terung belanda dari tanaman baru
hasil
sambung pucuk dengan rimbang lebih tinggi dari pada blanko yaitu 14,29653 : 10,20515 dengan peningkatan kadar karbohidrat pada tanaman baru terung belanda 40,09 %. 2) Dengan tingkat keberhasilan 75 %, Sambung pucuk terung belanda dengan rimbang
menghasilkan tanaman baru terung belanda yang berpengaruh
terhadap perubahan sifat terung belanda yaitu:
produksi buah meningkat 37,25 %
Terjadi pembengkakan pada bekas luka sambungan
Batang atas lebih besar dari batang bawah
Cabang lebih banyak dari pada pohon blanko.
Pohon lebih pendek dari pada pohon blanko
Buah lebih keras dari pada buah blanko
Tidak terdapat perubahan pada bentuk daun ataupun buah dibandingkan dengan blanko.
Tidak terdapat perubahan pada warna daun ataupun buah dibandingkan dengan blanko.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Saran. Agar pembudidayaan tanaman terung belanda sesuai dengan harapan masyarakat maka setelah
melihat hasil penelitian ini disarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk: 1. Melakukan analisis karbohidrat atau kandungan senyawa lainnya dengan metode yang berbeda untuk memperoleh data lebih lengkap tentang buah terung belanda hasil penyambungan. 2. Melakukan
penyambungan
dengan
metode
yang
berbeda
untuk
memaksimalkan produksi buah terung belanda. 3. Melakukan penelitian secara tuntas terhadap tanaman terung belanda sehingga diketahui keunggulan produksinya, baik dari segi kualitas ataupun kuantitas.
Universitas Sumatera Utara