BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GURU DAN KODE ETIK GURU
A. Tinjauan Umum Tentang Guru 1.
Pengertian Guru Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang artinya berdekatan dengan guru, yaitu kata teacher berarti pengajar atau guru1, kata tutor yang berarti guru yang mengajar di rumah2 dan educator yang mempunyai arti pendidik.3 Selanjutnya dalam bahasa Arab terdapat kata ustadz yang berarti teacher atau guru, professor, pelatih, penulis dan penyair; mudarris yang berarti guru, instruktur dan lecturer (dosen); Mu’allim yang juga berarti guru instruktur, dan trainer (pemandu); dan kata mu’addib yang mempunyai arti educator (pendidik) atau teacher in koranic school (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur’an)4 Dari kata-kata yang bervariasi diatas menunjukkan adanya perbedaan ruang gerak di mana pengetahuan dan ketrampilan tersebut diberikan. Di sekolah disebut teacher, di perguruan tinggi disebut lecturer atau profesor, di rumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-pusat latihan disebut instructur atau trainer dan di lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan agama disebut educator.5 Dengan demikian, seorang guru menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan memberikan pengetahuan, ketrampilan, pengalaman dan sebagainya kepada orang lain. Kegiatan-kegiatan ini dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Bila kegiatan tersebut dilakukan di rumah, maka orang yang bertugas melakukan pendidikan orang tua, 1
John M. Echols dan Hassan Shadily, op.cit., hlm. 581. Ibid., hlm. 608. 3 Ibid., hlm. 207. 4 Balkiah SM dan Andre Putra Wicaksono, Al-Munir, (Surabaya : Anugrah, T. th), hlm. 2
333. 5
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 62
11
12
sekolah tugas tersebut diwakili oleh “guru”, sedangkan di masyarakat tugas tersebut dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri. Atas dasar inilah maka yang dapat dikategorikan sebagai guru adalah orang tua, “guru”, tokoh masyarakat dan sebagainya. Adapun pengertian guru menurut istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan. Syaiful Bahri Djamarah, misalnya dalam konteks yang serderhana mengemukakan guru adalah yang memberikan pengetahuan kepada anak didik.6 Sedangkan Syafruddin Nurdin menyatakan, guru ialah orang yang memiliki posisi strategis dalam kegiatan belajar mengajar, karena gurulah yang akan menentukan kedalaman dan keluasan pengetahuan peserta didik.7 Oleh Ahmad tafsir, sama dengan teori barat, guru yaitu siapa saja yang bertanggung jawab dalam perkembangan anak didik.8 Dari uraian tersebut, ketika memberikan definisi guru atau pendidik selalu terkait dengan tugas atau pekerjaannya. Ini menunjukkan bahwa guru merupakan salah satu profesi yang dilakukan oleh seseorang dimana tugasnya berkaitan dengan pendidikan. 2.
Fungsi dan Tugas Guru Salah satu masalah utama pekerjaan profesi adalah implikasi dan konsekuensi pekerjaan tersebut terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini dianggap penting karena menunjukkan letak perbedaan pokok antara profesi yang satu dengan yang lain. Dapat diambil dua contoh profesi, misalnya dokter dan guru. Secara sepintas kita dapat mengetahui tugas utama seorang dokter adalah mengobati orang sakit, lalu bagaimana dengan tugas guru?
6
Syaiful Bahri Djamarah, op.cit., hlm. 31 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 14.. 8 Ahmad Tafsir, op.cit., hlm. 74 7
13
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik. Jadi, jabatan guru mempunyai banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian, sehingga dapat dikelompokkan menjadi tiga tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas
guru
sebagai
profesi
menuntut
pengembangan
profesionalitas diri sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas ini meliputi mengajar, mendidik dan melatih. Tugas dalam bidang kemanusiaan, khususnya di sekolah seorang guru diharapkan mampu menjadi orang tua kedua bagi anak didiknya. Sedangkan dalam bidang masyarakat, tugas guru juga tidak kalah penting yaitu mencerdaskan bangsa menuju manusia Indonesia seutuhnya.9 Oleh karenanya, tugas guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga menjadi penghubung antara sekolah dan masyarakat. Bahkan bila dirinci lebih lanjut tugas seorang guru bukan hanya yang di atas. Menurut S. Nasution tugas guru dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Kedua, guru menjadi model yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari. Ketiga, guru menjadi model yang pribadi yaitu apakah ia berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya, dan tidak mematikan idialisme dalam pandangannya.10 Ahli pendidikan islam juga barat sepakat bahwa tugas guru ialah mendidik.11 Mendidik disini mempunyai arti yang sangat luas baik dalam bentuk mengajar ataupun mendidik melalui pemberian teladan, pujian, hukuman, dan lain-lain. Dalam literatur barat ditambahkan, bahwa tugas guru 9
disamping
mengajar
juga
membuat
persiapan
mengajar,
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
6-7. 10 11
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta; Bumi Aksara. 1999), hlm. 105-106 Ahmad Tafsir, op. cit., Hlm.78
14
mengevaluasi
hasil
belajar,
pencapaian tujuan pengajaran.
dan
lain–lain.
bersangkutan
dengan
12
Disamping itu al-Ghazali mengemukakan bahwa tugas dan kewajiban seorang guru adalah mengikuti jejak Rasulullah dalam tugas dan kewajibannya, memberikan kasih sayang terhadap anak didik, menjadi teladan bagi anak didik, menghormati kode etik guru.13 Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa hakekat tugas seorang guru adalah mendidik. Mendidik jauh lebih luas daripada mengajar, karena mengajar itu sendiri sudah termasuk salah satu dari bagian mendidik. Mengajar hanya berpusat pada pengajaran formal dari suatu ilmu yang diajarkan, tetapi mendidik disamping menyampaikan pelajaran yang terkait dengan IPTEK pada dasarnya juga membentuk pribadi seorang anak didik, misalkan budi pekerti, kebiasaan hidup yang baik dan sebagainya. Tetapi tentu saja titik berat seorang guru pada pendidikan formal bertumpu pada kegiatan pengajaran, sedangkan akhlak terbentuk dari tiga faktor yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Meskipun demikian, dalam hal pendidikan dan pembinaan akhlak ini, setiap guru tetap bertanggung jawab melalui segala tingkah lakunya. Sehingga guru harus selalu memberikan contoh setiap waktu, kapan saja dan dimana saja. Tugas guru tidaklah ringan, guru mempunyai tanggung jawab yang berat dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Karena disamping mempunyai tanggung jawab kepada pribadinya juga bertanggung jawab terhadap anak didik dan masyarakat disekitarnya. Guru dalam pandangan Islam sebagai agama yang paling sempurna, dengan berlandaskan pada kitab suci alquran dan sunah Rasulullah. Sebagaimana firman Allah Swt :
...ﻼﻡ ﺳ ﹶ ﺪ ﺍﻟﹼﻠ ِﻪ ﺍ ِﻹ ﻦ ﻋِﻨ ﻳِﺇﻥﱠ ﺍﻟﺪ 12 13
Ibid., hlm. 79 Zainuddin, op.cit., hlm. 59-62
15
Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. (al-Imron: 19).14 Islam memberikan guru kedudukan yang mulia di muka bumi ini. Firman Allah Swt :
ﻦ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﻮﺍ ﻣِﻨ ﹸﻜﻣﻨ ﻦ ﺁ ﻪ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ﺮﹶﻓ ِﻊ ﺍﻟﻠﹼ ﻳ ﻭﺍﺰﻭﺍ ﻓﹶﺎﻧﺸﺸﺰ ﻭِﺇﺫﹶﺍ ﻗِﻴ ﹶﻞ ﺍﻧ ﻢ ﻪ ﹶﻟ ﹸﻜ ﺴ ِﺢ ﺍﻟﱠﻠ ﻳ ﹾﻔ ﺕ ٍ ﺎﺭﺟ ﺩ ﻢ ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠﺃﹸﻭﺗ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (al- Mujaadalah : 11).15 Sabda Rasulullah Saw:
ﺍﻟﻌﻠﻤﺂﺀ ﻭﺭﺛـﺔ ﺍﻷ ﻧﺒـﻴـﺎﺀ Orang berilmu (ulama) itu pewaris para nabi.16 Dari ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa Islam sangat menghormati orang yang berilmu dengan mengangkat derajat mereka. Karena, orang-orang berilmu tentulah takut kepada Allah dan guru salah satu orang yang mendapatkan kedudukan tersebut. Semua ini dikarenakan guru mempunyai peranan dan tanggung jawab yang besar serta menentukan dalam perkembangan anak didik. 3.
Peran Guru Adapun peran guru dalam sudut pandang fungsionalnya antara lain sebagai berikut : a. Sebagai pengajar (transfer of knowledge), pendidik (transfer of values), sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.17
14
Moh. Noer, op. cit., hlm. 40. Ibid., hlm. 434. 16 al- Ghazali, Ihya' Ulumuddin, (Beirut: Libanon, Darul Fikr, 1996), hlm. 16. 17 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), 15
hlm. 123
16
b. Sebagai mediator dan fasilitator, disini guru menjadi perantara hubungan antar manusia dan mengusahakan sumber belajar yang berguna untuk pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar.18 c. Sebagai pembimbing harus memfungsikan dirinya dalam membantu anak didik dalam perkembangannya, sehingga tercipta pribadi yang mandiri.19 Sedangkan Usman, merinci peran guru menjadi tiga pokok bagian, yaitu : a. Peran guru dalam bidang pengadministrasian Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut :
Pengambil inisiatif, pengarah dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan.
Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat.
Orang yang mempunyai keahlian dalam mata pelajaran
Penegak disiplin.
Pelaksana admistrasi pendidikan.
Pemimpin generasi muda.
Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan sebagai penyampai segala perkembangan zaman, khususnya dunia pendidikan.
b. Peran guru secara pribadi. Dilihat dari dirinya sendiri (self oriented), guru mempunyai peran sebagai berikut :
Petugas sosial, yaitu seseorang yang membantu untuk kepentingan masyarakat.
18
Pelajar dan ilmuan, yaitu senantiasa menuntut ilmu.
Ibid., hlm. 144. Nana Syaodih S., Landasan psikologi Proses Pendidikan. (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003), hlm. 254. 19
17
Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid dalam melakukan pendidikan.
Teladan, menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
Pemberi keamanan, memberikan rasa aman kepada anak didik.
c. Peran guru secara psikologis Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut :
Ahli psikologis pendidikan.
Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation).
Pembentuk alat sebagai jalan atau alat dalam pendidikan.
Catalytic Agent, orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan.
Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker)20 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa guru mempunyai
kewajiban memberikan pendidikan dasar dan memberikan bimbingan serta dorongan, teladan dan lain-lain untuk perkembangan kepribadian anak. Dalam perkembangan jiwa dan kepribadian anak, guru hendaknya menanamkan nilai-nilai sosial sehingga dengan penanaman nilai-nilai tersebut akan tercipta sebuah generasi yang memiliki kepribadian sebagaimana harapan. B. Tinjauan Umum Tentang Kode Etik Guru 1. Pengertian kode etik guru Secara etimologi kode etik berasal dari dua kata, kode dan etik. Kode berasal dari bahasa Prancis code yang artinya norma atau aturan. Sedangkan etik berasal dari kata etiquete yang artinya tata cara atau aturan tingkah laku.21 Secara terminologi pengertian etika yaitu : Ethics, is more complicated: (a) sometimes ethics simply means morality, (b) sometimes ethics is taken to be a theory providing guidance not just about right and 20
Uzer Usman, op. cit., hlm. 12-13. Kunarto, Tri Brata dan Catur Prasetya, Sejarah Perspektif dan Prospeknya, (Jakarta: Cipta Manunggal Jaya, 1997), hlm. 322 21
18
wrong but all aspects of life, (c) sometimes thougth of as the study of morality, a theorical investigation of morality.22 Etika yaitu, (a) secara sederhana mempunyai arti sama dengan moralitas, (b) digunakan bukan hanya untuk menyatakan benar atau salah tetapi untuk semua aspek kehidupan, (c) menunjukkan studi moralitas, suatu teori penyelidikan moralitas. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan istilah etika sering diartikan sama dengan moral dan akhlak. Kesamaan tersebut terletak pada kesamaan pembahasannya, yaitu tentang “baik dan buruk”. Kata moral berasal dari bahsa Latin mores. Mores berasal dari kata mos yang artinya kesusilaan, tabiat atau kelakuan. Moralitas berarti hal mengenai kesusilaan.23 Moral dapat pula didefinisikan “a pertaining to character and conduct as regards the distinction between right and wrong; conforming to or regulated by right, good, virtuous”24. Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan sifat dan tingkah laku yang membedakan antara benar dan salah, penyesuaian diri atau mengatur diri dengan benar, baik dan berbudi luhur. Islam sering menyebut etika dengan akhlak. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab khulqu (khuluqu), akhlaqun yang mempunyai arti tabiat, budi pekerti, kebiasaan.25 Secara definitif hakikat daripada pengertian akhlak (budi pekerti) itu adalah bentuk dari sesuatu jiwa yang benar-benar telah meresap dan menimbulkan berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah, tanpa dibuat-buat dan membutuhkan pemikiran atau anganangan.26
22 Howard J. Curzeled, Ethical Theory and Moral Problems, (Canada: Wards Worth Publishing Company, 1999), hlm. 6. 23 Burhanuddin Salam, Etika Individual, Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 2 24 Cassell, Cassell Giant Paperback Dictionary, (London: England, 1993), hlm. 868. 25 Adib Bisri dan A. Fatah, Kamus al-Bisri, (Surabaya: IKAPI, 1999), cet. I, hlm. 4. 26 Muh. Zain Yusuf, Akhlak Tasawuf, (Semarang: al-Husna, 1993), cet. I, hlm. 5
19
Ahmad Amin menyebutkan bahwa akhlak adalah adat (kebiasaan) atau kehendak. Yakni apabila kehendak itu membiasakan sesuatu (sudah terbiasa), maka terjadilah adat dan karenanya disebut akhlak.27 Sementara itu al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai haiat atau sifat yang tumbuh dalam jiwa dan daripadanya lahir perbuatan-perbuatan yang
mudah
dan
gampang
tanpa
memerlukan
pemikiran
dan
pertimbangan.28 Dari uraian di atas “kode etik guru” dapat diartikan tata-susila keguruan. Maksudnya aturan-aturan tentang keguruan (yang menyangkut pekerjaan-pekerjaan guru} dilihat dari segi susila (baik dan tidak baik).29 Menurut Westby Gibson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu statement formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.30Sehubungan dengan hal tersebut tidaklah terlalu salah bila dikatakan bahwa kode etik guru merupakan semacam rambu-rambu atau penangkal kelakuan guru untuk tidak bertindak amoral. 2. Tujuan kode etik guru Berdasarkan pengertian kode etik guru diatas, dapat disimpulkan beberapa tujuan kode etik guru, yaitu : 1. Mengajarkan guru untuk mengetahui dan menyadari bagaimana seharusnya berperilaku dan bertingkah laku yang baik. 2. Mengajarkan guru untuk menjalankan atau mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang telah menjadi aturan profesinya sebagai guru, yakni menjalankan hal-hal yang baik saja dan mengelakkan yang buruk.31
27
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hlm. 62. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, (Surabaya: al-Hidayah, juz III, t. th), hlm. 52. 29 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), cet. IX, hlm. 149 30 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), cet. I, hlm. 49. 31 Alex Gunur, Etika Sebagai Dasar dan Pedoman, (Flores: Nusa Indah, 1995), hlm. 11 28
20
Selain tujuan tersebut, kode etik guru juga mempunyai tujuan untuk: 1. Menjunjung tinggi martabat profesi. 2. Memelihara dan menjaga kesejahteraan guru. 3. Meningkatkan pengabdian para guru. 4. Meningkatkan mutu profesi guru. 5. Meningkatkan mutu organisasi guru.32 3. Etika Guru Hal-hal yang terkait dengan guru merupakan pembahasan yang menarik. Apalagi bila hal tersebut terkait dengan masalah etika seorang guru. Hal ini menjadi menarik karena guru merupakan panutan, bukan hanya anak didik tetapi semua lapisan masyarakat. Etika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum berlaku untuk umum dan etika khusus berlaku untuk khusus (terbatas) pada kalangan tertentu, misalnya pemerintahan, kedokteran, dan lain-lain.33 Sedangkan dalam karya ilmiah ini pembahasan hanya dibatasi pada etika guru. Kalau dunia kedokteran sudah lama dikenal adanya kode etik dokter, dalam pemerintahan ada kode etik pemerintahan, bahkan dunia jurnalistikpun dikenal adanya kode etik jurnalistik, dan lain-lain, dimana semua itu dimaksudkan untuk menjaga dan membatasi kemurnian dari masing-masing profesi. Begitu pula guru, karena guru memiliki kedudukan dan tujuan yang sangat besar dalam menangani berhasil tidaknya proses belajar mengajar, kalau boleh dikatakan sedikit secara ideal, baik atau buruknya bangsa di masa mendatang terletak di tangan guru.34 Sabda Rasulullah Saw :
32
ﳌﺮﺕ ﻗﺒﻴﻠﺔ ﺃﻳـﺴﺮ ﻣﻦ ﻣﻮ ﺕ ﻋﺎﻟـﻢ
Sardiman AM, op. cit., hlm. 158. Ibid, hlm. 7. 34 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 1999), hlm. 97. 33
21
Sesungguhnya mati satu suku bangsa adalah lebih mudah daripada mati seorang yang berilmu.35 Oleh karenanya, guru sebagai tenaga profesional perlu memiliki "kode etik guru" dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru sebagai bentuk pengabdian dan menghindarkan guru dari segala
bentuk
penyimpangan,
setiap
guru
yang
memegang
keprofesionalannya sebagai pendidik, maka ia akan selalu berpegang pada kode etik guru. Adapun rumusan mengenai kode etik guru dikemukakan oleh beberapa oleh ahli pendidikan antara lain: 1. Ibnu Sina, sebagaimana di kutip oleh Abuddin Nata merumuskan etika bagi seorang guru adalah: senantiasa melanjutkan perjuangan para Nabi dalam bidang pengajaran; menjadi panutan bagi para anak didiknya dalam hal kejujuran, berpegang teguh pada akhlak mulia dan menegakkan syariat islam; melakukan pengajaran dengan sungguhsungguh;
selalu
melupakanya. 2. al-Kanani
belajar
atau
nenambah
ilmunya
dan
tidak
Hery
Noer
Aly
36
sebagaimana
di
kutip
oleh
mengklasifikasikan kode etik guru menjadi tiga bagian yaitu: Pertama, kode etik guru yang terkait dengan pribadinya antara lain:
35
Guru senantiasa insyaf akan pengawasan Allah
Senantiasa memelihara kemuliaan ilmu
Berzuhud
Tidak berorientasi duniawi
Memelihara syiar-syiar islam
Rajin melakukan hal-hal yang disunahkan agama
Memelihara akhlak yang mulia dalam pergaulan
Mengisi waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat
Selalu belajar kapanpun, dimanapun, dengan siapapun
al-Ghazali, op. cit., hlm. 16. Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.154-155 36
22
Rajin meneliti, menyusun, yang berhubungan dengan keahlian dalam bidang pengajaran
Kedua, etika guru yang beerhubungan dengan pengajaran (paedagogis didaktis), yaitu :
Sebelum mengajar, bersuci dari hadits besar ataupun kecil.
Berdo’a ketika keluar rumah, agar tidak menyesatkan ataupun disesatkan.
Mengambil tempat yang dapat dilihat oleh semua murid.
Mulai mengajar dengan membaca basmalah.
Mengajar sesuai dengan kepentingan.
Mengarahkan pembahasan pada objek tertentu.
Menegur murid yang tidak menjaga sopan santun.
Bersikap bijak dalam pembahasan, penyampaian pelajaran dan menjawab pertanyaan.
Menutup kegiatan belajar mengajar dengan kata “Wallahu a’lam”.
Tidak mengajarkan bidang studi yang tidak dikuasainya.
Ketiga, etika guru di tengah-tengah muridnya antara lain :
Mengajar dengan niat mengharapkan ridha Allah, menyebarkan ilmu, menegakkan kebenaran dan lain-lain.
Tidak menolak mengajar murid yang tidak mempunyai niat tulus dalam belajar.
Memotivasi murid untuk menuntut ilmu seluas mungkin.
Mencintai murid seperti ia mencintai diri sendiri
Menyampaikan pelajaran dengan bahasa yang mudah.
Melakukan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukannya.
Bersikap adil.
Memantau perkembangan murid, baik intelektual ataupun akhlak37
3. al-Ghazali menyatakan etika yang harus dimiliki oleh guru adalah : 37
103.
Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 99-
23
Menaruh kasih sayang terhadap murid dan memperlakukannya sebagai anak sendiri.
Mengikuti teladan Rasulullah SAW.
Memperhatikan tingkat akal anak didik dalam melakukan pembelajaran.
Menegur anak didik dengan sindiran untuk mencegah akhlak yang tidak baik.
Bertanggung jawab pada salah satu pelajaran dan tidak merendahkan mata pelajaran yang lain.
Menyingkatkan pelajaran menurut kemampuan pemahaman anak.
4. Hasan Ayyub menyatakan etika pendidik antara lain: berjiwa pendidik dan penyayang, aktif memberikan nasehat dan pengarahan, menjadi suri teladan, dapat menyesuaikan diri dengan murid, tidak menjadi guru yang jahat dan senantiasa mendamaikan manusia.38 5. Ahmad Tafsir mengemukakan etika guru, yaitu : kasih sayang kepada anak didik, lemah lembut, rendah hati, menghormati ilmu yang bukan pegangannya, adil, menyenangi ijtihad, konsekuen antara perkataan dan perbuatan dan sederhana.39 6. Abdurrahman Mas’ud, etika guru ialah : bertindak sebagai role model, suri teladan bagi kehidupan sosial akademis siswa, baik di dalam maupun di luar kelas; menunjukkan sikap kasih sayang kepada siswa, antusias dan ikhlas menjawab pertanyaan serta menajuhkan sikap emosional dan feodal; memperlakukan siswa sebagai subjek dan mitra belajar, bukan objek; bertindak sebagai fasilitator, promotor of learning yang lebih mengutamakan bimbingan, menumbuhkan kreatifitas siswa, serta interaktif dan komunikatif dengan siswa.40 38
Hasan Ayyub, Etika Islam (Menuju Kehidupan Yang Hakiki), (Jakarta: Tri Ganda Karya, 1994), hlm. 641-647. 39 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (bandung; Rosda Karya, 2004), cet. IV, hlm. 84. 40 Abdurrahman Mas’ud, Menggagas Format Pendidikan Non-Dikotomik, (Yogyakarta: Gama Media, 2002), hlm. 202-203.
24
7. Kode etik guru Indonesia terdiri dari sembilan item, yaitu :
Guru
berbakti
membimbing
anak
didik
seutuhnya
untuk
membentuk manusia pembangunan yang berpancasila.
Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
Guru mengadakan komunikasi.
Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah memelihara hubungan dengan orang tua murid.
Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolah maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
Guru
secara
sendiri
dan
atau
bersama-sama
berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.
Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan.
Guru secara hukum bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
Guru
melaksanakan
segala
ketentuan
yang
merupakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.41 Dengan memahami kode etik guru, diharapkan guru mampu berperan secara aktif dalam upaya memberikan motivasi kepada anak didik untuk memecahkan permasalahan atas bimbingan guru dan kemampuan mereka sendiri. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan baik, sehingga hasilnya optimal.
41
As'ad Sungguh, 25 Etika Profesi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), cet. I, hlm. 103.