BAB II TINJAUAN TEORITIS PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN PROGRAM BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
A. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Sedangkan guru agama adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran agama.1 Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikann formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam konteks ini, guru dikatakan profesional jika ia mempunyai keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.2 Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.
1
http://kbbi.web.id/guru, diakses tanggal 29 Desember 2015. UU RI NO. 14 tahun 2005, Undang-undang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 18 2
26
27
Orang yang disebut guru adalah oran gyan gmemiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.3 Agama Islam menurut bahasa, berasal dari bahasa Arab, yaitu ad-din. Sedangkan Islam dalam bahasa Arabnya dapat berarti aslamayusalimu-islaman yang bisa diartikan dengan keselamatan dan kesejahteraan. Bisa pula diartikan sulamun, yaitu tangga jenjang ke atas. Sedangkan menurut istilah, Agama Islam adalah seluruh ajaran dan hukum-hukumnya yang terdapat di dalam Al-Qur’an yang diturunkan dari Allah, yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw., untuk disampaikan dan didakwahkan kepada segenap umat manusia sehingga manusia yang ada di muka bumi ini akan memperoleh kebahagiaan hakiki dan bermakna baik ketika hidup di dunia, maupun di akhirat.4 Pendidikan Agama Islam di sekolah dapat dipahami sebagai program pendidikan yang menanamkan nilai-nilai Islami melalui proses pembelajaran dan diberi nama Pendidikan Agama Islam disingkat PAI. Misi utama PAI adalah membina kepribadian siswa dan mahasiswa secara utuh dengan harapan kelak mereka akan menjadi ilmuan yang beriman dan bertaqka kepada Allah SWT., mampu mengabdikan ilmunya untuk kesejahteraan umat manusia. Untuk itu 3
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 15 Beni Kurniawan, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 2 – 3. 4
28
definisi PAI di sekolah adalah suatu mata pelajaran/mata kuliah dengan tujuan untuk menghasilkan para siswa dan mahasiswa yang memiliki jiwa agama dan taat menjalankan perintah agamanya, bukan menghasilkan siswa dan mahasiswa yang berpengetahuan agama secara mendalam. Jadi titik tekannya di sini adalah mengarahkan siswa dan mahasiswa agar menjadi orang-orang yang beriman dan melaksanakan amal shaleh sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Jadi yang dimaksud guru Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa pengetahuan agama Islam yang diberikan di sekolah umum diberi nama Pendidikan Agama Islam, karena PAI lebih dititik beratkan pada pembinaan kepribadian siswa dan mahasiswa bukan hanya pada pengembangan wawasan mereka tentang pengetahuan agama Islam semata. Sebab itu segala upaya yang dilakukan dalam rangka Pendidikan Agama Islam di sekolah hendaknya mengarah pada pembinaan akhlak al-Karimah. 5 2. Persyaratan Guru Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat melakukanya. Karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidupnya untuk mengabdi kepada negara dan bangsa 5
Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, Cet. 1 (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 1-3.
29
guna mendidik anak didik menjadi manusia susila yang cakap, demokratis, dan bertanggung jawab atas pembangunan dirinya dan pembangunan bangsa dan negara. Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawankawan
tidak
sembarangan,
tetapi
harus
memenuhi
beberapa
persyaratan seperti di bawah ini: 1) Takwa kepada Allah SWT. Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin medidik anak didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya sebagaimana Rasulullah saw. menjadi teladan bagi umatnya. 2) Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. 3) Sehat jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang
30
sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan anak didik. 4) Berkelakuan baik Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan yaitu membentuk akhlak mulia pada diri pribadi anak didik dan ini hanya mungkin bida dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia pula.6 3. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam Banyak peranan guru yang diperlukan dari guru sebagai pendidik atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi pendidik, semua peranan yang diharapkan dari guru tersebut adalah: a. Pendidik, berperan mengembangkan kepribadian dan bentuk budi pekerti. b. Pengajar, berperan menyampaikan ilmu pengetahuan, melatih keterampilan
dan
memberikan
panduan
atau
petunjuk,
perpaduan antara memberikan pengetahuan, bimbingan dan keterampilan.
Merancang
pelajaran,
melaksanakan
pembelajaran, menilai aktivitas pembelajaran.
6
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Cet. 1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm. 32-34.
31
c. Fasilitator, berperan memotivasi siswa, membantu siswa, membimbing siswa dalam proses pembelajaran di dalam dan di luar kelas, menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai, menggunakan pertanyaan yang merangsang siswa untuk belajar, menyediakan bahan pengajaran, mendorong siswa untuk mencari bahan ajar, menggunakan ganjaran dan hukuman sebagai alat pendidikan. d. Pembimbing, berperan mewujudkan disiplin, memberikan petunjuk atau bimbingan tentang gaya belajar siswa, mencari kekuatan
dan
memberikan
kelemahan penghargaan
siswa,
memberikan
kepada
siswa,
latihan, mengenal
permasalahan yang dihadapi siswa, dan menemukan cara pemecahannya, membantu siswa untuk menemukan bakat dan minat siswa (karir di masa depan). e. Pelayan, berperan mengenali perbedaan individual siswa, memberikan layanan pembelajaran yang nyaman dan aman sesuai dengan perbedaan individual siswa, menyediakan fasilitas pembelajaran dari sekolah seperti ruang belajar, meja, kursi, papan tulis, almari, alat peraga, papan pengumuman, memberikan layanan sumber belajar. f. Perancang,
berperan
menyusun
program
pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang berlaku, menyusun rencana mengajar, menentukan strategi dan metode pembelajaran sesuai
32
dengan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). g. Pengelola,
berperan
melaksanakan
administrasi
kelas,
melaksanakan potensi kelas, memilih strategi dan metode pembelajaran mengajar
efektif,
yang
menemukan
efektif,
strategi
meningkatkan
dan
metode
kemampuan
dan
keterampilan dalam penggunaan strategi dan metode mengajar. h. Inovator, berperan mencoba dan menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang baru, menyususn tes dari instrumen penilaian lain, melaksanakan penilaian terhadap siswa secara obyektif, mengadakan pembelajaran remidial, mengadaka pengayaan dalam pembelajaran.7 4. Peranan Guru dalam Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam kedudukannya sebagai personel pelaksanan proses pembelajaran di sekolah, guru memiliki posisi yang sangat strategis jika dibandingkan dengan guru pembimbing atau konselor, guru lebih sering berinteraksi dengan siswa secara langsung. Berikut beberapa peranan guru dalam penyelenggaraan program BK di sekolah:
7
Moh Rosyid, Guru, (Kudus: STAIN Kudus Press, 2007), hlm. 83-85
33
a. Guru sebagai informator Melalui peran ini, guru dapat menginformasikan berbagai hal tentang layanan bimbingan dan konseling, tujuan, fungsi, dan manfaatnya bagi siswa. b. Guru sebagai fasilitator Guru
dapat
berperan
sebagai
fasilitator
ketika
dilangsungkan layanan pembelajaran, baik yang bersifat preventif maupun kuratif. Dalam peran ini, guru lebih mengerti permasalahan yang dihadapi oleh siswa. c. Guru sebagai mediator Guru diminta melakukan identifikasi siswa yang memerlukan bimbingan, dan pengalihtanganan siswa yang memerlukan
bimbingan
dan
konseling
kepada
guru
pembimbing atau konselor sekolah. d. Guru sebagai motivator Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam memanfaatkan layanan BK di sekolah, sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh layanan BK. e. Guru sebagai kolaborator Guru dapat berperan sebagai kolaborator di sekolah, misalnya dalam penyelenggaraan berbagai jenis layanan orientasi
informasi,
layanan
pembelajaran
atau
dalam
34
pelaksanaan kegiatan pendukung, seperti konferensi kasus, himpunan data, dan kegiatan lainnya yang relevan.8 Lebih jelasnya Soetjipto dan Raflis Kosasi dalam bukunya Profesi Keguruan menerangkan tugas dan tanggung jawab seorang guru/pengajar dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah adalah: a) Turut serta aktif dalam membantu melaksanakan kegiatan program bimbingan dan konseling. b) Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling. c) Memberikan layanan instruksional (pengajaran). d) Berpartisipasi dalam pertemuan kasus. e) Memberikan informasi kepada siswa. f) Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa. g) Meneliti hasil kemajuan belajar siswa. h) Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa. i) Bekerja sama dengan konselor mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa. j) Membantu memecahkan masalah siswa.
8
26-27.
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, Cet I (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012), hlm.
35
k) Mengirimkan (referal) masalah siswa yang tidak dapat diselesaikan dengan konselor. l) Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat.9 B. Program Bimbingan Konseling di Sekolah 1. Pengertian Bimbingan dan konseling a) Pengertian bimbingan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bimbingan adalah petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu; tuntunan; pimpinan.10 Bimbingan dan penyuluhan/konseling jika dipandang dari segi terminologi maka di sini kita menghadapi dua macam istilah yaitu istilah bimbingan dan isitilah penyuluhan. Istilah bimbingan terjemahan dai “guidance” dan istilah penyuluhan atau konseling terjemahan dari “counceling”.11 Pada dasarnya bimbingan merupakan upaya pembimbing untuk mengptimalkan individu. Donald G. Mortesen dan Alan M. Schmuller (1976) menyatakan, Guidance maybe defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each
9
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, cet. 1 (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), hlm. 103-104 10 http://kbbi.web.id/bimbing, diakses tanggal 29 Des. 15 11 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Edisi. 4 Cet. 3 (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), hlm. 2
36
individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea.12 Menurut Crow and Crow dalam Prayitno dan Erman Amti menjelaskan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan kehidupannya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri dan menanggung bebannya sendiri. Di samping itu Bimo Walgito dalam Sukiman memaparkan bahwa definisi bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitas hidupnya agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.13 Sedangkan menurut Prayitno dan Erman Amti, pengertian bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa individu, baik anakanak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan
12
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Cet. 3 (Bandung : PT. Refika Aditama, 2011), hlm. 7. 13 Endang Artiati Suhesti, Bagaiman Konselor Sekolah Bersikap?, Cet 1 (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 4-5
37
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.14 Dari paparan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan dalam pemecahan masalah kepada seseorang dengan cara memberi ruang keaktifan seseorang tersebut agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri.15 Menurut Crow and Crow ada beberapa hal pokok yang terdapat dalam rumusan bimbingan, di antaranya ialah: a. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seseorang laki-laki atau perempuan. b. Bimbingan berguna agar klien memiliki kepribadian memadai dan terlatih dengan baik. c. Bantuan melalui bimbingan diberikan kepada individu. d. Bimbingan untuk klien sembarang usia. e. Bimbingan bertujuan agar klien memperoleh kemandirian dalam
membuat
rencana
dan
membuat
keputusan-
keputusan. f. Bimbingan bertujuan agar klien bertanggung jawab terhadap keputusan-keputusan yang dibuat.16 14
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Cet. 2 (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009), hlm.99 15 Endang Artiati Suhesti, Loc. Cit., hlm. 5. 16 Prayitno dan Erman Amti, Loc.cit., hlm.96
38
b) Pengertian konseling Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “Consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”. Konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.17 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konseling adalah (1) pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis dan sebagainya, (2) pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah. Shertzer dan Stone menyatakan bahwa Counseling is an interaction process which facilitates meaningful understanding of self and environment and result in the establisment and/or clarification of goals and value of future behavior. Konseling 17
Ibid., hlm. 99-105
39
merupakan upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.18 Sedangkan menurut James P. Adam yang dikutip dari Depdikbud menjelaskan bahwa konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dikatakan bahwa kegiatan konseling itu mempunyai ciri-ciri sebbagai berikut: a) Pada dasarnya dilaksanakan secara individual. b) Pada umumnya dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka. c) Untuk pelaksanaan konseling dibutuhkan dua orang ahli. d) Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien.
18
Achmad Juntika Nurihsan, Op.cit., hlm. 10.
40
e) Individu yang menerima layanan (klien) akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri.19 c) Pengertian bimbingan konseling Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli untuk mencari penyelesaian masalah. Selanjutnya Nadya Damayanti menegaskan pula bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses interaksi antara konselor dan konseli secara langsung atau tidak langsung dalam rangka membantu konseli agar dapat mengembangkan dirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya. 2. Tujuan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi mengembangkan potensi dirinya secara seoptimal mungkin dan menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangannya. Secara lebih terperinci tujuan bimbingan konseling di sekolah adalah membantu peserta didik dalam : a. Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dilakukan dengan konseling.
19
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Op. cit., hlm. 63
41
b. Mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan perencanan, pemilihan dan penyaluran minat dalam pendidikan dan pekerjaan. c. Mengatasi kesulitan yang berkaitan dengan emosi dan pemahaman diri. d. Mengatasi kesulitan dalam memahami lingkungannya, yaitu keluarga, sekolah, masyarakat. e. Mengembangkan seluruh potensi yang ada dengan optimal. f. Mengatasi kesulitan masalah dari lingkungan yang lebih luas. g. Menyesuaikan diri terhadap keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya dengan mengikuti norma-norma yang berlaku. h. Memahami kebutuhan-kebutuhan secara realistis. i. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama. j. Melaksanakan tugas-tigas perkembangannya. 3. Fungsi Bimbingan dan Konseling Ada lima fungsi bimbingan dan konseling yang dijelaskan oleh Sukiman, yaitu: a. Fungsi pemahaman Ada dua macam pemahaman, yaitu selain konseli perlu memahami tentang dirinya sendiri, pihak-pihak lain seperti orangtua, guru-guru dan konselor yang perlu terlebih dahulu memahami diri konseli yang akan dibantu.
42
b. Fungsi pencegahan Fungsi pencegahan mengupayakan terhindarkannya individu atau konseli dari akibat yang tidak menguntungkan. c. Fungsi pengentasan Fungsi pengentasan sebagai upaya teratasinya berbagai permasalahan konseli sehingga masalah tersebut tidak menjadi hambatan bagi perkembangan koseli. d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi untuk memelihara dan mengembangkan potensi individu dalam dimensi
keindividuan,
kesosialan,
kususilaan
dan
keberagamaan. e. Fungsi advokasi Fungsi advokasi yaitu fungsi untuk membantu konseli memperoleh pembelaan atas hak yang kurang diperhatikan.20 4. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis bimbingan dibagi menjadi empat bagian, yaitu: a) Bimbingan akademik, yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik.
20
Endang Artiati Suhesti, Op. cit., hlm. 8-9.
43
b) Bimbingan sosial pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu para individu dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial pribadi. c) Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, mengembangkan, dan menyelesaikan masalahmasalah karier, seperti pemahaman terhadap tugas-tugas kerja. d) Bimbingan keluarga, merupakan upaya pemberian bantuan kepada para individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu
menciptakan
keluarga
yang
utuh
dan
harmonis,
memberdaya diri secara produktif, dapat menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta berperan aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang bahagia.21 5. Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling Pelaksanaan program bimbingan dan konseling meliputi kegiatan berikut: a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu siswa memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran siswa di lingkungan yang baru.
21
Achmad Juntika Nurihsan, Op.cit., hlm. 15-17.
44
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu siswa menerima dan
memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karier/jabatan dan pendidikan lanjutan. c. Penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu siswa
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler. d. Penguasaan
konten, yaitu layanan yang membantu siswa
menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan /atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. e. Bimbingan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu
siswa dalam mengentaskan masalah pribadinya. f. Bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu siswa dalam
mengembangkan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karier/jabatan,
dan
pengambilan
keputusan,
serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. g. Bimbingan dan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu
siswa dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu siswa dan/ atau pihak
lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang
45
perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan/ atau masalah siswa. i.
Mediasi, yaitu layanan yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antarmereka.22
6. Prinsip-prinsip
yang
Berkenaan
dengan
Pelaksanaan
Program
Bimbingan Konseling Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan program bimbingan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti antara lain: a. Tujuan akhir bimbingan konseling adalah kemandirian individu, oleh karena itu bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk mengembangkan peserta didik agar mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi setiap kesulitan atau permasalahan yang dihadapinya. b. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak dilakukan oleh peserta didik hendaklah atas kemauan sendiri. c. Organisasi program bimbingan dan konseling hendaknya fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu dengan lingkungan. d. Guru dan guru BK berada dalam satu kerangka upaya pelayanan. Oleh karena itu, keduanya harus mengembangkan peranan yang saling melengkapi untuk mengurangi hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan individu.
22
116.
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), hlm. 115-
46
e. Guru dan orang tua memiliki tanggung jawab yang berkaitan dengan pelayanan bimbingan konseling. f. Permasalahan khusus yang dihadapi oleh peserta didik harus ditangani oleh guru bimbingan konseling. g. Bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesional. Oleh karena itu, harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang telah memperoleh pendidikan khusus dalam bidang bimbingan dan konseling.23 Sedangkan menurut Soetjipto prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan konseling adalah: a. Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu yang bersangkutan mampu membantu atau menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitannya. b. Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerja sama dengan para pembantunya serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah. c. Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur untuk mengetahui sampai mana hasil dan manfaat
23
Prayitno dan Erman Amti, Op.cit., hlm. 222
47
yang diperoleh serta persesuaian antara pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu.24
24
Soetjipto, Op.cit., hlm. 62