BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf; Dua, 2001). Baik secara perorangan atau bersama, ternyata pengetahuan berlangsung dalam dua bentuk dasar yang berbeda. Bentuk pertama, pengetahuan hanya untuk diketahui dan dinikmati demi memenuhi kepuasan hati manusia. Bentuk yang kedua adalah pengetahuan untuk digunakan dan diterapkan, misal untuk melindungi dan membela diri, memperbaiki tempat tinggal, mempermudah pekerjaan, dan meningkatkan kesehatan dan lain sebagainya. Fungsi pengetahuan bagi manusia yaitu mendorong manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencapai penalaran pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur – unsur pengalaman yang semua tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, atau ditata kembali, atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu sistem (Azwar, 2005). Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan dalam bentuk kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu mengetahui (know), memahami
Universitas Sumatera Utara
comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis), dan evaluasi (evaluation). Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa
yang
dipelajari
antara
lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
Universitas Sumatera Utara
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. Sintesis (synthesis), menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain: 1. Pendidikan, tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya. 2. Pengalaman, merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
Universitas Sumatera Utara
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 3. Usia, makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun, bahkan daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 4. Informasi, informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003). 2.2. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi terhadap suatu perilaku. Manifestasi sikap tidak dapat langsung terlihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmojo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah dikondisikan (Azwar, 2005). Menurut Azwar (2005), sikap mempunyai tiga aspek antara lain: 1. Aspek kognitif (pemikiran), yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenai pikiran. Ini berarti berwujud keyakinan serta harapan – harapan individu tentang objek atau kelompok objek tertentu. 2. Aspek afektif (perasaan), yaitu berwujud proses yang menyangkut perasaan – perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati, dan sebagainya yang ditujukan pada objek tertentu. 3. Aspek
konatif
(tindakan),
yaitu
berwujud
proses
tendensi
atau
kecenderungan untuk berbuat pada suatu objek. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor, yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah: 1. Pengalaman pribadi, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap
Universitas Sumatera Utara
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. 2. Kebudayaan,
pengaruh
lingkungan
(termasuk
kebudayaan)
dalam
membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. 3. Orang lain yang dianggap penting, individu akan konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 4. Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Institusi pendidikan dan agama, sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Faktor emosi dalam diri, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. 2.3. Keluarga Pengertian keluarga akan berbeda satu dengan lainnya, bergantung dari orientasi dan cara pandang seseorang. Bussard dan Ball (1966) dikutip dari Setiadi (2008) mendefenisikan keluarga sebagai lingkungan sosial yang sangat dekat hubungannya dengan seseorang. Dikeluarga itu seseorang dibesarkan, bertempat tinggal, berinteraksi, dibentuk nilai – nilai, pola pemikiran, dan kebiasaannya dan berfungsi sebagai saksi segenap budaya luar, dan mediasi hubungan anak dengan lingkungannya. Menurut Depkes (1988) dikutip dari Sudiharto 2007, keluarga adalah unit terkecil yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut BKKBN (1999) dikutip dari sumber yang sama, keluarg adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada
Universitas Sumatera Utara
Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. 2.4. Anak Menurut Hidayat (2005) dalam keperawatan anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spritual. Perkembangan dan pertumbuhan anak melibatkan lebih banyak faktor dari hanya sekedar perkembangan dan pertumbuhan mereka secara fisik. Perkembangan dan pertumbuhan ini pun melibatkan perubahan yang signifikan pada perilaku, proses berpikir, emosional, dan sikap. Perubahan psikologis ini akan sangat menentukan si anak akan menjadi manusia seperti apa ketika kelak menjadi orang dewasa sepenuhnya (Simatupang, 2012). Secara sederhana, pengertian anak dapat didefinisikan sebagai seseorang yang belum dewasa secara penuh. Jika merujuk kepada pengertian anak tersebut, maka masa kanak-kanak akan terentang dari mulai seorang anak terlahir ke dunia, hingga ia mencapai usia 20-an tahun. Rentang usia ketika manusia pada umumnya telah benar-benar mencapai puncak pertumbuhan kedewasaan secara fisik (Annehira, 2010). Tugas perkembangan pada masa anak-anak secara umum adalah sebagai berikut: 1) Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainanpermainan yang umum; 2) Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri
Universitas Sumatera Utara
sebagai mahluk yang sedang tumbuh; 3) Belajar menyesuaikan diri dengan temanteman seusianya; 4) Mu-lai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat; 5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung; 6) Me-ngembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari; 7) Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai; 8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga; 9) Mencapai kebebasan pribadi (Simatupang, 2012). Perkembangan seorang anak seperti yang telah banyak terurai di atas, tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik saja tetapi juga pada perkembangan psikologisnya: mental, sosial dan emosional. Tugas-tugas pada masa setiap perkembangan adalah satu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dalam hidup seseorang, dimana keterbatasan dalam menyelesaikan tugas menimbulkan keberhasilan pada tugas berikutnya, sedangkan kegagalan akan menimbulkan kesulitan atau hambatan dalam menyelesaikan tugas berikutnya (Surbakti, 2008).
2.5. Pengetahuan dan Sikap Keluarga Tentang Acara Televisi yang Sesuai untuk Anak Menurut Keraf, Dua (2001), pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan timbul akibat dari penginderaan dan pada akhirnya enimbulkan respon terhadap penginderaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Keluarga dalam memilih acara televisi yang sesuai untuk anak, layaknya memiliki pengetahuan yang cukup untuk dapat mengidentifikasi acara televisi yang sesuai. Keluarga harus mengetahui apa fungsi dari media televisi, bagaimana dampaknya terhadap anak, dan juga mengetahui sejak kapan anak diperbolehkan menonton televisi. Media televisi menurut Mayohani dan Lim (2008) pada umumnya memiliki fungsi menginformasikan, mendidik, membentuk opini atau pendapat, dan menghibur. Pada anak – anak yang paling utama dari menonton acara televisi adalah memperoleh fungsi hiburan saja, sehingga perlu bagi keluarga mengetahui isi dari tayangan yang ditonton anak. Berdasar penelitian Toriza (2010) dan Bintarti, dkk (2011) sebelumnya dampak negatif anak menonton televisi yaitu penurunan prestasi belajar, anak malas belajar, kurangnya waktu membaca anak dan penyimpangan perilaku anak. Menurut Bintarti, dkk, hal ini terjadi akibat ketidakpahaman keluarga terhadap dampak buruk tayang televisi sehingga pengetahuan keluarga terhadap acara televisi anak perlu ditingkatkan. Wiradono (2005), mengungkapkan bahwa usia yang cocok untuk anak menonton televisi adalah usia 2 tahun ke atas. Hal ini dikarenakan pada usia kurang dari 2 tahun masa perkembangan anak baru dimulai. Keluarga setidaknya harus tahu memilih acara televisi yang sesuai untuk anak yang tidak mengandung unsur – unsur yang bertentangan dengan moral sehingga dampak negatifnya dapat dihindarkan.
Universitas Sumatera Utara
Sikap yang timbul sebagai respon dari keluarga terhadap acara televisi untuk anak yaitu dengan ikut serta memperhatikan tontonan anak, memperhatikan usia anak, mendiskusikan hasil tontonan anak dan membatasi waktu anak menonton, sehingga anak tidak terpapar dengan dampak negatif dari tonton tersebut. Memperhatikan tontonan anak sejalan dengan pengetahuan keluarga. Keluarga perlu memperhatikan nilai yang terkandung dalam acara anak. Terhadap usia anak sendiri, keluarga harus menyikapi pada usia berapa anak pantas menonton (Wiradono, 2005). Setiap acara televisi yang ditonton oleh anak, selain diperhatikan oleh keluarga, mendiskusikan isi dari acara tersebut adalah perlu. Diawali dengan pengarahan pada saat acar dimulai namun tetap memberikan kesempatan anak untuk berpikir apakah acara tersebut baik atau tidak untuknya. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga peduli terhadap anak (Safitri, 2006). Menghindari dampak negatif dari acara televisi pada anak dapat dilakukan keluarga dengan pembatasan jam menonton pada anak. Pembatasan menonton pun tidak serta merta membatasi dengan tegas, namun dengan jadwal yang berkesinambungan. Dapat diawali pada saat anak bangun di pagi hari, hal ini sebagai salah satu pemicu anak bangun pagi, dan diakhiri pada sore hari dimana anak – anak telah memiliki waktu senggang (Safitri, 2006).
Universitas Sumatera Utara