BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling Tumbahan kesumba keling dengan nama lain Bixa orellana L. ini adalah termasuk suku Bixaceae. Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung. Kesumba keling banyak ditanam di tepi jalan, pagar dan tumbuh liar di hutan dari ketinggian 1-1.200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia, kesumba keling dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh, di pinggir jalan, di taman-taman kota. Daya tarik utama kesumba keling buahnya yang bewarna merah cerah mirip buah rambutan, permukaan kulitnya juga berbulu. Beda dengan buah rambutan, buah kesumba keling berkulit tipis, bentuknya agak pipih, dan bagian dalamnya berongga. Di dalam rongga buah kesumba keling terdapat sekitar 50 butir biji kecil bewarna merah cerah. Pada kulit biji kesumba keling ini terdapat pigmen warna merah dengan volume cukup besar (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).
2.1.1 Morfologi tanaman kesumba keling Tumbuhan kesumba keling, perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 2-8m. Daun tunggal bertangkai panjang dan besar. Helaian daun berbentuk bulat telur. Ujung runcing pangkal rata berbentuk jantung tepi rata. Pertulangan menyirip panjang 8-20 cm, lebar 5-12 cm bewarna hijau dan berbintik merah. Berbunga majemuk bewarna merah muda atau putih diameter 4-6 cm. buah
seperti rambutan, tertutup rambut singkat, bewarna hijau saat muda dan merah tua setelah masak, pipih, panjang 2-4 cm berisi biji kecil bewarna merah. Nama daerah kesumba keling antara lain yaitu kasumbo, kasumba, kusumba, batang kesumba, galugu, galuga, kesumba king, pacar king, sombakling, kasombha, kasoba kleng (Jawa), sumba, tuwa, rapo parade, bunga parade, paparada, kusumba wo kayu (Sulawesi), taluka, galuga, kesumba, kasupa (Maluku), kasumba (Kalimantan) (Dalimartha, 2009; Anonim, 2010).
2.1.2 Sistematika tanaman kesumba keling Sistematika tumbuhan (taksonomi), kesumba keling diklasifikasikan sebagai berikut (Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara): Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Cistales
Famili
: Bixaceae
Genus
: Bixa
Spesies
: Bixa orelllana L.
2.1.3 Kandungan tanaman kesumba keling Kandungan kimia tananaman kesumba keling, terutama batang dan daunnya mengandung tannin, kalsium oksalat, saponin, dan lemak. Daun dan akar mengandung orellin, glukosida, zat samak dan damar. Di Amerika Latin serbuk biji kesumba keling juga menjadi bumbu aneka masakan yang disebut
saffron, dan digunakan dalam Arroz con Polio, semacam nasi goreng dengan lauk ayam. Sebagai bahan pewarna dalam industri makanan dan minuman, zat warna biji kesumba keling resmi bisa digunakan di seluruh dunia dengan kode dagang (E-number) El 60b (Anonim, 2010). Di Negara-negara maju lainnya zat warna biji kesumba keling digunakan dalam industri margarin, korned, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik, dan ginju (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).
2.1.4. Khasiat tanaman kesumba keling Bagian yang digunakan dalam pengobatan adalah daun, kulit kayu, kulit akar, daging buah, dan biji. Daun kesumba keling digunakan untuk disentri, diare, bengkak air (udem), perut kembung, masuk angin, sakit kuning, perdarahan, dan kurang nafsu makan. Kulit batang dan kulit akar digunakan untuk mengatasi demam dan influenza. Dan bubuk dari biji kesumba keling digunakan untuk pengobatan cacingan, antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar (Jatropa curcas) (Dalimartha, 2009). Masyarakat Indian Aztek Kuno memanfaatkan kesumba keling untuk mewarnai tubuh mereka pada saat upacara adat maupun perang. Mereka menyebut kesumba keling dengan nama achioti. Dari sinilah asal usul nama achiote untuk menyebut kesumba keling. Selain itu tanaman penghasil zat warna ini juga disebut Annatto (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010). Di Amerika Tengah dan Selatan, pigmen warna merah kesumba keling adalah bahan industri yang cukup penting Di Argentina, kesumba keling
diproduksi sebagai obat diare, demam, dan penguat fungsi jantung. Di Brasil, digunakan sebagai obat luka bakar, malaria, dan hepatitis. Di Kolombia dan di Kuba digunakan untuk gonorrhhea (kencing nanah). Kesumba keling juga digunakan secara luas di Meksiko, Paraguay, Peru, Trinidad, dan di beberapa negara lain. Di beberapa negara, kesumba keling bahkan dipercaya sebagai antioksidan dan bisa menyembuhkan kanker (Dalimartha, 2009; Sutara, 2009; Anonim, 2010).
2.2 Kulit Kulit merupakan oragan tubuh yang menutupi dan melindungi tubuh dari pengubah eksternal dan dari kehilangan kelembaban. Luas permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2. Ketebalan kulit tergantung umur, jenis kelamin, dan lokasinya. Kulit terluar terbagi dalam tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Berbagai tambahan, seperti rambut, kuku, dan kelenjar (keringat dan sebaseus) juga terdapat pada kulit (Mitsui, 1997).
2.2.1 Fungsi kulit Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus-menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya ultra violet matahari, sebagai peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar (Wirakusumah, 1994). Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi atau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri atau virus. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kulit dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Dengan adanya lemak pada kulit dapat melindungi kulit dari bahan–bahan kimia (Wirakusumah, 1994). Kulit sebagai organ tubuh yang mempunyai fungsi sebagai berikut: 1. Proteksi Elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan berfungsi mencegah trauma mekanik langsung terhadap interior tubuh. Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit (Mitsui, 1997). 2. Thermoregulasi Kulit Mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pusat pengatur temperatur tubuh di hipotalamus. Pada saat
temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas (Mitsui, 1997) . 3. Persepsi sensoris Kulit sangat sensitif terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu dan nyeri. Beberapa reseptor pada kulit untuk mendeteksi rangsangan dari luar diantaranya adalah Benda Meissner, Diskus Merkell dan Korpuskulum Golgi sebagai reseptor raba, Korpuskulum Panici sebagai reseptor tekanan, Korpuskulum Ruffini dan Benda Krauss sebagai reseptor suhu dan Nervus End Plate sebagai reseptor nyeri. Rangsangan dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan ke sistem saraf pusat selanjutnya diinterpretasi oleh korteks serebri (Mitsui, 1997). 4. Absorbsi Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjer sebasea dari folikel rambut. Senyawa larut air tidak mudah diabsorpsi melalui kulit karena adanya sawar (barrier) terhadap senyawa larut air yang dibentuk oleh lapisan tanduk (Mitsui, 1997). 5. Fungsi Lain Kulit Kulit menunjukkan keadaan emosional, seperti memerah dan ketakutan (pucat dan bulu kuduk berdiri tegak), dan digambarkan sebagai organ yang menunjukkan emosi. Kulit dapat juga mensintesa vitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet (Mitsui, 1997) .
2.2.2 Struktur kulit
Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hipodermis (subkutan) (Guyton dan Hall, 1996).
Gambar 2.1 Struktur kulit (Hadijah, 2011)
a. Epidermis Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas (tipis sekitar 0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati. Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan sel, yaitu: stratum Basale (stratum Germinativum), stratum Spinosum, stratum Granulosum, stratum Lucidum, dan stratum Korneum. b. Dermis Dermis tersusun atas pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar keringat, akar rambut, otot penegak rambut, dan kelenjar sebasea. c. Hypodermis (Subkutan) Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah, dan sel-sel penyimpan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur
lain. Lapisan hipodermis berfungsi sebagai cadangan makanan dan bantalan untuk melindungi tubuh dari benturan-benturan fisik serta berperan pula dalam pengaturan suhu tubuh. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan, sebaliknya bila tubuh memerlukan energi atau kalori ekstra maka lapisan ini akan memberikan energi atau kalori dengan cara memecah simpanan lemaknya.
2.2.3 Jenis kulit Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang dimiliki manusia. Organ ini melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging, serta organorgan yang ada di dalamnya. Fungsi utama kulit adalah melindungi bagian tubuh dari berbagai macam gangguan dari luar tubuh dan menanggapi (merespon) rangsangan dari luar tubuh. Kulit digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut: 1. Kulit berminyak merupakan jenis kulit diakibatkan kelenjar lemak yang bekerja secara berlebihan. Hal itu membuat kulit terlihat mengkilat, tebal, tonus kuat, dan pori-pori besar. Jenis kulit ini mudah sekali mendapat masalah berupa jerawat , komedo, dan sejenisnya. 2. Kulit kering disebabkan oleh kelenjar lemak yang bekerja kurang aktif. Hal itu membuat kulit kelihatan kusam, tipis, bersisik, tidak halus, dan lebih cepat timbul keriput. 3. Kulit normal merupakan jenis kulit ideal. Kelenjar minyak pada jenis kulit ini berfungsi secara normal. Hal ini adalah yang menyebabkan jenis kulit ini kelihatan segar dan bagus. Selain itu, pengeluaran kotoran dan penyerapan
zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran zat-zat yang berguna melalui kulit serta peredaran berjalan dengan baik. Pada jenis kulit ini, jarang sekali timbul gangguan. 4. Kulit campuran. Jenis kulit ini, pada bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dan dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan pada bagian lain normal atau kering (Fitryane, 2011).
2.3 Kosmetik Definisi
kosmetik
dalam
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.445/MenKes/1998 adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Dalam definisi kosmetik diatas, yang dimaksud dengan “tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit” adalah sediaan tersebut seyogyanya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Tujuan penggunaan kosmetik pada masyarakan untuk kebersihan tubuh, meningkatkan daya tarik, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara umum, membantu seseorang lebih menikmati hidup (Tranggono dan Latifah, 2007).
2.4 Kosmetik Dekoratif Tujuan awal penggunaan kosmetika adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif semata-mata hanya melekat pada bagian tubuh yang dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara permanen kekurangan (cacat) yang ada. Kosmetika dekoratif terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar (bedak, cair, minyak, krim, tingtur, aerosol) dengan pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum. Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi: 1) Kosmetika rias kulit (wajah); 2) Kosmetika rias bibir; 3) Kosmetika rias rambut; 4) Kosmetika rias mata; dan 5) Kosmetika rias kuku (Wasitaatmadja, 1997). Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif. Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain: a. Warna yang menarik b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya.
Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007): a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow, dan lain-lain. b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, pelurus rambut, dan lain-lain.
2.5 Bedak Bedak pada dasarnya adalah produk kosmetik yang memiliki fungsi utama yaitu mampu menyempurnakan warna kulit dengan memberikan efek akhir seperti lembut. Bedak harus mampu memberikan efek bersifat cukup tahan lama sehingga tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali (Aurel, 2010). Bedak wajah digunakan untuk menutupi kekurangan kecil pada kulit dan mengurangi kilauan yang muncul akibat produksi minyak pada kulit atau keringat. Hal yang diingatkan dari bedak adalah tidak membuat wajah tampak berminyak, lembut pada kulit untuk waktu yang lama. Sehingga bahanbahannya harus dapat menempel dengan baik pada kulit (Aurel, 2010). Klasifikasi bedak yaitu: a. Bedak tabur Pertimbangan utama dalam pembuatan bedak adalah pemilihan bahan dasarnya. Spektrum dari bahan dasar yang digunakan cukup sempit, sebab kualitas dari masing-masing komponen lebih penting karena hal ini akan
memberikan keterlibatan yang sangat penting dalam penentuan formulasi bedak. Bedak tabur dalam bentuk bubuk yang halus, biasanya dipakai setelah dipoleskan alas bedak terlebih dahulu. Bahannya mudah menyerap minyak diwajah dan menutupi pori-pori wajah lebih sempurna. Tapi untuk penggunaaanya agak kurang praktis karena serbuknya sering kali berjatuhan dan mengotori baju (Aurel, 2010). b. Bedak padat Bedak padat adalah bedak kering yang komposisinya mirip dengan bedak tabur, tapi efeknya pada kulit berbeda pada beberapa tingkat. Pengikat yang terkandung dalam bedak padat memberikan adhesi yang besar. Sebagai hasil dari proses pengepresan, ukuran partikel umumnya lebih besar pada bedak padat daripada bedak tabur. Bedak padat harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak, dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak pecah atau patah dengan penggunaan normal. Bedak kompak, digunakan setelah pemakaian alas bedak. Bahan-bahan yang terkandung didalamnya membuat bedak jenis padat ini cepat menyerap sekaligus mengurangi minyak. Bentuknya beragam tidak mudah tumpah hingga praktis dibawa kemanapun. Dilihat dari segi formula bedak tabur tidak menggunakan zat pengikat, sedangkan bedak padat formulanya menggunakan zat pengikat (Aurel, 2010).