5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunitas Ikan di Ekositem Padang Lamun Komunitas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu fisik dan biologis. Fisik adalah struktur yang tampak ketika suatu komunitas diamati. Sebagai contoh, bila kita mengamati komunitas hewan di suatu kolam ataupun laut, maka struktur fisik yang dapat kita amati adalah adanya plankton, nekton dan bentos. Struktur biologis merupakan hal-hal yang menyangkut komposisi spesies, kemelimpahan individu dari masing-masing spesies, perubahan temporal di dalam komunitas, dan interaksi antar spesies dalam komunitas (Yayan, 2011). Komunitas ikan di ekosistem padang lamun adalah kumpulan dari berbagai spesies ikan yang hidup dan memanfaatkan sumberdaya ekosistem padang lamun secara bersama dan mempunyai struktur fisik dan struktur biologis yang merupakan indikator terhadap pengaruh perubahan-perubahan yang terjadi. Keanekaragaman spesies dalam komunitas ikan di ekosistem padang lamun semakin berkurang apabila kondisi dan kualitas ekosistem padang lamun semakin memburuk. Tidak semua spesies ikan mampu beradaptasi dan bertahan hidup dalam kondisi habitatnya, misalnya pada ekosistem padang lamun yang tidak stabil/terganggu, maka tingkat resistensi setiap spesies ikan akan berbeda pula (Bell & Pollard, 1989 dalam Manik, 2010). Menurut Brower, et al., (1990) dalam Manik (2011), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies tinggi jika kelimpahan spesies yang ada atau indvidu antar spesies secara keseluruhan sama banyak atau hampir
6
sama banyak menurut ukurannya pada nilai indeks keanekaragaman (D’), indeks keseragaman/kemerataan (Es) dan indeks dominasi (D). Indeks keanekaragaman adalah ukuran kekayaan spesies dilihat dari jumlah spesies dalam suatu komunitas dan kelimpahan relatif (jumlah individu tiap spesies). Indeks keseragaman/kemerataan adalah ukuran jumlah individu antar
spesies
dalam
suatu
komunitas.
Semakin
merata
penyebaran
individu/proporsi antara spesies, maka keseimbangan komunitas akan makin meningkat. Umumnya apabila suatu komunitas memiliki nilai keanekaragaman dan keseragaman/kemerataan tinggi, maka nilai dominansi cenderung rendah; menandakan
kondisi
keanekaragaman
komunitas
yang
stabil;
sebaliknya
apabila
nilai
dan keseragaman/kemerataan rendah, maka nilai dominansi
tinggi, menunjukkan ada dominasi suatu spesies terhadap spesies lain dan dominasi yang cukup besar akan mengarah pada kondisi komunitas yang labil atau tertekan (Masrizal & Azhar, 2001 dalam Manik, 2011). Heriman (2006), melaporkan di pantai Tanjung Merah perairan Bitung diperoleh komposisi jenis ikan pada tahun 2003 terdiri dari 35 famili dengan jumlah 108 jenis ikan lamun, tahun 2004 terdapat 24 famili dengan 50 jenis ikan lamun, sementara pada tahun 2005 terdapat 26 famili dengan 60 jenis ikan lamun. Dari jumlah famili dan jenis ikan lamun setiap tahunnya terlihat bahwa ada 19 jenis dari familli ikan lamun yang dikategorikan sebagai jenis yang melimpah di padang lamun Tanjumg Merah. Dimana Apogon margarithophorus dan Apogon hartzfeldii famili Apogonidae merupakan jenis yang melimpah pada setiap tahun pengamatan. Jenis lainnya yaitu Plotosus anguilaris, Corythoichthys intestinalis,
7
Halichoeres melanurus, syngnathoides biacelatus, pomacentrus tripunctatus, Centrogenys vaigiensis, Apogon kallopterus, yang hanya terdapat pada 2 kali pengamatan, dan yang sisa hanya pada 1 kali pengamatan Selanjutnya dilaporkan bahwa indeks keanekaragaman di pantai Tanjung Merah pada tahun 2003 berkisar antara 3,14-3,97, pada tahun 2004 berkisar antara 2,64-2,23, dan pada tahun 2005 berkisar antara 2,79-3,21. Sementara indeks keseragaman/kemerataan pada tahun 2003 berkisar antara 0,68-0,82, pada tahun 2004 berkisar antara 0,49-0,51 dan pada tahun 2005 berkisar antara 0,64-0,73. Pollard (1984) dalam Heriman (2006), melaporkan hasil rangkuman terhadap sebagian besar hasil penelitian tentang komunitas ikan di ekosistem padang lamun di dunia, yaitu terdapat bahwa 10 famili ikan pada ekosistem padang lamun yang memiliki nilai penting ialah Syngnathoide, Gobiidae, Monacanthidae, Scaridae, Labridae, Gerridae, Scopaenidae, Scienidae, Tetraodontidae dan Blennidae. Adapun informasi tentang 10 famili ikan yang memiliki nilai terpenting di ekosistem padang lamun disajikan pada Tabel 1. Heriman (2006) telah membandingkan data hasil penelitian di periaran Tanjung Merah dengan beberapa penelitian di perairan tropik yang lain yang disusun berdasarkan daftar familli menurut dominasi dan berdasarkan kelimpahan individu ikan pada masing-masing lokasi yang terdapat di Indonesia. Dilaporkan bahwa Famili Syngnathidae yang dalam skala dunia menduduki peringkat pertama, ternyata hanya menduduki peringkat dua (data tahun 2003) dan peringkat empat di Tanjung Merah (data tahun 2004 dan 2005).
8
Rappe (2010) melaporkan penelitian yang dilakukan di Pulau Barrang Lompo pada tahun 2010 pada ekosistem padang lamun bahwa ditemukan jenis ikan lamun secara keseluruhan yaitu 28 spesies ikan lamun yang berasal dari 14 famili yaitu 1 spesies dari famili Gerreidae, 3 spesies dari Siganidae, 2 spesies dari Labridae, 8 spesies dari Pomacentridae, 3 spesies dari Nemipteridae, 2 spesies dari Gobiidae, 2 spesies dari Apogonidae, dan masing-masing 1 spesies dari Sphyraenidae, Muraenidae, Monachantidae, Tetraodontidae, Hemiramphidae, Serranidae, dan Acanthuridae. Dengan nilai indeks keanekaragaman pada semua stasiun berkisar antara 1,10–2,44, sementara nilai indeks keseragaman/kemerataan pada semua stasiun berkisar antara 0,60-0,85, sedangkan nilai indeks dominasi dilaporkan pada semua stasiun berkisar antara 0,12–0,41. Kerapatan padang lamun dan banyaknya jenis lamun penyusun berpengaruh terhadap keberadaan ikan di suatu daerah/lokasi. Keanekaragaman dan dominasi ikan ditemukan lebih tinggi pada ekosistem padang lamun dengan kerapatan yang tinggi baik itu tersusun oleh satu spesies lamun (monospesifik) maupun oleh lebih dari satu spesies lamun (multispesific), dibandingkan pada padang lamun dengan kerapatan rendah dan pada daerah tidak bervegetasi (Takaendangan, dkk, 2004).
9
Tabel 1. Sepuluh Famili Ikan Terpenting pada Berbagai Ekosistem Padang Lamun di Perairan Tropik Indonesia No
Dunia (1) Syngnathoide
Kep. Seribu (2) Apogonidae
1 2
Gobiidae,
3
P. Osi (3) Labridae
P. Marsegu (4) Labridae
Tm. (2003) (5) Apogonidae
Tm. (2004) (6) Apogonidae
Tm. (2005) (7) Labridae
Labridae
Apogonidae
Atherinidae
syngnathidae
plotosidae
Apogonidae
Monacanthidae
siganidae
Atherinidae
Clupeidae
Pomacentridae
Labridae
Engraulidae
4
Scaridae
Monacanthidae
Gerridae,
Monacanthidae
Labridae
syngnathidae
syngnathidae
5
Labridae,
Atherinidae
Monacanthidae
Apogonidae
Lethrinidae
Pomacentridae
Siganidae
6
Gerridae,
Gerridae,
Lethrinidae
syngnathidae
Theraponidae
siganidae
Plotosidae
7
Scopaenidae,
Lethrinidae
Gobiidae
Pomacentridae
Serranidae
Lethrinidae
Centriscidae
8
Scienidae
Pomacentridae
Clupeidae
Lethrinidae
Mullidae
Centriscidae
Monacanthidae
9
Tetraodontidae
Scaridae
siganidae
Gerridae,
Scorphaenidae
Parapercidae
Lethrinidae
10
Blennidae.
Blennidae.
Platycephalidae
siganidae
Centriscidae
Theraponidae
Lethrinidae
Keterangan: 1) Pollard, (1984) dalam Heriman, (2006 ) 2) Hutomo dan Martosewojo, 1977 dalam Heriman, (2006 ) 3) Peristiwady, 1988 a dalam Heriman, (2006 ) 4) Peristiwady, 1988 b dalam Heriman, (2006 ) 5) Data tahun 2003 dalam Heriman, (2006 ) 6) Data tahun 2004 dalam Heriman, (2006 ) 7) Data tahun 2005 dalam Heriman, (2006 ) B. Bentuk Asosiasi Ikan dengan Ekosistem Padang Lamun Padang lamun merupakan salah satu bentuk ekosistem laut yang kaya akan jenis hewan. Kekayaan ini terutama ditunjukkan oleh jenis-jenis hewan yang hidup di daerah ini, baik sebagai penetap maupun pengunjung yang setia. Jenis ikan yang menggunakan padang lamun sebagai tempat hidup, memijah dan membesarkan anak-anaknya, diantaranya adalah ikan baronang (Siganus spp) adalah ikan laut yang termasuk famili Siganidae.
10
Menurut Bell dan Pollard (1989) dalam Heriman (2006), ada tujuh karakter utama kumpulan ikan yang berasosiasi dengan lamun yaitu : 1. Keragaman dan kelimpahan ikan yang berasosiasi dengan lamun lebih tinggi di area yang bervegetasi dibandingkan di area non vegetasi. 2. Waktu yang dibutuhkan ikan lamun untuk berasosiasi bervariasi antar jenis dan tergantung pada lamanya fase siklus hidupnya. 3. Kebanyakan asosiasi ikan lamun berawal dari plankton, sehingga padang lamun merupakan daerah asuhan penting bagi banyak jenis ikan ekonomi. 4. Zooplankton adalah sumber makanan utama bagi ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. 5. Perbedaan dalam komposisi spesies terjadi pada kebanyakan padang lamun. 6. Ada keterkaitan yang kuat antara padang lamun dan habitat yang berbatasan, sehingga kelimpahan relatif jenis ikan di padang lamun tergantung pada tipe ekosistem yang berbatasan (misalnya ekosistem terumbu karang, kelimpahan relatif jenis ikan sangat tinggi. 7. Kumpulan ikan dari padang lamun yang berbeda sering menunjukan perbedaan dalam komposisinya. Menurut Tomascik, et al., (1997) dalam Heriman (2006), tidak semua jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun menetap permanen di padang lamun. Empat kategori utama asosiasi ikan-ikan di perairan Indonesia yaitu : a) Penghuni penuh yang memijah dan menghabiskan kebanyakan hidupnya di padang lamun (misalnya, Apogon margaritophorus).
11
b) Penghuni yang menghabiskan hidupnya di padang lamun selama masa juvenil hingga siklus dewasa hidupnya, tetapi memijah di luar padang lamun (misalnya, Halichoeres leparensis, Pranaesus duodecimalis, Paramia qiunquelineta, Gerres macrosoma, Monacanthus tomentosus, Monacanthus
hajam,
Hemiglyphidodon
plagiuementopon,
dan
Sygnathoides biaculeatus). c) Penghuni yang ada di padang lamun hanya selama fase juvenilnya (misalnya, Siganus canaliculatus, Siganus virgatus, Siganus chrysospilos, Letrhinus sp, Scarus sp, Abudefduf sp, Monacanthus mylii, Mulloides samoensis, Pelates quadrilineatus, dan Upeneus tragula), dan d) Penghuni berkala atau transit yang mengunjungi padang lamun untuk berlindung atau mencari makan misalnya ikan baronang (siganus spp). Menurut Peristiwady (1992 dan 1993) dalam Makatipu (2007), ikan-ikan yang
terdapat
di
padang
lamun
dapat
dikategorikan
menurut
status
penghuniannya, menjadi tiga kategori sebagai berikut : a. Penghuni tetap, yaitu jenis ikan yang melewatkan seluruh siklus hidupnya di padang lamun, contohnya Gobius sp, Syngnathoides biaculeatus, Halichoeres sp, dan Corythoichthys intestinalis. b. Penghuni musiman, yaitu jenis-jenis ikan yang hadir di padang lamun secara periodik dengan jumlah yang besar, contohnya Siganus canaliculatus. c. Penghuni tidak tetap, yaitu jenis-jenis ikan yang hadir di padang lamun secara kebetulan dan kurang lebih secara periodik serta kepadatannya yang tidak melebihi 25% dari hasil tangkapan, contohnya Lethrinus sp.
12
Menurut Bell dan Pollard, (1989) dalam Heriman, (2006) ada dua tipe penggolongan hunian ikan di habitat lamun yaitu: a) Golongan pertama : ada tiga macam kategori ikan, yakni (1) yang beristrahat di daun, (2) yang hidup di bawah tajuk daun, dan (3) yang ada di atas atau di dalam sedimen. b) Golongan kedua : berdasarkan kolom air yang dihuni ikan, yaitu (1) yang makan di atas tajuk daun, dan (2) yang bernaung di bawah tajuk daun. C. Jenis Ikan yang Bernilai Ekonomis pada Ekosistem Padang Lamun Di ekositem padang lamun banyak ditemui ikan-ikan yang bernilai ekonomis yang sangat beragam, maupun organsime – organisme laut lainnya seperti invertebrata. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, IPB (2009) melaporkan bahwa terdapat hingga 360 spesies ikan yang hidupnya didukung oleh ekosistem padang lamun di Indonesia (Manik, 2011). Menurut Irawan (2012), jenis ikan yang bernilai ekonomis penting di ekosistem padang lamun sebagai berikut: 1. Pterocaesio sp (ikan ekor kuning) 2. Caranx sexfasciatus (ikan kue/bubara) 3. Leiognathus bindus (ikan peperek) 4. Lethirinus crnatus (ikan sikuda) 5. Herklot sichtys quadrimaculatus (ikan make) D. Teknik Identifikasi Spesies Ikan Dalam mengadakan klasifikasi dan memberikan
nama kepada
kelompok - kelompok makhluk hidup diterapkan sistem-sistem tertentu dan
13
lahirlah istilah sistematika, yang hingga sekarang digunakan sebagai nama suatu cabang
biologi,
yang
ruang
lingkupnya
mencakup
aspek
klasifikasi
(penggolongan dan pengelompokkan). Klasifikasi (penggolongan) adalah pembentukan kelas-kelas dan kelompok yang disebut takson, melalui pencarian keseragaman dalam keanekaragaman. Takson atau lebih dikenal dengan taksonomi yaitu cabang biologi yang bertugas untuk mengadakan identifikasi semua makhluk hidup, baik yang sekarang masih ada maupun yang dahulu pernah ada (Weisz, 1991). Taufik (2011), identifikasi merupakan kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang beranekaragam dari individu-individu ikan, kemudian mencari sifatnya yang berbeda diantara individu-individu ikan yang nampaknya sama. Identifikasi ikan pada dasarnya cukup sulit dilakukan oleh sebagian besar orang. Saat identifikasi hanya mengandalkan pola warna (colour pattern) maka ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan, mengingat warna dapat saja berubah berdasarkan atas umur individu, maupun kondisi fhisiologis dari ikan tersebut. selanjutnya ada beberapa karakter penting yang biasanya digunakan sebagai dasar dalam melakukan identifikasi ikan adalah: 1. Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-jari sirip dan bentuk sirip yang merupakan ciri khusus. 2. Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi dari bagian-bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri yang merupakan ciri umum. 3. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk. 4. Bentuk sirip dan gigi
14
5. Tulang-tulang insang 6. Jumlah sisik 7. Bentuk kepala Selanjutnya Taufik (2011), mengatakan bahwa ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk identifikasi ikan adalah sifat-sifat, ciri-ciri (tanda) bentuk ikan ataupun bagian-bagian anatomi ikan. Langkah-langkah yang umum dalam melakukan identikasi ikan yaitu: a) Identifikasi berdasarkan bentuk tubuh (fish body shape) b) Identifikasi berdasarkan morfologi (fish morphology) c) Identifikasi berdasarkan bentuk ekor (fish caudal fin shape) dan; d) Identifikasi berdasarkan pola warna ( fish colour pattern)
E. Parameter Kualitas Air Laut yang Mendukung Kehidupan Ikan di Ekosistem Padang Lamun 1. Temperatur (Suhu) Laju metabolisme ikan dan hewan air lainnya secara langsung meningkat dengan naiknya suhu. Peningkatan metabolisme juga berarti meningkatkan kebutuhan akan oksigen. Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan badan ikan. Penyebaran suhu dalam peraiaran dapat terjadi karena adanya penyerapan dan angin sedangkan yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah musim, cuaca, waktu pengukuran, kedalaman air dan lain sebagainya. Kisaran suhu yang baik untuk ikan adalah antara 25 – 32 ⁰C (Anwar et, al., 1984 dalam Pandiangan, 2006). 2. pH (Derajat Keasaman)
15
Menurut Barus (2004) dalam Pandiangan (2006), organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basah lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sementara reproduksi atau perkembang biakan ikan biasanya akan naik pada pH 6,5 walaupun itu tergantung juga kepada jenis ikan. 3. Salinitas Secara alami kandungan garam terlarut dalam air dapat meningkat apabila populasi fitoplankton menurun. Hal ini dapat terjadi karena melalui aktivitas respirasi dari hewan dan bakteri air akan meningkatkan proses mineralisasi yang menyebabkan kadar garam air meningkat. Garam-garam tersebut meningkat kadarnya dalam air karena tidak lagi dikonsumsi oleh fitoplankton yang mengalami penurunan jumlah populasi. Proses penguraian bahan organik dalam air, yang berasal dari pembungan limbah cair misalnya, melalui proses biodegradasi akan meningkatkan garam-garam nutrisi yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai jenis algae dan fitoplankton lain. Toleransi dari organisme air terhadap kadar salinitas dapat dibedakan antara stenohalin, yaitu organisme yang mempunyai kisaran toleransi yang sempit terhadap fluktuasi salinitas, dan euryhalin yang merupakan organisme air yang mempunyai toleransi yang luas (Sarah, 2010 dalam Pandiangan, 2006). 4. Jenis Substrat Susunan substrat penting bagi organisme yang hidup di perairan baik pada air diam maupun air yang mengalir. Ikan dipengaruhi oleh jenis substrat alami. Ini
16
dapat mempengaruhi keberadaan ikan karena benthos yang sering berada pada substrat dasar perairan berperan sebagai sumber makanan bagi ikan (Michael, 1984 dalam Pandiangan, 2006).). Substrat batu menyediakan tempat bagi spesies yang melekat sepanjang hidupnya, juga digunakan oleh hewan yang bergerak sebagai tempat perlindungan terhadap predator. Substrat dasar yang halus seperti lumpur, pasir, dan tanah liat menjadi tempat makanan dan perlindungan bagi ikan maupun hewan dasar (Lalli & Parsons, 1993 dalam Pandiangan, 2006)