BAB II. TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1.
Tinjauan Umum
II.1.1 Pengertian Perpustakaan Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah “perpustakaan”(berasal dari kata Sansekerta pustaka ) artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris, pembaca tentu mengenal istilah library (berasal dari kata Latin liber atau libri ) artinya buku. Dari kata Latin tersebut terbentuklah istilah librarus yang artinya tentang buku. Dalam bahasa Belanda bibliotheek , Jerman bibliothek , Perancis bibliothrquo, Spanyol bibliotheca, dan Portugal bibliotheca. Semua istilah itu (berasal dari bahasa Yunani biblia ) artinya tentang buku, kitab. Dari istilah-istilah diatas diperoleh batasan perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskripsi dan bahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacaan, kenyamanan atau kesenangan ( Webster's Third Edition International Dictionary ,1961). Batasan pengertian perpustakaan tersebut juga merupakan pandangan dari masyarakat tentang perpustakaan. Padahal dengan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat saat ini maka akan berpengaruh besar terhadap perkembangan perpustakaan, tentunya ini juga akan mengubah pengertian perpustakaan. Sehingga International Federation of Library Association and Institutions mambatasi perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media noncetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pemakai. Batasan tersebut sesuai dengan fakta saat ini. Perpustakaan tidak hanya berisi bukubuku namun juga terdapat majalah, jurnal luar negeri dan dalam negeri, koran, peta, floppy disc program dan CD-ROM. Selain koleksi-koleksi tersebut juga terdapat koleksi skripsi
7
dan memiliki fasilitas ruang workstations. Dimana pengguna perpustakaan dapat memanfaatkan komputer-komputer yang disediakan untuk akses internet dan pengerjaan tugas-tugas kuliah yang memerlukan komputer. Diruang ini pengguna dapat juga memanfaatkan komputer multimedia untuk keperluan belajar. Dengan adanya koleksi dan fasilitas – fasilitas yang disediakan oleh perpustakan, diharapkan pengguna perpustakaan terutama mahasiswa merasa tertarik dan mau memanfaatkan
pelayanan
tersebut
untuk
menunjang
studinya.
(http://www.usd.ac.id/lomba_menulis/juara3.htm)
II.1.2 Fungsi dan Tujuan Perpustakaan Pada dasarnya perpustakaan merupakan wadah pengumpulkan buku-buku dan bahan pustaka lainnya yang diorganisir untuk memberikan pelayanan informasi, ilmu pengetahuan, dan rekreasi dengan tujuan untuk mempertinggi ilmu pengetahuan pribadi dan ilmu pengetahuan sosial. Fungsi perpustakaan pada dasarnya adalah tempat untuk mencari informasi yang tersedia untuk menunjang sarana pendidikan dan pengetahuan bagi siswa, mahasiswa maupun masyarakat, tempat menyewa buku-buku untuk dibaca di tempat atau dibawa pulang dalam jangka waktu tertentu. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi informasi, perpustakaan dapat berfungsi lebih dari sekedar tempat mencari dan meminjam buku – buku, melainkan sebagai tempat acara pameran buku – buku, seminar, tempat berdiskusi dengan pengarang buku atau sastrawan, tempat penyelenggaraan berbagai forum penerangan dan pembahasan tentang masalah-masalah aktual.
8
Sedangkan Tujuan dari perpustakaan ini adalah memberikan kemudahan bagi para siswa, mahasiswa dan masyarakat dalam mendapat informasi yang di inginkannya, meningkatkan kontinuitas belajar siswa dan mahasiswa agar mutu pendidikan dapat ditingkatkan, serta dapat menyediakan tempat yang mempunyai suasana tenang dan nyaman dalam proses belajar.
II.1.3 Sekilas Sejarah Perpustakaan Perpustakaan merupakan salah satu pranata sosial yang telah ada sejak zaman purba. Dalam perjalanannya yang panjang perpustakaan mengalami berbagai perubahan sosial budaya, misalnya perkembangan Renaisans, Pencerahan, Penjajahan, perkembangan teknologi informasi dan kini Internet. Dalam perkembanganya selama hampir 3000 tahun itu
berkembang
berbagai
prinsip
kepustakawanan
yang
mewarnai
keberadaan
perpustakaan.
Foto 1 : Ibrahim Nafie, Courtesy Bibliotheca Alexandrina east view
9
Foto 2 : Ibrahim Nafie, Courtesy Bibliotheca Alexandrina north view
Perpustakaan Alexandria yang didirikan oleh Ptolemeus terbakar semasa pemerintahan Julius Caesar pada tahun 48 S.M. Pada awal perkembangan agama Kristen, orang-orang Roma yang menyembah kaisar sebagai dewa membakar buku tentang agama Kris-ten. Sebaliknya kemudian terjadi, penganut agama Kristen membakar buku penyembah berhala. Di Inggris ketika raja Henry VIII berkuasa, biara diperintahkan ditutup sedangkan bukunya disita. Pada tahun 1930 an kita menyaksikan pembakaran buku karangan orang Yahudi oleh Hitler. Pada tahun 1948 tatkala tentera Belanda menyerbu Yogyakarta, para dokter yang menjadi dosen fakultas kedokteran menyelamatkan koleksi buku perpustakaan dengan mengungsikannya ke Klaten. Di Indonesia pada tahun 1960an terjadi pem-bakaran oleh PKI terhadap majalah dan buku yang dianggap ciptaan neokolonialisme dan imperialisme maupun karya pengarang yang tergabung dalam kelompok Manifesto Kebudayaan.
10
Jadi sepanjang sejarah selalu ada usaha untuk menghancurkan buku yang disimpan di perpustakaan. Sebaliknya pula, masyarakat pun berusaha mengamankan perpustakaan. Secara fisik, pengamanan perpustakaan kuno dilakukan dengan menempatkan perpustakaan (baca buku) di bagian yang aman, pada sebuah kuil atau istana. Kuil atau istana merupakan bangunan yang kokoh sehingga buku akan lebih aman disimpan di tempat tersebut daripada tempat lain. Dalam berbagai gejolak sosial maupun revolusi, keberadaan perpus-takaan selalu tidak dilupakan masyarakat. Semasa puncak revolusi Perancis, semua perpustakaan milik lembaga keagamaan disita, kemudian koleksinya ditempatkan di berbagai pusat penyimpanan yang tersebar di seluruh Perancis. Semuanya itu mempunyai hikmah karena beberapa tahun kemudian setelah revolusi berakhir, buku sitaan dijadikan cikal bakal perpustakaan nasional Prancis. Semasa revolusi Rusia serta pasca revolusi (sekitar tahun 1918- 1923) sejumlah besar buku, bahkan seluruh buku milik perpustakaan pribadi Czar, dipindah ke perpustakaan yang ditunjuk penguasa baru. Koleksi ini nantinya berkembang menjadi Perpustakaan Negara Lenin yang tidak lain daripada perpustakaan nasional Uni Soviet. Di Indonesia, semasa pendudukan Jepang (1942-1945), tindakan
per-tama
balatentera
Jepang
ialah
mengamankan
koleksi
Bataviaasch
Genootschap van Kunsten en Wetenschap di Batavia (kini Jakarta) yang berada di lingkungan markas besar Kempeitai (polisi rahasia Jepang). Koleksi ini kelak menjadi inti Perpustakaan Nasional Republik In-donesia. Sebelum itu ketika Majapahit runtuh, bangsawan maupun biarawan menyelamatkan berbagai naskah kuno ke tempat lain. Maka pembaca akan sering menjumpai bahwa berbagai manuskrip seperti Negarakertagama justru ditemukan di Bali atau Lombok.
11
Dari uraian di atas nyatalah bahwa kekuasaan di luar perpus-takaan dapat merupakan kekuatan yang dapat menghancurkan perpus-takaan. Sebaliknya pula, masyarakat (merupakan kekuatan di luar perpustakaan namun perpustakaan merupakan bagian darinya) pulalah yang menciptakan sekaligus memelihara perpustakaan. Sepanjang sejarah manusia, perpustakaan merupakan satu- satunya pranata ciptaan manusia tempat manusia dapat menemukan kembali informasi yang permanen serta luas ruang lingkupnya. Masyarakat selalu mengatakan bahwa perpustakaan mempunyai efek sosial,ekonomi, politik dan edukatif. Karena imbas tersebut, maka timbul kontra efek berupa perusakan dan pembakaran perpustakaan. Hal yang disebut terakhir initerjadi juga dalam sejarah manusia. Bila perpustakaan hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan buku saja, bukannya juga menyebarkan ilmu pengetahuan, maka imbas dan efeknya tidak akan sedramatis seperti yang kita saksikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Bila ilmu pengetahuan hanya disim-pan saja, tidak disebarluaskan, maka ilmu pengetahuan akan man-dek. Ilmu itu mungkin akan tumbuh lagi kemudian namun hal ter-sebut memerlukan waktu yang lama, pengorbanan waktu, tenaga, uang. Ibaratnya kita tidak perlu menemukan roda lagi. Karena itu ilmu yang disimpan dalam wujud buku harus disebarluaskan. Contoh khas terjadi pada kemampuan operasi bedah otak pada orang Mesir kuno. Kemampuan ini hanya dikuasai oleh segelintir ahli yang terkungkung dalam tembok kuil, tidak disebarkan, malahan dirahasiakan. Alhasil kemampuan itu bukannya berkembang justru membeku untuk pada akhirnya dirintis lagi oleh orang Eropa pada abad ke 18. Perpustakaan merupakan tempat belajar di samping sekolah. Sejarahwan Gibbon pernah mengatakan bahwa pendidikan yang diberikan oleh seseorang pada dirinya melalui otodidak jauh lebih penting daripada pendidikan yang diperolehnya dari seorang guru.
12
Kecenderungan penggunaan perpustakaan umum sebagai tempat belajar menimbulkan istilah "modern library movement" artinya pengembangan perpustakaan sebagai badan pendidikan umum, tidak terhambat oleh tradisi dan kendala waktu sebelumnya serta memberikan inspirasi untuk kegiatan di luar semua visi sebelumnya. Di AS untuk hal tersebut diberikan contoh "social library" yang didirikan Benjamin Franklin. Pemerintah RI mendirikan Taman Pustaka Rakjat 2) pada tahun 1952, tujuan perpustakaan ialah membantu pendidikan masyarakat.
II.1.4. Jenis - jenis Perpustakaan Dalam Ensiklopedi Indonesia, disebutkan bahwa perpustakaan dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Perpustakaan Khusus Perpustakaan ini merupakan perpustakaan yang menekankan koleksinya pada suatu bidang khusus, atau bidang-bidang yang berhubungan. Misalnya koleksi khusus bidang geologi, sejarah purbakala, lingkungan hidup, dan lain-lain. Dapat juga digolongkan khusus karena bentuk koleksi yang disimpannya seperti peta, guntingan surat kabar, pita rekaman, lontar, dan sebagainya. Lazimnya perpustakaan khusus merupakan bagian pada suatu lembaga penelitian, badan-badan seperti bank, asuransi, asosiasi profesi, perusahaan, museum, dan lain-lain. Masyarakat yang dilayaninya juga tergolong khusus, yaitu terutama kepada tenaga-tenaga yang bekerja di lingkungan badan tempat perpustakaan bernaung, atau kepada mereka yang bekerja dalam bidang yang merupakan pokok tugasnya. Dalam sejarah perkembangannya mungkin menjurus menjadi pusat dokumentasi atau pusat informasi. Bila ini terjadi, maka lingkup / jasanya menjadi luas yaitu bertugas
13
menyebarluaskan informasi secara tepat dan cepat. Menyebarluaskan sari karangan, bibliografi, kesiagaan jasa informasi, jasa konsultasi, dan sebagainya. Contoh perpustakaan khusus yang telah berkembang memperoleh tugas-tugas nasional ialah Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional-LIPI, Lembaga Perpustakaan Biologi dan Pertanian (Bibliotheca Bogoriensis – Departemen Pertanian), Bagian Dokumentasi Ilmiah dan Pengolahan Data (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan). Ketiga pusat di atas memperoleh tugas sebagai pusat informasi literature, masing-masing dalam bidang ilmu dan teknologi, biologi dan pertanian, kesehatan dan kedokteran. Dari jenis perpustakaan khusus, terdapat beberapa perpustakaan/pusat yang berkembang terus, antara lain Perpustakaan Direktorat Geologi (kemudian
disebut
Bidang
Dokumentasi
dan
Publikasi,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan Geologi), Bandung. Pusat ini kuat dalam koleksi (buku, majalah, peta) bidang geologi dan ilmu-ilmu yang berhubungan. Di Jakarta kita kenal Perpustakaan Museum Pusat, didirikan 1778. Kuat dalam bidang ilmu-ilmu, sosial, sejarah, dan bahasa. Sebelum perang, perpustakaan ini menjadi depot dari terbitan-terbitan baru Indonesia. Tercatat 224.000 majalah baru. Tergolong baru ialah perpustakaan Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional-LIPI, didirikan pada tahun 1965. Perpustakaan ini menyimpan 40.720 buku, 5.719 majalah terjilid, dan 836 judul majalah baru. Kuat dalam koleksi bidang ilmu dan teknologi, dan mulai memupuk koleksi dalam bentuk mikrofilm dan mikrofis. 2. Perpustakaan Museum Ini merupakan nama yang lazim untuk menyebut perpustakaan Lembaga Kebudayaan Indonesia di Jakarta yang didirikan tahun 1778. Koleksi bukunya diperkirakan
14
300.000 jilid, sesuai dengan tujuan dan program lembaga tersebut. Di antaranya semua koleksi surat kabar yang pernah dan telah terbit di Indonesia, dari awal penerbitannya; majalah ilmiah dan popular, dan setiap buku yang diterbitkan di Indonesia. Juga koleksi naskah terdiri dari + 5.000 buku asli Indonesia dari berbagai daerah, yang tertulis di atas macam-macam bahan seperti lontar, kulit kayu, bambu, kertas; tertulis dalam huruf Jawa, Bali, Makassar, Bugis, Batak, Rejang, Arab, dan lain-lain. 3. Perpustakaan Negara Pepustakaan Negara merupakan perpustakaan umum yang didirikan di tiap ibukota Daerah Tingkat I di Indonesia. Diselenggarakan oleh Biro Perpustakaan Departemen Pendidikan. Umumnya berisi buku-buku tingkat pengetahuan sekolah menengah ke atas. Saat ini yang terbesar terletak di Yogyakarta, dengan 70.000 buku, dan didirikan pada masa revolusi kemerdekaan. 4. Perpustakaan Perguruan Tinggi Sebagai warisan waktu yang lalu, jasa informasi di kalangan masyarakat perguruan tinggi
dilakukan
oleh
masing-masing
fakultas
atau
jurusan.
Program-program
pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi dikelola oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan. Hal-hal seperti pembinaan koleksi, pembinaan sumber tenaga, standarisasi, pembiayaan, dan sebagainya memperoleh perhatian penuh dari Satuan Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi. Contoh adalah Perpustakaan Pusat Satya Wacana di Salatiga, yang sejak pendiriannya pada tahun 1956 memusatkan administrasi dan pengelolaan perpustakaannya untuk melayani seluruh kampus. Kemudian Perpustakaan Airlangga di Surabaya, membagi perpustakaan menjadi dua, yaitu Perpustakaan Eksakta dan Perpustakaan Non Eksakta.
15
5. Perpustakaan Rakyat Ini merupakan sistem perpustakaan umum di Indonesia. Diselenggarakan oleh Direktorat pendidikan masyarakat, bagian Urusan Perpustakaan Rakyat dalam lingkungan Departemen Pendidikan. Tugas bagian ini adalah menyediakan bacaan umum dari tingkat lulusan pemberantasan buta huruf sampai kepada tingkat pengetahuan sekolah menengah. Tujuannya adalah menghidupkan dan memelihara hasrat masyarakat untuk belajar sendiri dengan jalan membaca, serta meluaskan pengetahuan, kecerdasan, dan kesadaran masyarakat. 6. Perpustakaan Sekolah Di Indonesia, belum semua sekolah dilengkapi dengan perpustakaan. Saat ini jumlahnya tercatat sekitar 84.000 Sekolah Dasar dan sekitar 13.000 sekolah lanjutan (sensus 1997). Pengembangan perpustakaan Sekolah mendapat bimbingan dan pengarahan dari Pusat Pengembangan Perpustakaan, Departemen Pendidikan. 7. Perpustakaan Umum Pada umumnya perpustakaan umum di tingkat propinsi dikelola oleh Departemen Pendidikan bersama dengan pemerintah Daerah. Usaha-usaha antara dua badan tersebut masih terus dilaksanakan untuk mengembangkan sistem perpustakaan umum, ditunjang dengan beberapa buah mobil sebagai sarana perpustakaan keliling. Di samping itu tercatat juga tumbuhnya taman bacaan yang didirikan oleh usaha-usaha pribadi atau rukun kampung. Usaha-usaha tadi sekalipun dalam bentuk sangat sederhana, sangat menolong akan kekurangan jasa perpustakaan umum.
16
II.1.4. Pembagian Kategori Pustaka Salah satu metode klasifikasi yang lazim digunakan oleh perpustakaan adalah Dewey Decimal Classification (DDC). Berikut adalah sebagian dari DDC : No. Klasifikasi
Keterangan Kategori
000
Computers, Internet & Systems (Komputer dan Umum)
100
Philosophy (Filsafat)
200
Religion (Agama)
300
Social sciences, Sociology & Anthropology (Ilmu Sosial)
400
Language (Bahasa)
500
Science (Ilmu Murni)
600
Technology (Teknologi Terapan)
700
Arts (Kesenian)
800
Literature, Rhetoric & Criticism (Kesusastraan)
900
History (Sejarah dan Geografi)
II.1.5. Pembagian Berdasarkan Cara Pelayanannya Dalam perpustakaan ada 2 sistem yang diterapkan dalam pelayanannya, yakni : 1. Closed Access Service, yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung tidak dapat secara langsung menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang diinginkannya. Sistem ini mempunyai kelebihan seperti keamanan buku lebih terjamin, penyusunan buku lebih teratur, dan ruang penyimpanan buku lebih efisien. Sedangkan kekurangannya adalah buku tidak dapat diambil langsung oleh pembaca,
17
memerlukan petugas yang selalu siap melayani pengunjung, serta secara psikologi minat baca menjadi berkurang. 2. Open Access Service, yaitu sistem pelayanan dimana pengunjung dapat secara langsung menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang diinginkannya. Open Access Service ini mempunyai kelebihan seperti buku dapat langsung diambil dan dibaca, secara psikologis minat membaca lebih besar, serta tidak memerlukan petugas untuk mengambil buku, sedangkan kekurangannya adalah keamanan buku kurang terjamin, pengembalian buku kurang teratur, dapat menganggu distribusi buku ke pembaca, dan luas area penyimpanan buku lebih besar. Dalam perpustakaan yang dirancang, sistem yang dipakai adalah Open Access Service, karena dengan sistem ini akan dapat membuat mahasiswa lebih mandiri dan juga merupakan tujuan utama dalam rancangan ini yaitu ingin meningkatkan minat baca pada mahasiswanya.
II.2.
Tinjauan Khusus
II.2.1 Latar Belakang Tapak Dasar pertimbangan mengenai lokasi tapak adalah : -
Letak tapak yang strategis dan aman, sehingga memudahkan pencapaian, baik dengan kendaraan pribadi maupun sarana transportasi umum, berdekatan dengan kampus Universitas Bina Nusantara.
18
-
Menurut bagian wilayah kota, tapak tersebut merupakan daerah perkantoran yang sesuai dengan kebutuhan akan proyek dimana juga mempunyai sarana pendukung disekitar proyek.
-
Mempunyai nilai potensi yang besar seperti berada pada point of view yang baik, dekat dengan jalan raya.
Gbr 1: Peta Jakarta Barat
19
Gbr 2 : Peta Lokasi
20
Foto 3 : Bagian Timur
Foto 5 : Bagian Barat
Foto 7 : Lingkungan Sekitar Tapak
Foto 4 : Bagian Utara
Foto 6 : Bagian Selatan
Foto 8 : Lokasi Tapak
21
II.2.2. Data – data Tapak. A. Luas tapak : ± 15000 m2 B. Batas – batas : - Utara : Jalan Raya Kebon Jeruk. - Selatan : Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara. - Timur : Kampus Syahdan Universitas Bina Nusantara. - Barat : Perumahan penduduk. C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta : - Peruntukan lahan pada tapak : Perkantoran - KDB : 60 % - KLB : 2,5 - Ketinggian lantai : 4 lantai - Garis Sepadan Bangunan : 15m
II.2.3. Kondisi Tapak dan Lingkungan. Kondisi tapak merupakan daerah yang berdekatan dengan kampus Universitas Bina Nusantara dimana terletak di pertigaan jalan raya Kebon Jeruk. Lingkungan disekitar tapak merupakan daerah hunian yang pada umumnya digunakan sebagai tempat indekost, rumah makan, toko buku, toko komputer, mini market dan sebagainya, serta bangunan Universitas Bina Nusantara.
22
II.3.
Tinjauan Topik Topik arsitektur yang dipakai didalam perencanan Perpustakaan Universitas Bina
Nusantara adalah Arsitektur Post Modern, dimana perencanaan tersebut juga mampu memecahkan masalah – masalah di dalam iklim tropis yang ada di Indonesia.
II.3.1. Pengertian Post Modern Post Modern terdiri dari kata : 1. Post, yaitu menunjukan apa yang telah kita tinggalkan dan lalui tetapi belum menerangkan dimana akan tiba. 2. Modern, yang berarti terbaru, sikap dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntuntan jaman. Dengan demikian pengertian Post Modern adalah istilah untuk menyebutkan suatu masa atau zaman dipakai berbagai disiplin untuk menguraikan bentuk budaya dari suatu titik pandang berlawanan atau pengganti istilah modernisme.
II.3.2. Sejarah Perkembangan Arsitektur Post Modern 1. Latar belakang arsitektur Post Modern •
Ketika arsitektur modern dengan gaya internationalnya terasa bagaikan menekan kemandirian pribadi, ada sebagian arsitek yang lalu berusaha memberikan makna lebih pada rancangannya, dengan mengembangkan lebih lanjut gaya modernist tersebut.
23
•
Sebaliknya ada juga sebagian arsitek yang berusaha memperbaiki gaya rancangan modernist dengan memberikan nilai tradisi manusiawi kepada rancangannya. Kelompok yang terakhir in lalu lebih dikenal sebagai kelompok postmodernist.
•
Paolo Portoghesi, The Architecture of a Postindustrial society, 1982, tidak hanya menempatkan penekanan pada masalah informasi, tetapi didasarkan ide dari kelanjutan sejarah dan peran dari tipologi kota dalam mempertahankan kebenaran ini. Jadi Stern dan Portoghesi, melalui tulisan mereka, architecture dan eksibisi, telah membawa gerakan gerakan sejarah yang baik tetapi nilainya banyak berkurang karena publik yang tidak mendukung. Melalui pekerjaan mereka yang sering memunculkan integritas yang kreatif, genre yang mengikutinya sering dikomersilkan.
•
Heinrich Klotz, di sejarah dari arsitektur Postmodern memberikan fokus yang sedikit berbeda. Beliau menggunakan aspek komunikasi yang digunakan seluruh penulis dan membelokkannya ke ‘isi naratif’. Bentuk tidak hanya mengikuti fungsi, dalam definisi di arsitektur Post modern, tetapi fiksi. Perhatian untuk pengertian arsitektur menjadi perhatian utama untuk Klotz dan disini termasuk banyak arsitek lainnya seperti Rem Koolhaas, John Hejduk, dan Richard Meier.
•
Arsitek diintimidasi oleh bahasa moral dari arsitektur modern yang mendewakan totalitas, ketunggalan dan puritanisme.
24
Jadi arsitektur post modern merupakan suatu gerakan lanjutan sekaligus transendensi / penghubung dari modernisme, dimana mencoba mengkonstruksi kode ganda dalam arsitektur dengan merangkai masa lalu dan masa depan melalui pendekatan regionalisme. 2. Tujuan Arsitektur Post Modern •
Mengembalikan Kelangsungan rangkaian arsitektur masa kini dengan kekhasan masa lampau yang ada pada suatu wilayah budaya tertentu dengan mencoba mengimbangi perusakan budaya setempat oleh kombinasi kekuatan sistem produksi baik rasionalisasi, birokrasi, kapitalisme, pengembangan pada besar maupun oleh gaya internasional ( arsitektur modern).
•
Agar arsitektur dapat berkomunikasi dengan publik/ masyarakat.
3. Konsep Arsitektur Post Modern •
Menerapkan kode ganda dalam arsitektur dengan merangkai masa lalu dengan masa depan ( teknik modern).
•
Merepresentasikan arsitektur yang ideal sebagai sebuah harmoni lengkap dari bentuk jadi budaya, setempat dan iklim.
•
Adanya dialog antara elitisme / golongan elit dan populisme/ golongan masyarakat (bersifat merakyat).
•
Menerapkan arsitektur yang berwawasan lingkungan.
•
Penerapan seni, ornamentasi dan simbolisme sebagai unsur esensial dalam membangun identitas dan makna budaya arsitektur.
25
Adanya gejala pembaharuan dalam bidang arsitektur mulai dikenali dan dikemukakan untuk pertama kali oleh Charles Jenck dalam sebuah seminar di Eindhoven, Belanda dan terlihat dalam bukunya “The Language of Post-Modern Architecture”. Dalam bukunya tersebut dijelaskan mengenai prinsip dasar desain arsitektur post modern, antara lain: •
Pluralistik : Banyaknya ragam sehingga menimbulkan variasi gerakan.
•
Komunikatif
:
sebagai
alat
komunikasi,
bangunan
dapat
mengkomunikasikan waktu terdahulu, sekarang dan akan datang. •
Tempat dan sejarah : berakar pada tempat dan sejarah. Prinsip ini mendorong usaha untuk selalu menggali data lingkungan dan arsitektur masa lampau, serta mengangkat kembali ekspresi arsitektur yang sempat hilang pada arsitektur modern yaitu : ornament dan konteks urban.
II.3.3 Tinjauan Arsitektur Post Modern Istilah post modern hanya dapat dipakai bagi arsitek yang sadar akan makna arsitektur sebagai suatu bahasa (sarana komunikasi). Gejala timbulnya gerakan ini terlihat sejak komunikasi dalam karya – karya arsitektur modern mulai kabur dan makna – makna sosialnya makin hilang. Pengertian arsitektur sebagai suatu bahasa yaitu bahwa arsitektur merupakan “vehicle of Meaning” yaitu alat untuk menyampaikan pesan tertentu dan arsitektur merupakan suatu alat untuk komunikasi. Arsitektur post modern mengingat keadaan masa lalu, mengadakan pendekatan positif terhadap bangunan metaphor,
26
vernakular, ruang baru dan arti ganda. Sarana komunikasi dalam arsitektur post modern dapat dilakukan untuk 2 arah, yaitu : •
Orang – orang yang mengerti pada makna – makna arsitektur.
•
Masyarakat awam yang lebih mementingkan kenyamanan cara hidup dan bangunan – bangunan tradisional. Cara komunikasi dalam arsitektur dapat dilakukan dengan :
•
Ungkapan bentuk (metaphor)
•
Kata (unsur – unsur bangunan : jendela, pintu)
•
Sintaksis (penyatuan unsur bangunan/komposisi)
•
Semantik (mengembangkan makna yang ada, hubungan dari unsur – unsur bangunan dan bentuk – bentuk yang terjadi)
II.3.4 Tahap Perkembangan Arsitektur Post Modern Berdasarkan pengamatan Charles A. Jencks, terdapat 6 tahap perkembangan yang menjadi sumber pembentukan gaya post modern (dalam studi penerapannya), yaitu : 1. Historicism Merupakan aliran yang menitik beratkan pada aspek sejarah. Perkembangan aliran ini menimbulkan arsitektur radikal ekletik yang memiliki cirri menciptakan masa lalu dalam menyelesaikan ruang, penggunaan motif – motif dan simbol – simbol histrois, serta penggunaan elemen/material lama. Penampilan bangunannya memberi kesan kilasan sejarah yang samar – samara. Contohnya bangunan Casa Baldi, Roma 1959 – 1961, karya Paolo Portoghesi. Menampilkan persilangan “dual
27
coding” yang merupakan karakteristik post modern. Lapisan luar bangunan, kurva yang menyapu dari Baroque, ruang yang overlap, penampilan dari Brutalist dengan ekspresi beton bertulang, penggabungan yang kasar dan bentuk gitar modernism.
Foto 9 : Casa Baldi Roma 1959-1961
2. Straight Revivalism Merupakan aliran yang menerapkan bentuk – bentuk dari gaya – gaya yang pernah ada dengan memperhatikan penerapan bentuk – bentuk tersebut agar dapat hidup, berarti dan tidak salah tempat. Contohnya Okawa House, 1974, karya Mozuna Monta. Menampilkan gaya persilangan antara prototype dari renaissance, seperti antara Michaelangelo’s Palazzo Farnese dengan Brunelleschi’s Pazzi Chapel. Hasil dari sekian hibridisasi akan menghasilkan integritas yang menarik.
28
Foto 10 : Mozuna Monta, Okawa House 1974
3. Neo-Vernacular Merupakan aliran dengan sebuah pemikiran untuk membawa kembali bentuk – bentuk dan material tradisional dimana segala sesuatunya masih dalam proporsi. Aliran ini bukan suatu usulan untuk menghubungkan dengan garis modern maupun tradisional, melainkan potongan – potongan dari keduanya. Penekanannya pada aspek pembauran dengan masyarakat, bukan melakukan peniruan mentah – mentah melainkan melakukan usaha penyesuaian dengan cirri lingkungan bangunan tersebut. Contohnya Friars Quay Housing, Norwegia 1972, karya Feilden dan Mawson. Menggambarkan rancangan adaptasi rumah pedagang di Eropa Utara terhadap tapak bersejarah dekat Catherdal Close. Ragam warna, ruang semi private dan atap yang meruncing memberikan perasaan kontinuitas sejarah.
29
Foto 11 : Feilden and Mawson, Friars Quay Housing
4. Adhocism + Urbanist = Contextual Merupaka
aliran
yang
merancang
harus
sesuai
dan
tanggap
terhadap
media/lingkungan disekitar yang mengelilinginya. Perancangannya mengacu pada konteks yang berada di sekelilingnya, skala lingkungan tetap dihormati. Contohnya Dusseldorf Museum, 1975 karya James Stirling. Menampilkan contextual infill, dimana ketinggian dan skala di perhatikan, namun tetap mengekspresikan elemen – elemen simbolik. Entrance berbentuk kubus terhadap garis tapak berhubungan dengan monumen lain. Lapisan kaca yang merupakan satu – satunya peninggalan modernist digunakan dengan cara semantik sebagai sirkulasi public dan area berkumpul.
30
Foto 12 : James Stirling, Dusseldorf Museum 1975
5. Metaphor and Metaphysics Merupakan aliran yang menggunakan kiasan atau ungkapan bentuk, dimana wujud bangunannya diharapkan dapat menimbulkan tanggapan dari pengamat atau pemakai bangunan tersebut. Tanggapan tersebut akan berbeda pada setiap orang. Contohnya TWA Building, New York 1962 karya Eero Saarinen. Menampilkan kerangka – kerangka beton yang dapat diungkapkan sebagai pesawat terbang, meskipun ada anggapan lain yaitu seperti seekor burung.
Foto 13 : TWA building, New York 1962
31
6. Post Modern Space Merupakan aliran yang menitik beratkan dan mengembangkan teknik – teknik baru dalam mengolah ruang dengan tujuan untuk menciptakan pengalaman. Ruang post modern berdasarkan ruang – ruang yang lazim, zoning yang tidak dibatasi dan berarti ganda serta tidak rasional. Hubungannya merupakan transformasi bagian keseluruhan, batasnya kadang tidak jelas, perluasan ruang tidak terhingga dan tanpa tepi yang jelas. Contohnya Piazza D’Italia, New Orleans 1976, karya Charles Moore dan William Hersey.
Foto 14: Piazza D’Italia, New Orleans 1976
II.3.5 Ideologi Arsitektur Post Modern Secara garis besar ideologi dari arsitektur post modern yang mendasari perencanaan dan perancangan adalah sebagai berikut : •
Double Coding of Style Atau arti ganda, yaitu perpaduan gaya bangunan yang menghasilkan dua makna, yaitu makna unsur modern dan makna lain (biasanya unsur lama).
32
Foto 15 : James Stirling and Michael Wilford, Classical Masonry and modern glass
•
Popular and Pluralist Popular merupakan penerapan bentuk – bentuk yang popular pada masyarakat, tempat dan pada suatu era tertentu.
Foto 16 : Passarelli Brothers, Multi-use structure, Rome 1965
33
Pluralist yaitu pemberian makna yang lebih dari satu pada satu bangunan.
Foto 17 : Ronchamp Chapel, France 1955
•
Semiotic Form Bangunan yang mampu berkomunikasi pada pengamat dan pemakai bangunan.
Foto 18 : Hot Dog Stand, Los Angeles, 1938
34
•
Traditional and Choice Penggabungan berbagai gerakan (gaya/aliran) dan tradisi sesuai dengan pilihan.
Foto 19 : J C Loudon
•
Artist / Client Bangunan diharapkan memiliki nilai seni dan lebih memperhatikan kepentingan pemakai.
Foto 20 : Michael Graves, Benacerraf House addition, Princeton, 1969
35
II.4.
Studi Banding
II.4.1. Perpustakaan Institute Teknologi Bandung Perpustakaan ITB berdiri bersamaan dengan lahirnya Technische Hoogeschool (TH) di Bandung pada tahun 1920, Perpustakaan ITB yang saat itu dikenal sebagai Perpustakaan TH dikenal sampai ke luar negeri karena memiliki koleksi yang sangat bermutu dengan cakupan yang luas, meliputi hampir semua bidang ilmu, mulai dari ilmu rekayasa, ilmu pengetahuan alam, sosiologi, filosofi, sastra, musik dll. Perkembangan politik yang terjadi saat itu membuat TH Bandung sempat ditutup dan ditinggalkan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, TH Bandung dibuka kembali dengan
nama
Bandung
Kogyo
Daigaku.
Saat
Indonesia
memproklamirkan
kemerdekaannya, Bandung Kogyo Daigaku memiliki nama baru yaitu Sekolah Tinggi Teknik Bandung, dipimpin Prof.Ir.Rooseno. Tahun 1946 TH Bandung dibuka kembali oleh pemerintah pendudukan Belanda, sebagai Fakultas Teknik dari Universitas Indonesia yang berpusat di Jakarta bukan sebagai suatu perguruan tinggi yang berdiri sendiri. Perkembangan ini pada tahun 1947 diikuti dengan pembukaan fakultas baru yaitu Fakultas Pasti dan Alam, dengan fasilitas perpustakaan perkumpulan ilmu alam KNV (Koninklijke Natuurkunde Vereniging) yang memiliki koleksi berjumlah 30.000 eksemplar Perpustakaan tersebut dahulu menempati gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB yang terletak di jalan yang kini dikenal sebagai Jalan Surapati 1 Bandung. Kedua fakultas itu lebur menjadi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1959, sehingga 2 perpustakaan yang berada di masing-masing fakultas pun menjadi satu , dengan jumlah koleksi sekitar 120.000 eksemplar Ketika semua warga Belanda harus meninggalkan Indonesia pada tahun 50-an, perpustakaan ITB menurun kualitasnya karena
36
kekurangan tenaga ahli perpustakaan, yang sebelumnya dipegang oleh orang-orang Belanda yang bekerja di perpustakaan tersebut. Akibatnya terjadilah kekacauan dalam sistem penyusunan dan penempatan buku, sistem peminjaman, kehilangan buku, dll. Setelah Beberapa tahun, kondisi perpustakaan ITB mulai membaik menggugah minat pustakawan Inggris dari The British Council menawarkan bantuannya melalui pemerintah kerajaan Inggris. Bantuan yang ditawarkan meliputi:
1. Tenaga ahli perpustakaan dari Inggris 2. Tenaga muda pustakawan yang tergabung dalam VSO (Voluntary Service Organization) 3. Pengiriman staf perpustakaan ITB ke Inggris untuk belajar ilmu perpustakaan 4. Sumbangan buku-buku 5. Pembangunan gedung baru perpustakaan Peremajaan yang dilakukan pada perpustakaan ITB dilakukan dalam berbagai hal, mulai dari sistem klasifikasi koleksi—pada saat inilah perpustakaan ITB mulai memakai sistem DDC (Dewey Decimal Classification), penambahan staf perpustakaan, pengiriman staf perpustakaan untuk tugas belajar ke Inggris, setiap 3 bulan buku-buku baru yang dipilih sendiri oleh dosen – dosen ITB dikirimkan oleh The British Council, adanya layanan untuk memesan copy artikel dari berbagai pusat informasi/perpustakaan di luar negeri melalui The British Lending Library di Inggris, dll. Berakhirnya program bantuan dari Inggris tidak membuat hubungan dengan The British Council terputus. Bahkan sampai saat ini bantuan buku-buku dari pemerintah
37
Inggris selalu diterima perpustakaan ITB. Para alumni ITB tidak ketinggalan turut pula membantu perpustakaan, terutama dalam pengadaan buku-buku dan majalah. Pada tahun 1974 semua bagian di Perpustakaan ITB telah ditangani dan dikepalai oleh staf berkebangsaan Indonesia, tenaga asing hanya membantu saja. Kemudian pada tahun 1975 dimulailah perencanaan sebuah gedung perpustakaan permanen yang dirancang sesuai dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi. Pertengahan tahun 1987 sebuah gedung perpustakaan yang cukup megah berdiri di kampus ITB dengan luas 9.000 meter persegi . Gedung ini merupakan tahap pertama dari rencana bangunan yang jumlah totalnya mencapai luas 16.000 meter persegi. Tahap kedua pembangunan gedung perpustakaan baru akan dilaksanakan setelah gedung tahap pertama terisi penuh, dan hal ini diperkirakan baru akan tercapai setelah gedung tahap pertama dioperasikan selama 25 tahun. Fasilitas yang tersedia di perpustakaan ITB adalah sebagai berikut : 1. Mushola, kantin dan waserba. Bila Anda memerlukan tempat untuk melaksanakan ibadah sholat, pada lantai basement dapat Anda manfaatkan mushola dilengkapi toilet dan tempat wudlu. Selain mushola, masih bertempat di lantai yang sama, sebuah kantin mungil yang buka mulai pukul 08.30 s/d 15.30 setiap hari selama masa perkuliahan menyediakan beragam makanan dan minuman bergizi-murah dan variatif, di samping sebuah warung serba ada (waserba) yang menyediakan berbagai keperluan mulai dari aneka makanan dan minuman ringan, alat tulis sampai aksesoris. 2. Toko
buku,
bank,
ITB
Info
Corner,
photocopy
dan
ruang
seminar
Pada lantai 1 gedung perpustakaan dapat Anda jumpai sebuah toko buku (Sagung
38
Seto) yang menyediakan berbagai text book maupun buku-buku populer. Untuk melayani transaksi keuangan, Bank Bukopin hadir setiap hari kerja jam 09.00 s/d 15.00. Bila Anda memerlukan jasa layanan photocopy-- di sebelah timur lantai 1 gedung perpustakaan, terdapat layanan photocopy yang memungkinkan Anda memphotocopy beberapa bagian dari pustaka yang Anda perlukan. Secara khusus bila Anda membutuhkan penggandaan/photo copy majalah di lantai 3 (pada bagian Majalah) juga, seorang petugas dan mesin photo copy akan melayani Anda dengan tarif yang sama dengan photocopy di lantai 1. Perpustakaan ITB juga memiliki fasilitas 2 ruang pertemuan (meeting room) yang dapat Anda manfaatkan, masingmasing terletak di lantai 1 (kapasitas maksimum 110 orang/theatre style, dengan fasilitas ruangan berAC, standard meeting equipment: whiteboard-wireless microphone-OHP-in focus dan screen) serta meeting room yang terletak di lantai 2 pada Bagian Koleksi Umum (kapasitas maksimum 50 orang/theatre style) Informasi lengkap mengenai pemakaian meeting room, dapat menghubungi djoni at unix.lib.itb.ac.id, Dewi – Yati - Ayi di Bagian Administrasi Perpustaka an ITB. 3. Layanan - layanan lain. Selain memberikan berbagai layanan yang berkaitan dengan pemanfaatan koleksinya, Perpustakaan ITB juga menyediakan beberapa layanan lain dalam bidang pengembangan informasi (perpustakaan) maupun bidang- bidang lain yang berhubungan dengannya yaitu: a. Menyelenggarakan
beragam
training/kursus
singkat
dalam
bidang
perpustakaan dan informasi (librarianship) baik untuk tingkat pemula maupun lanjutan. Kini materi training/kursus singkat tersebut juga dikembangkan melalui aplikasi perkembangan teknologi informasi.
39
b. Konsultasi pengelolaan perpustakaan Bila Anda secara pribadi ataupun institusi/organisasi tempat Anda bekerja berencana untuk mendirikan atau mengembangkan sebuah perpustakaan, staf kami dapat membantu memberikan konsultasi manajerial maupun teknis bagaimana mengelola dan mengembangkan sebuah perpustakaan—termasuk jasa pembuatan katalog pustaka c. Event organizer untuk berbagai acara pertemuan seperti seminar, workshop, launching/bedah buku, pameran buku, tutorial/demo dll. Berbagai institusi pernah bekerja sama dengan kami untuk menyelenggarakan event-event yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai ide dalam masyarakat diantaranya: The British Council, University of South Australia, Rijksuniversiteit Groningen, Astra Graphia, The National University of Singapore,
Software
Competence
Center-Hagenberg/SCCH
Austria,
Telkomsel, Ikatan Pustakawan Indonesia, PC Plus, Singapore Polytechnic, Ikatan Pustakawan Indoneisa (IPI), Antara Pustaka Utama, Kompas Cyber Media, Wearnes Indonesia, Hewlett Packard, Microsoft Indonesia dll 4. Library tour, yaitu mengunjungi Perpustakaan ITB—acara ini biasanya sangat diminati oleh siswa-siswa sekolah menengah (SMP-SMU) di musim liburan. Dengan mengikuti Library Tour siswa diajak untuk mengenal lebih dekat bagaimana suatu perpustakaan dapat dimanfaatkan, bagaimana cara menggunakan perpustakaan dll.
40
Foto 21 : Perpustakaan Institute Teknologi Bandung
Foto 23 : Ruang Baca Lantai 3
Foto 25 : Ruang Baca Lantai Dasar
Foto 22 : Ruang Baca Lantai 4
Foto 24 : Ruang Baca Lantai 2
Foto 26 : Ruang Koleksi Buku
41
Foto 27 : R. Koleksi Skripsi dan R. koleksi Teknik Elektro
Foto 29 : Rak Koleksi Majalah
Foto 31 : R. Receptionist Koleksi Umum
Foto 28 : R. Majalah
Foto 30 : R. Receptionist Majalah
Foto 32 : R. Visual Audio
42
Foto 33 : R. IOM (Ikatan Orangtua Mahasiswa)
Foto 35 : Koleksi Katalog
Foto 37 : R. Duduk Bersama dan R. Foto kopi
Foto 34 : R. Komputer
Foto 36 : R. Pemanduan
Foto 38 : R. Pengembalian / Peminjaman
43
Foto 39 : R. Kontrol
Foto 41 : Toko Buku
Foto 43 : Maket View 1
Foto 40 : R. Penitipan Tas, R. Seminar dan R. Tunggu
Foto 42 : R. Kepala Perpustakaan dan R. Administrasi
Foto 44 : Maket View 2
44
II.4.2. Perpustakaan Universitas Bina Nusantara Pengembangan Perpustakaan Universitas Bina Nusantara telah dirintis sejak tahun 1982 guna mendukung kegiatan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu kegiatan belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.. Perpustakaan telah mengalami beberapa kali pergantian nama seiring dengan pergantian nama perguruan tinggi itu sendiri. Nama pertama yang dipakai adalah Perpustakaan Akademik Teknik Komputer (ATK) dan menjadi Perpustakaan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Nusantara pada tahun 1986. Nama yang hingga kini masih melekat sejak tahun 1996 adalah Perpustakaan Universitas Bina Nusantara. Tahun 1982 adalah awal pemberian jasa kepada civitas akademika Universitas Bina Nusantara. Lokasi perpustakaan berada di Kampus Syahdan, Jl. KH. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat. Perpustakaan menempati gedung L lantai dasar seluas + 150 m2. Jasa layanan yang diberikan menggunakan sistem manual dan tertutup (closed access services), artinya pengguna tidak dapat langsung menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang diinginkannya Seiring dengan perkembangan Universitas Bina Nusantara, layanan yang diberikanpun semakin berkembang. Tahun 1986 Perpustakaan berpindah tempat ke gedung M lantai dasar. Tahun 1994 Perpustakaan menempati gedung K dan J, dengan sistem perpustakaan yang sudah terkomputerisasi (otomasi) dan menggunakan program Visual Foxpro. Sementara, layanan sirkulasi masih menggunakan sistem layanan tertutup. Bulan November 1998 perpustakaan kembali pindah menempati gedung baru di Kampus Anggrek, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat, lokasi perpustakaan terletak di lantai III, IV, dan V, dengan luas + 1268 cm2. Tahun 1999 layanan perpustakaan telah terkomputerisasi dengan sistem informasi yang
45
kemudian diberi nama Sistem Informasi Perpustakaan (SIPus). SIPus ini meliputi layanan bagian pengadaan, pengolahan, serta sirkulasi. Sistem layananpun sudah terbuka (open acces sevices), sehingga mahasiswa, dosen, dan karyawan dapat mencari buku sendiri di rak. Jasa peminjaman koleksi diberikan kepada mereka yang menjadi anggota perpustakaan. Diharapkan dengan berubahnya sistem layanan, UPT Perpustakaan akan semakin dekat dengan penggunanya. Pada September 2001, Perpustakaan The Joseph Wibowo Centre (JWC) yang berlokasi di Jalan Hang Lekir I No. 6 resmi dibuka. Perpustakaan JWC khusus melayani dosen, mahasiswa S2, dan Kelas Internasional dengan sistem layanan terbuka (open access services). Mahasiswa dan dosen S1 hanya dapat mengunjungi atau membaca di tempat koleksi perpustakaan JWC. Perkembangan UPT Perpustakaan Universitas Bina Nusantara terus berlanjut hingga tahun 2002 dengan terus dikembangkannya SIPus dengan beberapa penambahan-penambahan layanan. SIPus yang baru saat ini sudah dapat melayani melayani penggunanya yang ingin menelusur, memesan (booking), dan memperpanjang pinjaman buku via web. Misi dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah : 1. Menunjang terwujudnya iklim akademik yang bersifat ilmiah dan profesional dengan menyediakan koleksi dan akses informasi yang luas berbasis teknologi informasi. 2. Memenuhi kebutuhan informasi di era globalisasi melalui kerja sama dengan berbagai lembaga dan pusat informasi. 3. Mendukung proses belajar mengajar, penelitian, dan program pengembangan pada berbagai bidang.
46
Bahan-bahan
pustaka,
terutama
buku,
diklasifikasikan
menurut
bidang
pembahasannya. Menurut hasil survey literatur di perpustakaan Universitas Bina Nusantara kampus Anggrek, klasifikasi pustaka adalah sebagai berikut :
Ilmu Komputer dan Matematika (Computer Science and Mathematics)
Ilmu akuntansi dan informasi (Accounting and Information Science)
Seni, Arsitektur dan Kemanusiaan (Arts, Architecture and Humanities)
Ekonomi dan Manajemen (Economics and Management)
Ilmu Sipil dan Teknologi (Engineering and Technology)
Ilmu Manajemen Industri (Industrial Planner)
Umum (General Interest)
Koran dan Majalah (Newspapers and Magazines)
Koleksi referensi adalah sebagai berikut :
Biografi (Biographies)
Kamus dan Ensiklopedi (Dictionaries and Encyclopedia)
Indeks dan Abstraksi (Indexes and Abstracts)
Hak Paten (Patents)
Standarisasi (Standards)
Data Statistik (Statistical Data)
Layanan UPT Perpustakaan Kampus Anggrek memakai sistem tertutup dan sistem semi tertutup. Berikut ini layanan yang diberikan oleh perpustakaann ini diantaranya adalah 1. Layanan Sirkulasi, meliputi : 1. Peminjaman dan pengembalian koleksi. Mahasiswa dan karyawan (yang menjadi anggota Perpustakaan) dapat meminjam 1 buku selama 1 minggu.
47
Dosen dapat meminjam 1 buku untuk mingguan dan 2 buku untuk 1 semester. Keterlambatan pengembalian buku akan dikenakan denda sesuai dengan aturan yang berlaku. 2. Perpanjangan. Pengguna yang telah habis masa pinjamnya, dapat kembali memperpanjang pinjamannya selama 1 minggu, (kecuali buku dosen yang dipinjam 1 semester). Perpanjangan harus dilakukan sendiri oleh pengguna via website perpustakaan (dengan catatan koleksi tersebut sedang tidak ada yang membooking). 3. Pemesanan buku (Booking Book). Seluruh anggota perpustakaan dapat membooking buku yang diinginkan dan hanya dapat dilakukan via website perpustakaan. 4. CD-ROM. Layanan yang menyediakan berbagai informasi dengan media CDROM serta memuat ratusan ribu cantuman data bibliografis dan abstraknya. Layanan ini tersedia di lantai 5 dan merupakan "layanan tertutup" (anda harus menghubungi petugas untuk mendapatkan pelayanan). 5. Layanan Skripsi Koleksi skripsi hanya dapat dibaca ditempat dan tidak dapat di fotokopi. Layanan semi tertutup ini hanya berlaku bagi mahasiswa semester V dan diatasnya. 6. Penitipan Barang (Loker). Seluruh pengunjung perpustakaan harus menitipkan barang bawaannya seperti: tas, map, file, jaket, topi, makanan, dan minuman ke tempat penitipan barang (loker) di lantai 3.
48
2. Layanan Referensi, meliputi : 1. Peminjaman dan Pengembalian Koleksi. Seluruh anggota Perpustakaan Universitas Bina Nusantara dapat meminjam seluruh koleksi referensi. Masa peminjaman maksimal selama 3 jam. Layanan ini terdapat di lantai 4. 2. Penelusuran Informasi. Perpustakaan akan membantu pengguna untuk memperoleh informasi, baik berupa data bibliografis maupun artikel full text dengan topik tertentu yang diperoleh dari berbagai sumber informasi yang ada. Petugas Referensi akan memandu pengguna dalam proses penelusuran tersebut. 3. Bimbingan Pemakai. Bimbingan yang diberikan adalah membantu pengguna mengenai tata cara pemakaian OPAC/penelusuran bahan pustaka secara on-line, temu kembali koleksi, atau penelusuran informasi melalui koleksi referensi. 3. Layanan Fotokopi. Layanan ini berada di lantai 3 dengan jam operasi pukul 11.0019.00 WIB. Tata cara fotokopi sesuai dengan peraturan hak cipta yang berlaku.
Total koleksi yang dimiliki oleh UPT Perpustakaan Bina Nusantara saat ini berjumlah 35.452 eksemplar dengan 13.472 judul buku. Penomoran koleksi berdasarkan kepada sistem standar internasional yaitu Dewey Decimal Classification (DDC). Susunan buku diurut berdasarkan nomor panggil (Call Numbers) Mahasiswa dapat mencari buku yang ada didalam koleksi Perpustakaan Universitas Bina Nusantara dengan menggunakan fasilitas Online Public Access Catalogue (OPAC). Penambahan koleksi berdasarkan anggaran yang telah ditentukan untuk 1 tahun pengajaran, ini bisa mencapai ratusan buku baru. Judul buku baru untuk penambahan koleksi ditentukan dari permintaan jurusan. Jenis koleksi yang dimiliki perpustakaan adalah :
49
1. Buku a. Teks : koleksi yang dapat dibawa pulang oleh mahasiswa, karyawan dan dosen. Koleksi ini dapat ditemukan di lantai 3 untuk koleksi dengan nomor 000-500. Sedangkan untuk koleksi dengan nomor 600-900 tersedia di lantai 4. b. Tandon : koleksi asli dari seluruh koleksi perpustakaan.Koleksi ini hanya dapat dibaca ditempat atau difotokopi. Koleksi ini tersedia di lantai 5. c. Referensi : koleksi ini dapat ditemukan di lantai 4 dengan menghubungi petugas referensi terlebih dahulu. Koleksi referensi hingga saat ini meliputi koleksi ensiklopedia, kamus, jurnal, handbooks, himpunan peraturan, dan kumpulan artikel. Untuk peminjaman koleksi referensi, peminjaman dibatasi dengan jangka waktu maksimal 3 jam peminjaman. d. Restricted : Merupakan koleksi yang diperuntukkan khusus bagi dosen/pengajar di Universitas Bina Nusantara. Koleksi ini berupa manual solution. Dosen dapat meminjam koleksi ini hanya selama tiga hari. Letak koleksi restricted bersatu dengan koleksi referensi, yaitu di lantai 4. e. Majalah : Seluruh koleksi majalah baru yang dilanggan oleh UPT Perpustakaan Bina Nusantara, disimpan di bagian referensi. Peminjam yang ingin membaca koleksi harus menyerahkan kartu identitas/Binus Card. f. Jurnal : Koleksi jurnal yang dimiliki oleh UPT Perpustakaan Bina Nusantara meliputi
jurnal
terbitan
Universitas
Bina
Nusantara
dan
terbitan
instansi/lembaga lain.
50
g. Kliping : Subyek kliping yang tersedia adalah Pendidikan, Sastra, Ekonomi, Arsitektur, Teknologi Informasi, Manajemen, Industri, Tokoh, Kisah Sukses, dan Kesehatan. Peminjam yang membutuhkan artikel asli kliping dapat menghubungi petugas referensi. 2. Skripsi. Hasil skripsi dari mahasiswa Bina Nusantara yang telah lulus dan akan bertambah setiap tahunnya sekitar 200-300/tahun tergantung dari jumlah mahasiswa yang lulus. Koleksi ini hanya dapat dibaca ditempat dan tidak diperbolehkan untuk difotokopi. Peminjam yang ingin membaca koleksi harus menyerahkan kartu identitas/Binus Card. Koleksi ini terletak di lantai 5. 3. CD ROM. Layanan yang menyediakan berbagai informasi dengan media CD-ROM serta memuat ratusan ribu cantuman data bibliografis dan abstraknya. Layanan ini tersedia di lantai 5 dan merupakan "layanan tertutup" (anda harus menghubungi petugas untuk mendapatkan pelayanan). 4. Koleksi Elektronik. Bina Nusantara Digital Library sebagai salah satu institusi pendidikan yang telah menerapkan teknologi informasi dalam suatu sistem web based ingin memberikan sarana kepada para civitas academicanya agar dapat dengan mudah mengakses informasi yang ada di Perpustakaan Universitas Bina Nusantara, serta untuk memperlancar dan mempermudah proses belajar mengajar di Universitas Bina Nusantara. Koleksi Elektronik ini berupa skripsi (bibliografi dan full text). Jurnal dan buku karya Civitas Bina Nusantara yang dapat diakses melalui website http://library.binus.ac.id
51
Perletakan koleksi buku – buku perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah : 1. Lantai 3 : Koleksi bernomor kelas 000 - 500, transparansi kuliah 2. Lantai 4 : Koleksi bernomor kelas 600 - 900, koleksi referensi, restricted, kliping, dan budel majalah. 3. Lantai 5 : Koleksi tandon, Skripsi, dan CD ROM.
Foto 45 : R. Skripsi
Foto 46 : R. CD ROM
Foto 47 : R. baca lt.5
Foto 48 : R. Koleksi lt.5
52
Foto 49 : R. Baca lt.4
Foto 50 : R. Koleksi lt.4
Foto 51 : R. Referensi
Foto 52 : Rak Koleksi Majalah
Foto 53 : R. Koleksi lt.3
Foto 54 : R. Peminjaman / Pengembalian
53
Foto 55 : R. Penitipan Barang
Foto 56 : R. Baca lt.3
Foto 57 : R. Fotokopi
Foto 58 : R. Pengelola
Foto 59 : R. Pengadaan
Foto 60 : R. Kepala Perpustakan
54