BAB II PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH
A. Perpustakaan Sekolah 1. Pengertian Perpustakaan Secara etimologis kata perpustakaan berasal dari kata dasar “pustaka”, yang berarti kitab, buku.1 Pustaka atau buku atau kitab merupakan kumpulan kertas atau bahan sejenis yang berisi hasil tulisan atau cetakan, dijilid menjadi satu agar mudah membacanya serta berjumlah sedikitnya 48 halaman.2 Istilah pustaka ini kemudian mendapat imbuhan per- dan -an menjadi perpustakaan. Perpustakaan mengandung arti antara lain : a. tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya, b. koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dibicarakan.3 Dari kata dasar itu menimbulkan istilah turunan lain seperti: bahan pustaka, pustakawan, kepustakaan, dan ilmu pengetahuan. 4 Selain itu, ada beberapa definisi perpustakaan, antara lain sebagai berikut:
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Edisi III, hlm. 912 2 Sulistyo Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 2000), hlm. 12 3 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit. hlm. 912 4 Fatah Syukur NC, Teknologi Pendidikan, (Semarang: RaSAIL, 2004), hlm.102
20
21
a. Menurut Ibrahim Bafadal Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.5 b. Menurut Darmono Perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan.6 c. Menurut E. Martono Perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan secara kontinyu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.7 Buku memang sebagai bahan utama perpustakaan, namun perpustakaan masa kini tidak hanya sekedar mengelola buku, tetapi
5
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm.
3 6
Darmono, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2001), hlm. 2 7 E. Martono, Pengetahuan Dokumentasi dan Perpustakaan Sebagai Pusat Informasi, (Jakarta: Karya Utama, 2000), hlm. 227
22
masih mengelola bahan pustaka selain buku, seperti video, microfilm, slide, kaset, barang cetak lainnya dan peralatan pandang dengar (audio visual equipment). Bahan pustaka tersebut dimasukkan ke dalam bahan pustaka yang bukan berupa buku (non book material). Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja atau lembaga tertentu yang bertugas untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan mengatur koleksi bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku (non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu untuk digunakan secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi sekaligus sebagai sumber belajar yang menyenangkan. Sedangkan pengertian perpustakaan sekolah merupakan turunan dari pengertian perpustakaan secara umum. Carter V. Good sebagaimana yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal memberikan definisi perpustakaan sekolah sebagai koleksi yang diorganisasikan di dalam suatu ruang agar dapat digunakan oleh murid-murid dan guru-guru, yang dalam penyelenggaraannya diperlukan seorang pustakawan yang bisa diambil dari salah seorang guru.8 Perpustakaan sekolah diselenggarakan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. 2. Jenis-jenis Perpustakaan Adanya berbagai jenis perpustakaan terjadi karena timbulnya berbagai jenis media, seperti media cetak (buku, majalah, laporan, surat
8
Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 4
23
kabar) dan media grafis/elektronik seperti film, foto, mikrofilm, video, dan lain-lain. Hal lain yang paling mendasar dikarenakan kebutuhan pemakai yang berlainan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sulistyo Basuki mengklasifikasikan perpustakaan menjadi 2, yaitu: a. Menurut fungsinya, perpustakaan dibagi menjadi perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. b. Menurut jenisnya diklasifikasikan menjadi perpustakaan khusus, perpustakaan umum, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan nasional dan perpustakaan pribadi.9 Secara lebih lanjut, perpustakaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Berdasarkan jenis koleksinya 1) Perpustakaan umum, yaitu perpustakaan yang koleksinya terdiri dari berbagai bidang ilmu pengetahuan (bersifat umum), misalnya perpustakaan wilayah. 2) Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan yang koleksinya hanya khusus mengenai bidang ilmu pengetahuan tertentu, misalnya perpustakaan kedinasan, perpustakaan teknik, perpustakaan kesehatan, dan sebagainya.10
9
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 2003), hlm. 91 10 E. Martono, op. cit., hlm. 231
24
3) Perpustakaan Digital (Virtual Library) Secara singkat dapat disebut sebagai perpustakaan yang menyediakan informasi dan sumber daya lainnya yang dapat diakses melalui internet. Istilah lazim yang digunakan untuk menamakan perpustakaan ini adalah digital library dan electronic library.11 Hampir semua perguruan tinggi ternama di luar negeri telah menyediakan layanan perpustakaan maya (virtual library). b. Berdasarkan Pemakainya 1) Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang dikelola oleh sekolah dan berfungsi untuk sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana, menyediakan bahan bacaan guna menambah ilmu pengetahuan, sekaligus sebagai tempat rekreasi yang sehat di sela-sela kegiatan belajar.12 Pengguna perpustakaan ini terbatas pada siswa, guru, dan karyawan sekolah. 2) Perpustakaan Perguruan Tinggi Perpustakaan perguruan tinggi yaitu perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan untuk menopang realisasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pengguna perpustakaan perguruan tinggi terbatas pada mahasiswa, dosen, 11
IAIN Walisongo Semarang, Panduan Perpustakaan IAIN Walisongo 2002, (Semarang: UPT Perpustakaan IAIN Walisongo, 2002), hlm. 36 12 E. Martono, op.cit., hlm. 232
25
dan karyawan perguruan tinggi. Perpustakaan di perguruan tinggi biasanya masih dibagi lagi menjadi perpustakaan fakultas dan jurusan. 3) Perpustakaan Umum Perpustakaan umum mempunyai tugas melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkat usia, tingkat sosial, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Setiap kelompok masyarakat mempunyai kebutuhan dan minat yang berbeda terhadap bahan pustaka, maka perpustakaan umum wajib menghimpun koleksi yang diminati oleh semua kelompok masyarakat pemakainya sehingga jenis koleksinya sangat lengkap. Perpustakaan umum dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain: a) Perpustakaan umum kabupaten/kota, b) Perpustakaan umum kecamatan, c) Perpustakaan umum desa/kelurahan, d) Perpustakaan cabang, e) Perpustakaan taman bacaan rakyat/perpustakaan umum taman masyarakat, f) Perpustakaan keliling. 13
13
Ibid., hlm. 233
26
c. Berdasarkan Pengelola 1) Perpustakaan Internasional Perpustakaan internasional yaitu perpustakaan yang dikelola oleh dua negara atau lebih, yang koleksi dan pemakainya
bersifat
internasional.14
Contohnya
ialah
perpustakaan PBB dan perpustakaan ASEAN. 2) Perpustakaan Nasional Perpustakaan nasional pada umumnya diselenggarakan oleh
negara
dan
berkedudukan
di
Ibu
Kota
Negara.
Perpustakaan nasional bertugas sebagai pusat bibliografi nasional, informasi, jalinan kerja sama dengan badan-badan dalam negeri dan luar negeri. Perpustakaan
nasional
juga
bertindak
sebagai
perpustakaan deposit nasional, baik hasil karya bangsa kita sendiri maupun asing di bidang disiplin ilmu.15 3) Perpustakaan Daerah Perpustakaan daerah disebut juga perpustakaan wilayah dan berkedudukan di Ibu Kota Propinsi. Bertugas dan berfungsi sebagai pusat kerja sama antara perpustakaan di wilayah propinsi, penyimpanan koleksi tentang suatu propinsi dan
14 15
Sulistyo Basuki, op.cit., hlm. 149 E. Martono, op.cit., hlm. 232
27
koleksi terbitan wilayah serta sebagai lembaga yang melayani referensi, informasi dan penelitian di daerah wilayah propinsi.16 4) Perpustakaan Kantor Perwakilan Negara-negara Asing Perpustakaan kantor perwakilan negara-negara asing yaitu perpustakaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh lembaga-lembaga atau kantor perwakilan negara-negara asing. Perpustakaan tersebut dapat ditemukan pada kedutaan besar negara-negara sahabat, atau lembaga-lembaga tertentu. Contoh: perpustakaan British Counsil, perpustakaan lembaga kebudayaan Jepang, pusat kebudayaan Perancis, dan lain-lain.17 5) Perpustakaan Lembaga Keagamaan Perpustakaan lembaga keagamaan adalah perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga-lembaga keagamaan. Misalnya perpustakaan masjid, perpustakaan gereja, dan lainlain.18 6) Perpustakaan Pribadi Perpustakaan pribadi adalah perpustakaan yang dimiliki dan dikelola oleh perorangan atau orang-orang tertentu.19 7) Perpustakaan Sekolah Perpustakaan sekolah dikelola oleh sekolah sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar. 16 17
Ibid. Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003),
hlm. 45 18 19
Ibid., hlm. 40 Ibid., hlm. 47
28
3. Fungsi dan Peran Perpustakaan Sekolah Secara umum, perpustakaan mengemban beberapa fungsi sebagai berikut: a. Fungsi edukatif Di perpustakaan sekolah disediakan buku-buku, baik fiksi maupun
non
fiksi.
Keberadaan
buku-buku
tersebut
dapat
membiasakan siswa untuk belajar mandiri serta meningkatkan minat baca siswa. Biasanya di dalam perpustakaan sekolah tersedia bukubuku yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Hal ini dapat menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah.20 b. Fungsi informatif Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan pustaka yang berupa buku, akan tetapi juga bahan pustaka yang bukan berupa buku (non book material). Semuanya itu akan memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh siswa. Perpustakaan sebagai informasi ini menambah wawasan tentang segala yang bermanfaat.21 c. Fungsi tanggung jawab administratif Hal ini dapat dilihat dalam kegiatan sehari-hari di perpustakaan, yaitu melalui pencatatan adanya peminjaman dan pengembalian. Adanya sanksi jika ada keterlambatan ataupun
20 21
Ibrahim Bafadal, op.cit., hlm. 6-7 Ibid, hlm. 6-7
29
menghilangkan buku juga membantu mendidik siswa untuk bertanggung jawab dan tertib administrasi.22 d. Fungsi riset Dengan adanya koleksi bahan pustaka yang lengkap, maka siswa dan guru dapat melakukan riset di perpustakaan, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-keterangan yang diperlukan.23 e. Fungsi kultural Perpustakaan bertugas menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan berada serta meningkatkan nilai dan apresiasi budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan melalui penyediaan bahan pustaka.24 f. Fungsi rekreatif Perpustakaan diharapkan dapat mengembangkan minat rekreasi
melalui
berbagai
bacaan
dan
pemanfaatan
waktu
senggang.25 Perpustakaan sekolah dapat digunakan sebagai tempat mengisi waktu luang pada waktu istirahat dengan membaca bukubuku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Di samping fungsi sebagaimana yang dijelaskan di atas, perpustakaan juga memiliki peran. Fungsi dan peran merupakan kesatuan rangkaian kegiatan yang harus dijalankan secara bersamaan dan menyeluruh oleh sebuah perpustakaan. Peran tersebut berhubungan
22
Ibid., hlm. 7-8 Ibid., hlm. 8 24 Fatah Syukur NC, op.cit., hlm. 104 25 Darmono, op.cit., hlm. 4 23
30
dengan kedudukan, tugas dan fungsi perpustakaan. Peran perpustakaan yang paling utama adalah memberi informasi dari berbagai ilmu dan disiplin ilmu. Adapun peran perpustakaan antara lain sebagai berikut: a. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya b. Sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai dan antara penyelenggara perpustakaan dengan masyarakat yang dilayani c. Sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kegemaran membaca, kebiasaan membaca dan budaya baca melalui penyediaan berbagai bahan bacaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat d. Sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengalamannya e. Perpustakaan merupakan agen perubahan, agen pembangunan dan agen kebudayaan umat manusia f. Sebagai lembaga pendidikan non formal bagi anggota masyarakat dan pengunjung perpustakaan g. Sebagai pembimbing dan memberikan konsultasi kepada pemakai atau melakukan pendidikan pemakai (user education)
31
h. Menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik.26 i. Sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan masyarakat dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan.27 4. Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar Jika dikaitkan dengan pengertian sumber
belajar, maka
perpustakaan merupakan salah satu dari berbagai macam sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekolah. Dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.28 AECT
(Association
for
Education
Communication
Technology)juga mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6, yaitu: a. Pesan (messages), yaitu informasi yang ditransmisikan (diteruskan) oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Termasuk ke dalam kelompok pesan adalah semua bidang atau mata kuliah yang harus diajarkan kepada peserta peserta didik. b. Orang (peoples), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, penyaji pesan. Dalam kelompok ini misalnya seorang Guru, Dosen, peserta didik, tokoh masyarakat atau orang-orang lain yang memungkinkan berinteraksi dengan peserta didik.
26
Sutarno NS, op.cit., hlm. 55-56 Ibid, hlm. 55-56 28 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 102 27
32
c. Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori bahan, misalnya transparansi, slide, film, film-strip, audio, video, buku, modul, majalah, bahan instruksional terprogram dan lain-lain. d. Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya, proyektor, slide, overhead, video tape, pesawat radio, pesawat televisi dan lain-lain. e. Teknik (techniques), yaitu prosedur atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk menyampaikan pesan. Contohnya instruksional terprogram, belajar sendiri, belajar tentang permainan simulasi, demonstrasi, ceramah, tanya jawab, dan lain-lain. f. Lingkungan
(setting),
yaitu situasi sekitar di mana pesan
disampaikan. Lingkungan bisa bersifat fisik (gedung sekolah, kampus, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, museum, taman) maupun lingkungan non fisik (suasana belajar dan lain).29
Dari keterangan di atas, nampak jelas bahwa perpustakaan yang mencakup koleksi, pengunjung, dan pustakawan termasuk dalam sumber belajar. Sumber-sumber belajar tersebut saling melengkapi dalam peranan pendidikan. Misalnya pengunjung pergi ke perpustakaan dengan 29
Ahmad Rohani, op.cit., hlm. 109
33
harapan akan memperoleh buku atau informasi yang dibutuhkan, maka pustakawan harus berusaha menghimpun koleksi yang sesuai dengan kebutuhan dan minat para pemakainya. Selain sebagai sumber belajar, perpustakaan juga berfungsi sebagai pusat sumber belajar yang tersedia untuk menyimpan dan memanfaatkan beragam sumber belajar yang berupa cetak maupun non cetak. 30 Agar perpustakaan dapat berfungsi sebagai sumber belajar secara efektif, maka diperlukan keterampilan-keterampilan sebagai berikut: a. Keterampilan mengumpulkan informasi, yang meliputi keterampilan (1) mengenal sumber informasi dan pengetahuan, (2) menentukan lokasi sumber informasi berdasarkan sistem klasifikasi perpustakaan, cara menggunakan katalog dan indeks, (3) menggunakan bahan pustaka baru, bahan referensi seperti ensiklopedia, kamus, buku tahunan, dan lain-lain. b. Keterampilan mengambil intisari dan mengorganisasikan informasi, seperti (1) memilih informasi yang relevan dengan kebutuhan dan masalah, dan (2) mendokumentasikan informasi dan sumbernya. c. Keterampilan menganalisis, menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi, seperti (1) memahami bahan yang dibaca, (2) membedakan antara fakta dan opini, dan (3) menginterpretasi informasi baik yang saling mendukung maupun yang berlawanan. d. Keterampilan menggunakan informasi, seperti (1) memanfaatkan intisari informasi untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah, (2) menggunakan informasi dalam diskusi, dan (3) menyajikan informasi dalam bentuk tulisan.31 5. Pengelolaan Perpustakaan Agar perpustakaan sekolah dapat memberikan pelayanan yang baik kepada para pemakai, perlu adanya pengelolaan atau manajemen
30
Pawit M. Yusup, Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 88 31 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 103104
34
terhadap segala sesuatu yang ada di dalamnya. Kegiatan apapun tidak mungkin akan tercipta, terselenggara dan tercapai bila tidak memiliki sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, artinya dilakukan secara jelas, sistematis dan terarah. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran
melalui
cara-cara
dengan
mengatur
orang lain
dalam
menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik.32 James Stoner memberikan definisi; manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya lain yang ada dalam organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.33 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan usaha atau tindakan ke arah pencapaian tujuan dengan melibatkan orang-orang dan sumber daya lainnya melalui proses
32
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 1 33 Sulistia, Manajemen Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 2000), hlm. 24-25
35
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), pengendalian (controlling), dan pengawasan (supervising). Kegiatan pengelolaan (manajemen) di perpustakaan merupakan penjabaran fungsi-fungsi manajemen
yang meliputi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating) pengendalian (controlling), dan evaluasi (evaluating), yang istilah umumnya dikenal dengan singkatan POACE. a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam proses pengelolaan perpustakaan sekolah. Dalam planning diperlukan studi tentang masa yang akan datang dan perencanaan langkah-langkah operasional yang harus dilakukan, sehingga setiap perpustakaan harus memiliki pustakawan.34 Pada dasarnya setiap perencanaan memiliki 4 hal: 1) Permasalahan yang merupakan perkaitan tujuan dengan sumber dayanya 2) Cara untuk mencapai tujuan atau sasaran rencana dengan memperhatikan sumber dayanya dan alternatif atau kombinasi alternatif yang dipandang terbaik. 3) Penterjemahan rencana dalam program kegiatan yang konkrit 4) Penetapan jangka waktu pencapaian tujuan atau sasaran.35
34
Sulistyo Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan…op. cit., hlm. 12 Soebagyo Admodiwirio, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Ardadizya Jaya, 2000), hlm. 77-78 35
36
Khusus
mengenai
perencanaan
dalam
pengelolaan
perpustakaan, hal-hal yang perlu dipikirkan adalah sebagai berikut:36 1) Menetapkan tujuan perpustakaan sekolah Tujuan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan tujuan sekolah secara keseluruhan. Dalam menentukan tujuan, pustakawan sekolah bekerja sama dengan kepala sekolah dan guru dalam menentukan materi atau bahan-bahan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa. Kehadiran
pustakawan
mutlak
diperlukan
dalam
mengelola perpustakaan karena pustakawan merupakan tenaga ahli
dan profesional
yang dapat
merealisasikan tujuan
perpustakaan yang telah ditetapkan. 2) Mengidentifikasi pemakai perpustakaan sekolah yang akan dilayani
dan
mengelola
perpustakaan
untuk
memenuhi
kebutuhan para pemakainya. Pemakai jasa layanan perpustakaan sekolah adalah siswa, guru dan karyawan. Kebutuhan siswa bervariasi sesuai dengan usia, kemampuan dan mata pelajaran yang dipelajari yang sesuai dengan kurikulum. Demikian halnya dengan kebutuhan guru. Guru memiliki kebutuhan yang bervariasi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Dalam pendidikan
36
Sulistia, op.cit., hlm. 26-27
modern,
37
keberadaan perpustakaan di setiap sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum.37 Bahan-bahan atau sumber informasi yang ada di perpustakaan perlu diatur sebaik mungkin, sehingga guru maupun siswa yang memerlukannya dapat memperoleh dengan cepat, tepat dan akurat. 3) Merencanakan anggaran atau keuangan (budgeting) yang diperlukan dalam kurun waktu tertentu. Pada
umumnya
anggaran
untuk
kepentingan
perpustakaan sekolah ditentukan oleh kepala sekolah bersamaan dengan penetapan anggaran sekolah secara keseluruhan untuk satu tahun anggaran. b. Pengorganisasian (Organizing) Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama, menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan atau rumah sakit. Kedua, berkenaan dengan proses pengorganisasian sebagai cara dimana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien.38 Pengorganisasian atau pengaturan perpustakaan sekolah merupakan tanggung jawab pustakawan sekolah. Organizing
37
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),
hlm. 204 38
T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 167
38
merupakan aspek manajemen yang menyangkut penyusunan organisasi manusia dan bahan atau materi.39 Kegiatan pengorganisasian ini meliputi: a. Pengaturan pelayanan peminjaman kepada guru maupun siswa. b. Menyediakan sistem yang efisien mengenai pelayanan pemesanan bahan atau koleksi yang ada di sekolah dan memberikan sistem peminjaman silang layanan (inter-library loan) untuk bahan-bahan yang berada di luar sekolah. c. Memberikan sistem yang fleksibel bagi siswa baik perorangan maupun kelompok, serta guru untuk menggunakan perpustakaan sekolah untuk tujuan proses belajar mengajar. d. Menjalankan suatu sistem yang memungkinkan sumber-sumber informasi dalam bentuk perangkat keras (jika dipusatkan) dapat digunakan dengan cara yang sehemat dan seefisien mungkin ke berbagai tempat di sekolah. e. Mengatur produksi sumber belajar di dalam perpustakaan sekolah. f. Mengawasi dan mengatur pekerjaan bagi pustakawan atau staf perpustakaan yang lain.40 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengorganisasian perpustakaan sekolah sehari-hari sering melibatkan pustakawan sekolah untuk melakukan berbagai kegiatan yang beraneka ragam. c. Penggerakan (Actuating) Penggerakan merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian secara konkrit. Menggerakkan (actuating) menurut Terry, berarti merangsang anggota-anggota kelompok melaksanakan tugas-tugas dengan antusias dan kemauan yang baik.
39
Sulistia, op.cit., hlm. 27 Ibid, hlm. 28
40
39
Tugas menggerakkan dilakukan oleh pimpinan, oleh karena itu kepemimpinan kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting untuk menggerakkan personil melaksanakan program kerja sekolah.41 Dalam
konteks
perpustakaan
sekolah,
penggerakan
merupakan tanggung jawab pimpinan perpustakaan. Dengan kata lain peran seorang pimpinan benar-benar diperlukan dalam mendorong staf / personil yang dipimpinnya sehingga mereka dapat bekerja seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Seorang pimpinan harus mampu memahami permasalahan yang kompleks dari orang yang dipimpinnya, seperti perilaku, sikap, kebiasaan, perasaan atau emosi, maupun kebutuhannya. d. Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah kegiatan meneliti dan mengawasi agar semua tugas dan pekerjaan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pustakawan sekolah harus menyadari pentingnya kontrol di suatu organisasi, termasuk perpustakaan. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam aspek kontrol di perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: 1) Selalu menyadari tujuan yang sedang dilaksanakan. 2) Menghindari kegiatan yang tidak efisien.
41
52.
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: Alfabeta, 2000), hlm.
40
3) Evaluasi terhadap pelayanan yang telah dilakukan.42 Kegiatan
pengontrolan
merupakan
tindak
lanjut
dari
pustakawan untuk melakukan usaha perbaikan terhadap kekurangan, kelemahan atau kesalahan suatu sistem, misalnya jangka waktu peminjaman yang kurang fleksibel. e. Evaluasi (Evaluating) Evaluasi adalah pembuatan pertimbangan menurut suatu perangkat
kriteria
yang
dipertanggungjawabkan.43
disepakati
Sedangkan
dan
evaluasi
di
dapat dalam
perpustakaan adalah cara untuk mengontrol kualitas program pelayanan perpustakaan dengan cara memeriksa apakah semua aspek perpustakaan sekolah sudah mencapai standar yang diharapkan.44 Melalui evaluasi dapat diketahui baik kekurangan dan kelemahan yang ada maupun kelebihan dan kemajuan yang mungkin dapat dicapai oleh perpustakaan sekolah. Selain itu, hasil dari evaluasi dapat pula digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
langkah-langkah
perbaikan
dan
sekaligus
untuk
merencanakan program-program yang akan datang. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut: 1) Koleksi; evaluasi mengenai koleksi meliputi cara-cara bagaimana koleksi dipilih, diolah, diorganisasikan, dan selanjutnya dilayankan kepada para murid dan guru. 42
Sulistia, op.cit., hlm. 31-32 Nanang Fattah, op. cit., hlm. 107 44 Sulistia, op.cit., hlm. 139 43
41
2) Staf; tercapainya tujuan perpustakaan sekolah tergantung pada ketrampilan staf pengelolanya. Oleh karena itu, perpustakaan sekolah perlu memiliki seorang pustakawan agar mampu melayani harapan-harapan sekolah. 3) Dana; untuk memberikan pelayanannya, perpustakaan sekolah sangat tergantung pada dana yang disediakan untuk pembelian buku-buku, langganan majalah, perbaikan buku-buku rusak, dan kegiatan pelayanan yang lain. Evaluasi mengenai dana perlu menggali berapa banyak dana yang disediakan untuk berbagai kebutuhan perpustakaan tersebut agar terpenuhi standar yang ditentukan. 4) Ruangan dan Perlengkapan; evaluasi mengenai hal ini memperhatikan luas ruangan yang disediakan untuk penempatan koleksi, jumlah tempat duduk, macam-macam perlengkapan perpustakaan dan keadaannya, dan lain-lainnya. 5) Pelayanan Perpustakaan; evaluasi terhadap pelayanan ini merupakan bagian yang paling penting tetapi juga paling sulit untuk diterapkan. Dikatakan penting, karena biasanya orang menganggap jumlah buku yang beredar berkaitan erat dengan kinerja (performance) perpustakaan sekolah. Dikatakan sulit, karena memang sulit untuk mengetahui pengaruh layanan yang diberikan oleh perpustakaan terhadap para murid dan guru yang memanfaatkan layanan tersebut. 45 Kelima fungsi manajemen di atas merupakan rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan usaha dan kerja sama dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan tersebut tergantung dari usahanya sendiri. Berkenaan dengan pengelolaan perpustakaan sekolah, maka kelima fungsi manajemen (POACE) harus dilaksanakan secara optimal. Hal ini mengingat pentingnya kedudukan perpustakaan dalam proses belajar mengajar di sekolah.
45
Ibid., hlm. 146-147
42
Perpustakaan
menyimpan
beragam
koleksi
pustaka
yang
menunjang kurikulum di sekolah, sehingga perpustakaan diibaratkan sebagai “jantung pendidikan/sekolah” yang memberikan kontribusi berharga dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan madrasah. B. Peningkatan Mutu Madrasah 1. Pengertian Mutu Madrasah Kata “mutu” berasal dari Bahasa Inggris “quality” yang berarti kualitas.46 Dalam pengertian umum, mutu mengandung makna sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan.47 Bila dikaitkan dengan madrasah, maka pengertian mutu akan berkenaan dengan segala aspek yang berhubungan dengan segala kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mendidik di dalam suatu madrasah yang mempunyai tiga unsur pokok, yaitu masukan, proses dan hasil. Ini sering dikenal dengan istilah input, proses, output. Antara ketiganya selalu berkaitan dan saling mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan satu persatu unsur-unsur tersebut. Uraian berikut sengaja dimulai dari output, karena output memiliki kepentingan tertinggi. Proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.
46
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1997), cet. XXIV, hlm. 460. 47 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu Prinsip-prinsip Perumusan dan Tata Langkah Penerapan, (terj.) Yosal Iriantara, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 75.
43
a. Output Output madrasah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam dua hal; 1) Prestasi Akademik, berupa nilai ulangan umum UAN, lomba karya ilmiah, dan lomba-lomba akademik yang lain, 2) Prestasi non Akademik, seperti IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Output madrasah pada umumnya diukur dari tingkat kinerjanya. Kinerja madrasah adalah pencapaian atau prestasi madrasah yang dihasilkan melalui proses persekolahan. Kinerja sekolah diukur dari efektivitas, produktivitas, efisiensi, dan inovasinya. Efektifitas adalah berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota. Dengan kata lain efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang (anggota) yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju. Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses penataan dan penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. Efisiensi merupakan aspek yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena sekolah pada umumnya dihadapkan pada
44
masalah kelangkaan sumber dana, dan secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan manajemen kalau efektifitas membandingkan antara rencana dengan tujuan yang dicapai, efisiensi lebih ditekankan pada perbandingan antara input atau sumber daya dengan out put. Suatu kegiatan dikatakan efisien jika tujuan dapat dicapai secara optimal dengan penggunaan atau pemakaian sumber daya yang minimal.48 Inovasi adalah proses kreatif dalam mengubah input, proses dan out put, agar sukses dalam menanggapi dan mengantisipasi perubahan-perubahan internal dan eksternal madrasah. b. Proses Proses berasal dari Bahasa Inggris “process”,49 yang berarti perjalanan atau proses. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat madrasah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar dan proses monitoring dan evaluasi. Untuk menghasilkan proses yang efektif dan optimal, maka dalam pelaksanaannya diperlukan persyaratan sebagai berikut:50 1) Pembelajaran, berorientasi: a) Learning to know
48
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep, Strategi, dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 88-89 49 John M. Echols dan Hassan Shadily, op.cit., hlm. 448 50 Abdul Rachman Shaleh, op.cit., hlm. 247
45
b) Learning to do c) Learning to be d) Learning to live together 2) Kepemimpinan yang kuat / demokratis a) Kemampuan manajerial b) Kemampuan memobilisasi c) Memiliki otonomi luas 3) Lingkungan; aman, nyaman, manusiawi 4) Pengelolaan tenaga yang efektif a) perencanaan b) pengembangan c) penilaian d) imbal jasa 5) Memiliki budaya mutu (kerja sama, merasa memiliki, mau berubah, mau meningkatkan diri, terbuka) 6) Tim kerja (kompak, cerdas, dinamis) 7) Partisipasi masyarakat tinggi 8) Memiliki akuntabilitas a) Laporan prestasi b) Respons/tanggapan masyarakat c. Input Sekolah sebagai suatu sistem harus memiliki input yang lengkap dan siap. Dalam proses pendidikan yang bermutu, terlibat
46
berbagai macam input, seperti bahan ajar, metodologi, sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.51 Manajemen sekolah berfungsi mensinkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam proses belajar mengajar baik antar guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun di luar kelas. Mutu dari input ditentukan oleh kesiapan masing-masing unsur input itu sendiri. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Tinggi rendahnya mutu output (hasil) dapat diukur dari tingkat kesiapan input dalam melakukan proses. 2. Upaya Peningkatan Mutu Madrasah Lembaga pendidikan Islam yang dikenal dengan nama madrasah telah lama diselenggarakan di Indonesia. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam telah tumbuh dan mengakar sejalan dengan perkembangan Islam. Bermula dari keinginan untuk memperdalam ajaran Islam, muncul bentuk-bentuk pendidikan Islam yang secara sporadis dilaksanakan di langgar, masjid, dan kemudian berkembang menjadi sebuah lembaga yang disebut dengan pesantren.52
51
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.
210 52
Fatah Syukur NC, Dinamika Madrasah Dalam Masyarakat Industri, (Semarang: PKPI – PMDC, 2004), hlm. 1-2
47
Sebagai lembaga pendidikan yang dilahirkan oleh pesantren, maka madrasah memiliki kesamaan visi atau bahkan merupakan “continuity” dari pesantren. Sistem madrasah yang diperkenalkan oleh pesantren menitikberatkan pada keilmuan agama Islam, disamping pengetahuan umum yang dapat meningkatkan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial dan lingkungan.53 Di sini tidak akan dibicarakan tentang perkembangan madrasah, tetapi hanya terfokus pada upaya peningkatan mutu madrasah. Dalam hal ini mutu madrasah tidak akan terlepas dari keterkaitan tiga unsur, yaitu input, proses dan output. Kualitas (mutu) madrasah ditentukan oleh ketiga unsur di atas. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka output (hasil) harus dirumuskan lebih dahulu olah madrasah, dan harus jelas target yang akan dicapai. Berbagai input dan proses harus selalu mengacu pada output yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan mutu/kualitas madrasah, perlu diambil kebijakan-kebijakan sebagai berikut: a. Pendekatan “anak sebagai pusat” (the child centered approach) b. Pembentukan Asosiasi Guru untuk Peningkatan Mutu Pendidikan (AGPMP)
53
Ibid., hlm. 3
48
c. Pembentukan jaringan kualitas pendidikan (The Quality Education Network, QEN).54 Dalam rangka meningkatkan mutu madrasah, maka komponenkomponen pendidikan yang terdiri dari guru, siswa, materi, kurikulum, metode, sarana prasarana dan komponen lainnya harus dikelola dengan semaksimal mungkin sehingga nantinya akan memperoleh hasil yang bermutu. 3. Hubungan
Pengelolaan
Perpustakaan
dengan
Peningkatan
Mutu
Madrasah Sekolah pada hakekatnya adalah suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen, seperti halnya guru, siswa, kurikulum, karyawan, perpustakaan, dan komponen-komponen penunjang lainnya, yang dikelola dan diatur oleh kepala sekolah. Komponen-komponen tersebut tidak dapat berdiri sendiri melainkan saling berhubungan dan berinteraksi. Perpustakaan merupakan salah satu lembaga ilmiah, yakni lembaga yang bidang dan tugas pokoknya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, dan pengembangan, dengan ruang lingkupnya mengelola informasi yang mencakup berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap perpustakaan memiliki tanggung jawab dengan tuntutan profesionalisme pengelolaan, guna menjawab perkembangan zaman, dan 54
Sudarwan Danim, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 82-83
49
merespon serta berusaha memenuhi kebutuhan pemakai yang selalu berkembang. Kesemuanya itu tidak pernah berakhir, tetapi akan terus berubah, berinovasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan masyarakatnya. Perpustakaan merupakan salah satu komponen pendidikan yang tergolong sebagai sarana penunjang kegiatan belajar mengajar (KBM), sehingga perpustakaan harus dikelola dengan optimal oleh pengelola yang profesional dengan prinsip-prinsip manajemen yang ada. Peran yang dapat diberikan oleh perpustakaan di antaranya adalah adanya pelayanan perpustakaan yang terdiri dari pelayanan peminjaman, administrasi dan lain sebagainya. Adanya pengelolaan yang baik dan komprehensif diharapkan perpustakaan dapat memberi harapan yang baik pula sehingga baik siswa maupun sekolah yang bersangkutan dapat mengembangkan potensi intelektualnya dalam menyongsong kehidupan yang serba kompetitif, sehingga siswa maupun lembaga pendidikan tersebut dapat survive di tengah-tengah kehidupan yang sangat mutakhir kemajuan teknologinya. Peningkatan kualitas (mutu) pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Sumber daya manusia (SDM) dapat menjadi masalah manakala belum sesuai dengan formasi kebutuhan, jumlah dan persyaratan tertentu. Hal in dikarenakan di dalam diri dan jiwa setiap manusia terdapat unsur dan sifat positif dan negatif. Bisa dimengerti
50
bahwa tidak mungkin semua orang hanya memiliki salah satu di antara kedua hal tersebut. Itulah sebabnya ada istilah bahwa manusia tidak sempurna, dan semua orang memakluminya. Menurut teori manajemen; sumber daya manusia dapat menjadi faktor utama kekuatan perpustakaan jika dapat dikelola dengan baik dan mengembangkan secara positif. Sebaliknya akan menjadi penghambat (perongrong) organisasi apabila yang lebih menonjol adalah faktor-faktor negatif yang ada di dalam diri setiap orang. Perpustakaan akan menentukan sejumlah kriteria dalam mengisi kekurangan itu. Oleh karena pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut hendaknya diisi menurut formasi organisasi dan spesifikasi sebagaimana sebuah lembaga yang sehat dengan prinsip-prinsip administrasi dan manajemen yang ada. Untuk membina sumber daya manusia dibutuhkan perencanaan dan konsepsi yang matang, rasional, terukur dan konsisten. Sebab unsur manusia akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan. Jika sumber daya manusia itu dapat dikelola dengan baik akan merupakan salah satu kekuatan utama, sebaliknya apabila terjadi kekeliruan atau miss manajemen akan berpengaruh negatif terhadap kinerja organisasi. Mengingat begitu pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut, maka pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama berupaya mewujudkan amanat tersebut terus menerus
51
melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya, dan tidak kalah pentingnya perlu adanya pengelolaan perpustakaan yang profesional sebagai pusat informasi keilmuan dan wahana belajar siswa yang sangat urgen dalam rangka peningkatan mutu pendidikannya di sekolah/ madrasah. Ada empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas secara total yaitu; 1) perhatian harus ditekankan kepada proses dengan terus menerus mengumandangkan peningkatan mutu, 2) kualitas/ mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah, 3) prestasi harus diperoleh melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, 4) sekolah harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap
arif
bijaksana,
karakter,
dan
memiliki
kematangan emosional.55 Jadi sekolah harus mengontrol semua sumber daya manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan lebih efisien sumber daya tersebut.
55
209
B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.
52
Keberhasilan lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah atau madrasah ditandai oleh beberapa hal, antara lain; 1) lingkungan pendidikan yang aman dan tertib, 2) lembaga pendidikan memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, 3) lembaga pendidikan memiliki kepemimpinan yang kuat, 4) adanya harapan yang tinggi untuk berprestasi dari semua elemen lembaga pendidikan, 5) adanya pengembangan sumber daya manusia yang terus menerus sesuai tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, 6) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/ perbaikan mutu, dan 7) adanya komunikasi dan dukungan intensif dan masyarakat.56 Pengembangan
konsep
manajemen
ini
didesain
untuk
meningkatkan kemampuan lembaga pendidikan dan masyarakat dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi, baik di dunia pendidikan maupun
perubahan-perubahan
sosial
lainnya;
sehingga
lembaga
pendidikan dapat menyediakan layanan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat. Bagi lembaga-lembaga pendidikan Islam formal, terutama madrasah, implementasi konsep manajemen pengelolaan mutu ini, 56
Djaswidi Al Hamdani, Pengembangan Kepemimpinan Transformasional Pada Lembaga Pendidikan Islam, (Bandung: Nuansa Aulia, 2005), hlm. 156-157
53
dituntut untuk memiliki tanggung jawab dalam mengelola dirinya, dalam hal ini pengurusan administrasi, keuangan, dan fungsi-fungsi warga belajar di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah dirumuskan oleh pemerintah. Dengan didukung oleh stakeholders (masyarakat), madrasah dituntut membuat keputusan, mengukur skala prioritas, mengembangkan lingkungan sekolah (school climate) yang kondusif bagi proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam konteks ini, pimpinan madrasah dituntut memiliki kemampuan mengkoordinasikan seluruh elemen lembaga pendidikan secara profesional sehingga menempatkan pustakawan yang profesional pada perpustakaan dapat terealisir dengan baik.