1
BAB II LANDASAN TEORI A. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Secara etimologi mudharabah berasal dari akar kata dharb ( )ضرب, yang berarti memukul/ berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang melakukan kakinya dalam menjalankan usaha.1 Dalam
fiqih
muamalah,
definisi
terminologi
bagi
mudharabah
diungkapkan oleh beberapa ulama mazhab sebagai berikut.2 a. Menurut Hanafiyah, mudharabah adalah suatu perjanjian untuk berkongsi di dalam keuntungan dan modal dari salah satu pihak dan kerja (usaha) dari pihak lain. b. Malikiyah berpendapat bahwa mudharabah adalah penyerahan uang muka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan imbalan dari sebagian dari keuntungannya. c. Hambali berpendapat bahwa mudharabah adalah penyerahan suatu barang atau sejenisnya dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.
1
M. Syafi’I Antonio. Op. Cit., hlm.95. Muhammad, Kontruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta : BPFE, 2005),
2
hlm. 51.
2
d. Syafi’iyah berpendapat bahwa mudharabah adalah penyerahan sejumlah uang dari pemilik modal kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan keuntungan modal menjadi milik bersama antar keduanya. Setelah diketahui beberapa pengertian yang dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa mudharabah adalah akad antara pemilik modal (shahibul al mal) dengan pengelola usaha (mudharib), dengan syarat bahwa keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha tersebut dibagi berdua sesuai kesepakatan. Dalam
konteks
perbankan
syariah,
definisi
terminologi
mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih di mana pihak pertama (shahibul al mal) menyediakan seluruh modal (100%) dan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha dalam mudharabah dibagi menurut kesepakatan di awal kontrak. Apabila usaha tersebut mengalami kerugian modal, sedangkan apabila kerugian tersebut diakibatkan karena kelalaian pengelola, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.3 2. Dasar Hukum Mudharabah Secara umum, dasar hukum mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha.hal ini tampak dalam aya-ayat Al-Qur’an, Hadits Nabi Muhammad SAW, ijma’, dan qiyas sebagai berikut.
3
M. Syafi’i Antonio, Op. Cit., hlm. 95
3
a. Al-Qur’an Q.S. Al-Jumu’ah: 10.
ض ِم هللاِ َو ْاذ ُك ُسواهللاَ َكثِ ٍْ ًسانَّ َعهَّ ُك ْم ْ َض َوان ْبخَ ُغ ْوا ِمنْ ف َّ ج ان ِ صهَوةُفَا ْنخ ِ ٍَض ِ ُفَإ ِ َذاق ِ َش ُس ْوأفِى ْاْلَ ْز َ حُ ْهِ ُ ْو “Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”4 Dari ayat di atas menerangkan bahwasanya dalam menjalankan suatu usaha atau mencari keuntungan dalam bertransaksi harus sesuai dengan syariat Islam. b. Hadits
احبُه ْ ازبَتً ا ُ ََّكا َ ا ْن َعب َ شخ ََسطَ َعهَى َ ض َ ض ًَ هللا َع ْنهُ إِ َذا َدفَ َع َم ًاْل ُم ِ ص ِ اض بْنُ َع ْب ُد ا ْن ُمطَهِّب َز ْ ٌَ س ٍْ َس بَ ًّسا َو َْل بَ ْ ًسا َو َْل ٌَ ْن ِصل به َوا ِدًٌا َو َْل َي بِ ِه َذاثَ َكبِ ٍد َز ْطبَ ٍت فَإ ِ َذا فَ َع َم َذنِك َ شخَ ِس ِ ٌَ َأْل َّ صهَّى ُ َهللاُ َعهَ ٍْ ِه َو َ هَّ َم فَ َ َ اش َ ًِّ ِضا ِمنٌن فَ َسفَ َع ش َْسطَهُ إِنَى اننَّب َ فَ ُ َو “Abbas bin Abdul Muthallib (paman nabi) jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah,
ia
mensyaratkan
kepada
mudharib
(pengelola)nya agar tidak menjelajah daratan, tidak menjelajah daratan, dan tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib/pengelola)
4
harus
menanggung
resikonya.
Ketika
Muhammad Rifqi, 2008. Akuntansi keuangan syariah, (Yogyakarta: P3EI Press), hlm.
277
4
persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya” c. Ijma’ Imam Zailahi dalam kitabnya Nasbu ar-rayah telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus akan legitimasi pengolahan harta anak yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip oleh Abu Ubaid dalam kitabnya Al-Amwal.5 “Rasulullah SAW telah berkhotbah didepan kaumnya seraya berkata wahai para wali yatim, bergegaslah untuk menginvestasikan harta amanah yang ada ditanganmu, janganlah didiamkan sehingga termakan oleh zakat.” Indikasi dari hadits ini adalah apabila menginvestasikan, maka zakatnya akan diambil dari return on investment (keuntungan) bukan dari modal. Dengan demikian harta amanat tersebut akan senantiasa berkembang, bukan berkurang.6 d. Qiyas Wahbah
Azzuhaily,
seperti
yang
dikutip
oleh
Muhammad,7
menyatakan bahwa: “Mudharabah dapat dianalogikan dengan almusaqoh (perkongsian antara pemilik dan pengelola tanah pertanian dengan imbalan hasil panen, maksudnya adalah perjanjian antara pemilik modal yang mempercayakan modalnya kepada pengelola
5
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 15 6 Ibid., 7 Ibid., hlm. 16
5
tanah pertanian, kemudian imbalan yang diberikan kepada pengelola di peroleh dari hasil setelah panen dan keuntungan di bagi sama rata sesuai dengan kesepakatan) karena kebutuhan manusia terhadapnya, di mana sebagian mereka memiliki dana tetapi tidak cukup mempunyai
keahlian
mengolahnya
manakala
sebagian
lain
mempunyai dana yang cukup untuk menompangnya. Bentuk usaha ini akan menjembatani antara buruh (labour) dan modal (capital), dengan demikian akan terpenuhilah kebutuhan-kebutuhan manusia sesuai dengan kehendak Allah SWT ketika menurunkan syariat-Nya. 3. Rukun dan Syarat Mudharabah.8 Rukun Mudharabah antara lain, sebagai berikut. a. Ijab dan Qabul Syaratnya: 1) Ijab dan Qabul itu harus jelas menunjukkan maksud untuk melakukan kegiatan mudharabah. 2) Ijab dan Qabul harus bertemu, artinya penawaran pihak pertama sampai dan diketahui oleh pihak kedua. Artinya ijab yang diucapkan pihak pertama harus disetujui dan diterima oleh pihak kedua sebagai ungkapan kesediaannya bekerjasama. 3) Ijab dan Qabul harus sesuai maksud pihak pertama cocok dengan keinginan pihak kedua.
8
Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah, hlm. 55.
6
b. Adanya dua pihak (pihak penyedia dana dan pengusaha) Syaratnya: 1) Cakap bertindak hukum secara syar‟i, artinya shahibul maal memiliki kapasitas untuk menjadi pemodal dan mudharib memiliki kapasitas menjadi pengelola. 2) Memiliki kewenangan mewakili/ memberi kuasa dan menerima pemberi kuasa. c. Adanya modal Syaratnya: 1) Modal harus jelas jumlah dan jenisnya dan diketahui oleh kedua belah pihak pada waktu dibuatnya akad mudharabah sehingga tidak menimbulkan sengketa dalam pembagian laba karena ketidak jelasan jumlah. 2) Harus berupa uang (bukan barang), karena harga barang belum tentu sama dengan jumlah uang yang diberikan, dan harga barang tersebut bisa berubah-ubah. 3) Uang bersifat tunai (bukan hutang) 4) Modal diserahkan sepenuhnya kepada pengelola secara langsung d. Adanya usaha (al-„aml) e. Adanya keuntungan9
9
Ibid.,hlm. 61.
7
Syaratnya: 1) Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan prosentase dari jumlah modal yang diinvestasikan melainkan hanya keuntungan yang di peroleh (hanya bagi hasilnya dan tidak termasuk modal) saja setelah dipotong besarnya modal. 2) Keuntungan untuk masing-masing pihak tidak ditentukan dalam jumlah nominal. 3) Nisbah pembagian ditentukan dengan prosentase. Misal 60:40%. 4) Keuntungan harus menjadi hak bersama sehingga tidak boleh diperjanjikan bahwa seluruh keuntungan untuk salah satu pihak. 4. Jenis-jenis Mudharabah Berdasarkan kewenangan dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut. a. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah yaitu pemilik dana (shahibul maal) membatasi atau member syarat kepada mudharib dana dalam pengelolaan
dana
seperti
misalnya
hanya
untuk
melakukan
mudharabah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja.10 Mudharabah muqayyadah ada dua, yaitu sebagai berikut.11 1) Mudharabah muqayyadah on balance sheet Mudharabah muqayyadah on balance sheet yaitu simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. 10
Wiroso, Penghimpun Dana dan Distribusi Hasil Usaha Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT. Raja Grasindo, 2005), hlm. 35-36 11 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 88-89
8
Karakteristiknya adalah: a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat tertentu yang harus diikuti oleh bank. b) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan. c) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menertibkan bukti simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana dari rekening lain. d) Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan. 2) Mudharabah muqayyadah off balance sheet.12 Mudharabah muqayyadah off balance sheet merupakan penyaluran
dana
mudharabah
langsung
kepada
pelaksana
usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilk dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksana usaha. Karakteristiknya adalah sebagai berikut. a) Sebagai tanda bukti simpanan, bank menertibkan bukti simpanan khusus. b) Bank wajib memisahkan dana dari rekening lainnya.
12
Ibid., hlm. 89.
9
c) Rekening khusus dicatat pada pos tersendiri dalam rekening administratif. d) Dana simpanan khusus harus disalurkan secara langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana. e) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak. f) Antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku nisbah bagi hasil. b. Mudharabah muthlaqah Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cangkupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.13 Ketentuan umumnya yaitu, sebagai berikut.14 1) Bank wajib memberitahu kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan atau pembagian keuntungan
secara
resiko
yang
dapat
ditimbulkan
dari
penyimpanan dana, yang dicantumkan dalam akad. 2) Untuk tabungan mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan. Untuk deposito mudharabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan deposito kepada deposan.
13
M. Syafi’i Antonio,Op. Cit., hlm 97 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 88
14
10
3) Tabungan mudharabah dapat diambil setiap saat oleh penabung dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak mengalami saldo negative. 4) Deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru. 5) Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan deposito atau tabungan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 5. Aplikasi mudharabah dan manfaatnya Mudharabah banyak diterapkan pada produk- produk penghimpunan dan pembiayaan.15 Dalam segi penghimpunan dana, diterapkan pada: a. Deposito special (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu. Missal: mudharabah saja atau ijarah saja. b. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti: tabungan haji, tabungan qurban, deposito biasa.
15
Ibid., hlm. 97
11
Mudharabah
dapat
dilakukan
dengan
memisahkan
atau
mencampurkan dana mudharabah.16 a. Pemisahan total antara dana mudharabah dan harta-harta lainnya, termasuk harta mudharib. 1) Kelebihannya: pendapatan dan biaya dapat dipisahkan dari masingmasing dana dan dapat dihitung dengan akurat. Selain itu, kauntungan/ kerugian dapat dihitung dan dialokasikan dengan akurat. 2) Kelemahan: menyangkut masalah moral hazard dan prefensi investasi si mudharib. Akan timbul pertanyaan, diantaranya adalah portofolio mana dana tersebut akan diinvestasikan? Dalam portofolio mana account officer ditugaskan? Bagaimana si mudharib (bank) menjelaskan jika rate of return danamudharabah? b. Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana lainnya.17 Sistem ini menghilangkan munculnya masalah etika dan moral hazard seperti diatas. Namun dalam sistem ini pendapatan dan biaya mudharabah tercampur dengan pendapatan dan biaya lainnya. Hal ini menimbulkan sedikit kesulitan akuntansi dalam memproses alokasi keuntungan atau kerugian antara pemegang saham dan pemegang rekening.
16
Ibid., hlm. 105 Op. Cit.,106.
17
12
Manfaat Mudharabah, yaitu sebagai berikut. 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow (arus kas usaha) nasabah sehingga tidak membertakan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagi hasilkan. 5) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. 6. Aplikasi mudharabah pada Produk Perbankan Salah satu produk yang menerapkan prinsip mudharabah, yaitu sebagai berikut.
13
a. Deposito Syariah 1) Pegertian Deposito Syariah Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, yang dimaksud deposito syariah adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah atau UUS.18 Deposito syariah adalah bentuk simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu yang telah ditentukan pada waktu akad yang dananya dioperasikan sesuai dengan ketentuan syariah.19 2) Landasan Hukum Deposito20 a) Al-Qur’an -Qs. An-Nisa’: 29
ض َ اط ِم إِْلَّ أَ حَ ُكو َ حِ َج ِ ٌََا أٌَُّ َا انَّ ِرٌنَ آ َمنُو ْا ْلَ حَ ْ ُكهُو ْا أَ ْم َوانَ ُك ْم بَ ٍْنَ ُك ْم بِا ْنب ٍ ازةً عَن ح ََسا ِّمن ُك ْم “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” 18
Perundang-undangan Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Muhammad, Op. Cit.,hlm. 53 20 Himpunan Fatwa Keuangan Syariah, (Jakarta: Erlangga), hlm. 54 19
14
-Qs. Al-Baqarah: 283
...ُضا فَ ْهٍُ َ ِّد انَّ ِر ااْ حُ ِمنَ أَ َمانَخَهُ َو ْنٍَخَّ ِ هللاَ َزبَّه ُ فَإ ِ ْ أَ ِمنَ بَ ْع.. ً ض ُك ْم بَ ْع “…maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…” Ayat-ayat
di
atas
menerangkan
bahwasanya
apabila
mudharib memberikan modalnya kepada shahibul maal hendaklah shahibul maal mengelola dananya dengan baik dan memberikan bagi hasil kepada mudharib sesuai kesepakatan dan saling menguntungkan keduanya. b) Hadits Nabi Muhammad SAW. Diriwayatkan oleh Thabrani oleh Ibnu Abbas r.a.
شخ ََسطَ َعهَى ْ ازبَتً ا ُ ََّكا َ ا ْن َعب َ ض َ ض ًَ هللا َع ْنهُ إِ َذا َدفَ َع َم ًاْل ُم ِ اض بْنُ َع ْب ُد ا ْن ُمطَهِّب َز ي بِ ِه َذاثَ َكبِ ٍد َز ْطبَ ٍت ْ ٌَ س ٍْ َس بَ ًّسا َو َْل بَ ْ ًسا َو َْل ٌَ ْن ِصل به َوا ِدًٌا َو َْل َ شخَ ِس َ ِ ٌَ احبُه َأْل ِ ص َّ صهَّى ُ َهللاُ َعهَ ٍْ ِه َو َ هَّ َم فَ َ َ اش َ ًِّ ِضا ِمنٌن فَ َسفَ َع ش َْسطَهُ إِنَى اننَّب َ فَإ ِ َذا فَ َع َم َذنِكَ فَ ُ َو “Abbas bin Abdul Muthallib (paman nabi) jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola (mudharib)
agar
tidak
menjelajah
daratan,
dan
tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya”
15
Maksud dari Hadits di atas dalam suatu usaha yang dilandasi dengan akad mudharabah hendaklah dikerjakan semestinya tanpa mengurangi atau melebihi keuntungan secara sepihak. c) Fatwa DSN No: 03/DSN-MUI/IV/2000 Ketentuan deposito mudharabah yaitu, sebagai berikut. 21 (1) Dalam satu transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. (2) Dalam
kapasitasnya
sebagai
mudharib,
bank
dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain. (3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang. (4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan/ disebutkan dalam akad pembukaan rekening. (5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
21
Ibid., hlm. 89.
16
(6) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan. Memutuskan bahwa: (1) Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga. (2) Deposito yang dibenarkan yaitu deposito berdasarkan pada prinsip mudharabah. 3) Rukun dan Syarat Deposito Syariah22 Rukun deposito yaitu, sebagai berikut. a) Amil, atau mudharib (ialah yang menjalankan modal) b) Malik, shahibul maal (pemilik dana) c) Amal (harta pokok atau modal) d) Sighot (perintah/ usaha dari menyuruh berusaha) e) Hasil Syarat deposito yaitu, sebagai berikut. a) Melafadzkan ijab dari yang punya modal, dan qabul dari yang menjalankan. b) Barang yang diserahkan adalah mata uang. Tidak sah menyerahkan harta benda/ emas perak yang masih dicampur/ masih berbentuk perhiasan, karena harga suatu barang belum tentu sesuai dengan bagi hasil berupa uang tunai dan harga
22
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 89
17
suatu barang bisa saja berubah-ubah terutama emas perak yang masih dicampur/ masih berbentuk perhiasan. c) Ditetapkan dengan jelas, bagi hasil pemilik modal dan bagian mudharib. d) Dibedakan dengan jelas antara modal dan hasil yang akan di bagi hasilkan dengan kesepakatan.
B. Perhitungan Nisbah Bagi Hasil Mudharabah Rumus perhitungan nisbah bagi hasil mudharabah menurut beberapa sumber: 1. Rumus perhitungan bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah menurut Adiwarman A. Karim23 Dalam menghitung bagi hasil deposito mudharabah muthlaqah (URIA), basis perhitungan adalah hari bagi hasil sebenarnya, termasuk tanggal tutup buku, namun tidak termasuk tanggal pembukaan deposito mudharabah muthlaqah (URIA) dan tanggal jatuh tempo. Sedangkan jumlah hari dalam sebulan yang menjadi angka penyebut atau angka pembagi adalah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari, 31 hari). Hari bagi hasil x nominal deposito mudharabah x tingkat bagi hasil Hari kalender yang bersangkutan
23
Adiwarman A. Karim, Op. Cit., hlm. 304
18
Contoh kasus: Bapak A mengajukan SIMKA Suka-suka sebesar Rp. 200 juta, jangka waktu 1 tahun, dengan nisbah bagi hasil yang sudah ditentukan yaitu 8%, berapa keutungan yang diperoleh Bapak A? Jawab: 365 hari x Rp. 200 juta x 8% = Rp. 200 juta x 8% 365 hari = Rp. 16 juta
Dalam mempengaruhi bgai hasil deposito mudharabah muthlaqah tersebut, hal-hal yang perlu dipastikan yaitu, sebagai berikut. a. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi hak nasabah. 1) Pembulatan keatas untuk nasabah 2) Pembulatan kebawah untuk bank. b. Hasil perhitungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan terdekat. Rumus perhitungan mudharabah menurut Adiwarman A. Karim tergantung pada:24 1) Tingkat bagi hasil antara nasabah dan bank 2) Nominal deposito 3) Jangka waktu deposito
24
Ibid.,
19
2. Muhammad25, M. Syafi’i Antonio26 Nominal deposito Total dana deposito
x keuntungan yang diperoleh x nisbah
Besar kecilnya bagi hasil yang diperoleh deposan bergantung pada:27 a. Pendapatan bank b. Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank c. Nominal deposito nasabah d. Rata-rata saldo deposito untuk jangka waktu tertentu yang ada di bank Jangka waktu deposito karena
25
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, hlm. 109 M. Syafi’i Antonio, Op. Cit., hlm. 144 27 Ibid., hlm. 145 26