BAB II KONSEP KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
A. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi 1. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi Ada berbagai macam definisi mengenai kurikulum secara tradisional sebagaimana dikutip oleh Nana Syaodih Sukmadinata kurikulum diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau pelajaran siswa1. Menurut pengertian modern, sebagaimana dikutip oleh Burhan kurikulum mencakup segala kegiatan yang disediakan dan direncanakan sekolah.2 Dalam Bukunya Muhtar yang berjudul Desain Pembelajaran PAI mengemukakan bahwa kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.3 Menurut Galen Suylor dan William M Alexander dalam buku Curriculum Planning for better teaching and learning (1956) defines the curriculum is the sum total of school's efforts to influence learning whether in the dayroom, on the play ground or out of school.4 "Segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah (ekstra kurikuler). Menurut William B. Ragan, sebagaimana dikutip S. Nasution berpendapat bahwa kurikulum meliputi seluruh program dan kehidupan di
1 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1997), hlm. 4. 2 Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, (Yogyakarta: BPFE, 1988), hlm. 4. 3 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003) hlm. 30. 4 Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001), Edisi 2, hlm. 4
13
14 sekolah yang meliputi (pondok, program, hal yang dipelajari siswa, ketrampilan, dan pengalaman siswa).5 Sedangkan B. Othanel Smith, W. O. Starley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai "a sequence of potential experience is set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and
acting".6 Kurikulum sebagai sejumlah
pengalaman secara potensial dapat diberikan kepada anak dan remaja agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya. Menurut Nana Sudjana kurikulum diartikan sebagai program belajar bagi siswa (plan for learning) yang disusun secara sistematik dan diberikan oleh lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan.7 Hilda Taba mengemukakan bahwa pada hakikatnya kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan, isi dan metode yang memberikan pegangan bagi pelaksanaan pengajaran di kelas. Tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab guru untuk menjabarkannya.8 Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan ketrampilan dan sikap mereka.9 Istilah kompetensi mempunyai banyak makna. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.10 The competency in this specification, the word competency is used in very general sense that included skill, knowledge, tasks, and 5
Arief Armai, Pengantar ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 30. 6 F. Michael Canrely dan D. Jean Chandirin, Teacher as Curriculum Planners, (Amsterdam Vanue : Teacher College Press, 1988), hlm. 5 7 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hlm. 2-3. 8 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 6. 9 Ibid., hlm. 31. 10 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 51.
15 learning outcomes.11 "Bahwa kompetensi secara khusus meliputi keahlian, pengetahuan, tugas, dan hasil belajar. Menurut
Mc.
Ashan
kompetensi
merupakan
pengetahuan,
ketrampilan, dan kemampuan yang diperoleh seseorang untuk dapat melakukan sesuatu dengan baik yang menyangkut perilaku-perilaku kognitif, efektif, dan psikomotorik.12 Kompetensi juga diartikan sebagai “kemampuan” atau apa yang harus dimiliki oleh anak setelah mengikuti proses kurikulum, baik dalam bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga kemampuan itu akan terefleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melakukan sesuatu.13 Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar mengajar. Dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering pula terlihat proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Atas dasar uraian tersebut, maka secara etimologi, kurikulum berbasis kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum kelembagaan.14
11
http://www.imsglobal.org/competencies/rdeceovipo/imsrdece.bestvlp.o.html.hlm.2 Abdul Majid Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 51. 13 Ibnu Hadjar, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Jurnal Pendidikan Islam, vol. 12. No. 2, Oktober 2003), hlm. 159. 14 Arief Furhan, Muhaimin, Agus Maimun, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (di Perguruan Tinggi Agama Islam), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 37. 12
16 Pendapat lain mengatakan kurikulum berbasis kompetensi adalah merupakan kurikulum yang dikembangkan berdasarkan kemampuan yang diharapkan akan dimiliki oleh lulusan pada tahapan pendidikan tertentu.15 Menurut Saylor bahwa kurikulum berbasis kompetensi sebagai rancangan kurikulum yang dikembangkan berdasarkan atas seperangkat kompetensi khusus, yang harus dipelajari atau ditampilkan siswa, sehingga menggambarkan kompetensi yang utuh, terukur dan teramati.16 Menurut E. Mulyasa kurikulum berbasis kompetensi diartikan sebagai: “Suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu. Sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi”17 Dari definisi tersebut maka diambil kesimpulan bahwa KBK diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab. Dilihat dari namanya, KBK memberi penekanan yang dominan pada berbagai kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam bidang studi pada setiap jenjang sekolah. Dengan adanya KBK ini maka terjadilah pergeseran dari penguasaan kognitif menuju kepada penguasaan kompetensi tertentu. Sebagai standar minimal untuk mencapai kompetensi, sebagaimana rumpun-rumpun pelajaran, masing-masing kompetensi tersebut dijabarkan dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator. Kompetensi dasar merupakan kemampuan minimal yang harus dimiliki setelah mengikuti
15
Ibid., hlm. 160. Fatah Syukur, Teknologi Pendidikan, (Semarang: Walisongo Press dengan Rasail, 2004), hlm. 47. 17 E. Mulyasa, Kurikulum…op.cit., hlm. 39. 16
17 proses kurikulum. Hasil belajar merupakan target yang harus dicapai selama dan setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan indikator merupakan kemampuan spesifik dan rinci yang diharapkan dapat dikuasai siswa.18 Ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik. Kompetensi tersebut meliputi: a. Kompetensi tamatan b. Kompetensi lintas kurikulum c. Kompetensi rumpun pelajaran d. Kompetensi dasar mata pelajaran.19 Kompetensi tamatan merupakan kompetensi yang harus dicapai siswa ketika siswa tamat dari suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lintas kurikulum merupakan kecakapan untuk belajar sepanjang hayat dan ketrampilan hidup yang diperlukan siswa untuk mencapai seluruh potensinya dalam kehidupan dan dunia kerja. Dalam petunjuk pelaksanaan KBK mata pelajaran PAI disebutkan bahwa, standar kompetensi lintas kurikulum meliputi: a. Memiliki keyakinan, menyadari serta menjalankan hak dan kewajiban, saling menghargai dan memberi rasa aman, sesuai dengan agama yang dianutnya b. Menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain c. Memilih, memadukan, dan menerapkan konsep-konsep, teknik-teknik, pola, struktur dan hubungan. d. Memilih, mencari dan menerapkan teknologi dan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber, e. Memahami dan menghargai lingkungan fisik, makhluk hidup dan teknologi dan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai untuk mengambil keputusan yang tepat, f. Berpartisipasi, berinteraksi dan berkontribusi aktif dalam masyarakat dan budaya global berdasarkan pemahaman konteks budaya, geografis dan historis.
18 19
Jurnal Pendidikan Islam, op.cit, hlm. 165 Depdiknas, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: Depdiknas, 2004), hlm. 7.
18 g. Berkreasi dan menghargai karya artistik budaya dan intelektual serta menerapkan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat beradab h. Berfikir logis, kritis dan lateral dengan memperhitungkan potensi dan peluang untuk menghadapi berbagai kemungkinan i. Menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan berkerja sama dengan orang lain.20 Kompetensi rumpun pelajaran adalah kinerja yang harus dicapai ketika siswa menyelesaikan suatu rumpun pelajaran yang terdiri dari suatu mata pelajaran atau lebih. Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Di sekolah Menengah Umum rumpun pelajaran (ruang lingkup bahan pelajaran) pendidikan agama Islam merupakan kumpulan dari Al- Qur'an dan AlHadits, keimanan, syari'ah, akhlaq dan tarikh.21 Dalam petunjuk pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran PAI dijelaskan bahwa standar kompetensi bahan kajian meliputi: a. Kompetensi Pendidikan Agama “Siswa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agamanya, serta mampu menghormati agama lain dalam kerangka kerukunan antar umat beragama.” b. Kompetensi spesifik Pendidikan Agama Islam “Dengan landasan al Qur'an dan as Sunnah Nabi Muhammad Saw., siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlaq mulia (berbudi pekerti luhur), yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar. Mampu membaca dan memahami al Qur'an, mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.”22
20
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Depdiknas, 2003), hlm. 3. 21 Dediknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, (Jakarta: Dediknas, 2003), hlm. 4. 22 Abdul Madjid, Dian Andayani, op.cit., hlm. 154.
19 Kompetensi dasar merupakan pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilaksanakan. Di samping itu kompetensi dasar merupakan pernyataan ukuran minimal memadahi yang ditetapkan tentang pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi dasar tersebut adalah tujuan yang harus dicapai dan sekaligus merupakan hasil belajar yang seharusnya dinilai siswa setelah mengikuti serangkaian pembelajaran. Kompetensi dasar ini berupa rumusan umum yang perlu dijabarkan menjadi hasil belajar yang di dalamnya terkait dengan materi atau substansi pokok mata pelajaran. 2. Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan ketrampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum berbasis kompetensi memuat suatu format yang menetapkan tentang kemampuan apa yang diharapkan dikuasai siswa dalam setiap tingkatan. Sehingga guru dan murid diharapkan dapat mengetahui apa yang harus dicapai dan sejauh mana aktifitas belajar yang telah dicapai. Pada kurikulum berbasis kompetensi, guru harus memahami betul pengertian kompetensi. Karena berpengaruh dengan metode pembelajaran yang akan dipakai yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan KBK adalah cara atau metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran. Ada beberapa karakterisitik kurikulum berbasis kompetensi antara lain mencakup seleksi kompetensi yang sesuai, spesifikasi indikator evaluasi untuk menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi, dan pengembangan sistem pembelajaran.23 23
Ibid., hlm. 42.
20 Menurut mengemukakan
Ibnu bahwa
Hajar
dalam
kurikulum
Jurnal
berbasis
Pendidikan kompetensi
Islam
memiliki
karakteristik sebagai berikut: a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara indvidual maupun klasikal b. Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman c. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi d. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam pencapaian suatu kompetensi.24 Dalam bukunya E. Mulyasa yang berjudul “kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik dan Implementasinya”, disebutkan bahwa terhadap enam karakteristik kurikulum berbasis kompetensi, yaitu: a. b. c. d. e. f.
Sistem belajar dengan modul Menggunakan keseluruhan sumber belajar Pengalaman lapangan Strategi individual personal Kemudahan belajar, dan Belajar Belajar tuntas.25 Kurikulum
berbasis
kompetensi
yang
diharapkan
dapat
mengembalikan peserta didik pada lingkungan masyarakat, memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi b. Lebih mengakomodasikan keragaman kebudayaan dan sumber daya pendidikan yang tersedia c. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.26 Kurikulum berbasis kompetensi memberikan sebuah tekanan khusus kepada pembentukan secara langsung dan sistematis, yaitu dengan
24
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah (Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 51. 25 E. Mulyasa, Kurikulum…., hlm. 42. 26 Ibid., hlm. 84.
21 mengkaji dan menguji kaitan antara materi pokok, indikator pencapaian hasil belajar, kompetensi dan pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa. Dengan kata lain KBK secara langsung ingin meyakinkan bahwa lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan materi pembelajaran dan bukan sekedar tahu. Adapun
yang
membedakan
antara
pembelajaran
yang
menggunakan pendekatan kompetensi (KBK) dengan pembelajaran yang menggunakan kurikulum 1994 yaitu:27 a. Dari aspek filosofi Kurikulum 1994
KBK
Struktur keilmuan yang hasilnya • berupa materi pelajaran •
Dikembangkan dalam tujuan kurikuler, TIU, TIK
Fokus pada aspek kognitif
Kompetensi lulusan Standar kompetensi a. Struktur keilmuan karakteristik bidang studi b. Perkembangan psikologi siswa – karakteristik siswa c. Standar kompetensi negara lain d. Perkembangan dan tuntutan masyarakat • Kompetensi dasar • Indikator pencapaian kompetensi • Materi pokok • Pengalaman belajar siswa • Sistem penilaian berkelanjutan • Alokasi waktu sesuai kedalaman materi • Sumber bahan / alat Fokus pada kognitif, psikomotor dan afektif
b. Dari aspek tujuan Kurikulum 1994 27
Siswa menguasai materi pelajaran Bahan ajar berdasarkan TIU dan
KBK -
Siswa mencapai kompetensi tertentu Bahan ajar memanfaatkan
Depdiknas, Pengembangan Kurikulum dan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003), hlm. 8-10.
22
-
TIK Tujuan berdasarkan pada tujuan institusional, kurikuler, TIU, TIK
-
sumber daya Tujuan berdasarkan pada kompetensi yang akan dicapai
c. Dari aspek proses pembelajaran Kurikulum 1994 -
Materi ditentukan pemerintah Materi sama untuk semua sekolah Target guru menyampaikan semua materi pelajaran Fokus pada aspek kognitif Disusun berdasarkan TIU dan TIK
KBK -
-
-
Materi ditentukan sekolah berdasarkan kompetensi dan kompetensi dasar Pusat hanya menetapkan materi pokok Target guru memberikan pengalaman belajar untuk mencapai kompetensi Fokus pada aspek kognitif, psikomotor, afektif Berdasar karakteristik mata pelajaran perkembangan peserta didik dan sumber daya yang tersedia
d. Dari aspek proses pembelajaran Kurikulum 1994 -
Bersifat klasikal dengan tujuan menguasai materi pelajaran Guru sebagai pusat pembelajaran Pembelajaran cenderung di kelas Metode mengajar monoton -
KBK Bersifat individual Guru sebagai fasilitator, siswa sebagai subjek pendidikan Dilakukan di dalam dan di luar kelas Metode mengajar bervariasi serta ada program remedial dan pemberdayaan
e. Dari aspek cara penilaian Kurikulum 1994 -
Acuan norma Penilaian pada kognitif Penyusunan bahan penilaian didasarkan pada tujuan per kelas dan per semester
KBK Acuan kriteria Penilaian kognitif, psikomotor, afektif Didasarkan pada materi esensial yang relevan
23 -
Keberhasilan diukur dan dilaporkan berdasarkan nilai Ujian menggunakan teknik paper and pencil test
-
-
dengan kompetensi yang dicapai Keberhasilan diukur dan dilaporkan berdasarkan pencapaian kompetensi tertentu Ujian menggunakan berbagai teknik (performance test, objective test) dan metode portofolio
KBK merupakan rencana suatu pembelajaran yang berisi kompetensi-kompetensi potensial yang tersusun secara sistematis. Sebagai jabaran dari seluruh aspek kepribadian anak didik dan mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupannya. Kurikulum sebagai proses pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan kepada seluruh anak didik untuk mengembangkan berbagai potensinya secara maksimal. Dalam hal ini guru memberikan kesempatan dan kemudahan belajar pada anak didik untuk menemukan ide dan menerapkan strategi belajar sesuai dengan kemampuan dan kecakapan belajar. 3. Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
merupakan
suatu
desain
kurikulum yang dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu. Sehingga pengembangan dalam kurikulum sangatlah kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Oleh karena itu tidak hanya menuntut ketrampilan teknis dari pihak pengembang terhadap pengembangan berbagai komponen kurikulum, tetapi harus dipahami berbagai faktor yang mempengaruhinya.28 Pengembangan
kurikulum
berbasis
kompetensi
adalah
pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan. Setidaknya pengembangan kurikulum berbasis kompetensi mencakup pengembangan 28
E. Muyasa, op.cit., hlm. 61.
24 silabus dan sistem penilaiannya. Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedang penilaian mencakup jenis ujian, bentuk soal dan pelaksanaannya. Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut: a. Dokumen kurikulum sebaiknya mampu beradaptasi dengan perubahan dan tidak terkesan seperti resep (berisi prinsip pokok dan fleksibel) b. Pengembangan kurikulum sesuai dengan proses akreditasi yang memungkinkan mata pelajaran dimodifikasi.29 Di samping prinsip-prinsip di atas, sesuai dengan kondisi negara, kebutuhan masyarakat dan berbagai perkembangan serta perubahan yang sedang berlangsung dewasa ini, maka dalam pengembangan KBK juga perlu memperhatikan dan mempertimbangkan prinsip sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Keimanan, budi pekerti luhur dan nilai-nilai Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika Perbuatan integritas nasional Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi Pengembangan kecakapan dan ketrampilan hidup Pilar pendidikan Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkesinambungan dan komprehensif Belajar sepanjang hayat Diversifikasi kurikulum (sesuai satuan pendidikan potensi daerah dan peserta didik).30 Adapun aspek dalam pengembangan kurikulum antara lain adalah
sebagai berikut: a. Aspek Materi Materi harus sesuai dengan tuntutan zaman, kesempurnaan jiwa anak didik tanpa melupakan esensi dari ajaran Islam itu sendiri b. Aspek tujuan Semakin banyaknya tujuan yang dicapai, akan mendorong efektifitas proses yang akan dilaksanakan
29 30
Fatah Syukur, op.cit., hlm. 48. Depdiknas, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta: tpn., 2004), hlm. 3.
25 c. Aspek lembaga Lembaga pendidikan merupakan lingkungan pendidikan bagi seorang anak dalam memperoleh pendidikan dengan baik.31 Menurut E. Mulyasa pengembangan KBK terdiri atas beberapa tingkat yaitu: a. Pengembangan kurikulum tingkat nasional, mencakup penyesuaian isi, bahan pelajaran dan cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, kaitannya dengan KBK pengembangan kurikulum tingkat nasional dilakukan dalam rangka mengembangkan standar kompetensi untuk masing-masing jenjang dan jenis pendidikan, terutama pada jalur pendidikan sekolah. b. Pengembangan kurikulum tingkat lembaga Pada tingkat ini dibahas pengembangan kurikulum untuk setiap jenis lembaga pendidikan pada berbagai satuan dan jenjang pendidikan c. Pengembangan kurikulum tingkat bidang studi (pengusulan silabus) Pada tingkat ini dilakukan pengembangan silabus untuk setiap bidang studi pada berbagai jenis lembaga pendidikan. Penyusunan silabus mengacu pada KBK dan perangkat komponen-komponennya sekolah yang mempunyai kemampuan mandiri dapat menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. d. Pengembangan kurikulum tingkat satuan bahasan (modul) Berdasarkan kompetensi yang telah diidentifikasi dan uraian sesuai dengan tingkat pencapaiannya pada setiap bidang studi, selanjutnya dikembangkan program-program pembelajaran.32 Di samping pengembangan kurikulum tersebut, ada beberapa model dalam pengembangan kurikulum antara lain model makro dan model mikro. Pengembangan model makro mempunyai cakupan yang luas bukan hanya di tingkat guru. Analisis kebutuhan masalah pendidikan akan tetapi sampai pada tingkat nasional, adapun pengembangan model mikro memiliki cakupan lebih sempit yaitu berkisar pada kepentingan bagaimana mengajar (sesuai pembelajaran dan sistem pelatihan).33 Adapun langkah-langkah untuk mengembangkan kurikulum inti berbasis kompetensi, digunakan kombinasi model Beauchamp dan model
31
Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 35-36. 32 E. Mulyasa, Kurikulum… op.cit., hlm. 63-65. 33 Ibid, hlm. 19.
26 tata serta model-model yang lain secara elektik. Ada sejumlah langkah yang harus dilakukan sebagai berikut: a. Menetapkan area atau lingkup yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut b. Menetapkan personalia yaitu susunan tim pengembang kurikulum, siapa yang akan dilibatkan (sejumlah ahli program studi, ahli pengembangan dan ahli evaluasi kurikulum, ahli psikologi pendidikan, profesional lain dan masyarakat pengguna). c. Menentukan organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, dengan dibentuk unit eksperimen atau kelompok kerja untuk tiap program studi.34 Dalam kaitannya dengan sistem ujian hasil kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi. Secara berurutan dapat disajikan pada bagan sebagai berikut: Standar kompetensi
Kemampuan Dasar
Soal Ujian
Materi Pokok/ pembelajaran Indikator
Standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok dikembangkan
oleh
Departemen
Pendidikan
Nasional,
sedangkan
penentuan uraian materi pembelajaran indikator, dan soal ujian dikembangkan oleh setiap daerah sekolah, dengan demikian materi pembelajaran dan soal ujian yang digunakan akan menampung keperluan daerah sesuai dengan karakteristik masing-masing, sehingga sumber daya manusia akan diberdayakan dan tidak tergantung pada Departemen Pendidikan Nasional.35 Pengembangan
silabus
merupakan
salah
satu
tahapan
pengembangan kurikulum. Adapun beberapa hal yang mendasari pengembangan silabus adalah: ilmiah, memperhatikan perkembangan dan
34
Max Darsono, Konsep Pendidikan Berorientasi Ketrampilan, Hidup dengan KBK, (Model Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi) Makalah disampaikan Program Pasca Sarjana UNNES pada tanggal 27 Pebruari 2005, hlm. 5 35 Ibid, hlm. 47-48.
27 kebutuhan peserta didik, sistematis, relevan, konsisten, dan cukup (adequate).36 Pengembangan silabus merupakan salah satu inovasi dalam KBK sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Penyusunan silabus dapat dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat.37 Dengan
mengacu
pada
hal-hal
tersebut
di
atas
maka
pengembangan kurikulum pada masa sekarang harus dapat mengantisipasi tantangan dan peluang yang akan terjadi. Dengan demikian kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran dan lebih khusus lagi adalah proses otonomi dan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus diberi keleluasaan dalam menentukan silabus dan memilih strategi pembelajaran dan sistem pengujiannya. 4. Komponen Kurikulum Berbasis Kompetensi Pengembangan
kurikulum
berbasis
kompetensi
merupakan
penyempurnaan terhadap kurikulum yang ada dengan mengakomodasikan dinamika masyarakat terhadap kurikulum khususnya dan pendidikan pada umumnya serta didasarkan pada kebijakan peningkatan mutu pendidikan dalam era pelaksanaan otonomi pendidikan. Sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum di sekolah, KBK yang didesain oleh pusat kurikulum memiliki empat komponen, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar mengajar, pengelolaan KBK.38 Komponen tersebut dimaksudkan untuk memudahkan para pembina dan pelaksanaan pendidikan dalam mengelola kurikulum sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan masing-masing. Adapun isi dari masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut: 36
Fatah Syukur, op.cit., hlm. 52. Ahmadi Syarif, Kompetensi dan Hasil Belajar Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI (Pada Pendidikan Dasar dan Menengah), makalah disampaikan pada acara review kurikulum PAI tingkat dasar dan menengah, pada tanggal 20-22 Oktober 2003, di Tretes View Hotel Prigen Pasuruan, Jatim, hlm. 7. 38 Basuki, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Resume, (Semarang: 23 Agustus, 2003), hlm. 2. 37
28 a. Kurikulum dan hasil belajar merupakan penjabaran tujuan pendidikan nasional melalui berbagai tingkat kompetensi (tamatan, lintas kurikulum, rumpun pelajaran, dan dasar).39 kurikulum dirumuskan dalam bentuk hasil belajar yang terejawantah dalam kompetensi secara berjenjang dimana jenjang satu merupakan kontinuitas terhadap jenjang berikutnya baik secara skop maupun sekuensial. Kompetensi inilah yang nantinya merupakan gambaran kualifikasi dari output dari lulusan masing-masing jenjang.40 b. Penilaian berbasis kelas merupakan komponen yang dilakukan untuk memberikan keseimbangan dalam ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai bentuk dan penilaianpenilaian tersebut merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar. c. Kegiatan belajar mengajar merupakan proses yang dimaksudkan untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan menekankan perhatian utamanya pada siswa yang memiliki potensi dan motivasi.41 Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik, sehingga dalam pembelajaran berpusat pada peserta didik,
mengembangkan
kreatifitas,
menciptakan
kondisi
yang
menyenangkan, bermuatan nilai, etika, estetika, logika, menyediakan pengalaman belajar yang beragam.42 Di sini guru sebagai pembelajar harus mengetahui kondisi, situasi, dan bertanggung jawab atas tercapainya
hasil
belajar,
menerapkan
strategi
dan
metode
39 Ibnu Hajar, Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan Islami Volume 12, No. 2. Oktober, 2003, hlm. 161. 40 Abdul Rahman, Madrasah dalam Perspektif Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jurnal Pendidikan Islami, Volume 12, No. 1 Mei 2003, hlm. 68. 41 Ibid, hlm. 162. 42 Departemen Pendidikan Nasional, Kerangka Dasar Kurikulum 2004, (Jakarta: Puskur, 2004), hlm. 11.
29 pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.43 d. Pengelolaan kurikulum dalam KBK dilaksanakan dengan sistem desentralisasi. Dimana pelaksanaan kurikulum memiliki otonomi yang besar untuk mewujudkan tercapainya kompetensi yang standar. Di sinilah nanti diatur tentang wewenang yang diemban oleh masingmasing lembaga sesuai dengan semangat otonomi.44 Dalam hal ini menggunakan prinsip kesatuan dan kebijakan dan keragaman dalam pelaksanaan.45 Di samping itu para ahli pendidikan berbeda dalam menentukan komponen kurikulum tetapi pada dasarnya memiliki pemahaman yang hampir sama. Menurut Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata bahwa komponen kurikulum yang utama adalah tujuan, isi, atau materi, proses sistem penyampaian dan media, serta evaluasi.46 Selain dilihat dari uraian struktural kurikulum ada empat komponen utama dalam pendidikan agama Islam. Keempat komponen tersebut saling berkaitan satu sama lainnya sehingga merefleksikan satu kesatuan yang utuh sebagai program pendidikan. Berikut ini keempat komponen kurikulum tersebut: a. Tujuan Kurikulum Tujuan yang tercakup dalam kurikulum merupakan sasaran pokok dan terakhir dalam suatu pelaksanaan kegiatan pendidikan. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, harus mengacu pada “falsafah negara, strategi pembangunan nasional, hakikat anak didik dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.47 Berdasarkan hakikat tujuan pendidikan dijabarkan menjadi tujuan kurikulum mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan. Setiap mata 43
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: . Rineka Cipta, 1998),
hlm. 289. 44
Ibid, hlm. 68. Ibid, hlm. 162. 46 Nana Syaodih Sukamadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 102. 47 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1996), hlm. 22. 45
30 pelajaran sampai tujuan instruksional.48 Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan Islam, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran. b. Isi dan struktur kurikulum Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan pada siswa, untuk menentukan ini kurikulum disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Secara garis besar isi atau materi kurikulum PAI ruang lingkup meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan dirinya maupun dengan lingkungannya. c. Strategi pelaksanaan kurikulum (belajar mengajar) Strategi
pelaksanaan
kurikulum
memberi
petunjuk bagaimana
kurikulum dilaksanakan di sekolah. Strategi merupakan pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.49 d. Evaluasi kurikulum Evaluasi yang dimaksudkan di sini ada dua macam evaluasi, yaitu evaluasi hasil belajar dan evaluasi kurikulum.50 Evaluasi hasil belajar untuk menetapkan berhasil tidaknya peserta didik mencapai tujuan pengajaran. Sedangkan evaluasi kurikulum dimaksudkan menilai suatu kurikulum sebagai program pendidikan untuk menentukan efisiensi, efektifitas, relevansi, dan produktifitas program dalam mencapai tujuan pendidikan.51 Jika kurikulum dipandang sebagai sistem, maka komponen tersebut saling berhubungan, setiap komponen bertalian erat. Tujuan menentukan bahan apa yang akan dipelajari, bagaimana proses belajarnya, dan apa
48
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 52. 49 Muslam, op.cit., hlm. 41-43. 50 Nana Sudjana, op. cit., hlm. 47. 51 Ibid, hlm. 48-50.
31 yang harus dinilai. Demikian pula dengan penilaian, pada saat dipentingkannya evaluasi dalam bentuk ujian, maka timbul kecenderungan untuk menjadikan bahan ujian sebagai tujuan kurikulum.52 B. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah bimbingan yang dengan sengaja diberikan oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakat.53 Nana Sudjana mendefinisikan pendidikan sebagai upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat serta memiliki nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidup.54 Dari definisi tersebut yang dimaksud pendidikan oleh penulis adalah serangkaian kegiatan atau aktifitas komunikasi yang bertujuan untuk membantu peserta didik dengan sengaja (jalan membimbing) untuk menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab. Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati pengaruh agama lain hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. (Kurikulum PAI: 2002) Menurut Zakiyah Daradjat mengemukakan Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaranajaran Islam serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.55
52 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 65-66. 53 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 11. 54 Ibid, hlm. 2. 55 Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. 4, hlm. 86.
32 Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Imran : 104
ﻨ ﹶﻜ ِﺮﻋ ِﻦ ﺍﹾﻟﻤ ﻮ ﹶﻥ ﻬ ﻨﻳﻭ ﻑ ِ ﻭﻌﺮ ﻤ ﻭ ﹶﻥ ﺑِﺎﹾﻟﻣﺮ ﻳ ﹾﺄﻭ ﻴ ِﺮﺨ ﻮ ﹶﻥ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﹾﻟﺪﻋ ﻳ ﻣ ﹲﺔ ﻢ ﹸﺃ ﻨ ﹸﻜﻦ ِﻣ ﺘ ﹸﻜﻭﹾﻟ (104 : ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻻﻣﺮﺍﻥﻤ ﹾﻔِﻠﺤ ﻢ ﺍﹾﻟ ﻫ ﻚ ﻭﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebijakan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Imran : 104)56 Menurut Ahmadi PAI merupakan usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam.57 Menurut Muhaimin PAI adalah upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang yang berwujud segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau lembaga dan segenap fenomena dan dampaknya ialah tertanamnya ajaran dan nilai Islam.58 Disamping itu disebutkan dalam hadits riwayat Muslim :
ﻭﻋﻦ ﺍﰉ ﻣﺴﻌﻮﺩﻋﻘﺒﺔ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭﺍﻷﻧﺼﺎﺭﻯ ﺍﻟﺒﺪﺭﻯ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ 59 ( ﻣﻦ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﺧﲑﻓﻠﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮﻓﺎﻋﻠﻪ )ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ: ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ "Dari Ibnu Mas'ud Uqbah bin Amr wal Anshori Albadari r.a. Rasulullah bersabda: "Barang siapa memberi petunjuk atas kebaikan, maka ia mendapat pahala seperti orang yang melakukan kebaikan itu." (Diriwayatkan oleh Muslim)60
56
Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya, Juz 1– 30, (Semarang : Toha Putra, 1989), hlm.
57
Ahmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Adyka, 1992), hlm.
93 20. 58
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 30. 59 Muslim, Sokhih Muslim, Juz II, (Semarang : Toha Putra, t.th), hlm. 152 60 Chabib Thoha, PBM PAI di Sekolah (Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 39
33 Dari uraian di atas yang dimaksud PAI oleh penulis adalah usaha bimbingan secara sadar kepada anak didik untuk mengantarkan menjadi insan yang berkepribadian luhur, mengerti, memahami sekaligus mengamalkan ajaran Islam yang dianutnya sebagai bekal hidup dunia dan akhirat, yang konsep dasarnya adalah al Qur'an dan al Sunnah. Konsep operasionalnya dapat dipahami, dianalisa, dikembangkan dari proses pembudayaan, pewarisan, dan pengembangan ajaran Islam, serta dapat dipahami,
dianalisis,
dan
dikembangkan
dari
pembinaan
dan
pengembangan pribadi muslim. 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Indonesia PAI merupakan sub sistem pendidikan nasional. Untuk itu tujuan yang akan dicapai sebenarnya merupakan pencapaian dari salah satu atau beberapa aspek dan tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan pendidikan agama Islam secara garis besar pada dasarnya untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim (GBPP PAI : 1994)61 Sedangkan dalam (kurikulum PAI : 2003) tujuan dari PAI di sekolah atau madrasah adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang dalam keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.62 Sedangkan rumusan PAI dari beberapa ahli mengemukakan antara lain Zakiyah Daradjat menyatakan tujuan PAI adalah terbentuknya insan kamil.63 Zuhairini memberikan rumusan bahwa tujuan PAI adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan dari pribadi manusia muslim secara
61
Ibid, hlm. 78. Ibid, hlm. 135. 63 Ibid, hlm. 10. 62
34 menyeluruh melalui latihan kejiwaan, pikiran, kecerdasan, perasaan, panca indera, sehingga memiliki kepribadian yang utama.64 Menurut Al-Ghozali sebagaimana dikutip oleh Muslam membagi tujuan PAI menjadi dua, yaitu tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka panjang adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan beribadah dengan mengkaji terlebih dahulu ilmu fardhu ain karena di sana terdapat hidayah agama. Sedangkan tujuan jangka pendek adalah diraihnya profesi manusia sesuai dengan bakat dan kemampuan.65 Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Islam mengandung pengertian bahwa proses pendidikan Agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah yang memulai dari tahapan “kognisi” yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai yang terkandung dalam ajaran Islam. Selanjutnya ke tahap “afeksi” yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati dan meyakininya. Dari tahap afeksi diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan bergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam “psikomotorik”. Dengan demikian akan terbentuk perilaku dan kepribadian individu sesuai dengan prinsip dan konsep Islam dalam mewujudkan nilai-nilai moral dan agama sebagai landasan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat berbagai komponen yang saling berkaitan antara lain kurikulum, guru, metode, alat, dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ada beberapa ruang lingkup PAI. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie, Ruang Lingkup PAI meliputi: a. Tarbiyah Jasmaniyah Segala rupa pendidikan wujudnya menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya, supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam pengalamannya.
64
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.
65
Ibid, hlm. 10.
17.
35 b. Tarbiyah Aqliyah Sebagaimana
rupa
pendidikan
dan
pelajaran
yang
akibatnya
mencerdaskan akal menajamkan otak semisal ilmu berhitung. c. Tarbiyah Adabiyah Segala rupa praktek maupun teori yang wujudnya meningkatkan budi pekerti dan meningkatkan perangai.66 Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA berfokus pada aspek al-Qur'an / al-hadits, keimanan, syari’ah, akhlak, tarikh.67 Al Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam dalam arti merupakan sumber aqidah (keimanan) syari’ah, akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah / keimanan merupakan akar akidah dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah. Syari’ah merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan makhluk lainnya. Sedangkan tarikh merupakan sejarah kebudayaan Islam atau perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyari’ah, berakhlak, dan mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi aqidah.68 Bagi umat Islam pendidikan agama yang wajib diikuti itu adalah pendidikan agama Islam. Dalam hal ini PAI mempunyai tujuan kurikuler yang merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang termaktub dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003: yaitu: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
66
Abdul Majid, op. cit., hlm. 138. Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA dan MA), (Jakarta: Graha Dinar, 2003), hlm. 4. 68 Muhaimin, op.cit., hlm. 80. 67
36 3. Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Kompetensi Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran. Berkenaan dengan hal itu desain kurikulum perlu diperhatikan berdasarkan pada berbagai pertimbangan. Desain kurikulum ini harus diciptakan pemberdayaannya sebagai guidance mampu
mengarahkan
seluruh
aktifitas
pembelajaran
agar
dapat
menghasilkan output yang berkualitas dengan berorientasi pasar, tidak hanya berorientasi produk. Desain ini harus dilaksanakan berdasarkan konsep pengembangan ilmu pengetahuan, pengalaman, ketrampilan, sikap dan nilai moral tauhid sehingga visi dan misi kurikulum yang dikembangkan dapat membentuk pribadi muslim yang kuat dalam posisi temporal dan spiritualnya. Dengan demikian pengertian kurikulum pendidikan Agama Islam adalah
bahan-bahan
pendidikan
agama
Islam
berupa
kegiatan,
pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan pada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam. Kurikulum PAI merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.69 Berdasarkan uraian tersebut maka kurikulum pendidikan agama Islam bersumber pada tujuan
70
yang berbeda dari tujuan pendidikan
lainnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka kurikulum pendidikan agama Islam harus sesuai dengan tujuan agama Islam, tingkat usia, perkembangan kejiwaan, dan kemampuan siswa yang belajar pendidikan agama Islam. Di samping itu kurikulum harus didesain sesuai dengan kebutuhan lingkungan sekolah tersebut berada strategi yang dapat dilakukan adalah menjalin suatu kerja sama dengan badan-badan pemerintah maupun swasta. Kemudian diikat dalam suatu kurikulum yang 69
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hlm. 30. 70 Abdulloh Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), hlm. 16.
37 diajarkan di kelas maupun di luar kelas. Bahkan bila mungkin siswa diajarkan langsung oleh tenaga ahli dari badan tersebut.71 Kurikulum didesain disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan sekolah tersebut berada, dalam rangka mendesain kurikulum dengan mengembangkan program-program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sekolah pasti mengalami kesulitan, khususnya dalam mengadaptasikan aspek filosofis tersebut. di samping itu pembelajaran PAI harus menyesuaikan diri dengan perkembangan psikologi peserta didik serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka PAI harus berfungsi sebagai berikut: a. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta berakhlak mulia. b. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan dunia akhirat. c. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial/ d. Perbaikan kesalahan, kelemahan, dan keyakinan, pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan peserta didik dan hal negatif budaya asing. f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum dan khusus. g. Menyiapkan siswa untuk mendalami pendidikan agama kependidikan yang lebih tinggi.72 Dalam kurikulum PAI berbasis kompetensi, kompetensi PAI seharusnya
mencerminkan
seluruh
dimensi
keberagamaan,
yakni
keyakinan, komitmen, ritual, sosial. Hal ini karena fungsi utama pendidikan agama adalah konvensional, yakni untuk meningkatkan keberagamaan siswa. Adapun kompetensi-kompetensi yang harus dicapai pendidikan agama Islam di SMA adalah sebagai berikut: a. Kompetensi lintas kurikulum yakni kemampuan (pengetahuan, sikap dan ketrampilan) yang harus dimiliki dalam menjalankan kurikulum. b. Kompetensi pendidikan agama. Siswa beriman dan bertaqwa, berakhlak mulai dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agama Islam, dan menghormati agama lain. 71
Ibid, hlm. 31-34. Abdul Aziz, Implikasi Penerapan KBK bagi Pengembangan Sikap Keagamaan Siswa, Makalah, hlm. 2. 72
38 c. Kompetensi spesifik Pendidikan Agama Islam. Dengan landasan al Qur'an dan al Hadits siswa mampu membaca, memahami al Qur'an, dan bermuamalah dengan baik dan benar. Serta menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama. d. Standar kompetensi mata pelajaran. Berisi sekumpulan kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh pendidikan di sekolah, berorientasi pada perilaku efektif, psikomotorik dan didukung kognitif. e. Kompetensi persatuan jenjang pendidikan.73 Desain kurikulum pada dasarnya berakar pada pandangan filosofi masyarakat, yang mempertanyakan aspek-aspek seperti apa yang menjadi pengetahuan dalam muatan pendidikan, interaksi sosial. Metode belajar yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan masyarakat. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kurikulum pendidikan agama Islam berbasis kompetensi antara lain: a. Pendekatan pembelajaran dan penilaian Pendekatan dalam PAI menggunakan pendekatan terpadu meliputi keimanan, pengalaman, pembiasaan, rasional, emosional, fungsional, dan keteladanan. Sedangkan dalam penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi dalam KBM dan penilaian berbasis kelas yang memperhatikan tiga ranah (kognitif, afektif, psikomotorik) b. Pengorganisasian materi Hal ini merupakan kegiatan menyiasati proses pembelajaran dengan perencanaan terhadap unsur instrumental melalui pengorganisasian yang rasional dan menyeluruh. Hal ini mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran hendaknya diikuti langkah-langkah strategis antara lain dari mudah ke sulit, dari sederhana ke komplek, dari kongkrit ke abstrak. c. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi Teknologi dan komunikasi diperlukan dalam mewujudkan kreatifitas dan ketrampilan agar hasil pembelajaran dapat diketahui oleh siswa atau orang lain dan hal ini berfungsi untuk mendapatkan informasi terbaru dalam rangka mencari gagasan untuk perancangan dalam pembuatan ketrampilan. d. Membaca al-Qur'an Membaca al Qur'an atau hafalan tertentu di awal setiap pelajaran selama 5 sampai 10 menit dengan tujuan mengoptimalkan tercapainya kemampuan membaca al Qur'an secara baik dan benar. 73
Abdul Majid, op.cit., hlm. 53-55.
39 e. Nilai-nilai Setiap materi yang diajarkan mengandung nilai dengan perilaku seharihari. Nilai-nilai inilah yang harus ditanamkan peserta didik dalam pendidikan agama. f. Aspek sikap Untuk unsur pokok akhlak diharapkan siswa mampu bersikap sebagai seorang muslim yang berakhlak mulia. Dalam hal ini didukung oleh cerita Rasul yang berkaitan dengan sifat keteladanan. g. Ekstra kurikuler Kegiatan ekstra kurikuler PAI dapat mendukung kegiatan intrakulikuler, misalnya kegiatan pesantren kilat, Imtaq Ramadhan, peringatan hari-hari besar Islam, Baksos, sholat jum’at, lomba BTA, dan lain-lain. h. Keterpaduan Pada pembinaan PAI dikembangkan dengan menekankan keterpaduan tiga lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Untuk itu guru PAI perlu mendorong dan memantau kegiatan PAI yang dialami oleh siswanya.74
74
Depdiknas, KBK – PAI … op.cit., hlm. 7-9.