BAB II KOMITE SEKOLAH DAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN
A. Komite Sekolah 1. Pengertian Komite Sekolah Komite Sekolah merupakan sebuah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Untuk penamaan badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Majelis Madrasah, Majelis Sekolah, Komite TK atau nama lain yang disepakati bersama.1 Komite Sekolah berkedudukan di setiap satuan pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak memiliki hubungan hierarki dengan lembaga pemerintah. Tujuan komite sekolah adalah (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan, (2) meningkatkan
tanggung
jawab
dan
peran
masyarakat
dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan (3) menciptakan suasana dan kondisi
1
Hasbullah, Otonomi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm.90.
25
26
transparan, akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan.2 Peran komite sekolah adalah (1) pemberi pertimbangan, (2) pendukung, (3) pengawas, (4) mediator. Keempat peran tersebut bukan peran yang berdiri sendiri, melainkan peran yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Fungsi komite sekolah merupakan penjabaran dari peran komite sekolah tersebut. Artinya satu peran komite sekolah terkait dengan fungsi komite sekolah. Fungsi komite sekolah adalah (1) memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: (a) kebijakan dan program pendidikan, (b) RAPBS, (c) kriteria tenaga kependidikan, (d) kriteria fasilitas pendidikan, dan (e) hal- hal lain yang terkait dengan pandidikan, (2) mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan, (3) menggalang dana masyarakat dalam rangka
pembiayaan
penyelenggaraan
pendidikan,
(4)
mendorong
tumbuhnya perhatian dan komitmen terhadap penyelenggaran yang bermutu,
(5)
melakukan
evaluasi
dan
pengawasan
terhadap
kebijakan,program, penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, (6) melakukan kerjasama dengan masyarakat.3
2
St.Rodliyah, Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Perencanaan Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2013), hlm. 83-84. 3 Sri Reni Pantjastuti, et al.,Komite Sekolah “Sejarah dan Prospeknya di Masa depan” (Yogyakarta: Hikayat Publishing, 2008), hlm. 83.
27
2. Pengertian Paguyuban Istilah Paguyuban (Gemeinschaft) merupakan kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Menurut Ferdinan Tonnes yang dikutip dalam buku Panduan Sosiologi SMA Kelas XI terdapat tiga bentuk gemeinschaft (paguyuban) yaitu sebagai berikut : a.
Geminschaft by Blood (paguyuban karena ikatan darah). Pada paguyuban jenis ikatan di antara anggota-anggota kelompok didasarkan pada ikatan darah atau keturunan. Contohnya keluarga dan kelompok kekerabatan.
b.
Gemeinshaft of Place (paguyuban kerana ikatan tempat) merupakan paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang bertempat tinggal berdekatan sehingga saling menolong. Contohnya : Rukun Tetanggga, Rukun Warga desa di Jawa dan Hula di Batak.
c.
Gemeinschaft of Mind (paguyuban atas dasar ideologi). Paguyuban jenis ini terdiri dari individu-individu yang memilki jiwa dan pikiran yang sama karena ideolog yang sama. Contohnya sekte keagamaan, partai politik dan paguyuban kelas. 4 Paguyuban orang tua adalah Perkumpulan orang tua murid dalam
suatu kelas yang bertujuan untuk membangun, menumbuhkan dan meningkatkan partisipasi , kepedulian dan tanggung jawab orang tua dengan memberikan saran dan masukan dalam upaya peningkatan hasil 4
Yad Mulyadi, et. al., Panduan Sosiologi SMA Kelas XI, (Surabaya : Yudhistira, 2011), hlm. 100-101.
28
belajar siswa. Selain itu paguyuban kelas juga bertujuan menciptakan hubungan yang harmonis antara guru/wali kelas dengan orang tua dan sesama orang tua dalam upaya menumbuhkan rasa kebersamaan diantara sekolah dan orang tua. Menurut Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.5 Sedangkan menurut pasal 4 ayat 6 disebutkan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memperdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta
dalam
penyelenggaraan
dan
pengendalian
mutu
layanan
pendidikan. 6 Pasal 6 ayat ( 2 ) tertulis, setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelanggaraan pendidikan. Untuk memenuhi keikutsertaan masyarakat, telah diterbitkan surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/ U/ 2002 tanggal 2 April 2002 tentang dewan pendidikan dan Komite Sekolah yang mengatur keikutsertaan masyarakat, dalam hal ini orang tua sebagai masyarakat pada tingkat sekolah. 7 Penerapan konsep manajemen berbasis sekolah di Amerika Serikat menurut Edward E. Lawer ternyata dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar. Di lain pihak, manejemen berbasis sekolah (school based 5
Undang- Undang RI No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional , (Bandung : Citra Umbara, 2003), hlm. 10. 6 Ibid., hlm. 8. 7 Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, ( Jakarta : PT Nimas Multima, 2004), hlm. 165.
29
management) menurut Chapman adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk meredesain pengelolaan sekolah, memberikan kekuasaan dan meningkatkan partisipasi sekolah, memperbaiki kinerja sekolah yang mencakup pimpinan sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sehingga sekolah lebih mandiri dan mampu menentukan arah pengembangan sesuai kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Menurut Roger Scott mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah memberikan peluang kepada sekolah dan guru menjadi lebih efektif karena adanya partisipasi dan kepemilikan serta keterlibatan yang tinggi dalam membuat keputusan dengan memanfaatkan sumber dayasumber daya yang ada untuk mengoptimalkan hasil kerja.8 Manajemen berbasis sekolah diartikan sebagai model manajemen yang memberikan otonomi atau kemandirian yang lebih besar kepada sekolah. Keputusan sekolah yang diambil harus melibatkan secara langsung semua warga sekolah, yaitu guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua siswa dan masyarakat yang berhubungan dengan program sekolah. Lebih spesifik lagi manajemen berbasis sekolah bertujuan untuk : (1) menjamin mutu pembelajaran anak didik yang berpijak pada asas pelayanan dan prestasi belajar, (2) meningkatkan kualitas transfer ilmu pengetahuan dan membangun karakter bangsa yang berbudaya, (3) meningkatkan mutu sekolah dengan memantapkan pemberdayaan
8
Ibid.,hlm.130
30
melalui kemandirian, kreativitas, insiatif, dan inovatif dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya sekolah, (4) meningkatkan kepadulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan dengan mengakomodir aspirasi bersama, (5) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah, dan (6) meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang dicapai.9 Pembentukan paguyuban orang tua siswa justru mendukung komite sekolah karena paguyuban ini merupakan paguyuban orang tua siswa dari masing-masing kelas, yang notabenya menjadi representasi dari orang tua siswa yang akan duduk sebagai pengurus atau anggota komite sekolah. Salah satu elemen sekolah adalah orang tua siswa, yang dalam hal ini berasal dari paguyuban orang tua siswa, yang merupakan representasi dari orang tua siswa. Setiap tahun ajaran baru, semua orang tua siswa selalu mengikuti acara pertemuan yang diadakan sekolah. Proses pembentukan paguyuban orang tua siswa dapat dilakukan dengan acara ini, dengan langkah-langkah sebagai berikut :10 a. Setelah acara pertemuan selesai, semua orang tua siswa dari masingmasing kelas dapat mengadakan pertemuan sendiri secara tepat. Minimial mereka akan saling kenal terlebih dahulu. Dengan demikian secara alami biasanya akan muncul beberapa orang tua siswa yang
9
Ibid.,hlm. 129- 143 Suparlan, Membangun sekolah Efektif, (Yogjakarta: Hikayat Publishing, 2008), hlm.
10
213-214.
31
muncul sebagai tokoh dan promotornya (penggerak). Bisa saja terjadi, dalam pertemuan awal telah ini dapat pengurusnya. b. Pertemuan selanjutnya untuk membahas langkah lebih lanjut. Jika dalam pertemuan pertama telah dibentuk kepengurusannya, maka dalam pertemuan ini akan dibahas program jangka pendek dan jangka panjang. c. Agenda pertemuan paguyuban orang tua siswa dapat ditentukan sebulan sekali. Agenda pertemuan ini biasanya terkait dengan pembicaraan mengenai tugas piket untuk hadir ke sekolah, atau untuk membicarakan iuran anggota paguyuban, atau membahas langkah apa yang harus dilakukan untuk membantu orang tua siswa yang masuk dalam kategori tidak mampu. d. Mengadakan agenda pertemuan untuk membuat laporan pertanggung jawaban paguyuban yang akan disampaikan kepada sekolah dan masyarakat. Peran paguyuban orang tua adalah (1) bersama Komite Sekolah merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program Komite Sekolah untuk mendukung peningkatan mutu sekolah dan siswa, (2) mendukung proses dan kegiatan belajar mengajar di kelas dalam wujud pemikiran, tenaga dan finansial, (3) mediator antara orang tua/wali murid dengan wali kelas dan guru. Sedangkan fungsi dari paguyuban kelas adalah (1) menampung aspirasi, ide, tuntutan dari orang tua orang tua
32
terhadap proses belajar mengajar di kelas.(2) mendorong orang tua peduli dan aktif berpartisipasi guna mendukung hasil belajar siswa.11 3. Paguyuban Orang Tua Paguyuban adalah wadah kegiatan orangtua siswa yang dibentuk setiap kelas. Adapun tujuan dibentuknya paguyuban adalah sebagai berikut: (1) Sarana komunikasi antar sekolah, komite sekolah, masyarakat dan orangtua siswa. (2) Membantu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana serta fasilitas yang diperlukan dalam proses KBM. (3) Menjalin kerjasama dengan madrasah dalam mengatasi hambatan-hambatan belajar siswa. (4) Sarana penggalian dan penggalangan dana dari alumni, masyarakat dan pelaku bisnis. Keanggotaan paguyuban terdiri dari satu unsur, yakni orang tua siswa. Dimana masing-masing kelas mempunyai pengurus tersendiri yang disesuaikan dengan kelas anak masing-masing. Jadi orang tua siswa secara otomatis menjadi anggota paguyuban kelas tertentu berdasarkan kelas anaknya, sehingga mereka juga mempunyai tanggungjawab untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi anak-anaknya. Kelompok paguyuban mempunyai dana kas yang didapatkan dari dana komite madrasah. Wewenang yang dimiliki oleh paguyuban hanya sebatas mengelola kelas saja. 12
11
Paguyuban Kelas. “Definisi, Peran, Fungsi Tugas Dan Tanggung Jawab Pakes SD N Sukasari 4 Tangerang periode Tahun Ajaran 2008/2009.” http://paguyuban-kelas.blogspot.com/ diakses tanggal 05 Februari 2014. 12 M.Imam Zamroni.” Model Pengembangan Madrasah Berbasis Pembangunan Berkelanjutan”. http://m.imamzamroni.wordpress.com. Diakses, 2 Oktober 2014.
33
Adapun wewenang yang lebih luas, tingkat madrasah secara keseluruhan, berada komite madrasah, kepala madrasah, dan seluruh jajaran guru. Kebijakan yang menyangkut pengembangan madrasah ditentukan dengan cara musyawarah dengan menghadirkan beberapa kelompok di atas. Secara teori, paguyuban dibentuk sebagai struktur mediasi (mediating structure) masyarakat awam untuk berpartisipasi dalam menyukseskan pendidikan anak-anaknya. Aspirasinya dapat ditampung dalam kelompok sosial atau institusi yang lebih kecil dan kemudian dimusyawarahkan dalam institusi yang lebih besar. Di kalangan masyarakat pedesaan, seperti di Jejeran, eksistensi komite madrasah masih dianggap sebagai kelompok elite yang tidak semua orang dapat menjangkaunya. Hal ini yang menyebabkan munculnya segregasi sosial. Dimana partisipasi masyarakat awam di dunia pendidikan menjadi „tersumbat‟ oleh organisasi besar. Oleh karenanya, dibentuklah paguyuban dan patembayan sebagai ‟tangga‟ partisipasi masyarakat dalam pendidikan anak-anaknya.
Kualitas
partisipasi
masyarakat
dalam
pendidikan
mempunyai peran yang signifikan terhadap kualitas pendidikan.13
13
M.Imam Zamroni.” Model Pengembangan Madrasah Berbasis Berkelanjutan”. http://m.imamzamroni.wordpress.com. Diakses, 2 Oktober 2014.
Pembangunan
34
4. Kegiatan POS (Paguyuban Orang Tua Siswa) Menurut Suparlan, ada beberapa kegiatan POS yang selama ini dapat direkam, misalnya :14 1.
Mengatur piket orang tua siswa yang harus hadir setiap hari disekolah, untuk mendukung guru kelas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Orang tua siswa yang sekaligus akan menjadi penghubung antara guru kelas dengan semua orang tua siswa.
2.
Membantu untuk memenuhi kebutuhan guru kelas, antara lain berupa media dan alat peraga, yang terkait dengan proses pengajaran dan pembelajaran.
3.
Menyampaikan gagasan akan mengadakan kegiatan ekstrakulikuler peserta didik.
4.
Ikut membantu orang tua siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh seorang siswa di kelas yang bersangkutan.
5.
Menjadi representasi orang tua siswa yang akan duduk dalam kepengurusan dan keanggotaan Komite Sekolah.
5. Kendala-Kendala Yang Dihadapi dalam Menjalin Komunikasi dengan Orang Tua Banyak kalangan masyarakat, khususnya orang tua siswa yang masih berpandangan bahwa urusan pendidikan anak-anaknya sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah, utamanya kepala sekolah dan guru. Kebanyakan
14
orang tua
Suparlan, op.cit.,hlm.215.
bertanggung jawab
hanya
sebatas
pada
35
menyediakan biaya sekolah dan memenuhi keperluan sarana pendidikan bagi anaknya. Selain itu, kebanyakan keluarga merasa tidak mengetahui soal-soal pendidikan bagi anak-anaknya, apalagi tentang pengusaan mata pelajaran yang tertuang dalam buku pelajaran anaknya. Sam Redding dalam Booklet International Academy of Education, Beareua of Education, UNESCO bertajuk “Parents and Learning “ yang dikutip dalan buku Membangun Sekolah Efektif disebutkan bahwa keterlibatan orang tua siswa meliputi :15 1.
Parents involvement with their own children.
2.
Involvement with parents of other children, and
3.
Involvement with their children’s school. Dengan kata lain, keterlibatan orang tua siswa dapat dibagi dalam
tiga kategori sebagai berikut :16 1.
Keterlibatan orang tua dengan anak-anaknya sendiri.
2.
Keterlibatan orang tua dengan orang tua dari anak-anak yang lain, dan
3.
Keterlibatan orang tua dengan sekolah tempat semua siswa itu belajar. Menurut Sam Redding yang dikutip oleh Suparlan dalam buku
Membangun Sekolah Efektif mengatakan orang tua siswa seringkali mengahadapi kondisi atau faktor yang menyebabkan keterlibatan orang tua siswa tidak sepenuhnya dapat berlangsung secara optimal:17 1.
Banyak kalangan yang memberikan pemahaman tentang keterlibatan orang tua dengan sempit, seperti hanya sebatas kehadiran orang tua
15
Ibid., hlm.219. Ibid., hlm.220. 17 Ibid.,hlm.220. 16
36
siswa secara formal ke sekolah untuk menghadiri pertemuan, mengambil rapor anaknya,dan sebagainya. 2.
Banyak kalangan khususnya dari pihak sekolah, yang menganggap orang tua siswa yang berpenghasilan rendah tidak akan mampu memberikan dukungan dan bimbingan bagi pendidikan anak-anaknya.
3.
Kurangnya kesiapan para guru untuk dapat memberikan kesempatan kepada orang tua siswa dan terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan.
4.
Kesibukan kerja orang tua siswa sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk dapat membantu sekolah.
5.
Sikap orang tua siswa yang mungkin pernah memiliki pengalaman pahit dengan sekolah sehingga menolak untuk dapat berhubungan dengan sekolah. Lebih lanjut, Sam Redding juga menjelaskan beberapa tipologi
keterlibatan orang tua siswa sebagai berikut :18 1.
Parenting (caring for and nurturing the child). Melakukan peran orang tua (memelihara, membimbing, dan mengikuti anak-anaknya).
2.
Communicating (maintaining a flow of information between parent and school). Berkomunikasi (memelihara satu arus informasi serasi antara orang tua dan sekolah).
3.
Volunteering (helping at the school). Kerelawanan (membantu di sekolah)
18
Ibid., hlm.221.
37
4.
Learning ar home (supporting and supplementing the instruction of the school). Pembelajaran di rumah (memberikan dukungan dan tambahan pelajaran).
5.
Decision-making (part of the school’s decision-making structure). Pengambilan keputusan (bagian dari proses pengambilan keputusan sekolah).
6.
Collaboration with the community at large (represesenting at the school in partnership with other organization). Kolaborasi dengan masyarakat dalam arti luas (mewakili sekolah dalam kerjasama dengan organisasi lain).19
6. Peran Orang Tua Peran adalah tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.20 Sedangkan pengertian orang tua adalah ayah dan ibu. Dan merupakan pusat kehidupan rohaniah sebagai penyebab perkembangan dengan alam luar maka setiap emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tua dipermulaan hidupnya dulu.21 Jadi yang dimaksud peran orang tua adalah tindakan yang dilakukan oleh orang dalam perkembangan dengan alam luar untuk memberikan reaksi pemikiran kepada anak.
19
Ibid., hlm.223. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002), hlm. 86. 21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan edisi ke-3, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001). 20
38
Orang tua atau keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dikenalkan kepada anak atau dapat dikatakan bahwa seorang anak itu mengenal sosial itu pertama-tama di dalam lingkungan keluarga.22 Adanya interaksi antara anggota keluarga yang satu dengan yang lain itu menyebabkan bahwa ia berfungsi sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial, sebagai individu dia harus memenuhi segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini. Salah satu perhatian utama orang tua adalah pendidikan anak. Keberhasilan hasil belajar di sekolah dapat mempengaruhi kebahagiaan dan harga diri anak serta kualitas kelak jika sudah dewasa.23 Orang tua dapat membimbing anak agar dapat belajar di sekolah dengan baik. Bimbingan orang tua mampu mempengaruhi keberhasilan belajar anakanak di sekolah, sebanding dengan IQ anak, bahkan mungkin lebih. Menurut kelompok studi nasional, baik buruknya prestasi belajar anak di sekolah berkaitan erat dengan bimbingan orang tua terhadap anak di rumah. Baik orang tua maupun guru selalu berharap agar anak atau anak didiknya akan mampu berprestasi dan tumbuh serta berkembang secara optimal, partisipasi orang tua di sekolah pada umumnya guna meningkatkan prestasi anak di sekolah. Apabila memiliki program sekolah
22
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang,1976), hlm.51. William Stainback dan Susan Stainback, Bagaimana Membantu Anak Berhasil di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius,1999), hlm. 5. 23
39
yang baik dan orang tua mau membantu pada umumnya guna meningkatkan prestasi dan keterampilan anak akan meningkat.24 Dengan bertambahnya penekanan keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan dewasa ini, tanggung jawab seorang guru semakin luas, tidak hanya di dalam kelas saja. Tingkat minat para orang tua yang makin tinggi mempunyai arti bahwa para guru mendapat kesempatan mengembangkan kebersamaan dengan para orang tua dalam membantu perkembangan pendidikan anak.25 Menurut Morrison yang dikutip oleh Soemiarti Patmonodewo dalam bukunya Pendidikan Anak Pra Sekolah mengemukakan tiga kemungkinan keterlibatan orang tua yaitu :26 a. Orientasi pada tugas : harapan keterlibatan orang tua dalam membantu program sekolah yang berkaitan dengan staf pengajar, staf administrasi, sebagai tutor, melakukan monitoring, membantu mengumpulakn dana, membantu mengawasi anak apabila melakukan kunjungan luar. Bentuk peran serta orang tua tersebut merupakan yang diharapkan guru. Bentuk peran serta yang lain yang termasuk dalam orientasi tugas adalah orang tua membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. b. Orientasi pada proses : mau berpartisipasi dalam kegiatan yang berhubungan dengan proses pendidikan antara lain perencanaan
24
Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
25
William Stainback dan Susan Stainback, op.cit.,hlm. 7. Soemiarti Patmonodewo,op.cit., hlm.125.
hlm 123. 26
40
kurikulum, memilih buku yang diperlukan sekolah, seleksi guru dan membantu menentukan standar tingkah laku yang diharapkan. c. Orientasi pada perkembangan yaitu mengembangkan keterampilan bagi mereka sendiri, anak-anaknya, sekolah, guru, dan keluarga dan pada waktu yang bersamaan meningkatkan peran serta orang tua .27 Berdasarkan tiga bentuk keterlibatan orang tua pada sekolah di atas, dapat dikatakan bentuk keterlibatan yang paling ideal adalah yang mencakup keterlibatan yang berorientasi tugas, proses dan pada perkembangan. Kondisi ini menggambarkan betapa besar pengaruh keluarga terhadap perkembangan keluarga terhadap pengaruh anak, sekaligus merupakan suatu gambaran awal bagi peran orang tua untuk mengembangkan pola hubungan yang dinamis dan serasi dengan anak. Dalam gambaran yang lebih global, Bronson Brook dan Whiteman dalam hasil penelitiannya, mengatakan bahwa sumbangan keluarga bagi perkembangan anak yaitu :28 a. Perasaan aman karena menjadi anggota kelompok yang stabil b. Orang-orang yang dapat diandalkan dalam memenuhi kebutuhannya, fisik dan psikologis. c. Memberi kasih sayang dan penerimaaan, yang tidak terpengaruh oleh apa yang mereka lakukan.
27 28
William Stainback dan Susan Stainback, loc.cit. Suparlan, op.cit.hlm. 222.
41
Peran keluarga menjadi sangat penting ketika dihubungkan dengan kenyataan bahwa keluarga tidak hanya mempengaruhi pengalaman sosial awal, tetapi juga meninggalkan bekas pada sikap sosial dan perilaku. Dengan kata lain, perilaku dan sikap sosial anak mencerminkan perlakuan yang diterimanya di rumah. Peran keluarga terlebih orang tua dan termasuk model pendidikan serta sikap yang diterapkan sangat besar pengaruhnya dalam proses perkembangan anak. Jika sikap orang tua positif, tidak akan ada masalah, tetapi bila sikap orang tua merugikan, anak akan cenderung bertahan mungkin dalam bentuk terselubung dan mempengaruhi hubungan orang tua anak sampai pada dewasa nanti.29 Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya ditengah-tengah ibu dan ayahnya. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya.30 Menurut Oteng Sutisna, menjelaskan pentingnya suatu program hubungan masyarakat yang baik bisa diperlihatkan dengan banyak cara. Di negara kita pendidikan dipandang sebagai “tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Perlunya program hubungan masyarakat dan sekolah telah kita kemukakan, akan tetapi organisasi program serupa itu harus didasari 29 30
Ibid, hlm. 40. Hary Noeraly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Logos, 1992), hlm. 86.
42
sejumlah maksud yang tegas. Berikut adalah beberapa kutipan yang disarankan, diantaranya : 31 a) Untuk mempersatukan orang tua murid dengan guru-guru. Dalam memenuhi kebutuhan anak didik. b) Untuk memberitahu masyarakat tentang sekolah. Dalam hal kegiatan dan rutinitas sekolah. c) Untuk mengerahkan bantuan dan dukungan. Bagi pemeliharaan dan peningkatan program sekolah. Dalam era otonomi pendidikan ini keluarga dan masyarakat bukan lagi pihak yang pasif hanya penerima keputusan-keputusan dalam penyelenggaraan pendidikan. Mereka harus aktif bermain, menentukan pemerintah. dan membuat program bersama sekolah. Menurut Shields yang dikutip oleh Nurkholis dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah ( Teori, Model dan Aplikasi ) menyatakan bahwa reformasi pendidikan harus sampai pada hubungan antara sekolah dengan keluarga dan sekolah dengan masyarakat dengan cara melibatkan secara aktif dalam kegiatankegiatan sekolah baik
yang terkait
langsung dengan
kegiatan
pembelajaran maupun non-instuksional. Orang tua siswa harus menyediakan waktu sebanyak mungkin untuk berkunjung ke sekolah dan ke kelas guna mengontrol pendidikan anaknya. Amat diperlukan diskusi dengan guru dan pembimbing siswa sehingga dapat mengetahui hambatan dan kemajuan yang dialami 31
169-170.
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, (Bandung : Angkasa Bandung.1989), hlm.
43
anaknya. Langkah ini sekaligus bisa mengantisipasi dan mengeliminasi kemungkinan kegagalan pendidikan anaknya di sekolah. Di sisi lain, guru selain pendidik di sekolah juga diajak aktif memantau pendidikan siswa di dalam keluarga. Seperti dikemukakan Clark yang dikutip oleh Nurkholis dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah ( Teori, Model dan Aplikasi bahwa terdapat dua jenis pendekatan untuk mengajak orang dan masyarakat berpartisipasi aktif dalam pendidikan. Pertama, pendekatan school-based dengan cara mengajak orang tua siswa datang ke guru-orang tua dan mengunjungi anaknya yang sedang belajar di sekolah. Kedua, pendekatan home-based, orang tua membantu anaknya belajar di rumah bersama-sama dengan guru yang berkunjung ke rumah.32 Menurut Cheng yang dikutip oleh Nurkholis dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah ( Teori, Model dan Aplikasi) juga mengemukakan bahwa peran orang tua siswa dalam MBS adalah menerima pelayanan yang berkualitas melalui siswa-siswa yang menerima pendidikan yang mereka butuhkan. Peran orang tua sebagai partner dan pendukung. Mereka dapat berpartisipasi dalam proses sekolah, mendidik siswa secara koorporatif, berusaha membantu perkembangan yang sehat kepada sekolah dengan memberi sumbangan sumber daya dan informasi, mendukung dan melindungi sekolah pada saat mengalami kesulitan dan krisis. 32
Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah “ Teori, Model, dan Aplikasi”, (Jakarta : PT. Grafindo, 2006 ), hlm. 125.
44
Keikutsertaan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan memiliki banyak keuntungan, sebagaimana dikemukakan Rhoda yang dikutip oleh Nurkholis dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah ( Teori, Model dan Aplikasi) Pertama, pencapaian akademik dan perkembangan kognitif siswa dapat berkembang secara signifikan. Kedua, orang tua dapat mengetahui perkembangan anaknya dalam proses pendidikan di sekolah. Ketiga, orang tua akan menjadi guru yang baik di rumah dan bisa menerapkan formula-formula positif untuk pendidikan anaknya. Keempat, akhirnya orang tua memiliki sikap dan pandangan positif terhadap sekolah. Sementara itu,
menurut Clark yang dikutip oleh
Nurkholis dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah ( Teori, Model dan Aplikasi ) mengemukakan keuntungan lainnya adalah menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan meningkatkan hubungan yang baik antara orang tua dan anak.33
B. Kualitas Proses Pembelajaran 1. Pengertian Kualitas Proses Pembelajaran Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Menurut Etzioni yang dikutip oleh Hamdani dalam bukunya
Strategi
Belajar Mengajar secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.34 Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik. Sedangkan menurut Uno Hamzah 33 34
Ibid., hlm. 126. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 194.
45
pembelajaran adalah upaya dalam membelajarkan siswa. Jadi kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama proses belajar mengajar berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula.35 2. Kualitas Proses Pembelajaran Menurut Reigeluth dan Merril bahwa kualitas pembelajran dapat di ukur melalui tiga strategi pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran. 36 Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu titik tolak ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Tolak ukur berkualitas atau tidaknya suatu sekolah adalah relatif, karena tolak ukur yang digunakan terus menerus akan senantiasa mengalami perubahan sesuai dengan perubahan tantangan era atau Zaman. Menurut Rohmat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan yaitu ”faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor kurikulum, faktor pembiayaan, dan lain-lain”.37 Yang dimaksud proses pembelajaran di sini adalah efektif tidaknya proses pembelajaran dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari lingkungan dan faktor dari diri peserta didik seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
35
Hamzah B Uno, Model Pembelajaran “ Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif” (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2008), hlm.153. 36 Ibid.,154. 37 Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004), hlm. 20.
46
ketekunan, sosial, ekonomi dan faktor fisik dan psikis serta faktor utama yaitu kemampuan yang dimiliki peserta didik untuk cepat memahami segala sesuatu. Menurut Sabri dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching menyebutkan tiga unsur yang sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kompetensi guru, karakteristik kelas dan karakteristik sekolah.38 1.
Kompetensi guru mempengaruhi kualitas pembelajaran yaitu suatu proses yang terjadinya interaksi antara pendidik dan siswa, salah satu yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah guru (dalam hal ini adalah kompetensi yang dimilikinya). Dengan asumsi, bahwa guru adalah sutradara dan sekaligus aktor dalam proses pembelajaran. Ini tidaklah berarti mengesampingkan variabel lain, yaitu seperti media pembelajaran.
2.
Karakteristik Kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain: a. Besarnya (class size). Artinya, banyak sedikitnya jumlah peserta didik yang mengikuti proses pengajaran. b. Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberi peluang mencapai hasil belajar yang optimal, dibandingan dengan suasana yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas penuh pada guru.
38
2005) 51
Sabri, Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching,( Jakarta :Quantum Teaching,
47
c. Fasilitas dan sumber belajar yang tersedia. Sering kita temukan dalam proses belajar di kelas bahwa guru sebagai sumber belajar satu-satunya. Padahal seharusnya peserta didik diberi kesempatan untuk berperan sebagai sumber belajar dalam proses belajar.39 3.
Karakteristik sekolah, karakteristik sekolah sangat berkaitan erat dengan disiplin (tata tertib) sekolah, media pembelajaran yang dimiliki, letak geografis sekolah, lingkungan sekolah, estetika dan etika dalam arti sekolah memberikan perasaan nyaman, kepuasan peserta didik, bersih, rapi dan memberikan inspirasi. Faktor-faktor tersebut merupakan komponen pendidikan yang satu
diantara yang lain saling berhubungan dan menunjang, karena apabila salah satu diantara unsur tersebut tidak memenuhi standar kualitas pendidikan, maka kemungkinan besar kualitas pembelajaran tidak akan tercapai secara optimal. 3.
Standar Pendidikan Berkualitas Standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran.40 Standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Keterkaitan standar proses dengan standar lainnya, dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia 39
Ibid., hlm.51-52 Mursyid. ”Standar Proses Pendidikan”. http://mursyid.wordpress.com/2014/08/10/ standar-proses-pendidikan, dibuat pada tanggal 10 Agustus 2014. 40
48
No. 19 tahun 2005 tentang standar proses pendidikan nasional, dikatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ada beberapa standar lainnya yang ditetapkan dalam standar nasional yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian.41 Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Komponen-komponen dalam proses pendidikan : a. Perencanaaan proses pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus sebagai pengembangan rencana proses pendidikan yang memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
41
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm 4.
49
b.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap pendidik berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, perkembangan fisik dan psikologis, serta lingkungan peserta didik.[ Pelaksanaan proses pembelajaran ini memenuhi syarat-syarat: 1.
Rombongan belajar Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah: SD/MI : 28 peserta didik
4.
Beban kerja minimal guru a. Beban
kerja
guru
mencakup
kegiatan
pokok
yaitu
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. b. Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada di atas adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
50
c. Buku teks pelajaran 1. Buku
teks
pelajaran
yang
akan
digunakan
oleh
sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku¬-buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri. 2. Buku teks peserta didik adalah 1 per mata pelajaran 3. Buku panduan yang digunakan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya 4. Guru membiasakan peserta didik menggunakan bukubuku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah. d.
Pengelolaan kelas Pengelolaan kelas adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sekondusif mungkin sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.42
e. Penilaian hasil pembelajaran Penilaian dilakukan oleh pendidik terhadap hasil pembelajaran
untuk
mengukur
tingkat
pencapaian
kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki hasil belajar.
42
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, (Jakarta:Rajawali,1992), hlm 28.
51
1. Dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk: Mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, sebagai Bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan Memperbaiki proses pembelajaran . 2. Dilakukan secara: Konsisten, Sistematik , dan Terprogram 3. Menggunakan: tes dan non-tes bentuk tertulis atau lisan , pengamatan kinerja ,pengukuran sikap , penilaian hasil karya (tugas, proyek dan/atau produk) portofolio , dan penilaian diri. f. Pengawasan proses pembelajaran Pengawasan proses pembelajaran meliputi: 1. Pemantauan : Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh penyelenggara program pendidikan, dan/atau dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan. 2. Supervisi: Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi. Kegiatan supervisi dilakukan oleh penyelenggara program pendidikan,
dan/atau
dinas
Kabupaten/Kota
bertanggung jawab di bidang pendidikan.
yang
52
3. Evaluasi: Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup
tahap
perencanaan
proses
pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.
Evaluasi
proses
pembelajaran
diselenggarakan dengan cara: a. Membandingkan dilaksanakan
proses
pendidik
pembelajaran dengan
yang
standar
proses
dalam
proses
pendidikan kesetaraan. b. Mengidentifikasi
kinerja
pendidik
pembelajaran sesuai dengan kompetensi peserta didik. 4.
Pelaporan: Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi
proses
pembelajaran
dilaporkan
kepada
pemangku kepentingan. 5. Tindak lanjut: Penguatan dan penghargaan diberikan kepada pendidik yang telah memenuhi standar. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada pendidik yang belum memenuhi standar. Pendidik diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.43
43
Zainal Al Masri ”Makalah Standar Proses Pendidikan” http://zainalzainalmasri.blogspot.com/2013/11/standar-proses-pendidikan.html diakses 27 Agustus 2014.