BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Teori 1. Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi Berdasarkan Kurikulum 2013 untuk Kelas X SMA a. Kompetensi Inti Setiap kurikulum pasti mempunyai kompetensi. Tidak terkecuali pada Kurikulum 2013 mempunyai kompetensi yang disebut kompetensi inti. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling berkaitan, yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan terdapat pada kompetensi inti 1, sikap sosial terdapat pada kompetensi inti 2, pengetahuan terdapat pada kompetensi inti 3, keterampilan terdapat pada kompetensi inti 4. Mulyasa (2013:174) mengatakan kompetensi inti adalah sebagai berikut. Kompetensi inti adalah operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan dalam satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam kompetensi inti mengandung seluruh cakupan hasil yang didapatkan dari mata pelajaran yang sudah dipelajari. Seluruh cakupan itu merupakan bagian inti dari kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik. Priyatni (2014:9) menguraikan kompetensi inti adalah sebagai berikut:
12
13
Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, KI merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas ke kelas yang di atasnya, sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan serta kelas yang sama, sehingga terjadi proses saling memperkuat. KI dirancang dalam empat kelompok yang saling berkaitan, yaitu berkenan dengan sikap spiritual (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan (kompetensi inti 3), dan keterampilan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dalam pengembangan kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Berdasarkan uraian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada setiap tingkat, kelas, dan program. Depdiknas (2013) menguraikan dalam Kurikulum 2013 terdapat empat kompetensi inti sebagai berikut: (1) menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya; (2) menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dan pergaulan dunia; (3)memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memcahkan masalah, adapun kompetensi inti yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi inti;
14
(4) mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Berdasarkan uraian tersebut, maka kompetensi dasar yang menjadi acuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah KI-4 yaitu: mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
b. Kompetensi Dasar Dalam Kurikulum 2013 juga terdapat kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran yang disebut kompetensi dasar. Kompetensi dasar terbagi menjadi beberapa kelompok. Pengelompokkan kompetensi dasar sesuai dengan keempat kompetensi inti. Menurut Mulyasa (2013:175), “Kompetensi dasar merupakan capaian pembelajaran mata pelajaran untuk mendukung kompetensi inti.” Hal ini sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya yaitu dalam kelompok kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Kompetensi dasar merupakan cakupan dari keempat kompetensi inti. Kompetensi dasar dapat menjadi panutan dalam pembelajaran. Setiap kompetensi dasar harus dicapai agar pembelajaran menjadi maksimal. Kemudian Majid (2014:52) menguraikan kompetensi dasar sebagai berikut.
15
Kompetensi dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi tersebut dikembangkan melalui karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran. Kompetensi dasar dibagi menjadi empat kelompok sesuai dengan pengelompokan kompetensi inti sebagai berikut. 1) Kelompok 1: kelompok kompetensi dasar sikap spiritual dalam rangka menjabarkan KI-1. 2) Kelompok 2: kelompok kompetensi dasar sikap sosial dalam rangka menjabarkan KI-2, 3) Kelompok 3: kelompok kompetensi dasar pengetahuan dalam rangka menjabarkan KI-3, dan 4) Kelompok 4: kelompok kompetensi dasar keterampilan dalam rangka menjabarkan KI-4. Berdasarkan uraian tersebut, kompetensi dasar dikelompokkan menjadi empat bagian sesuai dengan kompetensi inti, bagian-bagian itu antara lain dari aspek sikap, sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi dasar dari uraian kompetensi inti biasanya terdapat empat hingga lima dalam satu kompetensi inti. Pada kelas X misalnya, kompetensi dasar untuk KI-1 terdapat tiga kompetensi dasar, untuk KI-2 terdapat lima kompetensi dasar, untuk KI-3 terdapat empat kompetensi dasar, dan untuk KI-4 terdapat lima kompetensi dasar. Sejalan dengan itu, menurut Rusman (2010:6) “Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.” Perumusan indikator dalam kompetensi dasar diperlukan untuk mengukur kemampuan yang harus dikuasai peserta didik. Berdasarkan uraian tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh peserta didik melalui pembelajaran. Kompetensi dasar
16
yang menjadi acuan penulis dalam penelitian ini yaitu: “Memproduksi teks negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan”. c. Alokasi Waktu Belajar sebenarnya tidak dapat diukur dengan waktu. Jika hendak dihitung maka seumur hidup dapat digunakan untuk belajar. Namun alokasi waktu dalam pembelajaran di sekolah perlu diperhitungkan. Perlunya alokasi watu tersebut diperhitungkan agar pembelajaran berlangsung maksimal. Mulyasa (2013:206) berpendapat bahwa alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar dilakukan dengan memperhatikan jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya. Pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari waktu dan jam yang disesuaikan. Karena sekolah merupakan rumah kedua bagi siswa untuk mendapatkan pendidikan. Maka dari itu, alokasi waktu dihitung berdasarkan tingkat kesulitan pembelajaran serta tingkat kepentingan pembelajaran tersebut. Kemudian Majid (2014:216) berpendapat bahwa alokasi waktu adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk ketercapaian suatu kompetensi dasar tertentu dengan memperhatikan: 1) minggu efektif per semester; 2) alokasi waktu mata pelajaran per minggu; dan 3) jumlah kompetensi per semester.
17
Alokasi waktu dihitung dengan memerhatikan minggu efektif per semester, alokasi waktu pembelajaran, jumlah kompetensi yang akan dicapai per semester. Oleh karena itu, menghitung alokasi waktu harus benar-benar diperhitungkan dengan baik, sebab jika waktu melebihi batas, kompetensi yang dicapai tidak sempurna. Sejalan dengan itu, Rusman (2010:6) mengemukakan “Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian kompetensi dasar dan beban belajar.” Untuk itu, alokasi waktu dapat ditentukan sesuai dengan jenjang atau tingkat kesulitan belajar. Semakin sulit pembelajaran, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk mencapai pembelajaran tersebut. Berdasarkan uraian-uraian tersebut penulis mulai menghitung alokasi waktu yang tepat untuk pembelajaran memproduksi teks negosiasi. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran memproduksi teks negosiasi yaitu 3x45 menit.
2. Memproduksi Teks Negosiasi a. Pengertian Memproduksi Teks Negosiasi Pada Kurikulum 2013 terdapat beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran. Salah satu kompetensi tersebut adalah memproduksi teks negosiasi. Memproduksi teks negosiasi terdapat di KI-4 khususnya KD. 4.2. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1103), memproduksi adalah “Menghasilkan atau mengeluarkan hasil”. Jika dikaitkan dengan keempat
18
keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, maka dari keempat keterampilan tersebut memproduksi berkaitan dengan keterampilan menulis. Berdasarkan
pengertian
memproduksi
tersebut
maka
penulis
menyimpulkan memproduksi berarti suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu. Dalam hal ini, menghasilkan sesuatu berarti menghasilkan sebuah karya atau karangan berupa sebuah teks. Dalam keterampilan menulis Tarigan (2008:3), mengatakan “Menulis merupakan
suatu
keterampilan
berbahasa
yang
dipergunakan
untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.” Pendapat tersebut menunjukkan bahwa selain berbicara, tulisan pun sangat penting dalam berkomunikasi sehingga maksud tulisan dapat disampaikan. Berdasarkan uraian tersebut telah dijabarkan definisi dari memproduksi serta menulis. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa memproduksi berarti menghasilkan sebuah produk atau karya dalam bentuk tulisan. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai negosiasi untuk memperjelas pengertian dari memproduksi teks negosiasi. Kemendikbud (2013:134) “Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi mencapai kesepakatan diantara dua belah pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda.” Memproduksi teks negosiasi adalah suatu cara atau proses pembelajaran aktif yang dilakukan untuk menghasilkan teks negosiasi. Adapun contohnya dengan menggunakan metode atau strategi tertentu agar siswa
19
mampu menghasilkan sebuah teks negosiasi dengan baik dan benar. Pembelajaran memproduksi teks negosiasi merupakan salah satu materi yang terdapat di SMA/SMK kelas X semester 2. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa memproduksi teks negosiasi adalah membuat sebuah teks yang berisi tentang tawar menawar untuk mencapai kesepakatan antara dua pihak. Memproduksi teks negosiasi akan dilakukan pada siswa kelas X SMA Kartika XIX-1 Bandung di semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.
b. Langkah-Langkah Memproduksi Teks Negosiasi Dalam kegiatan memproduksi teks, terdapat langkah-langkah yang secara runtun harus dilakukan.
Langkah-langkah diperlukan dalam menulis sebuah
karya. Adapun gunanya adalah untuk memudahkan peserta didik dalam menulis. Dengan mengikuti langkah-langkah maka secara bertahap peserta didik akan menyelesaikan tulisan yang sesuai prosedur. Kosasih (2014:98) mengungkapkan bahwa perlunya melakukan sejumlah persiapan agar proses negosiasi berlangsung dengan baik untuk mendapatkan hasil sesuai dengan harapan. Adapun langkah-langkah yang harus dipersiapkan tersebut antara lain: 1) menentukan tujuan negosiasi, 2) menentukan pihak yang perlu dihubungi, 3) memilih strategi yang efektif untuk menghadapi mitra atau lawan bicara, 4) memikirkan alasan yang rasional agar dapat meyakinkan mitra bicara untuk kepentingan tersebut.
20
Persiapan yang diungkapkan oleh Kosasih dilakukan secara bertahap. Tahapan dari mulai menentukan tujuan negosiasi hingga memikirkan alasan agar mitra bicara merasa yakin. Oleh karena itu, poin-point tersebut perlu dipersiapkan dengan matang untuk menghasilkan negosiasi yang baik. Sejalan dengan itu, Kemendikbud (2013:135) mengemukakan langkahlangkah tindakan yang dilakukan agar negosiasi berjalan dengan lancar. Tindakan tersebut adalah: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
mengajak untuk membuat kesepakatan, memberikan alasan mengapa harus ada kesepakatan, membandingkan beberapa pilihan, memperjelas dan menguji pandangan yang dikemukakan, mengevaluasi kekuatan dan komitmen bersama, menetapkan dan menegaskan kembali tujuan negosiasi.
Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan negosiasi ada baiknya menyiapkan sejumlah persiapan yang matang setelah itu melakukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan dalam bernegosiasi agar negosiasi dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, penulis mengemukakan langkah-langkah memproduksi teks negosiasi adalah sebagai berikut. 1) menentukan judul teks negosiasi; 2) menentukan tujuan teks negosiasi yang akan dikembangkan; 3) menyusun kerangka teks negosiasi berdasarkan struktur yaitu orientasi, pengajuan, penwaran, persetujuan, penutup. 4) menuliskan teks negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik struktur teks negosiasi yang baik.
21
3. Teks Negosiasi a. Pengertian Teks Negosiasi Seni bernegosiasi pada umumnya sering dilakukan tanpa disadari. Namun jika negosiasi itu dituangkan ke dalam bentuk tulisan, maka negosiasi itu berubah menjadi teks negosiasi. Teks negosiasi yang baik adalah teks yang mengikuti aturan-aturan penulisannya. Menurut Tim Depdiknas (2008:1422), “Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang atau kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau ulasan serta bahan tertulis untuk memberikan pelajaran.” Pada dasarnya setiap yang tertulis merupakan teks, terlebih jika tulisan yang ditulis mengikuti aturan yang baik. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa naskah yang berisi ulasan atau ditulis berdasarkan sendiri maupun disertai pendapat orang lain guna memberikan pelajaran disebut teks. Selain teks, berikutnya adalah pengertian negosiasi. Tim Depdiknas (2008:957), “Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok/organisasi) yang lain atau penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihak yang bersengketa.” Persengketaan biasanya diselesaikan oleh musyawarah terlebih dahulu. Proses tawar menawar merupakan ciri dari negosiasi. Perbedaan tujuan menjadi dasar untuk melakukan negosiasi. Perbedaan tersebut kemudian dilurkn menjadi kesepakatan hingga kedua belah pihak merasa diuntungkan.
22
Kemudian menurut Kosasih (2014:86), “Negosiasi yakni bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan di antara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan berbeda”. Pada dasarnya negosiasi dilakukan antar dua kepentingan untuk mencapai tujuan yang sama. Pada kegiatan sehari-hari negosiasi biasa digunakan untuk menawar sesuatu yang diinginkan hingga tercapai keinginan yang sesuai dengan harapan. Negosiasi sehari-hari bersifat begitu sederhana, hingga siapapun dapat melakukannya. Mencapai kesepakatan dari dua kepentingan yang berbeda dapat dikatakan negosiasi. Sejalan dengan itu, Tim Kemetrian dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013:134) mengatakan negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencapai kesepakatan diantara pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda. Pihak-pihak tersebut berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan cara yang baik tanpa merugikan salah satu pihak. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa teks negosiasi adalah teks yang berisikan tentang bentuk interaksi sosial untuk memusyawarahkan keinginan yang berbeda atau bertentangan antara satu pihak dengan pihak lain hingga memeroleh suatu kesepakatan.
b. Struktur Teks Negosiasi Struktur merupakan hal penting untuk menulis suatu teks. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (offline) “struktur adalah 1 cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan; 2 yang disusun dengan pola tertentu; 3 pengaturan
23
unsur atau bagian suatu benda; 4 ketentuan unsur-unsur dari suatu benda.” Oleh karena itu, dalam menulis struktur harus diperhatikan agar tulisan dapat tersusun menjadi teks yang utuh. Perlu diketahui bahwa setiap struktur harus tersusun menurut urutannya, karena jika tidak tersusun maka tidak dapat dikatakan sebagai struktur. Dalam teks negosiasi terdapat struktur. Struktur yang membangun teks negosiasi agar dapat menjadi sebuah kesatuan teks yang utuh. Struktur teks negosiasi ada beberapa versi. Kosasih (2014:90) mengungkapkan bahwa struktur teks negosiasi dibentuk oleh tiga bagian yakni pembukaan, isi, dan penutup. Kosasih juga mengemukakan struktur teks negosiasi yang lain yaitu: 1) Negosiator 1 menyampaikan maksudnya. 2) Pihak mitra bicara menyanggah dengan alasan tertentu. 3) Negosiator 1 mengemukakan argumentasi untuk mempertahankan tujuan awalnya agar disetujui oleh negosiator 2. 4) Negosiator 2 kembali mengemukakan penolakan dengan alasan tertentu pula. 5) Terjadinya kesepakatan atau ketidaksepakatan. Dari kedua struktur yang dikemukakan oleh Kosasih tersebut terlihat adanya perbedaan antara struktur pertama dengan struktur kedua. Struktur pertama lebih sederhana dan lebih mudah dipahami oleh siswa, sedangkan struktur kedua terlihat lebih kompleks dan sulit diterapkan. Sejalan dengan itu, Kemendikbud (2013) mengemukakan bahwa struktur teks negosiasi terbagi menjadi dua bagian, yaitu struktur teks sederhana dan struktur teks kompleks. Dari kedua struktur teks tersebut dibagi menjadi beberapa
24
bagian yaitu struktur sederhana di antaranya 1) pembukaan, pada bagian ini adalah awal dari pembukan suatu pembicaraan; 2) isi, dalam teks negosiasi ini harus jelas inti dari pembicaraan tersebut; dan 3) penutup, bagian penutup merupakan hasil yang sudah mencapai kesepakatan antara kedua belah pihak. Kedua struktur teks yang kompleks diantara adalah sebagai berikut. 1) Orientasi. Orientasi merupakan awal pembicaraan saling sapa antara kedua belah pihak. 2) Pengajuan berisi hal-hal yang berupa keinginan atau keperluan yang diinginkan. 3) Penawaran. Dari bagian ini merupakan perbedaan pendapat kedua belah pihak. 4) Persetujuan. Dari hasil perbedaan pendapat kedua belah pihak memecahkan suatu kesepakatan. 5) Penutup. Hasil tersebut diakhiri dengan salam. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat adanya persamaan antara kedua pendapat tersebut. Bahwa struktur teks negosiasi secara umum sebenarnya dibentuk oleh pembukaan, isi, dan penutup. Struktur yang kedua terlihat lebih kompleks karena tahap per tahap terlihat begitu jelas. Oleh karena itu, struktur kedua lebih mengarah pada tema pengajuan usulan. Dari simpulan tersebut, penulis menetapkan struktur teks negosiasi yang akan dijadikan acuan adalah struktur teks negosiasi bertema pengajuan usulan yakni orientasi, pengajuan, penawaran, persetujuan, penutup. Penulis memilih
25
struktur tersebut karena konsep yang akan ditentukan adalah negosiasi untuk pengajuan atau kesepakatan pihak bank bukan jual-beli.
c. Ciri-Ciri Kebahasaan Teks Negosiasi Ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan merupakan bahasa-bahasa yang sering muncul dalam suatu teks. Bahasa-bahasa tersebut kemudian menjadi ciri atau penanda bahwa bahasa-bahasa yang muncul merupakan bahasa dari teks apa. Semua jenis teks memiliki ciri-ciri kebahasaan, begitupun dengan teks negosiasi. Menurut Kosasih (2014:93-94), kaidah kebahasaan teks negosiasi ditandai oleh: 1) Keberadaan kalimat berita, tanya, dan perintah yang hampir berimbang. 2) Banyak menggunakan kalimat yang menyatakan keinginan atau harapan. 3) Banyak menggunakan kalimat bersyarat, yakni kalimat yang ditandai dengan kata-kata jika, bila, kalau, seandainya, apabila. 4) Banyak menggunakan konjungsi penyebab (kausalitas) untuk memperjelas alasan atau argumen seperti karena, sebab, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga, akibatnya. Sedangkan menurut Windiarto (2015) yang diakses pada 23 Januari 2016 dalam Pelajaranbahasaindonesia.com/2015/08/20/teks-negosiasi/), ciri kebahasaan teks negosiasi adalah sebagai berikut. 1) menggunakan bahasa yang santun; 2) terdapat ungkapan yang bersifat persuasif (membujuk, mengajak); 3) kadang kala ada juga bahasa yang bersifat memerintah, memaksa; dan 4) adanya pasangan tuturan atau partisipan. Dari pendapat tersebut, sebenarnya negosiasi bersifat persuasif atau membujuk dan santun agar pihak yang diminta persetujuannya dapat menerima
26
dengan baik. Oleh karena itu, ciri kebahasaan dapat menandakan bahwa teks yang dibaca adalah teks negosiasi. Secara umum negosiasi juga terdapat ciri-cirinya bukan hanya ciri kebahasaannya saja. Kemendikbud (2013:140) menguraikan ciri-ciri umu teks negosiasi sebagai berikut. Ciri-ciri umum teks negosiasi apabila dilihat dari segi isinya sebagai berikut: 1) Negosiasi menghasilkan kesepakatan; 2) Negosiasi menghasilkan keputusan yang saling menguntungkan; 3) Negosiasi merupakan sarana untuk mencari penyelesaian 4) Negosiasi mengarah pada tujuan praktis; dan 5) Negosiasi memrioritaskan kepentingan bersama. Berdasarkan pendapat tersebut, sebenarnya negosiasi dilakukan untuk mendapatkan persetujuan atau mencapai kesepakatan yang didasari kesamaan persepsi dan saling pengertian. Selain itu, negosiasi dilakukan untuk mencapai kondisi saling menguntungkan agar masing-masing pihak merasa senang. Ciri-ciri umum teks negosiasi dapat dilihat dari segi isi, yakni dapat menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan antara pihak pertama dan pihak kedua. Oleh karena itu, negosiasi dapat dikenali dari ciri-cirinya antara lain dari ciri kebahasaannya maupun ciri-ciri negosiasi secara umum.
4. Metode Sugestopedia a. Pengertian Metode Sugestopedia Metode Sugestopedia sering juga disebut sebagai metode Lazonov karena pertama kali dikembangkan oleh seorang pendidik, psikoterapi, dan ahli fisika,
27
Georgi Lozonov. Metode sugestopedia dikenal karena penggabungan seni musik pada pembelajaran yang akan dilaksanakan agar siswa merasa nyaman. Menurut Tarigan (2009:87), “Metode Lazonov yang didasarkan pada berbagai disiplin, seperti yoga, musik klasik, parapsikologi, dan terapi otogenik ini, menurut dugaan dapat meningkatkan percepatan pembelajaran pembelajaran 5 sampai 50 kali dari yang biasa”. Sugestopedia berupaya memberikan bagaimana caranya perhatian dimanipulasikan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan ingatan. Pemberian musik dalam pembelajaran akan menciptakan rasa nyaman pada siswa. Sebagian besar siswa merasa lebih senang ketika belajar dengan musik yang menghanyutkan. Oleh karena itu, metode sugestopedia begitu terkenal oleh seni musiknya. Tarigan (2009:90) mengatakan bahwa suatu ciri sugestopedia yang paling menonjol dan mencolok mata adalah sentralitas atau pemusatan musik dan ritme musik bagi pembelajaran, maka dari itu sugestopedia mempunyai tali kekerabatan dengan penggunaan musik fungsional lainnya khususnya terapi. Sebagian besar siswa merasa terpaksa dalam mengikuti setiap proses pembelajaran. Siswa juga sering merasa bahwa dirinya tidak akan berhasil mencapai pembelajaran secara utuh. Maka dari itu, sugestopedia dapat memberikan rasa nyaman dan rileks kepada para siswa dalam pembelajaran sehingga tidak ada rasa bosan dan keterpaksaan dalam menjalankan proses pembelajaran. Dengan demikian, sugestopedia melalui guru berusaha membantu menanggulangi berbagai hambatan yang siswa miliki.
28
b. Langkah-langkah Metode Sugestopedia Langkah-langkah sebuah metode diperlukan untuk mengetahui proses tahap per tahap yang akan dilakukan dalam penelitian. Dalam melakukan kegiatan pembelajaran, langkah-langkah metode sugestopedia ini akan dimasukkan ke RPP sehingga ada penyesuaian antara kegiatan pembelajaran dengan metode sugestopedia. Prosedur kelas sugestopedia menurut Bancroft dalam Tarigan (2009:108) adalah sebagai berikut. 1. Bagian pertama: oral review section (bagian tinjauan lisan). 2. Bagian kedua: penyajian dan pendiskusian bahan baru; pola pembelajarannya dan penggunaannya diperhatikan dengan cermat (fiksasi, reproduksi, dan produksi kreatif baru). 3. Bagian ketiga: samadi dan penayangan musik. Bagian ini merupakan ciri khas yang membuat metode sugestopedia sangat terkenal. Dalam prosedur yang dikemukakan oleh Bancroft, ketiga tahapan tersebut dilakukan secara bertahap. Alunan musik yang menjadi ciri khas metode ini ditempatkan pada tahapan terakhir sehingga ketika siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru tidak dilakukan secara terpaksa. Gritton dan Bordon (Tarigan, 2009:140) mengemukakan bahwa dalam melakukan pembelajaran menggunakan sugestopedia
latihan-latihan perlu
dilakukan untuk kesantaian adalah latihan persantaian fisik dan latihan penenangan pikiran. Hal tersebut dilakukan guna menenangkan sejenak pikiran siswa tentang pelajaran yang begitu sulit dan berat.
29
B. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Hasil penelitian terdahulu bertujuan untuk mengomparasikan penelitian yang dilaksanakan penulis dengan penelitian terdahulu. Penulis lain dalam penelitiannya menggunakan judul “Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi dengan Menggunakan Model Modelling The Way pada Siswa Kelas X SMAN 1 Ciwidey Tahun Pelajaran 2013/2014” yang ditulis oleh Ria Agnesia. Penelitian lainnya dilakukan oleh Diana Fitri H.,S.Pd. ia melakukan penelitian pada tahun 2015 dengan judul skripsi “Pembelajaran Menyunting Kaidah Kebahasaan Teks Negosiasi dengan Menggunakan Metode Cooperative Learning pada Siswa Kelas X IIS 2 SMAN 1 Parompong Tahun Pelajaran 2014/2015”. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ria Agnesia, Diana Fitri dan penelitian yang akan penulis lakukan, maka dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu No.
Nama
Judul
Peneliti/
Tempat
Pendekatan
Hasil
Penelitian
& Analisis
Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Tahun 1.
Ria
Pembelajaran
SMAN 1 Pendekatan
Penelitian
a. Mengguna- a. Metode
Agnesia
Memproduksi
Ciwidey
Kuantitatif
berhasil
kan kata
yang
Teks
jenis pre-
karena
kerja mem-
digunakan
Negosiasi
experimenta
siswa kelas
produksi.
adalah
dengan
l design
X mampu
b. Mengguna-
Modelling
Menggunakan
mempro-
kan teks
The Way,
Model
duksi teks
negosiasi
sedangkan
Modelling
negosiasi
sebagai
penuis
30
The Way pada
dengan
materi.
mengguna
Siswa Kelas
nilai rata-
-kan
X SMAN 1
rata pretes
metode
Ciwidey
40,72 dan
Sugesto-
Tahun
nilai rata-
pedia.
Pelajaran
rata postes
b. Tempat
2013/2014
74,44
dilakukan
dengan
-nya
selisih nilai
penelitian.
33,72 atau setara dengan 13,5%. 2.
Diana
Pembelajaran
SMAN 1 Pendekatan
Penelitian
Pembelajaran Kompetensi
Fitri
Menyunting
Parompon
Kuantitatif
berhasil
yang diteliti
yang diteliti
H.,S. Pd.
Kaidah
g
jenis pre-
karena
sama, yaitu
penulis yaitu
Kebahasaan
experimenta
siswa kelas
mengguna-
memproduk-
Teks
l design
X mampu
kan
si teks
Negosiasi
menyun-
pembelajaran negosiasi,
dengan
ting teks
mengenai
sedangkan
Menggunakan
negosiasi
teks
penelitian
Metode
dengan
negosiasi.
terdahulu
Cooperative
nilai rata-
mengenai
Learning
rata pretest
menyunting
Pada Siswa
yaitu 4,5,
kaidah
Kelas X IIS 2
sedangkan
kebahasaan
SMAN 1
nilai rata-
teks
Parompong
rata
negosiasi.
Tahun
posttest
Pelajaran
8,6.
2014/2015
31
C. Kerangka Pemikiran
Kondisi Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas X
AWAL
Siswa sulit
Guru menggunakan
merangkai kata-kata
metode
hingga menjadi
pembelajaran yang
sebuah teks yang
kurang bervariasi.
utuh.
TINDAKAN
Siswa diberi motivasi dalam memproduksi teks, khususnya teks negosiasi.
Penggunaan metode pembelajaran yang menarik yaitu dengan metode sugestopedia.
AKHIR Melalui pembelajaran dengan menggunakan metode sugestopedia yang menyenangkan dapat meningkatkan semangat dan hasil belajar siswa.
Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi dengan Menggunakan Metode Sugestopedia pada Siswa Kelas X SMA Kartika XIX-1 Bandung Tahun Pelajaran 2015/2016
32
D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Asumsi menjadi dasar berpijak bagi penyelesaian masalah yang diteliti. Anggapan dasar terhadap penelitian merupakan dasar untuk menuju ke hipotesis. Oleh karena itu, penulis mempunyai anggapan dasar sebagai berikut. a. Penulis telah mengikuti perkuliahan MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), di antaranya: Pancasila, Peng Ling Sos Bud Tek, Intermediate English
For
Education,
Pendidikan
Agama
Islam,
Pendidikan
Kewarganegaraan; MKKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Kepribadian); Teori Sastra Indonesia, Teori dan Praktik Menyimak, Teori dan Praktik Komunikasi Lisan; MKKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya); Pengantar Pendidikan, Psikologi Pendidikan, Profesi Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran; MKPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) KKN, PPL 1 (microteaching), PPL 2 dan sudah dinyatakan lulus sebanyak 145 SKS. b. Pembelajaran memproduksi teks negosiasi merupakan pembelajaran dalam kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Indonesia untuk SMA/SMK kelas X semester 2. c. Metode sugestopedia adalah penerapan telah sugesti pedagogi yang dikembangkan untuk menolong para siswa menghilangkan perasaan bahwa mereka tidak akan berhasil. Berdasarkan uraian tentang asumsi tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa asumsi diperlukan sebagai pegangan dasar untuk melakukan penelitian.
33
Oleh karena itu, anggapan dasar peneliti terhadap penelitian ini bahwa penulis telah memenuhi perkuliahan sebagai syarat untuk melakukan penelitian. 2. Hipotesis Setiap penelitian kuantitatif mengharuskan adanya rumusan hipotesis. Hipotesis dikembangkan dari rumusan masalah. Menurut Sugiyono (2014:96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Rumusan hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut. a. Penulis mampu merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran memproduksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA Kartika XIX-1 Bandung tahun pelajaran 2015/2016. b. Siswa kelas X SMA Kartika XIX-1 Bandung mampu memproduksi teks negosiasi yang koheren sesuai dengan karakteristik struktur teks negosiasi. c. Metode sugestopedia efektif digunakan dalam memproduksi teks negosiasi pada siswa kelas X SMA Kartika XIX-1 Bandung tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan uraian tentang hipotesis tersebut, maka hipotesis perlu diuji kebenarannya untuk mengetahui tingkat keberhasilan penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, hipotesis yang diuraikan nantinya dapat dibuktikan dengan tepat.