BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Diagnosis Menurut Muhibin Syah (1995:174) bahwa: Sebelum menetapkan pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, maka perlu melakukan terlebih dahulu identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut, upaya seperti ini yang disebut dengan diagnosis yang bertujuan untuk menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa. Diagnosis, merupakan istilah teknis (terminology) yang di adopsi dari bidang medis, menurut Thorndike dan Hagen dalam Abin S.M (2002:307) diagnosis dapat di artikan sebagai: 1) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang di alami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya. 2) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial. 3) Keputusan yang di capai setelah dilakukan suatu studi yang seksama atas gejala-gejala atau fakta tentang suatu hal. Dari ketiga pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implinsit. Dengan demikian, didalam pekerjaan diagnosis bukan hanya sekedar mengidentifikasikan jenis dan karakteristiknya, serta latarbelakang
6
dari suatu kelemahan atau penyakit tertentuh, melainkan juga mengimpilkasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan pemecahannya. Menurut M.Dalyono (2010 : 252-253) bahwa: “diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolaan data”. diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut: 1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak baik kesulitan belajar berat maupun ringannya. 2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebap kesulitan belajar. 3) Keputusan mengenai faktor utama penyebap kesulitan belajar dan sebagainya, Dalam rangka diagnosis ini biasanya diperlukan bantuan tanaga ahli, misalnya: 1) Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak 2) Psikolog, untuk mengetahui tentang IQ anak. 3) Psikiater, untuk mengatahui kejiwaan anak. 4) Social Worker, untuk mengetahui kelaianan sosial yang mungkin dialami anak. 5) Ortopedago, untuk mengetahui kelaianan – kelaianan yang ada pada anak. 6) Guru Kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama disekolah.
7
7) Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak dirumah, dan sebagainya tergantung pada kebutuhan. Dalam prakteknya, tidak semua tenaga ahli tersebut selalu harus secara bersama-sama digunakan dalam setiap proses diagnosis, melainkan tergantung kepada kebutuhan atau kesulitan beljar seperti apa yang dialami siswa dan juga kemampuan tentuhnya. Dari beberapa teori yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. Sedangkan diagnosis pada pembelajaran adalah diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, yang disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan keluar untuk memecahkan masalah tersebut.
2.1.2 Belajar Menurut Mulyono Abdurrahman (2012:19) bahwa: “pengertian belajar adalah merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar, yaitu suatu perubahan perilaku yang relative menetap” . Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
8
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengelamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya”.
(http://umanradieta.blogspot.com) di akses tanggal 24 April 2013 pukul 14.00 Menurut Sardiman (2011:26-28) adalah: Pengertian belajar adalah pertama untuk mendaptkan pengetahuan, yang di tandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan, dengan kata lain tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, kedua penanaman konsep dan ketrampilan dan ketiga pembentukan sikap dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati,untuk ini dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir. Menurut Margaret Gredler, (1994) bahwa: Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Sehingga peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik. (http://www.herrystw.wordpress.com/2011) pukul 08.12
diakses pada 23 Mei 2013
Menurut Riberu,(1982) bahwa : Belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan salah satu pola lajkuatau memperbaiki salah satu pola laku yang telah dikuasainya. Belajar bisa berarti berkenalan dengan atau memperbaiki pemikiran, berkenalan dengan atau memperbaiki turturan bicara, berkenalan dengan atau memperbaiki tindakan/kegiatan. (http://www.herrystw.wordpress.com/2011) diakses pada 23 Mei 2013 pukul 08.12
Menurut Skinner (2002:9) bahwa: Belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar responnya menurun,
9
dalam belajar ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajaran. (http://www.herrystw.wordpress.com/2011) diakses pada 23 Mei 2013 pukul 08.12
Dari beberapa pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan sekitanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku setelah belajar. 2.1.3 Kesulitan Belajar Menurut M. Dalyono ( 2010 : 229 ) bahwa: “kesulitan belajar ini tidak selalu disebapkan karena factor inteligensi yang rendah, akan tetapi dapat juga disebapkan oleh factor-faktor non inteligensi. dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar”. Berikut 4 macam kesulitan belajar menurut M. Dalyono (2010: 230): 1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar:
Ada yang berat,
Ada yang sedang.
2. Dilihat dari bidang studi yang dipelajari:
Ada yang sebagian bidang studi; dan
Ada yang keseluruhan bidang studi.
3. Dilihat dari sifat kesulitannya:
Ada yang sifatnya permanen/menetap; dan
Ada yang sifatnya hanya sementara
10
4. Dilihat dari segi factor penyebapnya:
Ada yang karena factor inteligensi; dan
Ada yang karena factor non inteligensi.
Menurut The National Advisory Committee on Handicapped Children yang di kutip oleh Hallahan, et.al dalam Mulyono Abdurrahman (2009:6) bahwa: Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, ucapan, dan tingka laku. Gangguan tersebut mungkin menampakan diri dalam bentuk kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Menurut Warkitri ddk. (1990 : 83) bahwa: Kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh dan individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya. Menurut Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4–5) bahwa: Kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses belajarnya.
2.1.4 Faktor –faktor penyebap kesulitan belajar Menurut Muhibin Syah (1995:173) bahwa: Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya begitu jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajar pada siswa atau anak didik. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan adanya kelainan perilku terhadap siswa (Misbihavior) seperti kesukan berteriak-teriak didalam kelas, bergurau dengan
11
temen ketika guru menjelaskan didalam kelas, berkelahi, sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran ketika jam masuk sekolah.
Oleh karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada sitiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalahmasalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar dan secara garis besar timbulnya kesulitan dalam belajar terdiri atas macam yaitu: 1.Faktor internal siswa, yaitu keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa 2. Faktor eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang muncul dari luar diri siswa. Menurut Abin S.M. (2002 : 325-326) bahwa: “faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan. Menurut M. Dalyono (2010: 230) faktor-faktor penyebap kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu: 1) Faktor Intern ( factor dari dalam diri manusia itu sendiri) yaitu meliputi: Faktor Psiologis Faktor psikologis 2) Faktor ekstern (dari luar diri manusia) meliputi: Faktor non sosial Faktor sosial 1. Faktor Intern (dari dalam diri siswa ) 1. Sebap yang bersifat fisik.
12
1) Karena sakit Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah, akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan keotak. Lebih–lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelejarannya. Maka secara diagnosis bahwa penyebap prestasinya rendah diakibatkan karena ketinggalan mata pelajaran sehingga agak sulit baginya untuk menyesuaikan dengan temantemannya. 2) Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebap ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelolah, menginterprestasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya. Perintah dari otak yang langsung kepada saraf motoris yang berupa ucapan, tuisan , hasil pemikiran menjadi lemah juga. Maka secra diagnosis bahwa seorang guru harus memahami siswa tersebut dengan memberikannya waktu istrahat. 2. Sebap karena cacat tubuh
13
1)Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor. Bagi anak yang kurang mendengar, mereka ditempatkan pada deretan paling depan agar suara guru masih keras didengar. Secara diagnosis anak yang kurang pendengarannya disebelah kiri harus duduk pada meja sebelah kiri dan anak yang kurang pendengaran sebelah kanan harus duduk pada meja sebelah kanan, agar telinga mereka dapat berfungsi dengan baik, dengan cara ini mereka dapat mendengarkan suara guru dan temannya. 2) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta,tuli, bisu, hilang tangannya dan kakinya. Anak yang kurang penglihatannya/misalnya rabun jauh atau rabun dekat, maka secara diagnosis rabun jauh diletakan pada meja paling depan dan rabun dekat diletakan pada meja paling belakang agar mereka dapat melihat tulisan dan bagan, pada papan tulis.kepada siswa yang mengalami masalah seperti ini harus lebih diperhatikan guru karena mereka pasti akan mengalami kesulitan belajar, sebap mereka tidak dapat memproses rangsangan dari guru atau teman-temannya karena alat indera mereka kurang berfungsi. Secara diagnosis bahwa siswa tersebut mengalami keulitan belajar diakibatkan karena penglihatnya yang bermalasah. 2. Faktor Ekstern (dari luar diri siswa) 1. Bakat Bakat adalah potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-beda. Seserang yang berbakat
14
music mungkin dibidang lain ketinggalan, seseorang yang berbakat dibidang tehnik tetapi dibidang olahraga lemah. Orang tua berkencimpung di bidang kesenian, anaknya akan muda mempelajari seni suara, tari dan lain-lain. Anak yang berbakat tehnik akan mudah mempelajari matematika, fisika, konstruksi mesin, anak yang berbkat olahraga mereka akan berkembang dibidang olahraga. Jadi, seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya. Apabila seseorang anak harus mempelajari bahanyang dari bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. Hal-hal tersebut akan tampak pada anak suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau pelajaran, sehingga nilainya rendah. Secara diagnosis guru harus melihat atau mengetahui bakat-bakat anak didiknya, sehingga penyebap kesulitan belajar dari siswa tersebut disebapkan karena tidak adanya bakat yang sesuai dengan pelajaran tersebut. 2. Minat Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe khusus anak banyak menimbulkan problema pada dirinya. Karena itu, pelajaran pun tidak perna terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan belajar anak. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatanya, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran.
15
Dari tanda-tanda tersebut secara diagnosis bahwa dapat ditemukan kesulitan belajar siswa terletak pada kurangnya minat belajar yang dimiliki siswa tersebut. 3. Motivasi Motivasi sebagai factor inner (Btin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besa motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang yang besar motivasinya akan giat beruasaha, tampak gigih tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya untuk memecahkan masalah-masalah pada pembelajaran. Sebaliknya mereka yang motivasi lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu teman sekelasnya, sering meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. 4. Orang tua Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan beljar anakanaknya akan menjadi penyebap kesulitan belajarnya. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak hal ini akan berakibat anak tidak tentram, tidak senang dirumah, ia pergi mencari teman sebayanya, sehingga ia lupa belajar. Namun sebaliknya orang tua yang lemah suka memanjakan anak, ia tidak relah anaknya bersusah payah belajar, menderita berusaha kera, akibatnya anak
16
tidak mempunyai kemapuan dan kemauan, bahkan sangat bergantung pada orang tua, sehingga prestasinya menurun. Kedua sikap orang tua tersebut justru tidak memberikan dorongan kepada anaknya hingga menyukai belajar, namun sebaliknya orang tua membuat anak mengalami kesulotan belajar di kelas dan menjadi minder bersama teman-temanya yang rajin belajar. 5. Suasana Rumah/keluarga Suasana keluarga yang sangat ramai/ gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar, demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasan keluarga yang melahirkan anakanak tidak sehat mentalnya. Anak akan tidak tahan di rumah, akhirnnya pergi keluar bersama anak lain yang menghabiskan waktunya untuk hilir mudik, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun. Untuk itu, hendaknya suasana dirumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. 6. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga digolongkan dalam: 1). Keadaan yang kurang/miskin Keadaan ini akan menimbulkan: 1) Kurangnya alat belajar.
17
2) Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua 3) Tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Keadaan peralatan seperti pensil, tinta, penggaris, buku tulis, buku pelajaran, dan lain-lain yang akan membantu kelancaran dalam belajar. Kurangnya alat-alat itu akan menghambat kemajuan belajar anak. Faktor biaya merupakan faktor yang sangat penting karena belajar dan kelangsungannya sangat memerlukan biaya, misalnya untuk membeli alat-alat, untuk sekolah dan biaya lain-lainnya. Maka keluarga yang miskin akan merasa berat untuk mengeluarkan biaya yang bermacam-macam, karena keuangan dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan anak sehari-hari. Apalagi keluarga memiliki tanggung jawab dengan banyak anak, dan keluarga yang misikn tdak akan menediakan tempat belajar yang memadai, dimana tempat
belajar itu merupakan salah satu
sarana
terlaksananya belajar secara efisien dan efektif. 2) Ekonomi yang berlebihan (kaya) Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan menjadi segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya, orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan seperti in akan dapat menghambat kemajuan belajar.
18
7. Kejenuhan siswa dalam kelas Menurut Mubiar Agustin (2011:11) bahwa kejenuhan adalah rasa yang sering timbul pada seseorang terutama pada siswa. Banyak siswa yang sering merasa jenuh ketika sedang belajar disekolah. Kejenuhan ini membuat siswa tidak dapat menerima pelajaran yang sedang diberikan oleh guru mereka dengan baik. Banyak factor yang membuat siswa mengalami kejenuhan belajar baik factor internal dan factor eksternal. Factor internal berupa keletihan yang terjadi pada diri individu itu sendiri, sedangkan factor eksternal yaitu factor lingkungan di luar diri individu seperti lingkungan, guru, sarana dan fasilitas dll. 1) faktor internal keletihan akan muncul diakibatkan karena kejenuhan atau kebosanan yang terjadi pada diri siswa, keletihan dibagi atas 3 macam, yaitu: keletihan indera siswa, keletihan fisik siswa dan keletihan mental siswa. Keletihan fisik dan keletihan indera, dalam hal ini mata dan telinga, pada umunya dapat dikurangi atau lebih mudah dihilangkan setelah siswa beristirahat cukup terutama tidurnya nyenyak dan mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya keletihan mental tak dapat diatasi dengan cara yang sederhana, itulah sebapnya, keletihan mental dipandang sebagai factor utama penyebap munculnya kejenuhan belajar. Ada 3 Faktor penyebap keletihan belajar:
19
1. karena kecemasan siswa terhadap dampak negative yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri; 2. karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan dibidang-bidang studi yang dianggap terlalu tinggi teruama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang studi tersebut. 3. Karena siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menutut lebih banyak kerja intelek yang berat. 2. Fakstor eksternal 1. Lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan para siswa. Selama hidup siswa tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan social budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisis kehidupan siswa,lingkungan hidup atau lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal siswa, pencemaran lingkungan merupakan melapetaka bagi kehidupan siswa di dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat mengganggu
pernapasan,
udara
yang
terlalu
dingin
menyebapkan siswa kedinginan, suhu udara terlalu panas menyebapkan siswa kepanasan, pengap, dan tidak betah di
20
tempatnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap belajar siswa di sekolah. Sedangkan lingkungan social budaya merupakan di luar lingkungan alami ternyata merupakan sisi
kehidupan yang
mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan siswa disekolah. Pembangunan gedung sekolah yang dekat dengan hiruk-pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik-pabrik
yang didirikan di sekitar sekolah dapat
menimbulkan di dalam kelas. Keramaian masih sayup-sayup terdengar oleh para siswa di dalam kelas. Bagaimana para siswa dapat berkonsentarasi dengan baik bila berbagai gangguan selalu terjadi di sekitar mereka. 2. Guru Guru merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada siswa, tetapi guru tidak ada maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus mampu berhubungan baik dengan para siswanya karena seorang guru merupakan teladan bagi siswanya. Kerawanan hubungan guru dengan siswa sangar ditentukan sejauh mana tingkat kualitas kopetensi personal yang dimiliki oleh guru. Sering guru tidak diperdulikan oleh para siswanya, disebapakn guru sendiri yang mengambil jarak dengan siswanya. Menjadi
21
grur tidak hanya sekedar tampil dikelas, di depan sejumlah siswa, lau memberikan pelajaran apa adanya, tanpa melakukan langkah-langkah
yang
strategi
bahan
pelajaran
yang
disampaikan. Mengerti tidaknya siswa terhadap bahan pelajaran yang diberikan itu tidak menjadi soal. Inilah sikap yang tidak propesioanl yang membodohi para siswa. 3. Sarana dan fasilitas Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat
yang strategis bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Suatu sekolah yang kekurangan ruang kelas, sementara siswa yang dimiliki dalam jumlah yang banyak melebihi daya tamping kelas akan banyak menemukan masalah. Pengelolaan kelas kurang
efektif.
Konflik
antar
siswa
sukar
dihindari.
Penempatan siswa secara propesional sering terabaikan. Selain masalah sarana, maslah fasilitas juga sering muncul, lengkap tidaknya buku-buku di perpustakaan ikut menentukan kualitas
suatu
sekolah.
Perpustakaan
sekolah
adalah
laboratorium ilmu. Tempat ini harus menjadi “sahabat karib” para siswa. Di sekoah, kapan dan dimana ada waktu luang para siswa harus datang ke sana untuk membaca buku atau meminjam buku demi keberhasilan belajar.
22
2.1.5 Penanganan bagi anak yang berkesulitan belajar Menurut Mubiar Agustin (2011:15-17) bahwa: “siswa harus berusaha semaksimal mungkin untk bisa mengatasi kesulitan belajar baik dalam diri maupun luar diri”. berikut beberapa upaya penanganan: 1. Untuk mengatasi kejenuhan di lakukan beberapa penangangan sebagai berikut: 1) Siswa harus melakukan istirhat dan mengonsumsi makanan bergizi dengan takaran yang seimbang. 2) Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat. 3) Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk beljar lebih giat dari pada sebelumnya. 4) Cari manfaat dari belajar, belajar yang dilakukan oleh siswa pasti ada manfaatnya,
dengan
belajar
siswa
bisa
memperoleh
ilmu
pengetahuan dan menambah pertemanan dan mempererat tali silaturahmi di antara siswa. 5) Lakukan belajar dengan perasaan senang dan kreatif. Suatu pekerjaaan
yang
dilakukan
dengan
perasaaan
senang
akan
menimbulkan semanagat, begitu juga dengan kegiatan belajar. 6) Untuk mengatasi kesulitan belajar yang disebapkan karena factor lingkungan, belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik hasilnya dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap. Banyak yang berpendapat bahwa belajar di pagi hari lebih
23
terasa nyaman di bandingkan dengan belajar di siang hari, lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang banyak di Tanami tanaman atau pepohonan sehingga udara di sekitar sekolah sejuk. Jika suatu sekolah miskin tanaman di sekitrnya akan membuat suhu udara di sekitar sekolah tersebut terasa panas dan membuat siswa tidak betah belajar. Dampak dari kurangnya tanaman atau pepohonan adalah membuat suhu udara di sekolah tersebut menjadi panas. Karena suhu udara yang panas inilah membuat siswa tidak betah belajar di dalam kelas sehingga membuat konsentrasi menurun dan mereka merasa gelisah dan ingin keluar dari kelas. Hal ini membuat siswa cepat bosan dalam kelas, untuk menghindari hal ini maka sebalikinya sekolah harus ditanami dengan tanaman atau pepohonana yang cukup agar udara di sekitar sekolah terasa sejuk dan tidak panas. Sedangkan lingungan social juga sangat berpengaruh besar terhadap pembelajaran siswa, karena di luar sekolah merupakan sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah, sekolah yang letaknya tidak strategis dapat mebuat siswa mudah merasa jenuh. Seperti sekolah yang berada dekat dengan pasar, pabrik, atau jalan raya
yang
siuasanahnya
selalu
bising.
Untuk
menghindari
kebisisngan dapat dilakukan dengan cara pembangaunan gedun sekolah yang letaknya lebih strategis yaitu tidak di dekat pasar, jalan
24
raya, dll. Sehingga proses belajar mengajar pun dapat berjalan dengan tbenang dan nyaman. 2. Untuk mengatasi kesulitan belajar yang disebapkan karena factor dari guru mata pelajaran itu sendiri. Yang menjadi maslah saat ni adalah masih banyak guru-guru yang menggunakan pola mengajar yang tradisional yaitu hanya mengajar dengan menggunakan metode ceramah dan bersifat satu arah yaitu guru berbicara sedangkan murid hanya mendengarkan. Metode ceramah yang sering kali digunakan mungkin cocok bagi siswa yang modalitas audiotorial. Namun, bagi siswa yang modalitas visual akan merasa bosan dan tidak akan mengerti dengan materi yang diajarkan. Selain itu, dari sikap guru yang tidak dapat menyatu dengan murid-muridnya dan hanya mementingkan dirinya saja akan membuat siswa-siswanya saja merasa bosan dan jenuh terhadap guru tersebut dan tidak ingin memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru tersebut. Solusinya, seharusnya seorang guru dapat berhubungan baik dengan siswa-siswa agar siswanyamerasa senang belajar denga guru tersebut dan juga tidak merasa cepat jenuh. Selain itu, cara guru mengajar pun bisa membuat siswanya tertarik agar mereka semangat belajar. Misalnya, dengan mengadakan permainan di tengah-tengah pelajaran agar siswa tidak merasa jenuh. 3. Untuk mengatasi kesulitan belajar yang disebapkan karena factor sarana dan fasilitas. Sekolah yang tidak memiliki sarana dan fasilitas yang lengkap untuk menunjang proses belajar mengajar akan membuat para
25
siswanya merasa jenuh. Para siswa tidak akan semangat dalam belajar jika sarana dan fasilitas yang diberikan dari pihak sekolah sangat kurang. Seperti slah satu contohnya adalah gedung sekolah yang tidak memadai untuk proses belajar mengajar. Hal ini membuat siswa tidak nyaman berada di sekolah apalagi jika pada setiap kelas jumlah siswanya banyak sehingga kelas terasa penuh dan sesak. Hal ini akan mempercepat rasa jenuh pada siswa, maka dari itu solusihnya adalah sebaiknya pihak sekolah dapat memberikan sarana dan fasilitas yang dapat menunjang proses pembelajaran siswa. Dengan sarana dan fasilitas yang dapat menunjan proses pembelajaran siswa.dengan sarana dan fasilitas yang lengkap, siswa dapat belajar dengan dengan nyaman dan tidak merasa bosan berada disekolah.
2.1.6 Pembelajaran Sejarah Menurut Aman (2011:12) bahwa: Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu. Pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai-nilai kearifan yang dapat di gunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Secara substantif, materi sejarah:
26
1) Mengandung
nilai-nilai
kepahlawanan,
keteladanan,
kepeloporan,
patriotism, nasionalisme,dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan kepribadiaan peserta didik. 2) Memuat hasana mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa indonesia di masa depan. 3) Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disentegrasi bangsa. 4) Sarat dan ajaran untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
2.1.7 Tujuan Pembelajaran Sejarah Dalam Peraturan Mendiknas No 22 tahun 2006 dijelaskan bahwa Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran Sejarah di SMA secara rinci memiliki 5 tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa akan datang.
27
2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metedologi keilmuan. 3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa indonesia di masa lampau. 4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa indonesia melalui sejarah yang panjang dan masa yang akan datang. 5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa indonesia yang memilik rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat di implementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional
2.2. Penelitian Relevan Menurut Muamaroh (Skripsi 2005:99) Menyebutkan beberapa faktor kesulitan siswa timbul dari faktor internal meliputi cara belajar siswa dan motivasi siswa, sedangkan faktor eksternalnya meliputi cara guru mengajar, ketersediaan bukubuku pelajaran, hubungan guru dengan siswa, serta situasi sekolah. Menurut Khusnul Chamidiyah (Skrispi 2005:105) Menyebutkan faktor yang menyebabkan kesulitan pada belajar siswa disebabkan oleh faktor internal yang meliputi kurangnya konsentrasi siswa, intelegensi yang rendah, siswa yang suka ramai sendiri, siswa yang suka usil, kurangnya motivasi dalam diri sendiri, tidak suka pada gurunya, emosi yang tidak stabil sehingga menyebabkan siswa terlalu meremehkan gurunya, pribadi yang belum matang dan kurangnya perhatian dalam suatu persoalan. Sedangkan faktor
28
eksternalnya meliputi faktor keluarga yaitu suasana rumah yang kurang mendukung dari segi peraturan, ekonomi keluarga hubungan dengan saudara yang kurang begitu menyenangkan serta suatu hal yang tidak harmonis dalam keluarga juga dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar.
Menurut muzayana ( Skripsi 2003:85) Menyebutkan beberapa faktor kesulitan belajar siswa sebagian besar karena faktor lingkungan sekolah yaitu sarana dan prasarana yang kurang mendukung serta faktor keluarga yaitu lemahnya keadaan ekonomi, kurangnya pengawasan orang tua serta ketidak harmonisan keluarga yang dapat merusak mental anak. Menurut Nurull Ihsan (Skrispi 2009:90) Menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar Siswa sangat minim sekali dalam merespon apa yang sudah diberikan oleh gurunya Siswa sering kali bermain dengan temantemannya dan tidak menghiraukan ketika guru menjelaskan pelajaran dan juga Siswa sibuk dengan urusannya sendiri, akibatnya siswa kurangnya konsentrasi ketika jam pelajaran berlangsung.
2.3. Kerangka Berpikir Faktor ini dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu: factor internal dan eksternal maksudnya faktor dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. Sedangkan kaitannya dengan pembelajaran sejarah yakni, kita ketahui bersama bahwa pembelajaran sejarah merupakan pembelajaran yang di ajarkan dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan sampai di bangku perkuliahan pun ada yang namanya jurusan pendidikan sejarah, mata pelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menurut siswa sangat sulit untuk di pelajari karena mata pelajaran ini hanya membahas mengenai peristiwa-peristiwa sejarah berdasarkan fakta di lapangan bahwa pada saat pembelajaran sejarah ini berlangsung siswa sering kesulitan dalam memahami materi sejarah, kesulitan tersebut yang dinamakan
29
dengan kesulitan belajar siswa, kesulitan belajar siswa ini bukan saja terjadi kepada siswa yang tidak memiliki kecerdasan tetapi kesulitan belajar ini terjadi pula kepada siswa yang memiliki kecerdasan hal tersebut disebapkan karena factor ekternal dan internal pada diri siswa. Sehingga masalah ini patut untuk di teliti dan keterkaitannya dengan diagnosis kesulitan belajar yakni seperti di jelaskan pada gambar berikut ini :
Gambar 2.6.1 Kerangka Berfikir
Diagnosis kesulitan Belajar
Mata Pelajaran Sejarah
Faktor internal adalah yang muncul dalam diri siswa Faktor eksternal adalah yang muncul dari luar diri siswa.
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yg merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa yg akan datang. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar.
30