BAB II KAJIAN TEORETIS
2.1 Pengertian Kreativitas Anak Berbicara tentang pembelajaran, maka tidak akan lepas dengan pengalaman belajar apa yang mesti diberikan kepada peserta didik agar memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup maupun untuk meningkatkan kualitas dirinya sehingga mampu menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat (life long education). Dalam hal ini empat pilar pendidikan yang dicanangkan UNESCO yaitu “learning to know, learning to do, learning to be and learning to live together” merupakan hal yang harus menjiwai program-program kegiatan belajar mengajar di sekolah (Supriono S, 2001:21). Menurut Barron (dalam Mohamad, 2010: 61) kreativitas didefinisikan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru.
(Supriono S 2001:21) bahwa: “Atas dasar prinsip-prinsip
tersebut, maka pembelajaran di sekolah hendaknya mengaktifkan peserta didik tidak hanya secara mental sehingga mampu menjadi warga negara yang kritis, kreatif, dan partisipatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.” Kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menemukan dan menciptakan sesuatu hal yang baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat (Sukmadinata, 2003:104). Kata kreativitas berasal dari kata Inggris Creativity, yang berarti daya cipta (Echols, 1987:154). Sedangkan definisi kreativitas sendiri terdapat berbagai macam, tergantung pada bagaimana dan dari segi mana orang melihatnya – "creativity is a matter of definition". Tidak 7 ada satu definisi pun yang dianggap mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini disebabkan: pertama, sebagai suatu "konstruk hipotetis", kreativitas merupakan ranah
psikologis yang kompleks dan multidimensional, yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam. Kedua, definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbedabeda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi (Sutrisno, 2005:124). ( Fajar, 2005:315) disebutkan bahwa karena beragamnya pengertian kreativitas, sehingga pengertian kreativitas tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya-creatifvity is a matter of definition. Dari pengertian dapat dimengerti bahwa kreativitas adalah kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagaimana pengembangan dan ide yang telah lahir sebelumnya serta memecahkan masalah yang dihadapi (Fajar, 2005:313). Ada beberapa kriteria yang dapat dikemukakan mengenai kreativitas meskipun terkesan sepihak. Pertama, dalam respon-respon kreatif tercermin watak novelty (kebauran atau newness) dan original. Kedua, dalam respon-respon kreatif terbukti secara efektif menggambarkan koherensi, kecocokan (adaptiveness) dengan situasisituasi riil yang dihadapi, yang terkadang dengan cepat mengalami perubahan. Ketiga, dalam respon-respon kreatif tergambar suatu bentuk "realisasi" yang bermanfaat dalam memecahkan segenap persoalan (problem solving) dasar kehidupan manusia. Keempat, watak menonjol dari respon-respon kreatif ialah bahwa responrespon itu dilandasi kesanggupan berpikir maupun mencandra secara divergent (dari berbagai sudut pandang), bukan berpikir convergent (dari suatu sudut pandang). Respon-respon kreatif semacam ini perlu mendapat pemupukan dan penumbuhan yang lebih subur dalam sistem dan praktik pendidikan yang harus diciptakan (Fajar, 2005:313-314). Menurut Guilford dalam ( Sutrisno 2005:124) mengemukakan bahwa terdapat lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berfikir kreatif, yaitu kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), penguraian (elaboration), dan perumusan kembali (redefinition). Kelancaran adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau
pendekatan terhadap masalah. Originalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli, tidak klise. Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan dan meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif berbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak. Menurut ( Munandar 2000:391) pengertian kreativitas dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu (a) pribadi: kreativitas mencerminkan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya, (b) pendorong: kondisi internal dan eksternal yang mendorong seseorang ke perilaku kreatif, (c) proses: bersibuk diri secara kreatif yang menunjukkan kelancaran, kelenturan (fleksibilitas), dan orisinal dan bermakna bagi individu dan lingkungannya (Kreativitas Anak dan Cara Pengembangannya. Sedangkan ( Zaini, 2004:79) mengungkapkan bahwa kreativitas sebagai salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia timbul dengan didasari oleh kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik secara terpadu. Menurut ( Soeparman, 2000:93) kreativitas dapat membantu usaha pembangunan menjadi lebih progresif. ( Muhajir 1982 : 56 ) menyatakan bahwa tanpa kreativitas suatu masyarakat kemungkinan akan menjadi terhambat pembangunannya. Kreativitas mencerminkan pemikiran yang divergen yaitu kemampuan yang dapat memberikan bermacam-macam alternative jawaban. Kaitannya dengan unsur aptitude dan non aptitude, Semiawan dalam
( Reni, 2001:4)
mengemukakan bahwa: kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreativitas meliputi, baik ciri aptitude seperti kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) dalam pemikiran
maupun ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru. Utami Munandar (dalam Reni, 2001:4), dalam uraiannya tentang pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasi, memecahkan/menjawab masalah dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif. Ketiga tekanan kemampuan tersebut adalah sebagai berikut. a. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru bedasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada b. Kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban. c. Kemampuan yang secara operasional mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas
dalam
berpikir,
serta
kemampuan
untuk
mengelaborasi
(mengembangkan/memperkaya/memerinci) suatu gagasan. Berdasarkan uraian
di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya
merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan yang telah ada sebelumnya.
2.2 Ciri-ciri Kepribadian Kreativitas
Menurut Csikszentmihalyi ( dalam Munandar 2000:51-53) mengemukakan sepuluh pasang ciri-ciri kepribadian kreatif yang seakanakan paradoksal tetapi saling terpadu secara dialektis, yaitu: a) Pribadi kreatif mempunyai kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, bergantung pada situasinya. b) Pribadi yang kreatif cerdas dan cerdik, tetapi pada saat yang sama mereka juga naif. c) Ciri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin. d) Pribadi kreatif dapat berselang-seling antara imajinasi dan fantasi, namun tetap bertumpu pada realitas. e) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi. f) Orang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga akan karyanya pada saat yang sama. g) Pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan androgini psikologis, yaitu mereka dapat melepaskan diri dari stereotip gender (masukan-feminin). h) Orang kreatif cendrung mandiri bahkan suka menentang, tetapi dilain pihak mereka bisa tetap tradisional dan konservatif. i) Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat (passionate) bila menyangkut karya mereka, tetapi juga sangat objektif dalam penilaian karyanya. j)
Sikap keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama ia juga merasakan kegembiraan yang luar biasa. Treffinger ( dalam Munandar 2000:54) menyatakan bahwa pribadi yang kreatif biasanya
lebih terorganisir dalam tindakan, dan rencana inovatif serta produk orisinalnya telah dipikirkan
matang-matang terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul dan implikasinya. Tingkat energi, spontanitas, dan kepetualangan yang luar biasa sering tampak pada orang kreatif. Juga, keinginan yang besar untuk mencoba aktivitas yang baru dan mengasyikkanmisalnya untuk dihipnotis, terjun payung atau menjajaki kota atau tempat baru (Munandar, 2000:54). Pribadi kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang tinggi, dapat melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjau, dan memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep atau kemungkinan-kemungkinan yang dikhayalkan, yang kemudian terwujud menjadi karya seni, sastra atau penemuan-penemuan baru (Munandar, 2000:54). Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang
menonjol
terhadap
mesyarakat
digambarkan
sebagai
berikut:
berani
dalam
pendirian/keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus-menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Kenyataan menunjukkan, bahwa guru dan orang tua lebih menginginkan perilaku sopan, rajin dan patuh dari anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan dengan kreativitas (Munandar, 2000:36). Ciri-ciri Pokok
Ciri-ciriyang Memungkinkan
1. Berpikir dari segala arah
1. Kemampuan untuk bekerja
(convergent thingking) 2. Berpikir ke segala arah (divergent thingking) 3. Fleksibilitas koseptual (kemampuan secara spontan mengganti cara memandang,pendekatan, kerja yang tak jalan.
keras. 2. Berpikir mandiri 3. Pantang menyerah 4. Mampu berkomunikasi dengan baik 5. Lebih tertarik pada konsep daripada detail (segi-segi kecil)
4. Orisinalitas (kemampuan
6. Keinginan tahu intelektual.
menelorkan ide yang asli bahkan
7. Kaya humor dan fantasi
mengejutkan)
8. Tidak segera menolak ide atau
5. Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas
gagasan baru 9. Arah hidup yang mantap
6. Latar belakang hidup yang merangsang (hidup dalam lingkungan yang dapat menjadi contoh) 7. Kecakapan dalam banyak hal (multiple skills)
2.3 Kriteria Kreativitas
Amabile (dalam Supriadi , 1997:13) mengemukakan bahwa: Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi proses, person, dan produk kreatif. Dalam penelitian ini kriteria kreativitas ditentukan pada dimensi person. Amabile (dalam Supriadi, 1997:13) mengemukakan bahwa pengertian person sebagai kriteria kreativitas identik dengan apa yang oleh Guilford disebut kepribadian kreatif yang pada intinya meliputi: dimensi kognitif (yaitu bakat) dan dimensi non-kognitif (minat, sikap, dan kualitas temperamental). Menurut teori ini, orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang sangat signifikan berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Sedangkan menurut Adam (dalam Mohamad, 2010:72) mengemukakan bahwa ciri-ciri kreativitas antara lain adalah : 1. Senang mencari pengalaman baru 2. Percaya diri
3. Memiliki ketekunan yang tinggi 4. Memiliki intuisi yang tinggi 5. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2.4 Pengukuran Kreativitas Ada lima pendekatan dalam menilai kreativitas, yaitu analisis obyektif terhadap produk kreatif, pertimbangan subyektif, inventori kepribadian, inventori biografis, dan tes kreativitas, yang dalam hal ini peneliti menilai kreativitas berdasarkan pendekatan inventori kepribadian (Sukmadinata, 2003:108). Inventori kepribadian ditujukan untuk mengetahui kecenderugan-kecenderungan kepribadian kreatif seseorang atau korelat-korelat yang berhubungan dengan kreativitas. Diartikan secara luas kepribadian kreatif meliputi sikap, motivasi, minat, gaya berpikir dan kebiasaan-kebiasaan dalam berprilaku. a. Sikap kreatif Munandar (dalam Supriadi, 1997:60) mengemukakan tujuh sikap, kepercayaan, nilainilai yang melekat pada orang-orang yang kreatif, yaitu: terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri, dapat mengapresiasi fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif, percaya pada gagasan sendiri, dan mandiri. b. Motivasi menurut teori psikoanalitik Dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi yang ada pada diri setiap orang yaitu sebagai berikut. 1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas terhadap prestasi yang telah dicapainya). 3. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. 4. Lebih senang bekerja mandiri. 5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu. 8. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. c. Minat Dalam kamus umum bahasa Indonesia (Poerwodaminto. 1999:650) diartikan sebagai kesukaan kepada sesuatu hal. Dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai kesukaan terhadap kegiatan. d. Kemampuan berpikir Guilford (dalam Supriadi, 1997:7) dengan analisis faktornya menemukan lima ciri yang menjadi sifat kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut. 1. Kelancaran (fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan. 2. Keluwesan (fleksibility) adalah kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap suatu masalah. 3. Keaslian (originalitas) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai hasil pemikiran sendiri dan tidak klise.
4. Penguraian (elaboration) adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci. 5. Perumusan kembali (redefinisi) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim. d. Kebiasaan-kebiasaan dalam berprilaku yang dimaksud adalah dalam kegiatan belajarmengajar.
2.5 Peran Orangtua dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Orang tua merupakan wadah pengembangan pribadi anggota keluarga terutama anakanak atau remaja yang sedang mengalami perubahan fisik dan psikis, dengan demikian kedudukan orang tua sangat fundamental bagi perkembangan anak. Orang tua berkewajiban untuk menyediakan fasilitas dan sarana kepada anak-anak mereka untuk mengenal dunia luar secara luas. Orang tua seringkali beranggapan telah memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka dan orang tua juga sering mengira bahwa anak yang baik adalah anak yang patuh dan menurut tanpa membantah sedikitpun. Sebagai individu yang sedang mengalami pertumbuhan, agar perkembangannya mengarah secara positif. Bentuk perilaku orang tua yang kurang menguntungkan dalam perkembangan seperti perilaku orang tua yang selalu memanjakan dengan memenuhi segala keinginan dan terlalu melindungi akan mengakibatkan anak tidak bisa mandiri, selalu dalam keraguraguan dan tidak percaya pada kemampuan. Menurut Purwanto (2010:110) hal-hal yang dapat menyebabkan orang tua memberikan perlindungan yang berlebihan kepada anak-anak mereka antara lain : a. Karena ketakutan yang berlebihan dari orang tua akan bahaya yang mungkin mengancam anak mereka. Dalam hal yang demikian orang tua akan selalu berusaha melindungi anaknya dari segala sesuatu yang mengandung bahaya.
b. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan kehidupan anak mereka. c. Karena orang tua takut akan kesukaran, segan bersusah-susah ingin mudahnya dan enaknya saja. Orang tua takut kalau-kalau anak mereka bertingkah atau membandel dan terus merengek jika kehendaknya tidak dituruti. d. Karena kurangnya pengetahuan orang tua. Kebanyakan orang tua, baik yang tidak terpelajar sekalipun mengetahui apa yang dibolehkan dan apa yang harus dilarang, orang tua tidak mengetahui bahwa anak mereka harus dibiasakan akan ketertiban, berlaku menurut peraturan-peraturan yang baik untuk bekal hidupnya nanti dalam masyarakat. Sedangkan menurut ( Maria 2003: 96) konsep orang tua bukan harus orang tua yang melahirkan anak, melainkan orang tua yang mengasuh, melindungi, dan memberikan kasih sayang kepada anak. Hal ini lebih banyak dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga orang tua sering melakukannya dengan kurang tepat. Selanjutnya diuraikan pula anak-anak selalu memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap informasi sangat tinggi. Sayangnya, banyak orang tua tidak mengenali dan memahami kemampuan kreativitas anak. Menurut (Santrock 2011:108) menjelaskan bahwa gaya pola asuh orangtua dapat mempengaruhi tingkat kreativitas anak. Hal ini dipertegas oleh (Lwin dkk,2008:254) bahwa untuk membentuk pribadi anak yang baik dapat ditentukan dari sebaik apa orangtua mampu mendidik dan membina anak. Dengan ini, orangtua dituntut memiliki metode dan teknik dalam mengembangkan kreativitas anak. Hal ini diperkuat oleh pendapat (Sudarwan , 2002:133) bahwa penggunaan bermacammacam metode pembelajaran, dapat meningkatkan kualitas berpikir para anak. Sedangkan menurut ( Pratisti 2008:104) menyebutkan bahwa peranan orangtua dalam mengembangkan
kompetensi anak termasuk didalamnya kreativitas anak diantaranya adalah a) menjalin komunikasi yang baik antara orangtua dan anak lebih penting, b) Memberikan bantuan diisaat yang tepat kepada anak, c) Memberikan dukungan dan pengarahan terhadap aktivitas anak, d) Memberikan kebebasan kepada anak untuk bergerak, e) Memberikan motivasi kepada anak untuk terus beraktivitas, f) Memberikan fasilitas kepada anak. 2.6 Kajian Penelitian Yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relavan diantaranya : Menurut Teviana Fenia ( 2012) dengan judul “ Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Kreativitas Anak di TK Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kota Kediri “ Menjelaskan Pola Asuh Orang Tua terhadap anak di TK Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kota Kediri Lebih dari 50% responden menerapkan Pola Asuh Autoritatif yaitu sejumlah 38 responden (57,6 %). Tingkat kreativitas pada anak di TK Dharma Wanita Kelurahan Bangsal Kota Kediri yang paling banyak adalah tingkat kreativitas sedang, yaitu sejumlah 25 responden (37,9 %).
Dengan demikian,sangatlah jelas bahwa Pola Asuh Orang Tua yang tepat akan
mengopatimalkan kreativitas anak . Kreativitas adalah dimensi kemampuan anak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan artistik. Menurut Hayati Nur ( 2011) dengan judul “ Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Usia Dini “ menjelaskan Potensi anak usia dini dapat terwujud jika orangtua sangat peduli terhadap
perkembangan anaknya dan anak bisa diberi kebebasan untuk dapat mengembangkan bakat atau potensi yang dimilikinya. Berdasarkan pada prinsip perkembangan anak, maka pendidikan anak usia dini harus berlandaskan pada kebutuhan anak, yang disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut di lingkungan di sekitarnya, sesuai dengan tahap perkembangan fisik dan psikologis anak, dilaksanakan dalam suasana bermain yang menyenangkan serta dirancang untuk mengoptimalkan potensi anak. Orang tua dapat menstimulus anak dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menyentuh rasa
ingin tahu dan jiwa penjelajahnya. Dengan demimkian anak akan termotivasi untuk terlibat dalam proses belajar yang dimbimbingan orang tua.