BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka Kajian
menelaah
dan
pustaka
merupakan
mengidentifikasi
kegiatan
mendalami,
pengetahuan–pengetahuan
mencermati, (Sugiyono,
2013:558). Kajian ini akan memuat teori-teori, hasil penelitian yang telah diteliti oleh peneliti lain dan publikasi umum yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian atau mengemukakan beberapa teori yang relevan dengan variabel-variabel penelitian. Dalam kajian ini perlu kiranya mmenyampaikan teori-teori yang mendukung tentang Struktur Modal, Corporate Social Responsibility, Profitabilitas, Struktur Aset, dan Risiko Bisnis. Teori diperoleh melalui bukubuku ilmiah, laporan penelitian sebelumnya, karangan-karangan ilmiah, peraturan-peraturan, dan sumber-sumber tertulis maupun media elektronik. Sehingga dapat menjadi sebuah dasar teori untuk objek yang akan diteliti.
2.1.1
Teori Agensi (Agency Theory) Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan dalam
Siagian (2011:10) adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham,
21
22
pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer) sebagai agent mereka. Pemegang saham mempekerjakan CEO untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal. Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling dalam Siagian (2011:10) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antar manajer (agent) dan pemegang saham (principal). Hubungan keagenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masingmasing menginginkan tujuan mereka terpenuhi, akibat yang terjadi adalah munculnya
konflik
kepentingan.
Pemegang
saham
menginginkan
pengembalian yang lebih besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang mereka
tanamkan
sedangkan
manajer
menginginkan
kepentingannya
diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesarbesarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan. Eisenhardt dalam Siagian (2011:11) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: 1) Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), 2) Manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan 3) Manusia selalu menghindari risiko (risk averse).
23
Dari asumsi sifat dasar manusi tersebut dapat dilihat bahwa konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunistic dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan perusahaan.
2.1.2
Teori Signal (Signalling Theory) Teori signal (signaling theory) menurut Wolk dalam Reza Suryadi
(2013), teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi dengan memberikan
harga
yang
rendah
untuk
perusaan.
Perusahaan
dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang. Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
24
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk menghasilkan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
2.1.3
Struktur Modal Struktur modal merupakan masalah penting bagi perusahaan karena
baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi financial perusahaan, terutama dengan adanya hutang yang sangat besar akan memberikan beban kepada perusahaan. I Made Sundana (2011:164) berpendapat bahwa Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri.Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan dan harga pasar saham
perusahaan.Jika
kebijakan
pembelanjaan
perusahaan
dapat
mempengaruhi ketiga faktor tersebut, bagaimana kombinasi hutang jangka panjang dan modal sendiri yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau meminimumkan biaya modal perusahaan atau memaksimumkan harga pasar saham perusahaan. Harga pasar saham memcerminkan nilai perusahaan, dengan demikian jika nilai suatu perusahaan meningkat, maka harga pasar saham perusahaan tersebut juga akan naik.
25
Struktur modal berdasarkan pengertian dari Weston dan Copeland, yaitu: “capital structure or the capitalization of the firm is the permanent financing represented by long-term debt, preferred stock and shareholder’s equity.” Struktur modal merupakan kombinasi utang, saham preferen, dan ekuitas biasa yang dapat dijadikan dasar menghimpun modal oleh perusahaan (Brigham dan Houston (2010:155), sedangkan Joel G Siegel dan Jae K. Shim (1999) dalam Fahmi (2012:106) struktur modal didefinisikan sebagai gambaran bentuk proporsi keuangan perusahaan dan menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan. Selain itu, pengertian struktur modal menurut Kusumajaya (2011:40) didefinsikan sebagai perbandingan antara total debt yang merupakan perbandingan total utang jangka pendek dan panjang terhadap shareholder’s equity yang merupakan total modal sendiri. Berikut ini adalah cara perhitungan struktur modal:
Berdasarkan uraian para ahli dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah kombinasi antara hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang, saham preferen maupun saham biasa dengan modal sendiri.
2.1.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Struktur Modal
26
Salah satu tugas manajer keuuangan adalah memenuhi kebutuhan dana di dalam melakukan tugas tersebut manajer keuangan diharapkan adanya suatu variasi dalam pembelajaran, dalam arti kadang-kadang lebih baik menggunakan modal sendiri (equity). Oleh karena itu, manajer keuangan didalam operasi perlu berusaha untuk memenuhi sasaran tertentu mengenai pertimbangan antara lain besarnya hutang, modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan perlu diperhitungkan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Menurut Najmudin (2011:315-316) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yaitu : 1. Risiko bisnis yang dimiliki perusahaan adalah tingkat risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila menggunakan hutang. Semakin tinggi resiko bisnis, semakin rendah hutangnya. 2. Fleksibilitas finansial adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh modal dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan dalam kondisi-kondisi yang buruk sekalipun. 3. Tarif pajak yaitu semakin tinggi pajak maka semakin terdorong untuk menggunakan hutang. Hal ini disebabkan bunga hutang yang merupakan biaya dapat mengurangi penghasilan (EBIT) sehingga akan sangat besar artinyaa bagi perusahaan yang memiliki tarif pajak yang tinggi. 4. Sikap manajemen, yaitu semkin agresif sikap seorang manajer, maka akan semakin terdorong untuk menggunakan hutang dalam upaya meraih laba.
27
5. Stabilitas penjualan, yaitu perusahaan yang memiliki penjualan yang stabil dapat dengan aman melakukan hutang dan mengeluarkan biaya tetap yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. 6. Struktur aset, yaitu perusahaan yang asetnya dapat dijadikan jaminan untuk hutang mempuntai kecenderungan yang lebih besar untuk menggunakan modal hutang. Leverage meningkat karena meningkatnya aset terwujud atau rasio aktiva tetap terhadap total aset. 7. Profitabilitas, yaitu perusahaan dengan ROI yang tinggi biasanya menggunakan relatif sedikit hutang. 8. Ukuran perusahaan, yaitu perusahaan yang berskala besar pada umumnya lebih mudah mendapatkan hutang dibandingkan dari perusahaan kecil karena terkait kepercayaan kreditur pada perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan besar juga cenderung lebih terdiversifikasi dan lebih tahan terhadap risiko kebangkrutan. Berdasarkan beberapa faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal diatas, penulis membatasi penelitian ini dengan mengambil 3 faktor saja yaitu profitabilitas, Struktur Aset dan Risiko Bisnis.
2.1.3.2 Teori Struktur Modal Teori struktur modal memiliki beberapa teori, beberapa teori struktur modal tersebut untuk menganalisis pengaruh penggunaan hutang terhadap nilai perusahaan dan biaya modal.
28
Menurut Kamaludin dan Indriani (2012:308) terdapat empat teori struktur modal yang terkenal yaitu sebagai berikut :
1. Teori Struktur Modal Pendekatan Net Income (NI) Pendekatan Net Income mengasumsikan bahwa : a. Investor mengkapitalisasi atau menilai laba perusahaan dengan tingkat kapitalisasi modal sendiri yang konstan. b. Perusahaan dapat meningkatkan jumlah hutangnya dengan tingkat biaya hutang yang konstan pula. Karena biaya modal sendiri dan biaya hutang konstan, maka semakin besar jumlah hutang perusahaan, maka biaya modal rata-rata akan semakin kecil, sebagai akibat penggunaan hutang yang semakin besar, maka nilai perusahaan akan meningkat. 2. Teori Struktur Modal Pendekatan Net Operating Income (NOI) Pendekatan ini mengasumsikan bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang oleh perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan oleh perusahaan. Beberapa asumsi NOI, yaitu : a. Biaya hutang adalah konstan seperti halnya pendekatan NI b. Penggunaan hutang yang semakin besar akan meningkatkan risiko perusahaan. Sebagai akibat meningkatnya risiko, maka tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik modal sendiri juga meningkat. Sebagai
29
konsekuensi hal ini biaya modal rata-rata tidak mengalami penurunan, sehingga keputusan struktur modal menjadi tidak ada artinya.
3. Teori Struktur Modal Pendekatan Tradisional pendekatan tradisional adalah merupakan pendekatan paling moderat dibandingkan NI dan NOI. Pendekatan tradisional memilih diantara kedua pendekatan NI dan NOI. Pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa : a. Hingga suatu tingkat hutang tertentu risiko perusahaan tidak akan mengalami perubahan, sehingga biaya hutang dan biaya biaya modal sendiri konstan. b. Setelah tingkat hutang tertentu, maka biaya hutang dan biaya modal sendiri akan meningkat. c. Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan akan lebih besar daripada penurunan biaya hutang karena penggunaan hutang lebih murah. Akibat selanjutnya biaya modal sendiri
yang awalnya menurun, tetapi
setelah melewati tingkat hutang tertentu akan meningkat. Nilai perusahaan juga akan turun akibat penggunaan hutang yang semakin besar dan berlebihan. 4. Teori Struktur Modal Pendekatan Franco Modigloani dan Melton Miller (MM) Pendekatan struktur modal sebelumnya didasarkan pada perilaku investor, bukan didasarkan pendektan scientifik dan matematis. Franco
30
Modigliani dan Melton Miller (MM) menggunakan pendekatan scientifik dan matematis atas dasar hasil studi. Dalam meletakan teori struktur modalnya MM memiiki beberapa asumsi, yaitu : a. Risiko bisnis perusahaan dapat diukur dengan standar deviasi EBIT dan perusahaan memiliki risiko bisnis yang sama berada pada kelas yang sama. b. Semua investor memiliki harapan yang sama terhadap EBIT perusahaan di masa yang akan datang. c. Saham dan obligasi diperdagangkan dalam pasar modal sempurna. Adapun suatu pasar modal dikatakan sempurna atau efisien yaitu : 1. Informasi selalu tersedia bagi semua investor dan diperoleh dengan gratis 2. Tidak ada biaya transaksi dan investor bersikap rasional. 3. Investor dapat melakukan diversifikasi investasi secara sempurna. 4. Tidak ada pajak pendapatan perorangan. 5. Baik investor individu maupun institusi dapat menjamin pada tingkat bunga yang sama sebesar tingkat bunga bebas risiko. Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa teori mengenai struktur modal antara lain pendekatan net income, pendekatan Net Operating Income, pendekatan tradisional dan pendekatan Franco Modigliani dan Melton Miller (MM).
2.1.4
Profitabilitas Profitabilitas merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu
perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya.
31
Alat analisis yang dimaksud adalah rasio keuangan. Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Profitabilitas
juga
mempunyai
arti
penting
guna
mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, karena menunjukan prospek dimasa yang akan datang. Badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, dengan harapan kelangsungan hidup lebih terjamin (Kasmir, 2012:178). Rasio
profitabilitas
mengukur
efektivitas
manajemen
secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan (Fahmi, 2012:80). Menurut Kamil dan Herusetya (2012) berpendapat bahwa tingkat profitabilitas
yang
semakin
besar
menunjukan
perusahaan
mampu
mendapatkan laba yang semakin besar, sehingga perusahaan mampu untuk meningkatkan aktivitas tanggung jawab sosial, serta mengungkapkan tanggung jawab sosialnya dalam laporan tahunan dengan lebih luas. Sedangkan Kamaludin dan Indriani (2012:326) menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan pada tahun sebelumnya sebagai dasar penting untuk menentukan struktur modal tahun yang akan datang. Perusahaan dengan
32
profitabilitas tinggi akan memiliki laba ditahan yang besar pula, sehingga ada kecenderungan perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang sebagai pembiayaan investasi.
2.1.4.1 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat, tidak hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan. Menurut Kasmir (2012:197-198), yaitu : 1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam suatu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Manfaat yang diperoleh adalah untuk : 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
33
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas menurut Fahmi (2012:80-82) terdiri dari beberapa rasio diantaranya : 1. Gross Profit Margin (GPM) 2. Net Profit Margin (NPM) 3. Return On Asset (ROA) 4. Return On Equity (ROE)
1. Gross Profit Margin (GPM) Gross Profit Margin atau laba kotor digunakan untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan yang berasal dari penjualan setiap produknya. Rasio ini sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjulan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya roduksi, mengindikasi kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi. Formulasi dari rasio gross profit margin adalah :
34
Keterangan :
Cost of Good Sold
= Harga Pokok Penjualan
Sales
= Penjualan
Untuk data cost of good sold dan sales dapat dilihat pada income statement (laporan laba rugi).
2. Net Profit Margin (NPM) Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Mengenai profit margin ini Joeol G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan, “(1) Margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus. Dengan memeriksa margin laba dan norma industri sebuah perusahaan tahun-tahun sebelumnya, kita dapat menilai efisiensi operasi dan strategi penetapan harga serta status persaingan perusahaan dengan perusahaan lain daalam industri tersebut. (2) Margin laba kotor sama dengan laba kotor di bagi laba bersih. Margin laba yang tinggi lebih di sukai karena menunjukan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik yang melebihi harga pokok penjualan.” Adapun rumus rasio Net Profit Margin adalah :
35
Keterangan : Earning After Tax (EAT) = Laba Setelah Pajak. Laba setelah pajak ini dianggap sebagai laba bersih. Karena itu di beberapa literature ditemukan jika earning after tax ditulis dengan net profit atau laba bersih. Untuk jelasnya dapat kita lihat pada rumus dibawah ini.
3. Return On Assets (ROA) Brigham dan Houston alih-bahasa Dodo H (2010:148) mengatakan bahwa ROA is the ratio of net income to total asset measures the return on total asset. Artinya ROA adalah mengukur rasio laba bersih terhadap total aktiva. Brigham & Houston ahli-bahasa Dodo H (2010:148) merumuskan ROA sebagai berikut :
Return on asset merupakan rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang dilihat dari segi aset perusahaan tersebut.
4. Returnn On Equity (ROE)
36
Rasio Return On Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnoveratau perputaran total aset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE) adalah:
Keterangan : Shareholder’s Equity = Modal Sendiri Pada penelitian ini, profitabilitas dihitung menggunakan return on aktiva (ROA). Pemilihan rasio ROA untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio perbandingan antara laba setelah pajak (net income after tax) terhadap total asset.Alasan penggunaan variable ROA dalam penelitian ini adalah karena ROA memiliki banyak keunggulan.Salah satunya adalah ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh, yang sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan perusahaan.
2.1.5
Struktur Aset
2.1.5.1 Definisi Struktur Aset
37
Struktur
aset
perusahaan
memainkan
peranan
penting
dalam
menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset tetap jangka panjang yang tinggi, dikarenakan permintaan akan produk mereka tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan penggunaan utang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kestabilan tingkat profitabilitas, tidak terlalu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Struktur aset diketahui dengan membandingkan total aset tetap dan total aset yang dimiliki perusahaan. Total aset tetap diketahui dengan menjumlahkan rekening-rekening aset tetap berwujud perusahaan seperti tanah, gedung, mesin dan peralatan, kendaraan dan aktiva tetap berwujud lainnya kemudian dikurangi akumulasi penyusutan aset tetap. Adapun definisi struktur aset menurut beberapa ahli diantaranya sebagai berikut: Menurut Weston dan Brigham (2010:6) struktur aset adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dan total aset. Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap.
Dalam hal ini, struktur aset dihubungkan dengan tujuan jangka panjang perusahaan, sebab untuk perusahaan tertentu sebagian besar perusahaan industry, modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset), sebab
38
aset tetap merupakan the earning assets (aset yang sesungguhnya menghasilkan
pendapatan
bagi
perusahaan).Perusahaan
seperti
ini
menggunakan aset tetap lebih banyak dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang disebut sebagai perusahaan capital intensive.Sedangkan perusahaan yang lebih banyak pekerja disebut sebagai perusahaan yang labour intensive. Artinya semakin besar rasio aset tetap atas total aset, maka semakin capital intensive keadaan suatu perusahaan. Namun aset lancar tidak lantas menjadi hal yang tidak penting, karena bagaimanapun aset lancar sangat diperlukan dalam kegiatan operasional, produksi dan penjualan dari apa yang telah dihasilkan aset tetap. Subramanyam dan Wild (2014:271) mengartikan aktiva sebagai aset, aset merupakan sumber daya yang disukai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba. Priatna R.B Abdulah dan Suryana (2010:36) juga berpendapat bahwa aktiva merupakan seluruh sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya. Dapat disimpulkan bahwa struktur aset adalah perbandingan antara aset tetap dengan aset lancar yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya.
2.1.5.2 Jenis-Jenis Aset 2.1.5.2.1 Aset Lancar
39
Menurut Kasmir (2013:134) pengertian aset lancar adalah sebagai harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar dimuka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. 2.1.5.2.2 Aset Tetap Aset tetap merupakan bagian dari struktur aset yang merupakan hal penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pendanaan suatu perusahaan, aset tetap relatif memiliki umur manfaat lebih lama atau lebih dari satu periode perusahaan. Munawir (2010:139), menyatakan aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai umur relatif permanen (memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun) yang dimiliki atau digunakan untuk operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan norma dan tidak dimaksud untuk dijual kembali (bukan barang dagang) serta nilainya relative material. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2012,16:1) menyatakan bahwa aset tetap adalah asset berwujud yang dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan yang administratif dan diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode. Dapat ditarik kesimpulan bahwa aset tetap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
40
1. Aset tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar dan mempermudah operasional perusahaan. 2. Aset tetap mempunyai umur yang terbatas pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti, kecuali masa mafaat yang diberikan oleh tanah. 3. Pada umumnya manfaat yang diterima dari aset tetap meliputi satu periode yang lebih panjang dari satu tahun atau lebih dari siklus operasi perusahaan. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan hutang jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup hutangnya. Sebaliknya perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jangka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.
2.1.6
Risiko Bisnis
2.1.6.1 Definisi Risiko Ada banyak definisi tentang risiko (Risk). Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Menurut Ricky W.Griffin dan Ronald J. Ebert
41
dalam Fahmi (2013:2) risiko adalah uncertainty about future events. Adapun Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2013:2) mendefinisikan risiko dalam tiga hal, Pertama adalah keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus, dimana hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh pengambil keputusan, Kedua, adalah variasi dalam keuntungan, penjualan, atau variabel keuntungan lainnya, dan Ketiga, adalah kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan, seperti risiko ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industri. Lebih jauh Joel G. Siegel dan Jae K. Shim dalam Fahmi (2013:2) menjelaskan pengertian dari analisis risiko adalah proses pengukuran dan penganalisaan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi. Sementara itu David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H. Moffett dalam Fahmi (2013:2) menyatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.
2.1.6.2 Definisi Manajemen Risiko Manajemen risiko menurut Fahmi (2013:3) adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis.
42
2.1.6.3 Manfaat Manajemen Risiko Dengan diterapkannya manajemen risiko di suatu perusahaan ada beberapa Manfaat Manajemen Risiko yang akan diperoleh Menurut Fahmi (2013:3) yaitu: a.
Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
b.
Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruhpengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
c.
Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi finansial.
d.
Memungkinnkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
e.
Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept) yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan).
2.1.6.4 Tahapan-Tahapan Manajemen Risiko Untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara komprehensif ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan menurut Fahmi (2013:3), yaitu: a.
Identifikasi Risiko
43
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap bentuk risiko yang dialami perusahaan, termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi risiko yang sudah terlihat dan yang akan telihat. b. Mengidentifikasi Bentuk-Bentuk Risiko Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu menemukan bentuk dan format risiko yang dimaksud. Bentuk-bentuk risiko yang diidentifikasi disini telah mampu dijelaskan secara detail, seperti ciri-ciri risiko dan faktor-faktor timbulnya risiko tersebut. Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima berbagai data-data baik bersifat kualitatif dan kuantitatif. c.
Menempatkan Ukuran-Ukuran Risiko Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan
ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi penelitian yang akan digunakan. Data-data yang masuk juga sudah dapat diterima, baik yang berbentuk kualitatif dan kuantitatif serta memilihan data dilakukan berdasarkan pendekatan metodologi yang digunakan. Dengan kepemilikan rancangan metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemne perusahaan telah memiliki fondasi kuat guna melakukan pengolahan data. Untuk dipahami bahwa penggunaan ukuran dengan berdasarkan format metodologi penelitian yang digunakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh kecermatan karena jika salah atau tidak
44
sesuai dengan kasus yang ditangani maka hasil yang akan diperoleh nantinya juga dianggap tidak akan akurat. d. Menempatkan Atlernatif-Alternatif Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan dat. Hasil pengolaha data kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang akan timbul jika keputusan-keputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk penjabaran yang dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternatif-alternatif keputusan. e.
Menganalisis Setiap Alternatif Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis
dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin timbul. Dampak yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang dipaparkan secara komprehensif dan sistematis, dengan tujuan mampu diperoleh suatu gambaran secara jelas dan tegas. Kejelasan dan ketegasan sangat penting guna membantu pengambilan keputusan secara tepat. f.
Memutuskan Suatu Alternatif Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan baik
dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan mendalam. Pemilihan satu alternatif dari berbagai alternatif yang ditawarkan artinya mengambil alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ditawarkan termasuk dengan menolak berbagai
alternatif lainnya.
Dengan pemilihan satu alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai
45
permasalahan diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki fondasi kuat dalam menugaskan pihak manajemen perusahaan untuk bekerja berdasarkan konsep dan koridor yang ada. g.
Melaksanakan Alternatif Yang Dipilih Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk
tim untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer perusahaan sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian biaya yang dialokasikan tersebut telah disetujui oleh bagian keuangan serta otoritas pengambil penting lainnya. h. Mengontrol Alternatif Yang Dipilih Tersebut pada tahap ini alternati yang dipilih telah dilaksanakan dan pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan. Tugas utama manajer perusahaan adalah melakukan kontrol yang maksimal guna menghindari timbuunya berbagai risiko yang tidak diinginkan. i.
Mengevaluasi Alternatif Yang Dipilih pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan kontrol dilakukan
maka selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak manajer perusahaan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data yang bersifat fundamental dan teknikal serta dengan tidak mengesampingkan informasi yang bersifat lisan. Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif yang dipilih tersebut adalah bertujuan agar pekerjaan tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.
46
2.1.6.5 Tipe-Tipe Risiko Bagi pelaku sektor bisnis perlu mengamati dan memahami tipe-tipe risiko dengan seksama, dari sudut pandang akademisi ada banyak jenis risiko namun secara umum itu hanya dikenal dalam 2 (dua) tipe saja, yaitu risiko murni (pure risk) dan risiko spekulatif (speculative risk). Adapun kedua bentuk risiko tersebut menurut Irham Fahmi (2013:5) adalah: a.
Risiko Murni (Pure Risk). Risiko murni dapat dikelompokan pada 3 (tiga) tipe risiko, yaitu: 1. Risiko Aset Fisik. Merupakan risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu perusahaan atau organisasi. Contohnya, kebakaran, banjir, gempa, tsunami, gunung meletus, dll. 2. Risiko Karyawan. Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja diperusahaan atau organisasi tersebut. Contohnya, kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan terganggu. 3. Risiko Legal. Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai dengan rencana. Contohnya, perselisihan dengan perusahaan lain sehingga ada persoalan seperti ganti kerugian.
b. Risiko Spekulatif (Speculative Risk). Risiko spekulatif dikelompokan kepada 4 (empat) tipe risiko, yaitu: 1. Risiko Pasar. Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga dipasar. Contohnya, harga saham mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
47
2. Risiko Kredit. Merupakan risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya kepada perusahaan. Contohnya, timbulnya kredit macet, presentase piutang meningkat. 3. Risiko
Likuiditas.
Merupakan
risiko
karena
ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan kas. Contohnya, kepemilikan kas menurun sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang dimilikinya. 4. Risiko Operasional. Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan denngan lancar. Contohnya, terjadi kerusakan pada komputer karena berbagai hal termasuk terkena virus.
2.1.6.6 Mengelola Risiko Dalam beraktivitas, yang namanya risiko pasti terjadi dan sulit untuk dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti misalnya perbankan sangat penting untuk memikirkan bagaimana mengelola atau me-manage risiko tersebut. Pada dasarnya risiko itu sendiri dapat dikelola dengan 4 (empat) cara menurut Fahmi (2013:6), yaitu: 1.
Memperkecil Risiko. Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak
memperbesar setiap keputusan yang mmengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisasinya agar risiko tersebut tidak bertambah besar diluar dari kontrol pihak manajemne perusahaan. Karena mengambil
48
keputusan diluar dari pemahaman manajemen dari perusahaan maka itu sama artinya dengan melakukan keputusan yang sifatnya spekulasi. 2.
Mengalihkan Risiko. Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang kita
terima tersebut kita alihkan ke tempat lain sebagian, seperti dengan keputusan mengasuransikan bisnis guna menghindari terjadinya risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya. 3.
Mengontrol Risiko Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisiipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Kebijakan seperti ini biasanya dilakukan dengan memasang allat pengaman atau pihak penjaga keamanan pada tempat-tempat yang dianggap vital. Seperti memasang alarm pengaman pada mobil, alarm kebakaran pada rumah dan menempatkan satpam pada siang atau malam hari. 4.
Pendanaan Risiko Keputusan pendanaan risiko adalah menyangkut penyediaan sejumlah
dana sebagai cadangan (reserve)
guna mengantisipasi timbulnya risiko
dikemudian hari seperti perubahan nilai nilai tukar dolar terhadap mata uang domestik di pasaran.
2.1.6.7 Alternatif-Alternatif Menghindari Risiko Untuk mengindari risiko yang timbul terhadap aktivitas investasi yang dilakukan perlu dilakukan alternatif-alternatif dalam pengambilan keputusan . alternatif keputusan yang diambil adalah yang dianggap realistis dan tidak akan
49
menimbulkan masalahn nantinya. Tindakan seperti ini dianggap sebagai bahagian strategi investasi Fahmi (2013:7). Bahwa berbagai keputusan-keputusan strategi akan menghasilkan nilai yang lebih besar bagi perusahaan. Tindak lanjut dari keputusan strategis ini adalah dengan melibatkan secara maksimal sumber daya yang ada untuk mengimplementasikan keputusan yang dimaksud dengan dan menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas implementasi ini. Artinya adalah risiko yang timbul merupakan bentuk dari realita yang terjadi yang mana risiko itu selalu saja sulit untuk dihindari namun diusahakan terjadi dalam jumlah yang sangat minim Fahmi (2013:8).
2.1.6.8 Bentuk Risiko Pada Sektor Bisnis Real Estate dan Property Pertumbuhan dan perkembangan bisnis Real Estate dan Property dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti naik turunnya suku bunga kredit perbankan dan nilai tukar mata uang asing serta berbagai bentuk faktor lainnya. Kondisi saat ini bisnis ini sedang sangat berkembang di Indonesia, bukan hanya di kota-kota besar namun bahkan di seluruh provinsi di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan (Fahmi, 2013:236). Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah mewajibkan bagi para penngembang apartemen mewah agar ikut serta berkontribusi dalam membangun rusun (rumah susun) dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat kalangan menengah dan bawah, konsep ini sebagai bentuk rasa kepedulian perusahaan bagi lingkungan sosialnya. Dan ini lebih
50
jauh sebagai bentuk diterapkan konsep CSR (Corporate Social Responsibility), (Fahmi, 2013:236). Adapun bentuk risiko yang akan dialami pada sektor bisnis ini menurut Fahmi (2013:236) adalah : 1.
Naik dan turunnya harga bahan material atau bahan bangunan, yang disebabkan oleh kondisi ekonomi dalam dan luar negeri. Perusahaan yang memproduksi material memang sering mengalami fluktuatif karena berbagai komponen mesin yang mereka miliki adalah banyak yang berasal dari luar negeri yang semuanya harus dibeli dalam mata uang asing (dolar, euro, yen, dll) sedangkan perusahaan berproduksi di dalam negeri dan menjual serta mencatatkan keuntungan dalam mata uang domestik (Rp).
Solusi yang bisa diberiikan adalah : 1. Perusahaan harus memiliki stock di gudang yang mencukupi guna mengantisipasi lonjakan harga di pasaran yang bersifat fluktuatif. 2. Perusahaan juga harus memiliki cadangan finansial yang disimpan dalam bentuk antisipasi jika harga barang terus mengalami kenaikan dan persediaan di gudang ternyata sudah mulai menipis.
2.
Timbulnya kredit macet dari para pembeli perumahan. Kredit macet tersebut bisa timbul karena banyak faktor seperti pembeli tersebut tiba-tiba di-PHK dari pekerjaannya sehingga kemampuan dia untuk membayar angsuran kredit terhenti.
solusi yang bisa di berikan adalah perusahaan sebaiknya melakukan sikap hati-hati dalam memilih calon pembeli yaitu melihat dari segi kemampuan dan bonafit tidaknya tempat ia bekerja. Bagi mereka yang bekerja sebagai
51
PNS (Pegawai Negeri Sipil) maka kemungkinan ia untuk di-PHK atau berbagai bentuk pemecatan lainnya adalah kecil, serta gaji atau pendapatan yang ia peroleh semuanya dapat dilihat pada bendahara atau adanya bukti tertulis, dan mereka juga mendapatkan gaji pensiun pada saat habis masa kerja. Atau untuk para pegawai swasta adalah melihat dari segi bonafit atau tidaknya perusahaan tempat ia bekerja. Karena cicilan kredit dengan jangka waktu 3 hingga 5 tahun ke atas sudah mulai harus diantisipasi, yaitu bisa saja karyawan tersebut di-PHK padahal ia belum selesai membayar cicilan kreditnya. 3.
Demonstrasi buruh terhadap tuntutan gaji yang terlalu rendah atau tidak sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional).
Solusi yang bisa diberikan adalah: 1. Sejak awal perusahaan harus selalu memahami dengan baik berapa UMR yang diberlakukan di suatu daerah yang mana di setiap daerah berbeda-beda, karena penentuan UMR sangat dipengaruhi oleh ekonomi, tingkat suku bunga, dan lain-lain. 2. Peruusahaan harus menjalin kerja sama yang kuat dengan pihak serikat pekerja. Sehingga dengan selalu adanya komunikasi bagus dari kedua belah pihak diharapkan berbagai permasalahan akan selalu bisa dicarikan solusinya.
4.
Kualitas hasil desain real estate dan property sangat mempengaruhi daya minat konsumen. Karena itu peruusahaan membutuhkan tenaga ahli yang
52
memiliki reference dan experience yang bereputasi tinggi, dan itu biasanya harus dibayar dengan gaji yang tinggi.
Solusi yang bisa diberikan adalah perusahaan melakukan perekrutan tenaga-tenaga muda yang potensial untuk selanjutnya diberi pelatihan dan dan disekolahkan serta bagi mereka diwajibka menandatangani kontrak yang berisi ketentuan bahwa mereka bisa dikeluarkan dari tempat kerja serta harus mengganti biaya pelatihan dan pendidikan (Training and education) dua kali lipat jika mereka tiba-tiba bertindak indisipliner atau wanprestasi. Surat perjanjian kerja tersebut akan menjadi bukti otentik untuk dibawa ke pengadilan jika diperlukan.
2.1.7
Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.7.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan mekanisme suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan daan sosial ke dalam kegiatan operasional perusahaan dan interaksinya dengan stakeholders. Nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan memperhatikan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Sebagian besar konsumen akan cenderung untuk meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau pemberitaan negatif. Pelaksanaan CSR akan meningkatkan jumlah investor yang menanamkan saham di perusahaan dan
53
memberikandampak meningkatnya nilai perusahaan yang dilihat dari harga saham dan laba perusahaan.Kharisma Nandasari (2013: 16). Selain itu, Heinken et. Al (2001) dalam Gusti MadeAyu Ervina Rosiana, Gede Juliarsa dan Maria M. Ratna Sari (2013:3) mengungkapkan bahwa CSR harus dianggap sebagai sebuah strategi jangka panjang yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, bukan sebagai aktivitas yang merugikan. CSR menurut Philip Kotler adalah : “a committment to improve community well-being through discretionary business practices and contributions of corporate resource” (Nurdizal M. Rachman, dkk, 2011:16). Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBSD), yaitu : “Corporate Social Responsibility is the continouing commitment by business to contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the community and society at large”. CSR merupakan suatu komitmen perusahaan yang berkelanjutan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas hidup para pekerja dan keluarga, baik dalam komunitas maupun masyarakat. Sedangkan menurut Totok Mardikanto (2014:94) mengartikan bahwa Corporate Social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan yang membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan itu berada.
54
Berdasarkan beberapa definisi Corporate Social Responsibility (CSR), dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi jangka panjang terhadap suatu issue tertentu di masyarakat atau lingkungan untuk dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik.
2.1.7.2 Konsep dan Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) Konsep yang diakomodasikan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas UU PT) pasal 74 No 40 tahun 2007 yang berbunyi sebagai berikut: 1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. 2. Melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan
dan
diperhitungkan
sebagai
biaya
perseroan
yang
pelaksanaanya diperhitungkan dengan memperhatikan keputusan dan kewajaran. 3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan . 4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
55
Berdasarkan konsep tersebut, telah beerkembang mengenai elemenelemen pokok terkandung dalam suatu Corporate Social Responsibility. Menurut World Business Coucil for Sustainable Development dalam Amalia (2012:15), Corporate Social Responsibility dibagi dalam tujuh skala prioritas yaitu: 1. Human rights 2. Employee rights 3. Environmental protection 4. Supplier relation 5. Community involvement 6. Stakeholders rights 7. Corporate Social Responsibility Performance monitoring and assessment. ISO 26000 dalam Amalia (2012:17) mengembangkan bentuk Social Responsibility kedalam tujuh pokok bahasan, yaitu 1. Pengembangan masyarakat 2. Konsumen 3. Praktik kegiatan Institusi yang sehat 4. Lingkungan 5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia 7. Organizational governance. Organization for Economic Corporation and Development-OECD (2008), merumuskan prinsip-prinsip sebagai pedoman dalam implementasi CSR bagi perusahaan transional, yaitu:
56
a. Memberi kontribusi untuk kemajuan ekonomi, sosial dan lingkungan berdasarkan pandangan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. b. Menghormati hak-hak asasi manusia yang dipengaruhi oleh kegiatan yang dijalankan perusahaan tersebut, sejalan dengan kewajiban dan komitmen pemerintah di Negara tempat perusahaan beroperasi. c. Mendorong pembangunan kapitalisasi lokal melalui kerjasama yang erat dengan komunitas lokal, termasuk kepentingan bisnis. d. Mendorong pembentukan human capital, khususnya melalui penciptaan kesempatan kerja dan memfasilitasi pelatihan bagi karyawan. e. Menahan diri untuk tidak mencari dan menerima pembebasan di luar yang dibenarkan secara hukum yang terkait dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, perburuhan, perpajakan, insentif financial dan lain-lain. f. Mengembangkan
dan
menerapkan
praktik-praktik
system
kerja
manajemen yang mengatur diri sendiri (self regulation) secara efektif guna menumbuhkembangkan relasi saling percaya diantara perusahaan dan masyarakat setempat dimana perusahaan beroperasi. g. Mendorong kesadaran pekerja yang sejalan dengan kebijakan perusahaan melalui penyebarluasan informasi tentang kebijakan-kebijakan pada pekerja melalui program-program pelatihan. h. Menahan diri untuk tidak melakukan tindakan tebang pilih dan indisipliner. i. Mengembangkan mitra bisnis termasuk para pemasok dan sub kontraktor, untuk menerapkan aturan perusahaan yang sudah sejalan dengan pedoman tersebut.
57
j. Bersikap absatain terhadap semua keterlibatan yang tidak sepatuutnya dalam kegiatan – kegiatan politik lokal. Sedangkan Totok Mardikanto (2014) mengatakan implementasi Corporate Social Responsibility didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Prinsip Kepatuhan Hukum. b. Kepatuhan terhadap Hukum Internasional. c. Menghormati Stakeholders Terkait. d. Prinsip Transparansi. e. Menghormati Hak Azasi Manusia. Berikut mengenai penjelasan prinsip-prinsip tersebut: a. prinsip kepatuhan hukum, dalam arti perusahaan harus memahami dan mematuhi semua peraturan, lokal, internasional yang dinyatakan secara tertulis dan tidak tertulis, sesuai dengan prosedur tertentu. b. Kepatuhan terhadap hukum adat internasional, artinya ketika menetapkan kebijana dan praktik yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial, perusahaan harus mematuhi, keputusan, pedoman, peraturan pemerintah, deklarasi dan atau perjanjian internasional. c. Menghormati stakeholders terkait, dalam arti perusahaan harus mengakui dan menerima keberagaman stakeholders terkait dan keragaman perusahaan mitra (besar dan kecil) dan unsur-unsur lain, yang dapat mempengaruhi stakeholder terkait.
58
d. Prinsip transparansi, artinya perusahaan harus jelas, akurat, dan komprehensif dalam menyatakan kebijakan, keputusan dan kegiatan termasuk pengenalan tehadap potensi lingkungan dan masyarakat. Selain itu informasi tersebuut harus tersedia bagi orang yang terkena dampak, atau mereka yang mungkin akan terpengaruh secara material oleh perusahaan. e. Menghormati hak azasi manusia, dalam arti, perusahaan harus melaksanakan kebijakan dan praktik yang akan menghormati hak azasi manusia yang ada dalam deklarasi universal lefts Manusia. Prinsip-prtinsip Corporate Social Responsibility (CSR) menurut David (2008) dalam Hadi (2011:59-61) menjelaskan ada tiga, diantaranya yaitu:
1. Sustainability Berkaitan
dengan
cara
perusahaan
untuk
memperhitungkan
keberlangsungan sumberdaya dimasa depan atas seetiap aktivitas yang di lakukan. 2. Accountability Berkaitan dengan upaya perusahaan untuk terbuka dan bertanggung jawab atas segala sktivitas yang dilakukan. Hal ini dapat dijadikan perusahaan sebagai media untuk membangun citra dan network terhadap stakeholder. 3. Transparency
59
Transparansi
berperan
untuk
mengurangi
asimetri
informasi,
kesalahpahaman, khususnya informasi dan pertanggungjawaban yang berdampak pada lingkungan.
Berdasarkan penjelasan mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility dapat diambil kesimpulan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merujuk pada tiga dimensi tanggung jawab menurut Post (2002) dalam Hadi (2011:61), yaitu: 1. Economic Responsibility Sehubungan dengan keberadaan perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai bagi Shareholder dan kreditur dalam kepastian memenuhi kewajibannya.
2. Legal Responsibility Perusahaan bertanggung jawab dalam memenuhi peraturan perundangundangan yang berlaku, termasuk menjalankan operasi bisnisnya yang harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. 3. Social Responsibility Merupakan dimensi yang paling utama dalam Corporate Social Responsibility karena hal ini merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan pemangku kepentingan.
60
2.1.7.3 Tujuan Perusahaan Melaksanakan CorporateSocial Responsibility Tujuan perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility menurut Nor Hadi, (2011:61) agar dapat memberikan manfaat yang terbaik bagi Stakeholders dengan cara memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan. 1. Economic responsibiity Keberadaan perusahaan ditunjukan untuk meningkatkan nilai bagian shareholder, seperti : meningkatkan keuntungan (laba), harga saham, pembayaran dividen, dan jenis lainnya. Di samping itu, perusahaan juga perlu meningkatkan nilai bagi para kreditur, yaitu kepastian perusahaan dapat mengembalikan pinjaman berikut interest yang dikenakan. 2. Legal responsibility Sebagai bagian anggota masyarakat, perusahaan memiliki tanggung jawab mematuhi peraturan perundangan yang berlaku. Termasuk, ketika perusahaan sedang menjalankan aktiivitas operasi, maka harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan perundangan. 3. Social responsibility Merupakan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan para pemangku kepentinagn. Social responsibility menjadi satu tuntutan ketika operasional perusahaan mempengaruhi pihak eksternal, terutama ketika terjadi externalities dis-economic. Hal itu, memunculkan resistensi sosial dan dapat memunculkan konflik sosial. 4.
Tanggung Jawab etis
61
Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, adil, dan fair. Norma-norma masyarakat perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi perusahaan. 5.
Tanggung jawab filantropis Selain perusahaan harus memperoleh laba, taat hukum dan berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat memberikan kontribusi yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua Para pemilik dan pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki tanggungjawab ganda yakni kepada perusahaan dan kepada publik yang dikenal dengan istilah non fiduciary responsibility.
2.1.7.4 Aspek-Aspek Corporate Social Responsibility Masyarakat tergantung pada ekonomi,ekonomi dan keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini bersifat dinamis tergantungkondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan (Adjie dan Roekhudin, 2012). Oleh karena itu, secara konseptual CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari prinsip triplebottom lines, yaitu:
62
1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk terus beroperasi dan berkembang. 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Program
CSR
yang
dilakukan
perusahaan
seperti
pemberianbeasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dankesehatan, dan menjadi sponsor untuk kegiatan olahraga maupun kegiatan masyarakat lainnya. 3. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, dan pengembangan pariwisata. Menurut Saidi dan Abidin yang dikutip dalam Adjie dan Roekhudin (2012) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang umumnya diterapkan di Indonesia, yaitu: 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung
dengan
menyelenggarakan
sendiri
kegiatan
sosial
atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. 2. Melalui
yayasan
atau
organisasi
sosial
perusahaan.
Perusahaan
mendirikanyayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakansecara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan
menyelenggarakan CSR
melaluikerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintahan,
63
instansi pemerintahan, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial. Dibandingkan dengan model lainnya, polaini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dankemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.
2.1.7.5 Manfaat Corporate Social Responsibility Manfaat Corporate Social Responsibility yang dikemukakan oleh Totok Mardikanto (2014) menyatakan bahwa ada beberapa manfaat yang tidak hanya dirasakan oleh korporasi dan pemerintah, tapi juga oleh masyarakat, diantaranya sebagai berikut : 1. manfaat Corporate Social Responsibility bagi masyarakat. a. Peluang penciptaan lapangan kerja, pengalaman kerja, dan pelatihan. b. Pendanaan investasi komunitas, pengembangan infrastruktur. c. Keahlian komersial. d. Kompetensi teknis dan personal individual personal pekerja yang terlibat. e. Refresentasi bisnis sebagai promosi dan prakarsa-prakarsa komunitas. 2. Manfaat Corporate Social Responsibility bagi pemerintah.
64
a. Dukungan pembiayaan, utamanya karena keterbatasan anggaran pemerintah untuk membiayai pembangunan yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan. b. Dukungan
sarana
dan
prasarana
(ekonomi,
kesehatan,
pendidikan/pelatihan, tempat ibadah, sarana olahraga, kesenian dan lain-lain. Baik yang (sudah) dimiliki maupun yang dibangun melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). c. Dukungan keahlian melalui keterlibatan personil perusahaan utamanya pada kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat. d. Keterlibatan Responsibility,
pegiat
LSM
merupakan
dalam sumber
kegiatan
Corporate
Social
belajar,
utamanya
dalam
menumbuhkan, menggerakan, dan memelihara partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
3. Manfaat Corporate Social Responsibility bagi korporasi. a. Meningkatkan citra perusahaan. Dengan melakukan Corporate Social Responsibility konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat. b. Memperkuat brand perusahaan. Melalui kegiatan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.
65
c. Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan. Dalam melaksanakan kegiatan Corporate Social Responsibility, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut. d. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya. Jika Corporate Social Responsibility
dilakukan
sendiri
oleh
perusahaan,
perusahaan
mempunyai kesempatan sendiri untuk menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakan dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama. e. Menghasilkan pengaruh
inovasi dan pembelajaran untuk
perusahaan,
memilih
kegiatan
meningkatkan
Corporate
Social
Responsibility yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan
kreativitas.
Merencanakan
Corporate
Social
Responsibility secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global. f. Membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan. Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan Corporate Social Responsibility. Demikian juga penyedia dana, seperti perbankan lebih
66
memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility. g. Meningkatkan harga saham, pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan Corporate Social Responsibility yang sesuai dengan kegiatan bsinis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis (investor, kreditur, dll), pemerintah, akademisi maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat.
2.1.7.6 Metode Pengukuran Corporate Social Responsibility Menurut Martin Freedman dalam Rimba Kusumadilaga (2010), ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial, yaitu: 1. pemeriksaan sosial (Social Audit) 2. Laporan Sosial (Social Report) 3. Pengungkapan Sosial dalam Lapotan Tahunan (Disclosure In Annual Report) Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut: 1. Pemeriksaan Sosial (Social Audit) Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program yang berorientasi sosial dari operasi-operasi yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas-aktivitas perusahaan yang memiliki
67
konsekuensi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktiviitas-aktivitas tersebut. 2. Laporan Sosial (Social Report) Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan-pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas-aktivitas pertanggungjawaban sosialnya. 3. Pengungkapan Sosial dalam Lapotan Tahunan (Disclosure In Annual Report) Pengungkapan sosial adalah pengungkpan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan
tahunan,
laporan
interiim/laporan
sementara,
prospektus,
pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa. Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Sedangkan informasi mengenai Corporate Social Responsibility Index (CSRI) berdasarkan GRI yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari website GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial sebagai dasar sustainability reporting. Mengingat masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang melaporkan kinerja ekonomi, sosial, dan
68
lingkungannya dalam bentuk sustainability reporting, maka penelitian ini pun terbatas hanya pada data-data yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini juga agar tidak terjadi kesenjangan antara perusahaan yang sudah membuat sustainability reporting dengan perusahaan yang belum membuatnya. Perhitungan CSRI dilakukan dengan menggunakan pendekatan dikotomi, yaitu setiap item Corporate Social Responsibility dalam instrumen penelitian diberi nilai 1 jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Kharisma Nandasari, 2013: 52). Selanjunya, skor dari setiap item dijumlahkan untuk memperoleh keseluruhan skor untuk setiap perusahaan. Rumus perhitungan CSRI adalah sebagai berikut:
Dimana : CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan : Jumlah item untuk perusahaan = 79 : 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item tidak diungkapkan. Dengan demikian, 0 < CSRIj > 1
2.1.7.7 Teori Corporate Social Responsibility (CSR) 1. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
69
Teori legitimasi didefinisikan sebagai suatu pemikiran mengenai kontrak sosial yang terjadi antara perusahaan dengan masyarakat. Berdasarkan teori ini, sebagai upaya perusahaan untuk diterima oleh masyarakat, pengungkapan aktivitas sosial perusahaan harus dilakukan perusahaan yang akan menjamin kelangsungan hidup. Teori legitimasi memberikan
gambaran bahwa pelaksanaan dan
pengungkapan CSR harus dilakukan perusahaan semaksimal mungkin. Pengungkapan ini digunakan untuk melegitimasi aktivitas perusahaan di lingkungan masyarakat. Hal ini didasarkan pada alasan bahwa pengungkapan CSR akan menunjuukan tingkat kepatuhan suatu perusahaan (Gusti Ayu Made Ervina Rosiana, Gede Juliarsa, dan Maria M.Ratna Sari, 2013:4) 2. Toeri Stakeholder (Stakeholders Theory) Teori ini menyatakan bahwa bentuk tanggung jawab perusahaan tidak hanya kepada pemilik, tetapi juga tanggung jawab kepada masyarakat (stakeholder). Perusahaan juga harus bertanggung jawab kepada stakeholder dengan alasan bahwa pihak stakeholder merupakan pihak yang ikut memengaruhi dan dipengaruhi secara langsung maupun tidak terhadap aktivitas dan kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan (Nor Hadi, 2011: 95). 3. Toeri Kontrak Sosial (Social Contract Theory) Teori kontrak sosial muncul akibat adanya hubungan dalam kehidupan sosial masyarakat untuk mencapai keseimbangan hubungan, termasuk terhadap lingkungan. Perusahaan sebagai bagian dari masyarakat dan lingkungan akan saling memengaruhi satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mencapai keseimbangan, diperlukan suatu kontrak sosial (social contract), baik secara
70
eksplisit maupun implisit sehingga terjadi kesepakatan yang akan memberikan perlindungan terhadap kepentingannya (Nor Hadi, 2011: 87-95).
2.1.8
Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian empiris sebelumnya banyakk berfokus pada
hubungan CSR dengan nilai perusahaan maupun hubungan profitabilitas, struktur aktiva dan risiko bisnis dengan struktur modal. Beberapa penelitian terdahulu tersebut antara lain:
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No
Penelitian, Judul dan Hasil Penelitian Persamaan Tahun 1 Silvia Agustina,Pengaruh 1.Profitabilitas berpengaruh Profitabilitas Profitabilitas dan signifikan positif terhadap sebagai variabel Pengungkapan Corporate nilai perusahaan. independen Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan 2. Pengungkapan corporate (Studi Empiris pada social responsibility Perusahaan Manufaktur yang berpengaruh signifikan Terdaftar di Bursa Efek terhadap nilai perusahaan (Lanjutan Tabel 2.1) Indonesia), Desember 2012 2 Utfilah Amanti, Pengaruh 1. GCG terbukti CSR sebagai Good Corporate Governance berpengaruh negatif variable pemoderasi Terhadap Nilai Perusahaan terhadap nilai perusahaan dengan Pengungkapan namun tidak signifikan Corporate Sosial 2. Pengungkapan CSR Responsibility sebagai sebagai variabel Variabel Pemoderasi pemoderasi tidak terbukti (Studi Kasus Pada berpengaruh terhadap nilai Perusahaan Rokok Yang perusahaan Terdaftar Di BEI). (Jurnal) 3 I Gede Gora Wira Pratama 1. Struktur modal 1. Struktur Modal dan Ni Gusti Putu Wirawati, berpengaruh positif sebagai variabel Pengaruh Struktur Modal dan terhadap nilai independen Profitabilitas terhadap Nilai perusahaan 2. Memiliki variabel Perusahaan dengan 2. profitabilitas pemoderasi Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif Sebagai Pemoderasi, terhadap nilai Vol.15.3. (2016). (Jurnal) perusahaan 3. kepemilikan manajerial tidak mampu memoderasi pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan 4. kepemilikan manajerial
Perbedaan 1. 2. 3.
1. 2.
1. 2.
CSR sebagai variabel independen Nilai perusahaan sebagai variabel dependen Profitabilitas menggunankan rasio ROE
GCG sebagai variabel independen Nilai perusahaan sebagai variabel dependen
Profitabilitas sebagai variabel dependen Kepemilikan manajerial sebagai pemoderasi
71
5.
4
Catharina Anita Sulistyati, 1. Pengaruh Kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan CSR sebagai variabel moderasi, 2. 2011. (jurnal)
5.
Siti Komariyah, Pengaruh Return On Asset Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Yang Listing Di Jakarta Islamic Index (Jii) Periode 2011-2014, (2015). (jurnal) Bunga Sari Novita, Pengaruh Struktur Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas, Vol.2 Nomor.1 (2015) (jurnal)
6
1.
2.
1.
2.
3.
7
Imran Karo Karo, Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Struktur Modal Sebagai Variabel Pemoderasi (Lanjutan Tabel Pada 2.1) Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia, (2014). (jurnal) 8 Zohreh Hajihaa1 and Bahman Sarfaraz, The Investigation of the Relationship between Corporate Social Responsibility and Debt Cost in Tehran Stock Exchange Listed Companies, JETASVol.2-2 (2014). (jurnal internasional)
9
1.
2.
1.
2.
3.
Guillaume PIJOURLET, 1. Corporate Social Responsibility and Financing 2.
mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan kepemilikan manajerial memperlemah hubungan antara profitabilitas yang diproksikan dengan ROA terhadap nilai perusahaan. Kinerja keuangan (ROA) Corporate Social berpengaruh positif Responsibility terhadap nilai Sebagai Variabel perusahaan Moderasi Pengungkapan CSR tidak mampu mempengaruhi hubungan antara kinerja keuangan dengan nilai perusahaan ROA berpengaruh 1. ROA sebagai terhadap nilai variabele perusahaan independen CSR terbukti tidak dapat 2. Corporate Social memoderasi hubungan Responsibility antara ROA dan nilai Sebagai Variabel perusahaan Moderasi
Perbedaan pemilihan populasi.
pada sampel
luas dan
Nilai Perusahaan sebagai variabel dependen
struktur modal memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan return on asset Struktur modal tidak memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap profitabilitas yang diukur dengan return on equity Likuiditas memiliki pengaruh signifikan positif terhadap profitabilitas variabel independen yang diteliti yaitu CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan kebijakan struktur modal tidak mampu menjadi variabel pemoderasi.
Pengukuran variabel 1. profitabilitas menggunakan ROA 2.
pengungkapan variabel tanggung jawab sosial perusahaan tidak berpengaruh pada biaya utang. menunjukkan hubungan negatif yang signifikan antara kinerja sosial dan biaya utang. tiga variabel kontrol (LEV, SIZE, BETA) tidak signifikan secara statistik kinerja CSR berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan dengan CSR
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan biaya utang
Tidak terdapat variabbel moderasi
Corporate Social Responsibility dan struktur modal
Tidak terdapat moderasi
3.
Luas pemilihan 1. sampel dan populasi 2. 3.
Variabel dependen profitabilitas Variabel independen struktur modal Tidak menggunkan variabel moderasi
variabel independen yaitu CSR variabel dependen nilai perusahaan kebijakan struktur modal sebagai variabel moderasi
variabel
72
10
Decisions (jurnal internasional)
tinggi masalah kinerja ekuitas lebih sering
Sadok El Ghoula, Omrane 1. Guedhamib, Chuck C. Y. Kwokb, Dev R. Mishrac, Does corporate social responsibility affect the cost 2. of capital?, journal of Banking & Finance, Vol.35(2011) (jurnal internasional)
perusahaan dengan skor CSR yang lebih tinggi menunjukan pembiayaan ekuitas lebih murah investasi dalam meningkatkan hubungan karyawan yang bertanggung jawab, kebijakan lingkunagn, dan strategi produk berkontribusi besar untuk mengurangi biaya ekuitas perusahaan partisipasi dalam dua industri yaitu tembakau dan tenaga nuklir meningkatkan biaya perusahaan dari ekuitas perusahaan dengan praktik yang bertanggungjawab secara sosial memiliki penilaian yang lebih tinggi dan risiko yang lebih rendah Terdapat hubungan positif antara struktur modal dan nilai perusahaan
3.
4.
11
12
Maurizio La Rocca, The influence of corporate governance on the relation between capital structure and value, Vol.7 No.3 (2007) (jurnal internasional) Ni Wayan Aditya Putri 1. Pertiwi, Luh Gede Sri Artini.”Pengaruh Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Keputuusan Investasi 2. Terhadap Struktur Modal(study kasus pada Perusahaan Property dan 3. Real Estate yang terdaftar di BEI”.2014.Universitas Udayana (jurnal)
Erni R. Ernawan. “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”. 2014. Program studi manajemen universitas pasundan. (jurnal)
14
Nurshadrina Kartika Sari. “Determinan Struktur Modal Bank”. 2013. (jurnal)
Struktur sebagai dependen
Berhasilnya CSR tidak akan lepas dari peran serta pengusaha, pemerintah serta masyarakat sendiri. CSR tidak hanya terbatas pada konsep pemberian bantuan dana kepada lingkungan sosial, namun juga bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya dengan tidak diskriminatif, menjaga hubungan baik dengan pemasok serta program yang dijalankan bersifat jangka panjang dan berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukan bahwa ROA sebagai ukuran profitabilitas bukan merupakan determinan
Tidak terdapat moderating
modal 1. variabel 2.
Risisko Bisnis 1. berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. (ROA) berpengaruh 2. negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Keputusan Investasi 3. (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. 4.
(Lanjutan Tabel 2.1) 13
1. Tanggung jawab sosial 2. biaya modal ekuitas
variabel
Peran modal governance sebagai variabel moderasi Berfokus pada hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan. Tidak terdapat Variabel moderating Tidak menggunakan Keputusan Investasi Sebagai Variabel Bebas melainkan Struktur Aset.
Risiko Bisnis dan 1. Profitabilitas sebagai Variabel 2. bebas. Struktur Modal sebagai variabel terikat Rasio Profitabilitas menggunakan ROA Rasio Struktur Bisnis menggunakan Standar Deviasi ROA Tanggung jawab 1. Stake holder sosial 2. etika bisnis
1. Profitabilitas 2. Risiko Bisnis 3. struktur modal
1. Likuiditas 2. Dividen, 3. Kepemilikan Manajerial, 4. Kepemilikan Institusional
73
struktur modal bank. 15
5. Umur Bank.
Cahyani Nuswandari. “Determinan Struktur Modal Dalam Perspektif Pecking Order Theory dan Agency Theory”. 2013 (jurnal) Ayu Indira Mega Susanti. “Determinan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan. 2013 (jurnal)
1. Profitabilitas berpengaruh negative terhadap struktur modal. 2..
1. Profitabilitas 2. Risiko Bisnis 3. Struktur Modal
1. Ukuran perusahaan 2. Growth Opportunity 3. Kepemilikan Manajerial
1. profitabilitas berpengaruh signifikan dengan struktur modal 2. struktur aset berpengaruh signifikan dengan struktur modal
1. profitabilitas 2. struktur aset 3. struktur modal
1. pertumbuhan perusahaan 2. Nilai perusahaan
Jaja Suteja. “Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan, dan Faktor Eksternal Pada penentuan Nilai Perusahaan”. 2009. Universitas Pasundan Bandung. (jurnal) Sucita Wijaya I Putu Andre. “Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aset, Dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal Serta Harga Saham, 2014 (jurnal) Dini Astriyani. Pengaruh Struktur Aktiva dan Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal yang berdampak pada Profitabilitas. 2014. (jurnal)
Profitabilitas berpengaruh negative terhadap struktur modal.
1. Profitabilitas 2. Struktur Modal
1. Likuiditas 2. Volatilitas laba 3. Ukuran perusahaan 4. Capital Expenditure 5. Nilai Tukar 6. Krisis Ekonomi 7. Nilai perusahaan
1.Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. 2. Struktur aset berpengaruh terhadap struktur modal
1. Profitabilitas 2. Struktur Aset 3. Struktur Modal
Pertumbuhan Harga Saham
1. Struktur Aktiva berpengaruh positif terhadap terhadap struktur modal. 2. struktur modal berpengaruh negative terhadap profitabilitas.
1.Struktur Aktiva 2. Struktur Modal 3. Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
20
Rista Bagus Sartika.”Menentukan Struktur Modal Perusahaan MAnufaktur di Bursa Efek Indonesia”.2011. Universitas Sikubank (jurnal)
1. Profitabilitas 2. Struktur Aset 3. Struktur Modal
Pertumbuhan penjualan
21
Glenn Indrajaya, Herlina, Rini Setiadi. “Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal: Studi Empiris Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 20042007”. 2011. (jurnal) Ida Bagus Gede Nicko Sabo Adiyana dan Putu Agus Ardiana. “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Pertumbuhan Aset, Profitabilitas dan Likuiditas Pada Struktur Modal”.2014. Universitas Udayana. (jurnal) Indah Putri Utami.”Analisis
1.profitabilitas berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan, semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah struktur modalnya. 2. Struktur aset tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. 1.Profitabilitas memiliki pengaruh yang negative dan signifikan terhadap struktur modal 2. struktur aset berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal 3. Risiko bisnis memiliki pengaruh simultan yang signifikan terhadap struktur modal
1.Profitabilitas 2. Struktur Aset 3. Struktur Modal 4. Risiko Bisnis
1.Ukuran Perusahaan
1.Risiko Bisnis tidak berpengaruh pada Struktur Modal 2. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada struktur modal.
1. Risiko Bisnis 2. Profitabilitas 3. Struktur Modal
1.
1.Tanggung
16
17
18
19
22
23
terdapat
risiko-risiko
Jawab
Penjualan
-
Kinerja Keuangan
74
pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, Risiko Bisnis dan Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT. Petrokimia Gresik”.2012. Universitas Brawijaya. (jurnal)
yang dihadapi PT. Petrokimia Gresik 2. CSR dapat mereduksi risiko bisnis perusahaan
Sosial 2. Risiko Bisnis
Sumber: berbagai Jurnal Internasional dan Jurnal Nasional, diolah penulis (2016)
Pada penelitian ini, faktor yang akan diteliti merupakan tiga variabel independen yaitu Profitabilitas, Struktur Aset, dan Risiko Bisnis. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan Corporate Social Responsibility sebagai Variabel Moderasi dan Struktur Modal sebagai variabel dependen.
2.2
Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teoriberhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting (Sugiyono, 2013:154). Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management adalah menggabungkan sumber – sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010).
75
Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana dan penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dari sumber intern ataupun sumber ekstern perusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva perusahaan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut dengan sebaik – baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan – gangguan finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan. Penelitian ini ditekankan pada Return on Asset, tangibility, dan standar deviasi ROA yang menyangkut tentang struktur modal dan akan membahas faktor-faktor tersebut akan diimplementasikan ke dalam bentuk regresi untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel baik secara simultan maupun parsial. Faktor-faktor tersebut adalah Profitabilitas (Return on Asset), Struktur Asset (Tangibility), dan Risiko Bisnis (Standar Deviasi ROA).
2.2.1
Pengaruh Profitabilitas Perusahaan Terhadap Struktur Modal Return on Asset merupakan perbandingan antara laba sebelum pajak
dengan total aktiva atau dapat dikatakan perbandingan
antara laba bersih
76
dengan total aset, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset. Sebaliknya bila ROA kecil maka tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan akan kecil dan posisi perusahaan akan kurang baik. Fahmi (2012:82) pengertian ROA adalah mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Return on Asset (ROA) atau disebut juga dengan Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. Return on Asset (ROA) merupakan salah satu analisa keuangan yang memiliki arti penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh. Analisis Return on Asset (ROA) merupakan teknik yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan dan investor untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on Asset (ROA) yang tinggi selain menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam bentuk asset juga dapat berarti terjaminnya kebutuhan dana bagi perusahaan dalam operasinya dimasa yang akan dating. Semakin tinggi rasio ini, menunjukan kinerja perusahaan yang semakin baik serta akan berdampak pada naiknya harga saham perusahaan tersebut. Semakin tinggi besarnya profitabilitas yang dihasilkan, semakin
77
rendah struktur modalnya. Kondisi ini menunjukan bahwa keputusan manajemen menurunkan penggunaan hutang ketika profitabilitas (ROA) yang dihasilkan tinggi. Situasi ini sesuai dengan konsep peking order theory, dimana manajemen memilih pembiayaan dari dalam untuk menambah kebutuhan modalnya. Penggunaan hutang hanya akan dilakukan jika pembiayaan dari dalam tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan modal yang diperlukan. Hasil penelitian ini sesuai dan mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rista Bagus Sartika (2011) yang menemukan bahwa profitabilitas (ROA), berhubungan negartif dengan struktur modal. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian dari jaja suteja (2009), yang menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negative terhadap struktur modal. Hasil penelitian lainnya yang sesuai dengan hasil penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Cahyani Nuswandari (2013), dalam penelitiannya juga menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
2.2.2
Pengaruh Struktur Aset Terhadap Struktur Modal Struktur asset merupakan perimbangan atau perbandingan antara
aktiva tetap dan total aktiva (Weston dab Brigham, 2010:6), sedangkan menurut syamsudin (2007:9) dalam agustini (2015) menjelaskan bahwa struktur asset adalah penentuan besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur aset merupakan perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva yang di dapat menentukan
78
besarnya alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva. Struktur aset perusahaan memiliki peranan penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan yang memiliki aktiva tetap jangka panjang tinggi, karena permintaan akan produk mereka tinggi akan banyak menggunakan utang hipotik jangka panjang. Struktur aset perusahaan memainkan peranan penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset tetap jangka panjang yang tinggi, dikarenakan permintaan akan produk mereka tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan penggunaan utang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kestabilan tingkat profitabilitas, tidak terlalu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Pengaruh stuktur aset terhadap struktur modal adalah positif tetapi tidak signifikan terhadap struktur modal. Kondisi ini menunjukan ada kecenderungan bergerak dengan arah yang sama antara struktur aset dengan struktur
modal,
meskipun
pengaruh
pergerakannya
tidak
signifikan.
Manajemen tidak terlalu memperhatikan struktur aset dalam keputusannya untuk menggunakan atau menambah hutang. Namun demikian, manajemen tidak sepenuhnya mengabaikan struktur aset, karena struktur aset disini akan menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Hal ini terbukti dengan adanya pengaruh yang positif meskipun pengaruh tersebut secara statistik tidak signifikan,
tetapi
cukup
memperhatikan struktur aset.
menggambarkan
bahwa
manajemen
tetap
79
Hasil pengujian yang dilakukan oleh Agustini (2015) menunjukan bahwa struktur aset berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal. Kondisi ini menunjukan semakin tinggi struktur aktiva akan semakin meningkat struktur modal. Perusahaan yang sebagian besar aktivanya berasal dari aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang. Perusahaan dengan jumlah aktiva tetap yang besar dapat menggunakan utang lebih banyak karena aktiva tetap dapat dijadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman perusahaan, (Riyanto, 2011:298). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Devi dan Mulyo (2013) serta Ferawati (2014) yang menyatakan bahwa struktur aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Aktiva berwujud yang semakin besar akan menunjukan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi, sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan meningkatkan hutang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan hutang.
2.2.3
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal Brigham dan Houston (2011:157) risiko bisnis merupakan risiko aset
perusahaan jika perusahaan tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis dapat meningkat ketika perusahaan menggunakan hutang yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pendanaannya. Risiko timbul seiring dengan munculnya beban biaya atas pinjaman yang dilakukan perusahaan. Semakin besar beban biaya yang harus ditanggung maka semakin risiko yang dihadapi perusahaan
80
juga semakin besar. Hasil ini sejalan dengan penelitian Indrajaya dkk., (2012) yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal, berbeda dengan hasil penelitian Prabansari dan Kusuma (2005) menunjukkan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Risiko Bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Menurut Gitman (2009) dalam Seftianne dan Handayani (2011), risiko bisnis merupakan risiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Perusahaan dan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis lebih rendah. Risiko perusahaan yang tinggi pada umumnya lebih mengutamakan penggunaan dana internal daripada penggunaan utang maupun penerbitan saham. Hasil penelitian Prabansari dan Kusuma (2005) dan Nasruddin (2004) menemukan bukti bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Risiko bisnis dapat meningkat ketika perusahaan mengalami peningkatan dalam beban tetap operasional perusahaan, risiko ini timbul seiring dengan munculnya beban biaya atas kegiatan operasional yang dilakukan perusahaan. Semakin tinggi beban biaya yang harus ditanggung maka semakin besar pula risiko yang dihadapi perusahaan. Perusahaan dengan risiko yang tinggi akan menurunkan jumlah utang yang digunakan karena beban bunga pinjaman akan menambah beban tetap yang akan semakin
81
membebani perusahaan, dengan demikian pengaruh tersebut signifikan. Koefisien yang positif berarti semakin tinggi risiko bisnis maka semakin tinggi pula struktur modal sebuah perusahaan, dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Glenn Indrajaya (2011) bahwa variable risiko bisnis memiliki pengaruh parsial yang positif terhadap struktur modal.
2.2.4
CSR Memoderasi Risiko Bisnis Terhadap Stuktur Modal Adanya kebijakan mengenai kegiatan CSR, manajer berkeinginan
untuk perusahaan mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Sesuai dengan teori legitimasi yang menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma yang ada dalam masyarakat atau lingkungan di mana perusahaan berada, dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah”. Selain legitimasi, aktivitas CSR sangat membantu dalam membangun sebuah citra positif diantara para Stakeholder (sudana, 2011). Citra positif ini dapat meningkatkan reputasi perusahaan di pasar modal karena dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam mengalokasikan kontrak yang menarik dengan suppliers dan pemerintah, menetapkan premium price terhadap barang dan jasa, dan mengurangi biaya modal sehingga perusahaan mendapatkan peraturan pemerintah
yang
lebih
menguntungkan serta
pengawasan yang tidak terlalu ketat dari investor dan karyawan.
82
zHasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puspita (2012) menyatakan bahwa dalam pengungkapannya perusahaan telah melaksanakan CSR dengan cukup baik. Perusahaan benar-benar berkomitmen dalam melaksanakan
program
CSR
mereka
dengan
sebaik-baiknya.
Dalam
penelitiannya juga disebutkan bahwa terdapat risiko-risiko yang dihadapi perusahaan baik secara internal maupun secara eksternal. Demi menunjang keberlanjutan perusahaan, maka CSR
diperlukan untuk menciptakan
keseimbangan dan keberlanjutan serta hubungan kemitraan yang saling timbal balik antara perusahaan dan Stakeholder. Suteja (2009), Rista Bagus Sartika (2012), Cahyani Nuswandari (2009)
Profitabilitas (ROA) Risiko Bisnis (Standar Deviasi ROA)
Prabamsari dan Kusuma (2005), Glenn Indrajaya (2011), Indrajaya (2012), Ida Bagus dan Putu Agus (2014)
Struktur Modal (DAR)
Puspita (2012)
Corporate Social Responsibility (CSRDI, GRI 2006) Struktur Aset (Tangibility)
Devi dan Mulyo (2013), Ferawati (2014), Agustin
Glenn IndraJaya, Herlina, Rini Setiadi (2011) Gambar 2.1 Gambar Paradigma
Keterangan: Parsial Simultan
83
Kerangka
pemikiran
tersebut,
menunjukan
pengaruh
variabel
independen baik secara parsial maupun simultan terhadap strutur modal, dan seberapa besar pengaruh risiko bisnis dengan csr sebagai variable moderasi.
2.3
Hipotesis Penelitian Hipotesis menurut Sugiyono (2012:39) merupakan jawaban sementara
mengenai suatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris untuk mengetahui apakah pernyataan atau dugaan ini diterima atau ditolak. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Simultan 1. Profitabilitas, Struktur Aset, Risiko Bisnis berpengaruh secara simultan terhadap struktur modal. 2. Terdapat pengaruh risiko bisnis dengan Corporate Social Responsibility sebagai variable moderasi b.
Hipotesis Parsial
1. Profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal 2. Struktur Aset berpengaruh terhadap struktur modal 3. Risiko Bisnis berpengaruh terhadap struktur modal 4. Semakin tinggi tingkat Hubungan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Maka Risiko Bisnis yang dihadapi perusahaan semakin rendah dan Struktur Modal yang lebih rendah pula.