7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berpikir merupakan salah satu aktivitas mental yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia selain itu, berpikir merupakan aktivitas yang selalu dilakukan manusia bahkan ketika sedang tidur. Bagi otak, berpikir dan menyelesaikan masalah merupakan pekerjaan paling penting, bahkan dengan kemampuan yang tidak terbatas. Sehingga Berpikir merupakan salah satu daya paling utama dan menjadi ciri khas yang membedakan manusia dari hewan. Menurut Suwarma (2009: 3) berpikir adalah suatu kegiatan mental yang memperoleh pengetahuan, dan dalam proses belajar mengajar kemampuan
berpikir
dapat
dikembangkan
dengan
memperkaya
pengalaman yang bermakna melalaui persoalan pemecahan masalah. Sedangkan menurut Alvonco (2012) juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir adalah proses otak mengolah dan menterjemahkan informasi (stimulus) yang masuk melalui panca indra dengan kebahagian otak sadar atau bawah sadar yang menghasilkan arti dan sejumlah konsep. Santrock (2014: 9) juga mengemukakan pendapatnya bahwa berpikir adalah memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori. Berpikir sering dilakukan untuk membentuk konsep, alasan, berpikir kritis,
7 Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
8
membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Sehingga siswa dapat berfikir mengenai hal-hal konkret. Jika berpikir merupakan bagian dari kegiatan yang selalu dilakukan otak untuk mengorganisasi informasi guna mencapai suatu tujuan, maka berpikir kritis merupakan bagian dari kegiatan berpikir yang juga dilakukan otak. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak untuk mengubah informasi dan mengolah informasi untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan membentuk suatu konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan suatu masalah. Menurut Santrock (2014: 11) bahwa berpikir kritis yaitu berpikir reflektif, produktif dan mengevaluasi bukti, Sejalan dengan pendapat Desmita (2010: 161) yang berpendapat bahwa pemikiran kritis merupakan pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasiinformasi yang datang dari berbagai sumber (lisan atau tulisan), dan berpikir secara reflektif dan evaluatif. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran disekolah karena siswa di sekolah tidak hanya harus mengingat dan menyerap secara pasif berbagai informasi baru, melainkan mereka perlu berbuat lebih banyak bagaimana berpikir secara kritis dan memiliki kesadaran akan diri dan lingkungan, maka dari itu pendidik di sekolah haruslah mampu
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
9
membangun siswa untuk berpikir secara kritis. Menurut Sternber (Desmita: 2010) berpendapat bahwa ada beberapa usulan untuk mengembangkan pemikiran kritis pada anak yaitu (1) mengajarkan anak menggunakan proses-proses berpikir yang benar; (2) mengembangkan strategi-strategi pemecahan masalah; (3) meningkatkan gambaran mental mereka; (4) memperluas landasan pengetahuan mereka; (5) memotivasi anak untuk menggunakan ketrampilan-keterampilan berpikir yang baru saja dipelajari. Selain itu Johnson (2007: 183) juga berpendapat berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.
Berpikir
kritis
adalah
sebuah
proses
sistematis
yang
memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam, pemahaman yang mendalam yaitu pemahaman yang membuat kita mengerti maksud di balik ide yang mengarahkan hidup kita setiap hari. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu yang sangat jelas mengandalkan proses berpikir, dipandang sangat baik untuk diajarkan pada siswa karena didalamnya terkandung aspek-aspek yang secara langsung menuntut siswa untuk berpikir secara kritis. Selain itu juga dalam pembelajaran matematika proses berpikir itu merupakan suatu hal yang penting karena matematika pada hakekatnya berkenaan dengan
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
10
struktur dan ide abstrak yang disusun secara sistematis dan logis melalui proses penalaran. Sering kali tujuan utama dari pembelajaran matematika tidak lain untuk membiasakan agar siswa mampu berpikir logis, kritis dan sistematis. Oleh karena itu, maka dalam mempelajari matematika kurang tepat bila dilakukan dengan cara menghafal, namun matematika dapat dipelajari dengan baik dengan cara mengerjakan latihan-latihan. Dalam mengerjakan
latihan-latihan
tersebut
mulai
berpikir
bagaimana
menyelesaikan masalah tersebut dengan benar dan juga dengan proses yang sistematis maka diperlukan sebuah kegiatan berpikir kritis. Apabila dalam
pembelajaran
matematika
yang
dominan
mengandalkan
kemampuan daya pikir maka perlu membina kemampuan berpikir siswa khususnya
berpikir
kritis
agar
mampu
mengatasi
permasalahan
pembelajaran matematika tersebut yang materinya cenderung bersifat abstrak. Menurut Ennis (1993: 180) “critical thinking is reasonable reflective thinking focused on decending what to believe or do” yang mempunyai makna bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan (masuk akal) dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan tentang apa yang harus dipercaya atau dilakukan. Hal ini berarti didalam berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-rumusan yang memenuhi kriteria berpikir kritis hal ini dilakukan agar dapat membuat suatu keputusan. Berpikir kritis terdapat atas tiga tingkat yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
11
Selain itu terdapat dua belas indikator berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kemampuan berpikir yang diungkapkan oleh Ennis (1985) yaitu (a) memberikan penjelasan dasar (elementary clarification), (b) membangun ketrampilan dasar (basic support), (c) membuat inferensi (inference), (d) membuat penjelasan lebih lanjut (advanced clarification) dan (e) mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics). Kedua belas kemampuan tersebut adalah : (1) memfokuskan sebuah pertanyaan. (2) menganalisis suatu argumen. (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang. (4) mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber. (5) mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi (pengamatan). (6) membuat dan menilai secara umum ke khusus (deduksi), apakah pertanyaan tersebut bersifat benar. (7) membuat dan menilai secara khusus ke umum (induksi), apakah
pertanyaan
(mempertimbangkan
bersifat nilai
benar.
(8)
keputusan.
membuat (9)
dan
menegaskan
menilai dan
mempertimbangankan ketentuan. (10) mengidentifikasi asumsi. (11) memutuskan suatu tindakan. (12) menyusun, menyatukan, membuat dan mempertahanka argumen yang baru. Sedangkan Siegel (2003) memiliki pendapat sendiri mengenai kemampuan berpikir kritis, menurutnya berpikir kritis merupakan sikap berani memberikan pendapat yang berbeda dari yang lain, mengakui dan menegaskan sebuah argumen berdasarkan aturan yang berlaku. Disini ketika terdapat sebuah masalah, siswa terlebih dahulu mencari kebenaran
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
12
informasi yang didapatnya, sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut siswa berani menyampaikan pendapat yang berbeda apabila pernyataan tersebut tidak sesuai. Kemudian ketika siswa dapat mengakui sebuah argumen apabila ia telah menegaskan argumen tersebut sesuai aturan yang berlaku. Selain pendapat mengenai berpikir kritis Siegel (2003) juga mengungkapkan bahwa terdapat beberapa kemampuan dalam berpikir kritis yaitu : (1) kemampuan untuk memberikan pendapat yang baik saat mengevaluasi dan menilai suatu argumen, hal itu dilakukan untuk menilai berdasarkan pedoman darimana argumen tersebut di dapatkan, sehingga mereka dapat meyakini, menilai dan mengambil tindakan yang baik.(2) kemampuan untuk menilai berdasarkan pada pedoman, hal ini dilakukan untuk membenarkan suatu argumen sehingga argumen dapat dipercaya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulakan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan seseorang untuk mampu berfikir secara beralasan dan reflektif yang berfokus untuk menganalisis, menilai dan mengevaluasi suatu argumen yang dapat dipercaya kebenaranya untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan matematika. Ketika siswa berpikir kritis dalam matematika, mereka membuat keputusan-keputusan yang beralasan atau pertimbangan tentang apa yang dilakukan dan dipikirkan. Dengan kata lain, siswa mempertimbangkan
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
13
kriteria terhadap keputusan yang bijaksana dan tidak menebak dengan mudah atau menerapkan suatu rumus tanpa menilai relevansinya. Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas tentang kemampuan berpikir kritis, maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Siswa mampu memberikan argumen secara tepat. Kemampuan siswa untuk memberikan suatu argumen atau pendapat dengan berdasarkan dari mana argumen itu didapat, sehingga siswa dapat meyakini kebenaran suatu argumen. 2. Siswa mampu untuk menganalisis suatu argumen berdasarkan ketentuan. Kemampuan siswa untuk merinci informasi yang ada ke dalam bagian-bagian tahap penyelesaian sehingga bagian tersebut secara keseluruhan dapat dipahami dengan mudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Siswa mampu menilai dan mengevaluasi argumen berdasarkan pedoman Kemampuan siswa untuk membenarkan atau memberi sebuah penegasan pada argumen tersebut sehingga argumen tersebut dapat dipercaya. 2. Kepribadian Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
14
menghadapi kehidupan sehari-hari. Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinkan orang lain untuk memprediksi pola pikir atau tindakan yang akan diambil. Menurut Feist (2014: 4) menyatakan bahwa kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baik konsisten maupun individualitas pada perilaku seseorang. Sejalan dengan pendapat Santrock (2008) kepribadian adalah pemikiran, emosi, dan perilaku khas seseorang dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Yusuf (2011: 3) kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa latin persona yang berarti topeng yang digunakan oleh para aktor dalam suatu permainan atau pertunjukan. Dalam kehidupan sehari-hari kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri, jati diri seseorang, seperti: “ Saya seorang yang terbuka” atau “ Saya seorang pendiam”, (2) kesan umum seseorang tentang diri anda atau orang lain, seperti: “ Dia agresif” atau “ Dia jujur” dan (3) fungsi-fungsi kepribadian yang sehat atau bermasalah, seperti: “Dia baik” atau “ Dia pendendam”. Sedangkan menurut Dashiel (Yusuf, 2011: 3) mengemukakn bahwa kepribadian sebagai gambaran total tentang tingkah laku individu yang terorganisasi. Menurut Allport (Yusuf, 2011: 4) kepribadian yaitu “ personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustment to his environment” yang
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
15
berarti kepribadian merupakan organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang sistem psikofisik yang menentukan penyesuaiannya yang unik terhadap lingkungannya. Serta menurut Sudarsono (Yuwono,2010) yang membedakan peserta didik yang satu dengan yang lainnya adalah perbedaan tingkah laku. Perbedaan ini disebut kepribadian yang menggambarkan tingkah laku secara deskriptif tanpa memberi nilai. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian adalah gambaran tentang baik buruknya tingkah laku, emosi, tindakan, pemikiran seseorang yang mencerminkan dirinya sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungannya sebagai suatu ciri yang khas dalam dirinya. 3. Penggolongan Tipe Kepribadian Menurut Keirsey (1984) kepribadian digolongkan menjadi 4 tipe yaitu: guardian, artisan, rational, dan idealist. Menurut David Keirsey penggolongan ini di dasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh energinya (extrovert dan introvert), bagaimana seseorang mengambil informasi (sensing danintuitive), bagaimana seseorang membuat keputusan (thinking danfeeling), dan bagaimana gaya dasar hidupnya (judging dan perceiving). Tentunya masing-masing tipe kepribadian tersebut akan mempunyai karakter yang berbeda dalam menyelesaikan masalah matematika. Tipe kepribadiannya dinamakan sebagai The Keirsey Temperatur Sorter (KTS) dengan tujuan untuk membantu manusia lebih memahami dirinya sendiri.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
16
Seseorang yang lebih memilih untuk menjadi sumber energi dan suka dengan dunia luar lebih ke arah extrovert, sedangkan orang yang lebih suka menyendiri dan membangkitkan energi lebih ke arah introvert. Perbedaan extrovert dari introvert adalah cara bersosialisasi. Extrovert suka bergaul, menyukai interaksi sosial dan berfokus pada dunia luar. Sedangkan introvert tidak suka bergaul dengan banyak orang, mampu bekerja sendiri, fokus konsentrasi dan segala hal. Dalam istilah kepribadian extrovert ditulis sebagai E dan introvert ditulis I. Seseorang yang mempunyai sensing (S) mendeskripsikan dirinya menjadi orang yang praktis, sedangkan orang yang mempunyai intuitive (N) mendeskripsikan dirinya menjadi orang yang innovative. Sensing berpegang teguh terhadap hal-hal yang nyata, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka menggunakan pedoman pengalaman, data kongkrit serta fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Sedangkan intuitive melihat informasi dengan menggunakan pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat kemungkinan yang akan terjadi, memilih cara yang unik dan berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai pada masa mendatang). Seseorang yang thinking (T), lebih bersikap adil dalam mengambil keputusan. Mereka cenderung lebih menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan, kaku serta keras kepala. Mereka menerapkan prinsip dengan konsisten dan bagus dalam melakukan analisa.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
17
Sedangkan feeling (F) lebih melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai sosial yang dipercaya ketika mengambil keputusan. Judging (J) adalah seseorang yang bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur serta tidak suka hal-hal yang mendadak dan di luar perencanaan. Mereka selalu ingin mengikuti rencana tersebut. bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur dan perencanaan langkah demi langkah. Sedangkan perceiving (P) lebih bersikap fleksibel dan bertindak secara bebas untuk melihat beragam peluang yang muncul. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak. Berdasarkan pada ke empat temperamen, akan diuraikan gaya belajar pada masing-masing tipe kepribadian menurut Keirsey dan Bates (Yuwono : 2010) yaitu sebagai berikut: a. Tipe Guardian Tipe guardian adalah tipe yang menyukai kelas dengan model tradisional. Siswa dengan tipe ini menyukai pengajar yang dalam menjelaskan materi secara terstruktur dan sangat jelas. Sebelum mengerjakan tugas, tipe guardian menghendaki instruksi yang mendetail, termasuk kegunaan dari tugas tersebut. selain itu tipe guardian juga mempunyai kebiasaan yang baik dalam belajar yaitu pada saat mengerjakan tugas secara tepat waktu dan teliti. Tipe ini mempunyai ingatan yang kuat. Meskipun tidak selalu berpartisipasi
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
18
dalam kelas diskusi, tetapi tipe ini menyukai saat tanya-jawab dengan guru. b. Tipe Artisan Pada dasarnya tipe ini menyukai perubahan dan tidak tahan terhadap kestabilan. Artisan selalu aktif dalam segala keadaan dan selalu ingin menjadi perhatian dari semua orang, baik guru maupun teman-temannya. Bentuk kelas yang disukai adalah kelas dengan media presentasi, karena dengan demikian tipe ini dapat menunjukkan kemampuannya. Artisan akan bekerja dengan keras apabila dirangsang dengan suatu konteks. Segala sesuatunya ingin dikerjakan dan diketahui secara cepat, bahkan sering cenderung terlalu tergesa-gesa. Artisan akan cepat bosan, apabila pengajar tidak mempunyai teknik yang berganti-ganti dalam mengajar. c. Tipe Rational Tipe rational menyukai penjelasan yang didasarkan pada logika. Tipe ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Setelah diberikan materi oleh guru, biasanya rational mencari tambahan materi melalui membaca buku. Rational menyukai guru yang dapat memberikan tugas tambahan secara individu setelah pemberian materi. Cara belajar yang paling disukai adalah penemuan dan pemecahan masalah. Kelompok ini cenderung mengabaikan materi yang dirasa tidak perlu atau membuang waktu, oleh karenanya, dalam setiap pemberian materi,
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
19
guru harus dapat meyakinkan kepentingan suatu materi terhadap materi yang lain. d. Tipe Idealist Tipe idealist lebih menyukai untuk menyelesaikan tugas secara pribadi dari pada diskusi kelompok. Tipe ini selalu ingin meningkatkan kegunaan diri dan tipe ini dapat memandang persoalan dari berbagai perspektif. Menyukai membaca, dan juga menyukai menulis. Oleh karena itu, idealist kurang cocok dengan bentuk tes objektif, karena tidak dapat mengungkap kemampuan dalam menulis. Kreativitas menjadi bagian yang sangat penting bagi seorang idealist. Kelas besar sangat mengganggu idealist dalam belajar, sebab lebih menyukai kelas kecil dimana setiap anggotanya mengenal satu dengan yang lain. Menurut Keirsey (1998: 12) mengelompokkan jenis-jenis tipe kepribadian yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1 Jenis Pengelompokkan Tipe Kepribadian Jenis Pengelompokan
Tipe Kepribadian
ESTJ, ISTJ, ESFJ, ISFJ
Guardian
ESTP, ISTP, ESFP, ISFP
Artisan
ENTJ, INTJ, ENTP, INTP
Rational
ENFJ, INFJ, ENFP, INFP
Idealist
Keterangan: E = Extrovert (terbuka) S = Sensing (pancaindra) T = Thinking (berpikir) J = Judging (menilai)
I = Introvert N = Intuitive F = Feeling P = Perceiving
(tertutup) (intuisi) (perasaan) (mengamati)
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
20
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas , maka indikator pengelompokan tipe kepribadian siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Indikator pengelompokan tipe kepribadian siswa Jenis Pengelompokan
Tipe Kepribadian
ESTJ, ISTJ, ESFJ, ISFJ
Guardian
ESTP, ISTP, ESFP, ISFP
Artisan
ENTJ, INTJ, ENTP, INTP
Rational
ENFJ, INFJ, ENFP INFP
Idealist
4. Kajian Materi Kesebangunan dan Kekongruenan Pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesebangunan dan kekongruenan berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP) di sekolah SMP semester ganjil. SK: 1. Memahami kesebangunan bangun datar dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. KD: 1.1. Mengidentifikasi bangun-bangun datar yang sebangun dan kongruen. Indikator 1.1.1 Mengidentifikasi dua bangun datar sebangun atau kongruen 1.1.2 Mengidentifikasi
dua
segitiga
yang berkaitan
dengan sifat-sifat kesebangunan 1.1.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung
luas
dari
bangun-bangun
yang
sebangun
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
21
1.3. Menggunakan
konsep
kesebangunan
dalam
pemecahan
yang
melibatkan
masalah. Indikator
1.3.1
Memecahkan
masalah
kesebangunan dalam kehidupan sehari-hari. B. Penelitian Relevan Penelitian yang berkaitan dengan berpikir kritis matematis ditinjau dari tipe kepribadian David Keirsey telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Peneliti yang berkaitan dengan berpikir kritis matematis diantaranya adalah: 1. Ismaimuza (2011) menyatakan hasil penelitiannya adalah terdapat penjenjangan kelompok dalam penelitian kemampuan berpikir kritis matematis siswa jenjang kelompoknya yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok rendah dan presentase tiap kelompok berpikir kritis tinggi adalah 87,50, sedang adalah 64,64 dan rendah adalah 48,85. 2. Hidayanti (2016) menyatakan hasil penelitiannya bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada jenjang SMP tergolong rendah. Hal ini dikarenakan siswa yang memenuhi masing-masing indikator kemampuan berpikir kritis siswa masih dibawah 50%. Peneliti menggunakan 3 indikator yaitu indikator analisis, evaluasi dan inferensi, dan semua indikator terlihat masih tergolong rendah. Presentasi indikator kemampuan berpikir kritis adalah pada indikator analisis siswa tergolong rendah yaitu sebanyak 23% siswa yang menganalis dengan baik, dan pada indikator
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
22
evaluasi dan inferensi juga masih rendah karena 100% siswa tidak dapat melakukan evaluasi dan inferensi. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah samasama memfokuskan pada kemampuan berpikir kritis siswa. Perbedaan pada penelitian di atas yaitu memfokuskan pada penjenjangan dari keseluruhan siswa dalam kemampuan berpikir kritis, sedangkan penelitian ini memfokuskan kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan tipe kepribadian David Keirsey. Sedangkan penelitian yang berkaitan dengan tipe kepribadian adalah sebagai berikut : a. Yuwono (2010) menyatakan hasil penelitiannya adalah setiap siswa berbeda-beda dalam memahami masalah matematika dilihat dari masing-masing tipe kepribadiannya. Hal tersebut dapat diketahui yaitu pada tipe guardian dan artisan siswa tidak dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal sedangkan tipe rational dan idealist mampu menuliskan apa yang ditanya dan diketahui dalam soal. b. Dewiyani (2011) menyatakan hasil penelitiannya adalah karakter maupun atribut soft skills setiap mahasiswa itu berbeda dan dapat ditingkatkan melalui pengenalan terhadap profil proses berpikir berdasarkan tipe kepribadiannya. Persamaan penelitian tersebut adalah sama-sama meninjau dari tipe kepribadian, yaitu tipe kepribadian guardian, artisan, rational dan idealist. Perbedaan penelitian di atas adalah memfokuskan siswa dengan masing-
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
23
masing tipe kepribadian, sedangkan penelitian ini focus kepada kemampuan berpikir kritis matematis berdasarkan tipe kepribadiannya. C. Kerangka pikir Kerangka pikir bertujuan untuk memperoleh kejelasan mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Variabel yang akan diteliti adalah kemampuan berpikir kritis dan tipe kepribadian David Keirsey. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak untuk mengubah informasi dan mengolah informasi untuk mendapatkan suatu pengetahuan dan membentuk suatu konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan suatu masalah. Berpikir kritis matematis adalah kemampuan seseorang untuk mampu berfikir secara beralasan dan reflektif yang berfokus untuk menganalisis, menilai dan mengevaluasi suatu argumen yang dapat dipercaya kebenaranya untuk menyelesaikan atau memecahkan suatu permasalahan matematika. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam menguasai kemampuan berpikir kritis yaitu dengan memahami karakteristik siswa. Salah satu karakterisitik siswa yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran yaitu berkenaan dengan tipe kepribadian siswa. Kepribadian adalah gambaran tentang baik buruknya tingkah laku, emosi, tindakan, pemikiran seseorang yang mencerminkan dirinya sendiri dalam beradaptasi dengan lingkungannya sebagai sesuatu ciri yang khas dalam dirinya. Kirsey menggolongkan tipe kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu guardian, artisan rational dan idealist.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017
24
Tipe kepribadian antar siswa memliki ciri-ciri khusus dalam pembelajaran, sehingga setiap siswa mempunyai tipe kepribadian yang berbeda. Dari kepribadian yang berbeda dimungkinkan akan mengakibatkan kemampuan berpikir kritis yang berbeda Mengingat bahawa tipe kepribadian dan kemampuan berpikir kritis matematis siswa beragam, maka guru sebagai seorang
pendidik
yang
berkualitas
harus
mampu
membuat
siswa
mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan guru dapat memilih metode pembelajaran yang tepat. Sehingga siswa dapat terdorong dan termotivasi untuk lebih aktif dalam berpikir kritis.
Maka dengan
termotivasinya siswa dalam belajar matematika maka kemungkinan besar tingkat kemampuan berpikir kritis siswa akan jauh lebih baik lagi. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap tipe kpribadian siswa dan kemampuan berpikir kritis matematis guna mengetahui gambaran kemampuan berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari tipe kepribadian David Keirsey.
Deskripsi Kemampuan Berpikir..., Yani, fkip, 2017