BAB II Emiliano Zapata, Tentara Pembebasan Nasional Zapatista, dan Subcomandante Marcos
2.1. Emiliano Zapata Zapata adalah salah seorang tokoh revolusioner pada awal abad 20, yang memperjuangkan hak-hak penduduk Indian terutama dalam hal redistribusi tanah, Ia lahir di Morelos pada 8 Agustus 1879 sebagai seorang mestizo (keturunan campuran Indian – Spanyol). Ayah Zapata adalah pemilik perkebunan kecil dan keluarga tersebut dikenali dengan perjuangannya di masa lalu melawan kelompok konservatif di Meksiko dan bangsa Perancis, keluarga Zapata tercatat ikut mempertahankan wilayah pendudukan para bandit. 28 Zapata dianggap sebagai pahlawan Meksiko karena perlawanan yang dilakukannya terhadap pemerintah yang dianggap diskriminatif terhadap penduduk Indian di Morelos pada khusunya, sistem hacienda 29 yang diberlakukan oleh para tuan tanah menunjukkan disparitas di wilayah itu dan ketidakadilan yang luar biasa hebatnya. Secara esensial pasukan Zapatista – adalah pengikut Zapata – menginginkan tanah; sekali mereka memperoleh tanah, semua isu lain tampak tak berharga. Fokus sempit ini, sering menjadi keengganan Zapatista untuk memperluas operasi militer mereka keluar dari Morelos, membatasi pengaruh mereka pada orang-orang Meksiko lainnya yang kondisi dan latar belakangnya berbeda dengan mereka. Zapata tidak memperhatikan perlunya (atau tertarik pada) 28 29
Subcomandante Marcos, Bayang Tak Berwajah (Yogyakarta: Insist Press , 2003, hal. xv) Hacienda adalah lahan luas milik seorang tuan tanah atau pengusaha ternak
Universitas Sumatera Utara
buruh industri dan tak pernah tahu bagaimana cara mendapatkan dukungan mereka. Akibatnya Zapatista Cuma sedikit memahami perjuangan nasionalis Meksiko yang memperjuangkan martabat nasional. Meksiko di bawash kungkungan pengaruh negara dan modal asing. Ketika Zapatista menyadari itu tahun 1917, dia sudah terlambat untuk mencegah kekalahan Zapatista dari tangan orang-orang berpandangan lebih luas dan berkemampuan lebih besar dalam membangun koalisi-koalisi yang lebih kuat.30 Pada revolusi Meksiko awal abad 20, ada 5 tokoh yang disebut sebagai tokoh utamanya: Francisco Madero, Venustiano Carranza, Francisco Villa, Alvaro Obregon, dan Emiliano Zapata. Madero menumbangkan diktator Porfirio Diaz untuk menggantikannya berkuasa, sementara Carranza menggulingkan Victoriano Huerta. Tapi dari keduanya tidak didapati program tentang kaum tani dan kaum urban. Villa dan Obregon adalah pemberontak sekaligus reformis sosial. Pemerintahan Obregon menerapkan reformasi bidang agraria, perburuhan, dan pendidikan,
sementara Villa
merencanakan
koloni
militer-industri yang
merangkap warga sebagai tentara sekaligus pekerja. Cuma Zapata seorang yang revolusioner sejati. Ia menulis manifesto politik berjudul Plan de Alaya. 31 Dalam Plan de Ayala-nya itu dia menyatakan: “Ketahuilah! Bahwa tanah, hutan dan air yang telah dirampas oleh para penguasa hacienda, cientifico, atau cacique melaui tirani kekuasaan dan tipuan hukum, akan dikembalikan dengan segera pada rakyat atau warga yang berhak atas kekayaan itu sebelum mereka dirampok melalui kejahatan 30
Subcomandante Marcos, Bayang Tak Berwajah (Yogyakarta: Insist Press , 2003, hal. xvii) Subcomandante Marcos, Atas dan Bawah: Topeng dan Keheningan (Yogyakarta: Resist Book , 2005, hal. xxix-xxx)
31
Universitas Sumatera Utara
para penindas. Mereka mesti mempertahankan harta itu dengan sepenuh hati melalui kekuatan bersenjata.”32
Puncak perjuangan revolusi yang dilakukan oleh Zapata dilakukan tepatnya pada tahun 1910 melawan presiden berkuasa Porfirio Diaz, Diaz adalah seorang presiden diktator, bisa dibayangkan bagaimana pemimpin yang diktator, dia menciptakan pemusatan kekuasaan pada negara, semua aspek-aspek negara berada di bawah kontrol Diaz, seperti aspek sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pertahanan dan keamanan. Sehingga bisa dikatakan bahwa sangat kecil kemungkinan untuk bisa merubah sistem yang monopolistik tersebut mengingat kekuatan militer juga di bawah kontrol Diaz. Namun Zapata mempunyai komitmen untuk itu, untuk merubah sistem dan tata kelola pemerintahan yang tidak demokratis tersebut, perlawanan-perlawanan sebetulnya sudah dilakukan oleh Zapata semenjak terjadinya sistem hacienda oleh tuan tanah di wilayah kelahirannya Morelos, tetapi puncak dari gerakan revolusinya itu terjadi pada 1910 yaitu ketika diketahui telah terjadi kecurangan dalam pemilu yang dilakukan oleh Porfirio Diaz. Perlawanan terhadap presiden penguasa semakin memanas semenjak Francisco I. Madero, pemimpin oposisi peserta pemilu dipenjara oleh Porfirio Diaz, presiden berkuasa. Selanjutnya Madero melarikan diri ke Texas, Amerika Serikat, dan di sana ia menyerukan ajakan perlawanan terhadap Diaz kepada rakyat Meksiko. Beberapa pasukan gerilya di Meksiko melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Diaz. Zapata sendiri memimpin tentaranya di Morelos (Ejército Libertador del Sur – Tentara Pembebasan Selatan) yang bersemboyan “Reforma, Liberta Justica y ley.” Berbagai kebijakan yang sudah dikeluarkan 32
Subcomandante Marcos, Bayang Tak Berwajah (Yogyakarta: Insist Press , 2003, hal. xvi)
Universitas Sumatera Utara
oleh Diaz ditolak oleh mayoritas penduduk Meksiko yang sehingga melemahkan legitimasi dari pemerintahan Diaz tersebut, dan hal tersebut tidak terlepas dari peran sentral Zapata yang menjadi garda depan gerakan perlawanan terhadap pemerintahan Diaz. Diaz akhirnya dikalahkan dan Madero menjadi presiden pada 6 November 1911. Dalam pemerintahan baru Madero, aturan baru agraria diberlakukan, namun Zapata kurang puas terhadap kebijakan Madero dalam pertanahan tersebut. Ia mendeklarasikan penolakan atas kepemimpinan Madero dan mendukung Pascual Orozco, pemimpin pemberontakan yang menjadi jenderal Madero. Zapata juga menegaskan bahwa revolusi yang berlangsung merupakan revolusi agraris dan sistem hacienda tidak boleh menguasai tanah lagi, melainkan tanah harus dimiliki oleh kota dan warga negara. Hal-hal tersebut dituangkan dalam dokumen yang disebut Plan de Ayala. Akhirnya, setelah Madero menunjuk gubernur yang lebih mendukung tuan tanah dan dinilai Zapata tidak dapat membenahi masalah pertanahan, Zapata menggerakkan tentaranya kembali. Pada 18 Februari 1913, Madero digulingkan oleh Victoriano Huerta, yang lalu memberikan amnesti kepada Diaz dan menekan gerakan rakyat untuk pembebasan tanah. Hal ini mengakibatkan bertambahnya pendukung Zapata, dan di utara muncul pula gerakan Villistas yang dipimpin Pancho Villa. Oposisi terhadap Huerta yang dipimpin Venustiano Carranza akhirnya berhasil. Carranza menjadikan dirinya sendiri kepala negara pada tanggal 15 Juli 1914, mengundang reaksi penolakan dari pihak Zapata di selatan maupun Villistas di utara. Gerilya kaum Villistas lalu diberantas, dan rezim Carranza menawarkan hadiah bagi yang dapat membunuh Zapata. Pada 9 April 1919, Kolonel Jesus Guajardo
Universitas Sumatera Utara
mengundang Zapata untuk bertemu dan menyatakan bermaksud untuk bergabung dengan kaum revolusioner. Zapata memenuhi undangan tersebut, namun ternyata Guajardo dan pengikutnya menjebak Zapata dan Zapata terbunuh pada 10 April 1919.
2.2. Sejarah Tentara Pembebasan Nasional Zapatista/EZLN Setelah perang saudara, Meksiko diperintah oleh Partai Revolusioner Institusional (PRI) tanpa terputus sejak digulingkannya diktator Porfirio Diaz pada 1911. Banyak orang Meksiko telah menjadi makin kecewa terhadap sistem yang didominasi oleh PRI, akibat penerapan sistem politik otoriter dimana dibatasinya kebebasan untuk mengajukan protes, menyatakan setuju atau tidak setuju dan usaha untuk mengadakan perubahan, meskipun demikian PRI tetap menjadi – dapat dikatakan sebagai – partai tunggal yang berjaya di Meksiko. Hal tersebut membuat kejenuhan dari penduduk Meksiko pada umumnya yang kemudian menciptakan gerakan-gerakan perlawanan terhadap pemerintah. Sistem politik yang diterapkan oleh pemerintah PRI – saya katakan pemerintah PRI dan bukan pemerintah Meksiko adalah karena dominasi dan masa kepemimpinannya yang sudah sampai 72 tahun lamanya menjabat sebagai pemerintah Meksiko mulai dari presiden Emilio Portes Gil (1928) hingga Ernesto Zedillo (2000) – yang sifatnya neoliberal, tidak terlepas dari peran Amerika Serikat yang sangat mendukung paham tersebut di balik partai PRI, padahal sistem yang digunakan itu tidak lah cocok dengan reaitas kehidupan Meksiko khususnya para petani adat yang tersebar di seluruh pelosok negara itu termasuk
Universitas Sumatera Utara
di dalamnya negara bagian Chiapas. Sebuah sistem yang hanya bertopengkan wajah demokrasi tetapi sebetulnya memiliki mindset penggemblengan/otoriter. Tak ada yang tahu persis sejarah EZLN kecuali tentu para pendirinya. Dinas rahasia dan militer Meksiko membuat serangkaian dugaan awal dan penyelidikan “asal jadi” yang malah memperkeruh kejelasannya. Awalnya para sejarawan dan jurnalis hanya bisa mengumpulkan data dari wawancara dengan komandan-komandan EZLN serta dari sejarah politik Chiapas itu sendiri. Namun perlahan sumber-sumber baru terkuak dan dibukukan, dan sedikit banyak kini bisa mendapat gambaran jelas bagaimana EZLN dulu dibentuk. Upaya serius pertama untuk melacak pendirian EZLN dilakukan oleh Carlos Tello dalam bukunya La rebelion de las Canadas. Barangkali lewat ayahnya yang pejabat tinggi, Tello bisa menembus arsip rahasia negara. Risetnya berhasil menyediakan bahan-bahan penting perihal sejarah awal EZLN, namun sepertinya ia sengaja mengabaikan transformasi internal EZLN dari kepemimpinan gerilyawan urban menjadi kepemimpinan masyarakat adat. Barangkali Tello memang tidak sepenuhnya independen. La rebelion de las Canadas terbit pada bulan Februari 1995 persis saat Presiden Ernesto Zedillo (pengganti Salinas de Gortari) melancarkan serangan militer baru di tengah-tengah perundingan damai. Pemerintah Zedillo memakai buku Tello sebagai alat propaganda dengan terus menyebutkan bahwa EZLN bukan gerakan adat namun ‘dikendalikan orang-orang kulit putih dari universitas.
33
EZLN tidaklah produk langsung jadi artinya bahwa sebelum terbentuknya kelompok ini ada kelompok lain yaitu sebagai kelompok awal yang kemudian 33
Subcomandante Marcos, Atas dan Bawah: Topeng dan Keheningan (Yogyakarta: Resist Book , 2005, hal. xix-xx)
Universitas Sumatera Utara
berevolusi menjadi EZLN, kelompok ini bernama Tentara Pemberontakan Meksiko (Ejercito Insurgente Mexicano atau EIM) yang didirikan seorang jurnalis terkemuka di akhir tahun ’60-an. Kelompok ini muncul sebagai akibat dari kesewenang-wenangan pemerintah Meksiko pada saat itu, kelompok ini berjuang karena masih marak diskriminasi terhadap masyarakat adat serta kemiskinan yang masih massif/tidak ada kesejahteraan. Sebagaimana yang diketahui bahwa gerakan-gerakan pemberontakan yang terjadi di Meksiko kebanyakan hanya memperjuangkan kepentingan kelompok dan bukan kepentingan nasional, seperti EIM yang terdiri dari kalangan mahasiswa yang dimana kelompok ini nantinya akan berubah nama menjadi Tenaga pembebasan Nasional (Fuerzas de Liberacion National atau FLN) yang dibentuk pada Agustus 1969 dan juga anggota dari kelompok ini sebagiab besarnya adalah para mahasiswa. Kerja utama FLN tidaklah seperti kegiatan mahasiswa pada umumnya yang selalu berdemonstrasi menuntut pendidikan murah dan lain sebagainya tetapi kegiatan dalam kelompok ini adalah menumpuk senjata dan mencari tempattempat persembunyian yang nantinya digunakan sebagai alat untuk memberontak. Namun mereka tak mau ikut-ikutan merampok bank sebagaimana yang sering dilakukan gerilyawan urban lainnya sesudah pembantaian militer terhadap demonstrasi damai mahasiswa UNAM tahun 1968. Secara ideologis FLN mengikuti jalur Che Guevara dan anti komunisme Soviet. Pimpinan mereka seorang dosen hukum Universitas Nuevo Leon berusia 26 tahun yang bernama Cesar German Yanez. Adiknya, Fernando Yanez, nantinya akan berperan besar dalam pembentukan EZLN maupun sebagai perantara EZLN pasca 1994. Aparat keamanan Meksiko mencium gelagat sel-sel
Universitas Sumatera Utara
klandestin FLN dan merazia markasnya di Nuevo Leon tahun 1971. Cesar yang kini memakai nama perang Pedro, berhasil lolos bersama beberapa kawannya, pada awal 1972 mereka kembali ke Chiapas. Tahun 1974 aparat kembali menggerebek tempat persembunyian FLN di Monterrey. Dua anggotanya tertangkap dan pengakuan mereka membuahkan penggerebekan markas FLN dekat Mexico City. Lima orang terbunuh. Pukulan telak tiba ketika tentara federal menyerbu kamp pelatihan di Hutan Lacandon dan membunuh Pedro serta empat rekan lainnya. 34 FLN harus kembali ke Chiapas karena di sanalah mereka paling kuat berakar. Tapi di Chiapas sudah ada kelompok lain yang dalam beberapa hal sejalan dengan mereka dan dalam beberapa hal lain sangat bertentangan, yakni: Gereja Katolik. Keuskupan San Cristobal de Las Casas, di bawah kepemimpinan progresif Uskup Samuel Ruiz, sudah aktif mengorganisir komunitas-komunitas adat sejak awal 1970-an. Ruiz adalah salah seorang peserta Konsili Vatikan II yang menghasilkan perubahan-perubahan mendasar dalam doktrin Gereja. Ia juga ikut merumuskan lahirnya teologi pembebasan dalam Konfrensi Medellin. Prinsip Ruiz berbeda dengan ideologi yang di usung oleh FLN dimana Ruiz tidak pernah menerima gerakan bersenjata sedangkan FLN adalah sebalikya, Ruiz lebih menyukai sebuah pergerakan perubahan melalui cara damai yaitu melalui mobilisasi massal demokratis. Komandan perempuan Elisa – salah seorang yang berhasil selamat dari serbuan tentara tahun 1974 – menangani program kesehatan masyarakat DESMI (Pembangunan Sosial-Ekonomi Penduduk Adat Meksiko). Bulan November 1983
34
Ibid,. Hal. xxi-xxii
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan nasional FLN tiba di Chiapas dan siap membentuk aparat militer mereka. Sesuai tekad ini maka diadakan pembubuhan nama perang baru. Fernando Yanez menjadi Comandante German untuk mengormati kakaknya yang tewas. Juan menjadi Rodrigo. Dan bersama mereka turut datang Kapten Zakarias yang masih muda dan luar biasa cerdas. Zakarias inilah yang nanti akan berganti nama menjadi Marcos. 35 Jumlah anggota FLN pun semakin hari semakin bertambah sehingga memiliki basis struktur organisasi yang besar dan kuat, FLN juga membentuk sebuah sub organisasi yang dikenal dengan Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN). EZLN bertugas sebagai rekrutmen anggota serta sebagai sebuah organisasi yang memberikan pelatihan bersenjata bagi para anggota FLN. EZLN juga mejadi sebuah basis kekuatan militer FLN dalam melakukan perlawanan bersenjata, serta dalam pengembangan jaringan FLN di tiap-tiap kota. EZLN pun dikonseptualkan sebagai sayap bersenjata struktur tripartit FLN yang bertugas menghubungkan FLN dengan massa kaum buruh di pedesaan seraya memberlakukan langkah-langkah dan aturan lokal yang menguntungkan rakyat zona itu. Yang terpenting, EZLN harus membebaskan wilayah tempatnya beroperasi guna mendirikan otoritas revolusioner rakyat di zona-zona dimaksud. Tujuan terakhir ini baru bisa tercapai 14 tahun kemudian, saat KotaprajaKotapraja Otonom Zapatista diresmikan tahun 1997. Di
bawah
kepemimpinan
Elisa,
Marcos
naik
pangkat
menjadi
Subcomandante bersama dua kapten lainnya, Daniel dan Pedro. Sambil terus melebarkan unit-unit pertahanan ini, mereka mulai aktif meyusun pasukan tempur
35
Ibid,. Hal. xxiv
Universitas Sumatera Utara
EZLN. Periode penggalangan komunitas inilah yang nanti akan menimbulkan perubahan mendalam baik dalam struktur organisasi maupun konsepsi-konsepsi gerakan Zapatista mengenai demokrasi. Lebih dari sekali Marcos mengatakan dalam pelbagai wawancara bahwa komunitas adat lah yang mengubah budaya politik EZLN. “Kami coba bangun partai politik yang berawal dari EZLN, yang akan menggarap penugasan komunitas-komunitas adat. Tapi tak jalan, mengapa? Sebab ada budaya lain, cara lain dalam mempraktikkan politik. Orang-orang ini sama sekali tidak buta politik. Mereka punya cara lain dalam berpolitik. 36 “Itulah dulu asal muasal EZLN: sekelompok “kaum tercerahkan” yang datang dari kota untuk “membebaskan” kaum tertindas. Namun tatkala dihadapkan pada realitas komunitas adat, mereka terlihat lebih mirip bohlam putus ketimbang “kaum tercerahkan”. Butuh berapa lama sampai kami sadar bahwa kami harus belajar mendengar, dan sesudahnya , bicara? Aku tidak begitu pasti, … tapi aku hitung-hitung sekitar dua tahun setidaknya. Berarti bahwa apa yang dulunya perang gerilya revolusioner klasik di tahun 1984 (pemberontakan
massa
bersenjata,
merebut
kekuasaan,
pemberlakuan sosialisme dari atas, banyak patung dan nama para pahlawan serta martir dimana-mana…), pada tahun 1986 sudah menjadi kelompok bersenjata yang sebagian besarnya orang adat, menyimak
penuh
perhatian
dan
mencelotehkan
kata-kata
pertamanya bersama seorang guru baru: Penduduk Indian.” 37
36
Wawancara dengan Samuel Blixen dan Carlos Fazio, diambil dari harian Uruguay, Brecha. Lihat Bayang Tak Berwajah, Hal. 347 37 Subcomandante Marcos, Kata Adalah Senjata (Yogyakarta: Resist Book , 2006, hal. 145)
Universitas Sumatera Utara
Marcos mulai membalik kepemimpinan FLN yang bersifat hirarkis militeristik menjadi kepemimpinan yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi ala masyarakat adat. Marcos mengaktifkan Komite Klandestin Revolusioner Adat (Comite Clandestino Revolucionario Indigena atau CCRI) sebagai Komando Jenderal EZLN untuk menumbuhkan kontrol masyarakat terhadap struktur militernya sendiri. CCRI adalah sekelompok perorangan yang dipilih oleh komunitas-komunitas Zapatista untuk mewakili mereka. Para perwakilan ini mengomandoi struktur militer dan sebalikya diawasi oleh dewan komunitasnya masing-masing. Dengan demikian semua keputusan diambil langsung dari komunitas itu sendiri berdasarkan proses-proses semacam konsultasi atau referendum, sebagaiman keputusan untuk mengangkat senjata pada Malam Tahun Baru 1994. Pemerintah nanti menuduh CCRI sebagai pajangan belaka dan bahwa seluruh keputusan EZLN diambil oleh Marcos pribadi. 38 Namun Marcos menukas: “Aku tidak bisa memberi komando secara militer. Tak seorang pun akan
mengerti.
Marcos
tidak
butuh
Komite
Klandestin
Revolusioner Adat sebagai justifikasi, tapi keharusan. Untuk membuat putusan politik dan mendesakkan komando milikter, Marcos butuh otoritas yang berlaku di semua komunitas. Ia butuh izin komunitas untuk memberi perintah perang, memberi perintah mundur. Kalau aku tak punya izin itu, aku tidak eksis sebagai komandan militer.” 39
Jauh sesudahnya, Marcos mengakui bahwa struktur hirarkis militer tradisional masih terus membayangi penerapan demokrasi desa yang sejati. Oleh 38 39
Ibid,. Hal. xxvii Subcomandante Marcos, Bayang Tak Berwajah (Yogyakarta: Insist Press , 2003, hal. 348)
Universitas Sumatera Utara
karena itu dalam pelaksanaan Kotapraja Otonom, Komunitas-komunitas Zapatista terus bereksperimen dengan bentuk pemerintahan swakelola yang pailng tepat, antara lain dengan memisahkan sistem komando militer dari proses pengambilan keputusan di desa dan komunitas. Tata demokrasi seperti inilah yang nanti oleh EZLN dirangkum dalam istilah memerintah dengan patuh, di mana ada satu kontrol yang efektif terhadap orang yang dipercayai untuk memerintah dari orang-orang yang diperintahnya. Banyak kritik dilontarkan pada mereka mengenai prinsip ini, sebagian katanya tidak cocok dengan parameter ilmu politik modern manapun. Saat ditanya apakah EZLN serius bahwa prinsip ini bisa diterapkan di aras nasional, Marcos menjawab, “Yang aku tahu cara lain tidak berjalan. Apa yang ada sekarang tidak jalan”. 40 Pada kesempatan lain Marcos juga menulis: “Sekarang jelaslah bahwa perbedaan antara Zapatista dengan organisasi politik lainnya bukan terletak pada senjata atau topengtopeng ski. Yang membuat kami berbeda adalah dasar politik kami. Organisasi-organisasi politik, entah itu partai kanan, berupaya meraih kekuasaan . . . Satu sama lain mendeklarasikan diri sebagai pimpinan kita dan mereka minta kita mengikuti dan mendukung mereka dalam memegang kekuasaan . . . Satu sama lain berjanji akan membenahi masa depan kita sampai kita puas. Kami tidaklah demikian. Kami tidak ingin orang lain, entah itu kanan, tengah, atau kiri memutuskan nasib kami. Kami ingin berperan serta langsung dalam putusan-putusan yang mempengaruhi kami, untuk mengontrol mereka yang memerintah kami, tanpa menghiraukan
40
Ibid,. Hal. 347
Universitas Sumatera Utara
afiliasi politik mereka, dan mewajibkan mereka untuk “memerintah dengan patuh”. Kami tidak berjuang untuk merebut kekuasaan, kami berjuang untuk demokrasi, kebebasan, dan keadilan. Dasar politik kami adalah yang paling radikal di Meksiko, begitu radikal sampai-sampai semua spektrum politik tradisional mencela kami dan menyingkir begitu saja dari igauan kami. Bukan persenjataan yang membuat kami radikal, melainkan praktik politik baru yang kami ajukan dan kami benamkan dalam diri ribuan lelaki dan perempuan di Meksiko dan seluruh dunia: Konstruksi sebuah praktik politik yang tidak bertujuan merebut kekuasaan namun untuk mengorganisir masyarakat. 41
Pemberlakuan perdagangan bebas antar negara Amerika Utara (NAFTA) yang diresmikan pada 1 Januari 1994 merupakan puncak dari kejenuhan dari EZLN pada khususnya, mereka menganggap kesepakan tersebut adalah kesepakatan yang sama sekali tidak rasional, karena bagaimana mungkin Meksiko mampu bersaing dengan negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada. Puncak kejenuhan itu berujung dengan penyerbuan EZLN ke kota-kota besar di negara bagian Chiapas seperti San Cristobal de las Casas, Ocosingo, Altamirano, dan Las Margaritas. Namun sasaran utama penyerangan adalah kota San Cristobal de las Casas yang juga merupakan ibu kota negara bagian Chiapas, karena di kota itulah menjadi pusat kunjungan turis asing dan banyak artis-artis membuat pertunjukan di sana. Pilihan penyerangan yang cerdik oleh EZLN karena kehadiran ratusan turis asing membuat pemerintah/tentara sulit untuk membabi buta memerangi dan mengalahkan pemberontak dan penduduk pendukungnya.
41
Ibid,. Hal. 291-293
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Struktur Organisasi Gerilyawan Klasik Dalam struktur ini Komando Jenderal memegang putusan puncak. Di bawahnya terdapat kepala-kepala divisi yang bisa dibagi berdasarkan teritori atau angkatan. Sejajar dengan Komando Jenderal kadang terdapat sayap sipil gerakan (misalnya Dewan Perunding untuk kasus GAM)
Komando Jenderal
Kepala Divisi
Kepala Divisi
Kepala Divisi
Sayap Kiri
Kepala Divisi
Pasukan Tempur
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Struktur EZLN Kotak kecil abu-abu dalam kotak besar rakyat melambangkan komunitaskomunitas adat. Tiap-tiap komunitas memilih wakilnya untuk duduk dalam Komite Klandestin Revolusioner Adat (CCRI). CCRI ini yang memberi perintah gerak kepada Marcos, lalu Marcos kepada bawahannya (setara kapten), dan kapten kepada pasukannya yang notabene juga termasuk dalam kelompok rakyat. Sehingga pada dasarnya rakyatlah yang mengambil keputusan atas langkah militer EZLN Komando Komite/Komite Klandestin Revolusioner Adat
Marcos
Kapten
Kapten
Kapten
Kapten
Rakyat
Universitas Sumatera Utara
2.3. Subcomandate Insurgente Marcos Pendudukan yang dilakukan oleh Tentara Pembebasan Nasional Zapatista (EZLN) di kota-kota besar di negara bagian Chiapas pada 1 Januari 1994 tidak terlepas dari sosok seorang Subcomandante Marcos. Ia adalah tokoh sentral dan juga sebagai pimpinan dari kelompok pemberontak Zapatista yang selalu menyerukan keadilan, kebebasan, dan demokrasi. Marcos bersama EZLN-nya yang menyuarakan agar tidak ada disparitas dan diskriminasi khususnya kepada para petani adat Chiapas karena di situlah kelaliman pemerintah dirasakan sangat kuat dan marginalisasi pemerintah atas penduduk petani adat Chiapas, Marcos juga menentang pemerintah karena mengarah kepada sistem neoliberalisme yang tentu saja akan mematikan para produsen kecil termasuk di dalamnya para petani adat. Marcos bukan hanya seorang tokoh revolusioner tapi ia juga adalah seorang sastrawan handal yang mampu meraih simpati dari penduduk dan bahkan simpati seantero dunia karena daya inspirasinya yang sangat kuat apalagi pada kelompok-kelompok pergerakan sosial dan bahkan kepada tokoh-tokoh dunia seperti sastrawan senior Meksiko Octavio Paz, Intelektual Perancis Regis Debray, Jose Saramago pemenang nobel sastra Portugis, hingga Garcia Marquez – sang empu realisme magis – yang sampai mengakui bahwa apa yang tengah berlangsung di Chiapas membuatnya ingin membuang buku-bukunya ke laut. 42 Marcos dan seluruh tentara pemberontak Zapatista sangat khas dengan Balaclava-nya (tutup kepala yang biasa dipakai para petani untuk menghindarkan diri dari udara dingin atau biasa disebut dengan topeng ski), Marcos juga tidak
42
Subcomandante Marcos, Kata Adalah Senjata (Yogyakarta: Resist Book , 2006, hal. vii)
Universitas Sumatera Utara
pernah terlepas dengan rokok pipanya yang selalu mengeluarkan kepulan asap yang tebal. Sosok yang sering mengeluarkan komunike-komunike kepada penduduk dan Pemerintah Meksiko, seperti deklarasi perang yang ia kemukakan pada hari pertama pemberontakan yang kemudian menyerukan Ya Basta (cukup sudah), yaitu seruan EZLN yang menjadi semboyan khas Zapatista. Gerilyawan bertopeng yang wajahnya tersembunyi di balik topeng ski hitam, yang membaca deklarasi dari balkon balai kota di San Cristobal de las Casas pada hari pertama tahun 1994 menyebut dirinya Subcomandante Marcos. Tidak ada yang tahu persis siapa sosok Subcomandante Marcos, namun ada yang mengatakan bahwa Ia adalah seorang mantan mahasiswa filsafat yang bernama asli Rafael Sebastian Guillen, putra produsen furnitur dari kota Pampico, salah satu kota utama di bagian utara Meksiko. Setelah menyelesaikan studinya di sebuah sekolah Yesuit, Guillen menyelesaikan gelar dalam filsafat di Kota Meksiko, di mana ia dipengaruhi oleh teoritis strukturalis Perancis yang terkenal pada saat itu. Tesisnya (masih tersedia di perpustakaan di Universidad Nacional Autonoma de Meksiko Departemen Filsafat) penuh dengan referensi Foucault, Althusser, dan ilmuwan politik Marxis Nicos Poulantzas. Guillen lantas menyerukan jenis baru filsafat yang akan didasarkan pada "praktek politik proletar," yang akan membuat "teori dengan politik dan politik dengan teori". Setelah ia menyelesaikan gelar filsafatnya, Guillen mengambil pos mengajar seni grafis di sebuah universitas eksperimental di pinggiran Mexico City. Ia menunjukkan minat yang kuat dalam seni visual. 43
43
Kevin McDonald, Global Movements, Action and Culture (Oxford: Blackwell , 2006, hal. 113)
Universitas Sumatera Utara
Sampai di sini bisa ditarik beberapa kesamaan dan perbedaan antara Zapatisme awal abad 20 dengan Zapatisme akhir abad 20. Keduanya sama-sama lahir di negara bagian yang punya gunung-gunung tinggi berhutan lebat, dengan kandungan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang luar biasa banyaknya, serta rakyat tertindas yang hampir tidak mendapat apa-apa dari kekayaan alam mereka sendiri. Di Morelos zaman Zapata, yang berkuasa adalah juragan gula, sedangkan di Chiapas zaman Marcos, yang berkuasa adalah juragan ternak. Keduanya sama-sama mencerca presiden yang mengaku progresif, ketika orang lain masih terkesima oleh pencapaian mereka. Sama seperti Zapata mencerca Madero yang membualkan perubahan, Zapatista 1994 bangkit ketika Carlos Salinas de Gortari membuai seluruh Meksiko dengan impian dunia pertama: indikator-indikator ekonomi yang meninggi, gemuruh modernisasi, dan masuknya Meksiko ke dalam NAFTA. Tapi Zapatista telah melihat kehancuran yang dikandung oleh impian manis macam itu. 44 Namun bedanya adalah meski Zapata berhasil merengkuh pengaruh pada beberapa intelektual urban, ia sesungguhnya tak pernah bisa beranjak lebih jauh lagi dari Morelos. Negara bagian kecil itu seakan menjadi kerajaannya yang ia kenali dengan akrab tiap derita manusia dan lekuk jalannya. Sementara Marcos, dari mula memang menunjukkan pemberontakan EZLN kepada publik yang lebih luas. EZLN bergerak agar masyarakat sipil Meksiko bergerak, sehingga EZLN sendiri bisa terhapus. Inilah salah satu paradoks Zapatista yang paling terkenal: “EZLN berjuang agar dirinya tiada.” 45
44
Subcomandante Marcos, Atas dan Bawah: Topeng dan Keheningan (Yogyakarta: Resist Book , 2005, hal. xxxi) 45 Ibid,. Hal. xxxii
Universitas Sumatera Utara