BAB II ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF ALAT EVALUASI PENDIDIKAN, HAKIKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU DAN KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
A.
Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Alat Evaluasi Pendidikan
1.
Evaluasi Pendidikan
a.
Pengertian Evaluasi Pendidikan Kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Evaluasi atau penilaian memiliki banyak definisi menurut para ahli. Salah satu definisi evaluasi dikemukakan oleh Provus Maclcolm (Tayibnapsis, 2008:3), bahwa evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan suatu standar untuk mengetahui apakah ada selisih antara keduanya. Pengertian lain diungkapkan oleh Tyler (Arikunto, 2006) evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Definisi lain dari evaluasi, terutama evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan (Sudijono, 2001; Mujianto, 2007). Berdasarkan beberapa pengertian mengenai evaluasi dan evaluasi pendidikan, evaluasi pendidikan dapat didefinisikan sebagai proses pengumpulan data untuk menilai kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan bidang pendidikan yang hasilnya akan menunjukkan sejauh mana ketercapaian tujuan pendidikan. Arikunto (2006) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan gabungan dari kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur adalah kegiatan membandingkan
8
9
sesuatu dengan alat ukur dan bersifat kuantitatif. Menilai adalah kegiatan pengambilan keputusan berdasarkan ukuran baik atau buruk dan bersifat kualitatif. Jika dihubungkan dengan pengertian evaluasi pendidikan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa kegiatan evaluasi pendidikan juga bertujuan mengambil keputusan mengenai hasil dari pengukuran ketercapaian tujuan pendidikan.
b.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Berdasarkan pengertian dari evaluasi pendidikan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk menilai sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai dan mengambil keputusan berdasarkan hasil penilaian tersebut. Terdapat empat tujuan dari evaluasi pendidikan, yaitu: 1)
Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
2)
Menilai keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan pengajaran penting mengingat peranannya sebagai upaya memanusiakan manusia atau membudayakan manusia.
3)
Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.
10
4)
Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti orang tua murid, atau dinas pendidikan. Sejalan dengan pengertian dan tujuan evaluasi pendidikan, terdapat empat
fungsi evaluasi pendidikan, yaitu: (1) fungsi selektif, (2) fungsi diagnostik, (3) fungsi penempatan, dan (4) fungsi pengukur keberhasilan. Keempat fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut. 1)
Fungsi selektif, dengan mengadakan evaluasi kita dapat melakukan seleksi pada siswa untuk kepentingan tertentu seperti ujian masuk sekolah/ universitas , kenaikan kelas, dan yang lainnya.
2)
Fungsi diagnostik, dengan melihat hasil dari evaluasi guru dapat mengetahui atau mendiagnosis kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa selama kegiatan belajar.
3)
Fungsi penempatan, dipergunakan oleh guru dalam menempatkan siswa sesuai kemampuannya. Siswa yang memiliki kemampuan yang sama akan ditempatkan dalam satu kelompok, salah satu contohnya adalah kelas akselerasi.
4)
Fungsi pengukur keberhasilan, bertujuan mengukur keberhasilan dari suatu program atau inovasi-inovasi dalam bidang pendidikan. Menurut Nasution dan Zainul (Sudjana, 2007) selain keempat fungsi di
atas, masih terdapat lima fungsi lain, yaitu: (1) remedial atau perbaikan, (2) umpan balik bagi guru atau pengajar, (3) motivasi dan membimbing siswa, (4) perbaikan kurikulum dan program pendidikan, dan (5) pengembangan ilmu.
11
c.
Prinsip dan Alat Evaluasi Pendidikan Prinsip umum dalam evaluasi pendidikan adalah adanya triangulasi dari
komponen-komponen berikut: (1) tujuan pembelajaran, (2) kegiatan belajar, dan (4) evaluasi. Alat evaluasi merupakan sesuatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan evisien (Arikunto, 2006: 24-25). Tujuan Pembelajaran
Kegiatan Belajar
Evaluasi
Gambar 2.1. Triangulasi komponen pendidikan (Arikunto, 2006)
Terdapat empat prinsip evaluasi yang dikemukakan oleh Sudjana (1989). Pertama, dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikaian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Kedua, penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar. Ketiga, agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komperhensif. Keempat, penilaian hasil belajar harus diikuti dengan tindak lanjutnya. Tindak lanjut dari penilaian hasil belajar bermanfaat bagi siswa dan guru.
12
Alat evaluasi haruslah sesuai dengan prinsip evaluasi pendidikan yaitu adanya triangulasi. Alat evaluasi dapat dikatakan baik apabila dapat mengevaluasi sesuatu yang dievaluasi dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat evaluasi dikenal dua teknik evaluasi yaitu teknik nontes dan teknik tes. Teknik nontes terdiri atas skala penilaian (rating scale), kuesioner (questionaire), daftar cek (check list), wawancara (interview), pengamatan (observation). Teknik tes terdiri dari tes sumatif, tes formatif, dan tes diagnostik.
2.
Evaluasi Hasil Belajar Biologi Pentingnya sains sebagai pengembangan karakter masyarakat telah
menjadi perhatian para pengembang pendidikan sains di berbagai negara termasuk negara-negara anggota OECD (Rustaman, 2010). Pendidikan Biologi merupakan bagian dari pendidikan sains dan merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Biologi merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap, serta bertanggung jawab kepada lingkungan. Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam dan makhluk hidup secara sistematis sehingga pembelajaran biologi bukan hanya penguasaan kumpulan-kumpulan fakta tetapi juga proses penemuan (BSNP, 2006). Paolo dan Martin sebagaimana dikutip oleh Sofyan (2007: 3), mendefinisikan IPA atau sains untuk anak-anak terdiri dari kegiatan mengamati apa yang terjadi, mencoba memahami apa yang diamati, mempergunakan pengatahuan baru untuk meramalkan apa yang terjadi, dan
13
menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi apamemang ramalan itu benar. Menurut Washton (Rustaman et al., 2003: 4) diantara banyak faktor yang mempengaruhi pelajaran IPA ternyata guru-lah yang merupakan faktor utama untuk keberhasilan pelajaran IPA. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang menunjang tugasnya sebagai guru. Tugas tersebut meliputi tugas akademik yang berkaitan dengan kedinasan dan non akademik yang berupa kemanusiaan dan kemasyarakatan. Terdapat tiga tugas utama guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu (a) membuat persiapan mengajar, (b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar, dan (c) mengadakan evaluasi hasil belajar. Jumadi (Rustaman, 2011: 15) mengemukakan perlunya kesejalanan antara evaluasi pembelajaran sains dengan metode pembelajarannya. Temuannya menunjukkan bahwa model evaluasi terpadu yang mengukur produk, proses, dan sikap ilmiah dapat meningkatkan pemaham konsep dan cara belajar sains. Evaluasi pembelajaran sains khususnya biologi harus dapat menilai peningkatan pengetahuan, keterampilan sikap dan sikap bertanggung jawab terhadap lingkungan. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang dapat menilai peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap dan sikap bertanggung jawab terhadap lingkungan dibutuhkan alat evaluasi yang sesuai baik dengan teknik tes maupun non tes.
14
3.
Analisis Kualitatif
a.
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Dalam buku panduan penyusunan kurikulum yang dikeluarkan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tercantum mengenai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) mulai dari jenjang SD hingga SMA. Menurut BSNP (2006:34) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk jenjang SMA kelas X semserter 1 adalah :” …memahami keanekaragaman hayati dan
klasifikasinya, peranan
keanekaragaman hayati bagi kehidupan dan upaya pelestariannya”. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SMA/MA merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik dan untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (BSNP, 2006: 377).
b.
Taksonomi Bloom Terdapat tiga domain belajar menurut Bloom, yaitu (a) domain kognitif,
(b) domain afektif, dan (c) domain psikomotor. Taksonomi Bloom tentang domain kognitif banyak digunakan sebagai rujukan dalam merumuskan tujuan pembelajaran atau menetapkan indikator. Pada tahun 2001 taksonomi ini direvisi (Anderson, et al., 2001), sehingga terdapat perubahan pembagian dan rincian domain kognitif Bloom. Perbedaan mendasar antara taksonomi lama dan baru menurut Widodo (2005) adalah adanya pemisahan antara dimensi proses dan
15
pengetahuan dalam domain kognitif. Dalam taksonomi yang baru dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif dipisahkan. Dimensi pengetahuan hanya memuat jenis-jenis pengetahuan sedangkan dimensi proses kognitif memuat macam-macam proses kognitif. Pemisahan ini bukan hanya memperjelas kedudukan kedua dimensi tersebut, tetapi juga memperluas cakupan kedua dimensi tersebut. Dimensi kognitif pada taksonomi Bloom ataupun Bloom Revisi dibedakan menjadi enam tingkatan. Namun yang membedakannya adalah penggunaan kata kerja pada taksonomi Bloom revisi dan tingkatan keenam yang semula evaluasi menjadi membuat (create) pada taksonomi Bloom revisi, dan evaluasi menempati urutan setelah analisis (tidak ada sintesis). Rincian kedua dimensi menurut Anderson et al. (2001) disajikan dalam Tabel 2.1. dan Tabel 2.2. Tabel 2.1. Dimensi Proses Kognitif Kategori Proses C1. Mengingat (remember) a. Mengenali b. Menghapal C2. Mengerti (understand) a. Interpretasi b. Eksemplifikasi c. Klasifikasi d. Merangkum e. Inferensi f. Komparasi g. Eksplanasi C3. Menerapkan (apply) a. Melaksanakan b. Implementasi C4. Menguraikan (analyze) a. Diferensiasi b. Organisasi c. Dekonstruksi C5. Mengevaluasi (evaluate) a. Mencek b. Mengkritik C6. Mencipta (create) a. Menurunkan/berhipotesis b. Merencanakan c. Menghasilkan/membangun
Contoh (memanggil pengetahuan relevan dari memori jangka panjang) Mengenal tanggal penting tertentu Menghapal tanggal penting tertentu (membangun makna dari pesan pembelajaran) Mengubah bentuk penyajian, klasifikasi, translasi Menemukan contoh spesifik, ilustrasi Mengelompokan, mengkategorikan Berabstraksi, generalisasi Menyimpulkan, interpolasi, ekstrapolasi, prediksi Mengontraskan, memetakan, mencocokan Membangun hubungan sebab akibat (menggunakan prosedur pada situasi tertentu) Menerapkan suatu prosedur pada tugas umum Menggunakan suatu prosedur pada tugas khusus (menguraikan bagian-bagian dan menentukan hubungan-hubungannya) Membedakan, memfokuskan, menyeleksi Memadukan, menentukan, membuat struktur Menetapkan bias/pandangan/nilai/perhatian (membuat pertimbangan berdasarkan kriteria dan strandar) Mengkoordinasikan, memonitor, menguji Menimbang/mempertimbangkan (memasang unsur-unsur untuk membentuk kesatuan yang fungsional) Mengusulkan hipotesis berdasarkan kriteria Menyusun prosedur untuk melengkapi tugas Menemukan suatu produk
16
Tabel 2.2. Dimensi Pengetahuan 1.
2.
3.
4.
Kategori Proses Pengetahuan Faktual a. Pengetahuan mengenai terminologi/istilah b. Pengetahuan tentang unsur-unsur dan rincian khusus Pengetahuan Konseptual a. Pengetahuan klasifikasi dan kategorisasi b. Pengetahuan prinsip dan generalisasi c. Pengetahuan teori, model, struktur Pengetahuan Prosedural a. Pengetahuan keterampilan khusus b. Pengetahuan metode/teknik khusus c. Pengetahuan kriteria prasyarat Pengetahuan Metakognitif a. Pengetahuan strategis b. Pengetahuan tentang tugas kognitif c. Pengetahuan tentang diri
Contoh (unsur-unsur mendasar yang harus diketahui siswa) Kosa kata teknik, symbol musik Sumber alam utama, sumber informasi yang dapat diandalkan (antar hubungan unsur-unsur mendasar dalam struktur) Waktu geologi, bentuk-bentuk bisnis kepemilikan Teorema phytagoras, hukum supply & demand Teori evolusi, struktur kongres (bagaimana melakukan sesuatu, metode-metode) Keterampilan mewarna dengan cat air Teknik interview, metode ilmiah Kriteria berlakunya Hk. II Newton (pengetahuan kognisi secara umum) Pengetahuan membuat outline Pengetahuan tipe tes dari guru tertentu Kesadaran akan tingkat pengetahuan seseorang
Taksonomi Bloom ini bermanfaat untuk membuat pembuatan tujuan pembelajaran dan kisi-kisi alat evaluasi, sehingga alat evaluasi yang digunakan dapat menunjukkan kemampuan kognitif siswa. Rincian mengenai dimensi proses kognitif dan pengetahuan kognitif serta contoh penerapannya dalam biologi disajikan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan dan Contoh Penerapannya dalam Biologi Dimensi Proses Kognitif
Tingkatan Dimensi C1. Menghapal (remember) a. Mengenali b. Mengingat C2. Memahami (understand) a. Menafsirkan
-
Menyebutkan urutan alat pernafasan. Siswa dapat mengingat nama-nama ilmiah tumbuhan.
-
b. Memberi contoh c. Mengklasifikasikan
-
d. Meringkas e. Menarik inferensi
-
f. Membandingkan g. Menjelaskan
-
Membuat grafikberdasarkan data pertumbuhan jagung yang diberi pupuk yang berbeda. Memberikan contoh adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan. Dapat men mengelompokkan hewan berdasarkan ada tidaknya tulang belakang. Meringkas sebuah laporan penelitian bioteknologi. Memprediksikan perkembangan suatu populasi dalam sebuah komunitas berdasarkan data perkembangan populasi selama 10 tahun terakhir. Membandingkan proses respirasi dan pembakaran. Menjelaskan mengapa jati menggugurkan daunnya di musim kemarau namun tidak di musim hujan?
C3. Mengaplikasikan (apply) a. Menjalankan b. Mengimplementasikan
Contoh
-
Menghitung jumlah gamet dengan 2 dan 6 sifat beda. Setelah melakukan percobaan fotosintesis “Ingenhouz”, siswa merancang percobaan serupa untuk tumbuhan darat.
17
Dimensi
Tingkatan Dimensi C4. Menganalisis (analyze) a. Menguraikan b. Mengorganisir c. Menemukan makna tersirat C5. Mengevaluasi (evaluate) a. Mengkritik b. Memeriksa C6. Mencipta (create) a. Merumuskan
Pengetahuan
b. Merencanakan c. Memproduksi 1. Faktual a. Pengetahuan tentang terminologi b. Pengetahuan tentang bagian detail dan unsurunsur 2. Konseptual a. Pengetahuan tentang kelasifikasi dan kategori b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi c. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur 3. Prosedural a. Pengetahuan tentang keterampilan khusus yang berhubungan dengan suatu bidang tertentu dan pengetahuan tentang algoritme b. Pengetahuan tentang teknik dan metode c. Pengetahuan tentang kriteria penggunaan suatu prosedur 4. Metakognitif a. Pengetahuan strategic b. Pengetahuan tentang operasi kognitif c. Pengetahuan tentang diri sendiri
Contoh -
Menganalisis sebab-sebab semakin berkurangnya populasi burung di Jawa Barat. Menganalisis keseimbangan dinamis suatu ekosistem. Menganalisis mengapa seseorang menulis di surat kabar bahwa hutan di Jawa Barat masih cukup luas.
-
Memeriksa apakah kesimpulan yang ditarik sesuai dengan data. Menilai apakah rumusan hipotesis sesuai atau tidak.
-
Merumuskan hipotesis untuk memecahkan permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan. Merancang serangkaian percobaan untuk menguji hipotesis. Mendesain alat yang akan digunakan untuk melakukan percobaan.
-
Dalam biologi seperti gamet, mitosis, genus.
-
Dalam biologi seperti periode kreta, Galapagos.
-
Dalam biologi ada pembedaan antara mitosis dan meiosis,ada prokariotik dan eukariotik. Dalam biologi dikenal prinsip adaptasi, hukum Mendel.
-
Dalam biologi dikenal teori evolusi,model DNA dan RNA.
-
Dalam biologi dikenal bagaimana cara menggunakan mikroskop.
-
Dalam biologi dikenal bagaimana menerapkan metode ilmiah dalam suatu penelitian biologi.
-
Memilih metode statistika yang sesuai untuk mengolah data.
-
Bagaimana strategi belajar tentang bagian-bagian sel. Bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian dengan soal bentuk pilihan ganda. Mengenali mengapa mengalami kesulitan untuk menghapal namanama ilmiah.
-
(Sumber: Widodo, 2005)
18
4.
Analisis Kuantitatif
a.
Validitas Validitas bertujuan untuk melihat seberapa valid data dari hasil evaluasi.
Ketentuan utama dari evaluasi adalah data hasil evaluasi harus sesuai dengan keadaan yang dievaluasi. Data hasil evaluasi yang sesuai dengan kenyataan disebut data valid (Arikunto, 2006: 64). 1)
Validitas Alat Ukur Validitas alat ukur menyangkut keseluruhan soal, tes yang memiliki
validitas hasilnya akan sama dengan criterium. Teknik yang digunakan untuk melihat korelasi antara hasil tes dengan kriterium adalah korelasi product moment yang dikemukakan oleh Paterson. Terdapat dua cara menguji korelasi product moment yaitu korelasi product moment dengan simpangan dan korelasi product moment angka kasar. Rumus Korelasi Product Moment dengan simpangan,
∑
(∑ 2 )(∑ 2)
Rumus Korelasi Product Moment dengan angka kasar,
Keterangan :
∑ − (∑ )
∑ ! − (∑ )! " ∑ ! − (∑ )! "
koefisien korelasi antara X dan Y ∑ = Jumlah perkalian X dan Y x2 = kuadrat x y2 = kuadrat y
19
2)
Validitas Butir Soal Validitas butir soal ini dilakukan untuk melihat butir-butir soal mana yang
memiliki validitas yang rendah. Pengertian umum untuk validitas butir soal adalah demikian sebuah soal dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Untuk mencari validitas dari butir soal adalah dengan menggunakan korelasi product moment angka kasar (Arikunto:2006). Rumusnya adalah:
rxy =
(n∑ x
n∑ xy − (∑ x )(∑ y ) 2
)(
− (∑ x ) n∑ y 2 − (∑ y ) 2
2
)
Keterangan: rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y n = Banyaknya subjek (peserta tes) x = Skor tiap butir soal y = Skor total
Hasil perhitungan koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 hingga +1,00, sehingga dapat di tafsirkan sesuai dengan acuan nilai korelasi sebagai berikut. a) b) c) d) e) b.
0,8 0,6 0,4 0,2 0
≤ rxy ≤ 1 ≤ rxy < 0,8 ≤ rxy < 0,6 ≤ rxy < 0,4 ≤ rxy < 0,2
: sangat tinggi : tinggi : cukup : rendah : sangat rendah
Reliabilitas Reliabilitas berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dianggap
memberikan kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes (Arikunto, 2006). Menurut Suherman (2003: 131) suatu alat evaluasi (tes dan non-tes)
20
disebut reliabel jika hasilnya relatif tetap jika digunakan untuk subyek dengan karakteristik yang sama secara berulang-ulang. Sehubungan dengan reliabilitas, Scarvia B. Anderson et al. (Arikunto, 2006) menyatakan bahwa validitas dan reliabilitas sangat penting, dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu karena menyokong validitas. Secara garis besar terdapat tiga hal yang dapat mempengaruhi hasil tes. Pertama, hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri seperti banyaknya soal dan kualitas butir-butir soalnya. Kedua, hal yang berhubungan dengan tercoba seperti tes yang dicobakan kepada bukan kelompok terpilih akan menunjukkan hasil lebih besar dibandingkan dengan kelompok tertentu yang diambil secara terpilih. Ketiga, hal yang berhubungan dengan penyelenggara tes seperti ketertiban pengawas, suasana tempat tes dan petunjuk yang diberikan sebelum tes dimulai. Hal-hal yang dapat mempengaruhi tes secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya reliabilitas soal tes. Besarnya reliabilitas tes dapat diketahui dengan melihat kesejajaran hasil, terdapat tiga metode yang digunakan untuk mencari bersarnya reliabilitas yaitu: (1) metode bentuk pararel atau equivalent, (2) metode tes ulang atau test-retest method, dan (3) metode belah dua atau spilt-half method. 1)
Metode Bentuk Pararel Tes pararel adalah dua buah tes yang memiliki kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam menggunakan metode ini pengetes harus mempersiapkan dua buah tes dan masing-masing dicobakan pada kelompok siswa yang sama, kemudian hasilnya dikorelasikan. Koefisisen korelasi dari kedua hasil tes inilah yang
21
menunjukkan koefisien reliabilitas. Kelemahan metode ini adalah pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes dan dibutuhkan waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes.
2)
Metode Tes Ulang Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali. Kemudian hasil dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya. Kelemahan dari metode ini adalah cenderung ingat akan butir-butir soal yang digunakan, sehingga hasil tes yang kedua cenderung meningkat dari hasil tes pertama.
3)
Metode Belah Dua Metode belah dua merupakan metode yang digunakan untuk mengatasi kelemahan dari kedua metode sebelumnya. Dalam menggunakan metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Pada metode ini koefisien korelasi tidak dapat langsung ditafsirkan karena koefisien korelasi tersebut hanya menunjukan reliabilitas separo tes. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus menggunakan rumus SpearmanBrown sebagai berikut:
| |
$ . &' ' ($ ($ (')&' ' ) ($ ($
Keterangan : | | koefisien releabilitas *( *( =korelasi antara skor-skor setiap belahan tes ! ! (Arikunto, 2006)
22
Terdapat syarat dalam menggunakan metode belah dua yaitu banyaknya item harus genap dan item tes harus homogen. Untuk mengatasi kesulitan memenuhi
persyaratan
ini
maka
reliabilitas
dapat
dicari
dengan
menggunakan rumus K-R. 20 yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson.
KR 20 =
k 2n ∑(WL + WH) − ∑(WL − WH) .1 − k−1 0,667 5 6 ∑(WL − WH)6 7 !
!
6 "6
(Arikunto, 2006) Keterangan : k = jumlah soal n = 27 % dari peserta tes WL = kelompok bawah yang menjawab benar WH = kelompok atas yang menjawab benar
Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan ke dalam klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 2003:139), yaitu: Tabel 2.4. Tafsiran Koefisien Reliabilitas Nilai r11 Interpretasi 0,90 ≤ rii ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 0,70 ≤ rii < 0,90 Reliabilitas tinggi 0,40 ≤ rii < 0,70 Reliabilitas sedang 0,20 ≤ rii < 0,40 Reliabilitas rendah rii ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah c.
Analisis Butir Soal
1)
Taraf Kesukaran Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Tes yang dilakukan di sekolah bertujuan untuk mengukur keberhasilan siswa dan keberhasilan program pembelajaran. Ditinjau dari tujuan tes untuk mengukur
23
keberhasilan siswa maka tes dibedakan menjadi tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Ujian akhir semester termasuk kedalam tes sumatif dimana jumlah soal dengan tingkat kesukaran sedang lebih banyak dibandingkan dengan soal mudah dan sukar (Arikunto, 2006:46). Sebenarnya soal yang disebut baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba kembali karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan mudah atau sukarnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,0-1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menujukan bahwa soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menujukkan soal terlalu mudah. (Arikunto, 2006:207).
Rumus indeks kesukaran 89 =
: ;<
Keterangan: IK = indeks kesukaran B = banyaknya siswa menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa
Menurut ketentuan yang sering diikuti indeks kesukaran diklasifikasikan menjadi: a) 0,0 ≤ IK < 0,3: soal sukar b) 0,3 ≤ IK < 0,7: soal sedang c) 0,7 ≤ IK ≤ 1,0: soal mudah
24
2)
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara
siswa pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Soal yang dapat dijawab baik oleh siswa pandai atau siswa kurang pandai kurang baik karena tidak memiliki daya pembeda, Dalam menentukan daya pembeda siswa dibagi menjadi kelompok atas (siswa berkemampuan tinggi) dan kelompok bawah (siswa berkemampuan rendah). Rumus indeks diskriminatif ==
:> :? − = @> − @? ;> ;?
Keterangan: D BA BB JA JB
= Indeks diskriminatif = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab salah = Jumlah peserta kelompok atas = Jumlah peserta kelompok bawah
Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda adalah indeks diskriminasi (Arikunto, 2006:211). Indeks diskriminasi ini antara (-)1,0 hingga 1,0, sehingga dapat ditafsirkan sesuai dengan acuan nilai korelasi sebagai berikut: a) (-)1,00 ≤ D < 0,00 : Sangat Buruk (Negatif) b) 0,00 ≤ D ≤ 0,20 : Buruk c) 0,21 ≤ D ≤ 0,40 : Cukup d) 0,41 ≤ D ≤ 0,70 : Baik e) 0,71 ≤ D ≤ 1,00 : Baik Sekali
25
3)
Efektifitas Pengecoh (Distraktor) Distraktor atau option pengecoh pada soal pilihan ganda merupakan hal
yang penting untuk diperhatikan. Distraktor dapat dikatakan efektif jika jawaban peserta tes merata pada semua distraktor yang ada. Efektifitas distraktor ini diperoleh dengan menghitung jawaban peserta pada pilihan jawaban yang disediakan yaitu a, b, c atau d atau yang tidak memilih sama sekali (0). Pengecoh atau distraktor yang tidak dipilih sama sekali oleh peserta tes menandakan bahwa distraktor tersebut jelek dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dalam tiga cara, yaitu diterima karena sudah baik, ditolak karena belum baik, dan ditulis kembali karena tidak berfungsi. Suatu distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika (1) ada yang memilih, khususnya dari kelompok bawah; (2) dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah daripada kelompok tinggi; (3) jumlah pemilih kelompok tinggi pada pengecoh tidak menyamai jumlah kelompok tinggi yang memilih kunci jawaban; dan (4) paling sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.
B.
Hakikat Biologi Sebagai Ilmu Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu bios (hidup) dan logos (ilmu).
Biologi adalah ilmu mengenai segala sesuatu tentang makhluk hidup (Kusumawati, 2010). Biologi atau ilmu hayat merupakan bagian dari Ilmi Pengetahuan Alam (IPA). Biologi sebagai ilmu memiliki beberapa ciri yaitu, (1) memiliki objek kajian berupa benda kongkret, (2) dikembangakan berdasarkan pengalaman empiris, (3) sistematis, (4) menggunakan cara berfikir yang logis dan
26
konsisten, (5) hasil kajian bersifat objektif, dan (6) teori yang dihasilkan berlaku umum (Kusumawati, 2010). 1.
Cabang Ilmu Biologi Biologi merupakan ilmu yang berkembang dengan pesat. Perkembangan
tersebut mendorong adanya spesialisasi ilmu (Kusumawati, 2010).
Biologi
mengalami spesialisasi menjadi cabang-cabang ilmu yang mempelajari bidangbidang tertentu. Tabel 2.5. Cabang Biologi dan Bidang Kajiannya No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Cabang Biologi Anatomi Bakteriologi Biologi molekuler Botani Ekologi Entomologi Evolusi Fikologi Fisiologi Genetika Histologi Imunologi Mikologi Mikrobiologi Morfologi Organologi Paleontologi Parasitologi Patologi Sitologi Taksonomi Virologi Zoologi
Bidang kajian Struktur dalam tubuh manusia Kehidupan bakteri dan peranannya bagi makhluk hidup Penyusun tubuh makhluk hidup di tingkat molekuler Tumbuhan dan kehidupan tumbuhan Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya Kehidupan serangga serta peranannya bagi makhluk hidup Perkembangan makhluk hidup dari yang sederhana hingga yang kompleks Kehidupan ganggang dan peranannya bagi makhluk hidup Proses dan kegiatan yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup Cara pewarisan sifat makhluk hidup Susunan dan fungsi jaringan tubuh makhluk hidup Kekebalan tubuh Kehidupan jamur dan peranannya bagi makhluk hidup Mikroorganisme dan kehidupannya Susunan dan bentuk luar makhluk hidup Organ dan alat-alat tubuh makhluk hidup Kehidupan makhluk hidup pada masa lampau dilihat dari fosil-fosil Kehidupan parasit dan pengaruhnya pada makhluk hidup Perihal berbagai jenis penyakit Susunan dan fungsi bagian-bagian sel Penggolongan makhluk hidup Kehidupan virus dan pengaruhnya pada makhluk hidup Hewan dan kehidupannya
(Sumber: Kusumawati, 2010)
2.
Ruang Lingkup Biologi Objek dari Biologi berupa tingkat organisasi makhluk hidup, dari yang
terkecil hingga terbesar (Kusumawati, 2010). Tingkat organisasi tersebut
27
mmeliputi molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.
Gambar 2.2. Tingkat Organisasi Kehidupan (Kusumawati, 2010) 3.
Peran Biologi bagi Kehidupan Manusia Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberi
kesempatan berkembangnya biologi (Kusumawati, 2010). Biologi merupakan ilmu murni yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu terapan. Biologi terapan sering dipergunakan dalam bidang kedokteran, pertanian, farmasi, industri, peternakan, dan bidang lainnya.
d.
Bidang kedokteran, contoh peranan biologi dalam bidang ini adalah penemuan antibiotik yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan pembuatan serum.
e.
Bidang pertanian, contoh peranan biologi dalam bidang ini adalah penemuan varietas unggul, tanaman transgenik, dan pemberantasan hama secara biologis.
28
f.
Bidang peternakan, contoh peranan biologi dalam bidang ini adalah penemuan varietas unggul melalui inseeminasi buatan dan rekayasa genetik.
g.
Bidang industri, contoh peranan biologi dalam bidang ini adalah penemuan serat sutra alam atau kapas dan peranan biologi dalam industri makanan.
h.
Bidang farmasi, contoh peranan biologi dalam bidang ini adalah penemuan vaksin.
4.
Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan suatu kegiatan penelitian objektif untuk
menemukan, mengmbangkan, dan menguji ilmu pengetahuan (Kusumawati, 2010). Langkah-langkah metode ilmiah dapat disimak pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Langkah-langkah Metode Ilmiah (Kusumawati, 2010)
29
C. Keanekaragaman Makhluk Hidup Istilah keanekaragaman hayati atau “biodiversitas” menunjukkan sejumlah variasi yang ada pada makhluk hidup baik variasi gen, jenis dan ekosistem di suatu lingkungan tertentu. Keanekaragaman hayati yang ada di bumi kita ini merupakan hasil proses evolusi yang sangat lama, sehingga menghasilkan bermacam-macam makhluk hidup. Keanekaragaman hayati dapat dikelompokkan atas keanekaragaman gen, jenis dan ekosistem. 1.
Klasifikasi Makhluk Hidup Pengelompokan makhluk hidup yang beragam ini menggunakan suatu
sistem tertentu yang disebut sistem klasifikasi. Ilmu tentang pengelompokan makhluk hidup ini disebut taksonomi. Taksonomi merupakan identifikasi dan klasifikasi species dalam upaya menyusun organisme yang mencerminkan filogeni. Taksonomi yang dikembangkan oleh Linnaeus memiliki dua ciri penting. Pertama, metode ini memberikan setiap species sebuah nama latin yang terdiri atas dua kata, atau binomial nomeclatur. Kata pertama adalah genus ke mana species atau organisme itu tergolong. Kedua, Linnaeus menggunakan sistem pendataan untuk mengelompokkan species menjadi suatu jenjang kategori yang semakin umum. Sistem Linnaeus memformalkan pengelompokan species menjadi genus dan memperluas skema tersebut ke dalam kategori yang semakin luas. Para ahli taksonomi menempatkan genus yang saling berkaitan ke dalam famili yang sama, mengelompokkan famili kedalam ordo, ordo kedalam kelas, kelas kedalam filum,
dan
filum
kedalam
kingdom.
Namun
banyak
ahli
taksonomi
mengelompokan kingdom ke dalam kategori taksonomik yang lebih tinggi yaitu
30
domain (Campbel et al., 2003). Tabel 2.5 mengilustrasikan tingkatan taksonomik untuk burung finch darat berukuran sedang (Geospiza fortis) dan bunga buttercup (Ranunculus acris). Tabel 2.6. Klasifikasi Burung Finch Tanah Berukuran Sedang dan Bunga Buttercup TINGKATAN Species Genus Famili Ordo Kelas Subfilum Filum (hewan) atau divisi (tumbuhan) Kingdom Domain
BURUNG FINCH TANAH BERUKURAN SEDANG Geospiza fortis Geospiza Fringillidae Passeriformes Aves Vertebrata Chordata
BUNGA BUTTERCUP Ranunculus acris Ranunculus Ranunculaceae Ranunculales Dikotiledon Anthophyta
Animalia Eukarya
Plantae Eukarya
(Sumber : Campbel et al., 2003) Setiap unit taksonomik pada setiap tingkatan disebut takson. Sebagai contoh Pinus adalah suatu takson pada tingkatan genus, Mamalia adalah suatu takson pada tingkat kelas. Hanya genus dan epitet spesifik (species) yang ditulis dengan huruf miring, dan semua taksa selebihnya ditulis dengan huruf besar pada huruf pertamanya. Taksonomi memiliki dua tujuan utama (Campbel et al., 2003). Pertama,
untuk
memilih
organisme
yang
berkerabat
dekat
dan
mengelompokkannya ke dalam species, dan menjelaskan karakteristik diagnostik yang membedakan satu species dari species lain. Kedua, pengaturan kategori species menjadi kategori taksonomik yang lebih luas dari genus ke domain (Campbel et al., 2003).
31
2.
Sistematika Makhluk Hidup Sistematika memiliki tujuan lebih dari sekedar organisasai sederhana agar
klasifikasi menunjukan kedekatan evolusioner species. Tujuan sistematika adalah untuk menciptakan suatu klasifikasi yang mencerminkan sejarah evolusi organisme. Sistematika adalah ilmu komparatif atau perbandingan, para ahli mengelompokan suatu species ke dalam taksa yang inklusif berdasarkan sejauh mana terdapat kemiripan morfologi dan karakteristik lain. Sistematika sebagian besar didasarkan pada analisis morfologi, namun metode molekuler dan teknologi komputasi membantu mendampingi pendekatan analisis baru yaitu fenetik dan kladistik (Campbel et al., 2003). Analisis fenetik membandingkan sebanyak mungkin karakteristik anatomi dan tidak melakukan upaya untuk membedakan homologi dari analogi (Campbel et al., 2003). Para ahli fenetika berpendapat bahwa jika cukup banyak karakter fenotip yang diperiksa, sumbangan analogi ke keseluruhan kemiripan akan tertutupi dan tidak berarti karena adanya derajat homologi. Metode yang digunakan dalam fenetika, khususnya penekanan pada perbandingan kuantitatif ganda yang dianalisis secara statistik dengan bantuan komputer, memiliki dampak yang cukup penting dalam sistematika khususnya sangat bermanfaat untuk analisis data urutan DNA dan perbandingan molekuler lain antar species (Campbel et al., 2003). Analisis kladistik telah menjadi sinonim dengan sistematika filogenetik. Suatu klad atau clade adalah cabang evolusi. Analisis kladistik mengelompokan organisme menurut urutan waktu munculnya percabangan di sepanjang pohon
32
filogenetik bercabang dua (Campbel et al., 2003). Masing-masing titik percabangan pada suatu pohon ditentukan oleh homologi baru yang unik bagi beberapa species pada cabang tersebut. Karena memandang derajat divergensi pada organisme sebagai hal yang tidak informatif, analisis kladistik hanya mengikutsertakan homologi dalam pengembangan hipotesis mengenai klasifikasi dan filogeni (Campbel et al., 2003: 80-81).
3.
Macam-macam Klasifikasi Makhluk Hidup Para ahli sistematika secara tradisional telah menganggap kingdom sebagai
kelompok taksonomik tertinggi. Sistem dua kingdom memiliki sejarah yang panjang dalam taksonomi formal. Linnaeus membagi semua bentuk kehidupan yang diketahui menjadi kingdom tumbuhan dan hewan. Sistem dengan kingdom tambahan diusulkan oleh Robert H. Whittaker pada tahun 1969. Whittaker mengemukakan pendapatnya mengenai suatu sistem dengan lima kongdom yaitu, Monera, Protista, Plantae, Fungi dan Animalia (Gambar 2.2).
PLANTAE
FUNGI
ANIMALIA
PROTISTA
MONERA
Gambar 2.4. Sistem Lima Kingdom Tradisional (Campbel et al., 2003)
33
Sistem lima kingdom mengakui adanya dua jenis sel yang berbeda secara mendasar, yaitu prokariotik dan eukariotik, dan memisahkan prokariota dari semua eukariota dengan menempatakannya dalam kingdom tersendiri yaitu Monera (Campbel et al., 2003). Ciri umum sistem klasifikasi lima kingdom dan sistem klasifikasi lainnya adalah pengakuan tiga kingdom eukariota multiseluler, yaitu Plantae, Fungi, dan Animalia. Tumbuhan, fungi, dan hewan berbeda dalam struktur, siklus hidup, dan cara mendapatkan makanan. Dalam sistem lima kingdom, Protista terdiri dari semua eukariota yang tidak masuk kedalam definisi tumbuhan, fungi, atau hewan. Sebagian besar protista berbentuk uniseluler, namun Kingdom Protista yang dibuat Whittaker juga mencakup organisme multiseluler yang relatif sederhana. Para ahli sistematika yang menggunakan pembandingan asam nukleat dan protein untuk melacak hubungan antar kelompok organisme yang berbeda mengalami permasalahan dengan sistem lima kingdom. Suatu sistem klasifikasi lain muncul dari penolakan sitem lima kingdom yaitu sistem delapan kingdom dan sistem tiga domain (Gambar 2.3) (Campbel et al., 2003). Sistem tiga domain yang diterima secara luas mengakui tiga garis keturunan yang secara mendasar berbeda yang dikelompokan menjadi tingkatan super kingdom sebagai domain Bakteria, Arkhaea, dan Eukarya.
34
Sistem Lima Kingdom Protista
Monera
Plantae
Fungi
Animalia
Plantae
Fungi
Animalia
Protista
Khromista
Arkhaezoa
Arkhaea
Bakteria
Sistem Delapan Kingdom
Sistem Tiga Domain
Rhodophyta
Stramenopila
Alveolara
Euglenozoa
Arkhaezoa
DOMAIN ARKHAEA
DOMAIN BAKTERIA
DOMAIN EUKARYA
Plantae
Fungi
Animalia
Gambar 2.5. Sistem Lima Kingdom, Sistem Delapan Kingdom, dan Sistem Tiga Domain (Campbel et al., 2003)
4.
Pengaruh Kegiatan Manusia terhadap Biodiversitas Manusia dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan produksi
komponen biotik ekosistem, tetapi sebaliknya ulah manusia juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan manusia yang dapat menurunkan keanekaragaman hayati. a.
Pembukaan Hutan Pembukaan hutan biasanya dilakukan untuk pertanian, pemukiman, dan industri. Pembukaan hutan dapat menghilangkan keanekaragaman hayati atau hewani. Peristiwa ini dapat menyebabkan perubahan ekosistem yang mengakibatkan punahnya flora dan fauna tertentu.
35
b.
Eksploitasi Sumber Daya Hayati dan Hewani Pemanfaatan sumber daya alam terutama hayati dan hewani yang berlebihan akan menyebakan punahnya flora dan fauna tertentu. Pemanfaatan berlebihan ini berupa perburuan hewan langka, perdagangan hewan langka, dan penebangan hutan secara berlebih.
c.
Pencemaran Lingkungan Adanya perubahan lingkungan akibat pencemaran dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem. Perubahan ekosistem dapat menyebabkan punahnya flora dan fauna tertentu. Pencemaran lingkungan tersebut dapat berupa pencemaran air laut oleh limbah pertambangan (minyak), pencemaran tanah oleh sampah yang sulit diuraikan, pencemaran udara oleh asap pabrik yang mengandung racun.
d.
Dampak Negatif dari Rekayasa Genetik Rekayasa genetik merupakan teknologi yang selain membawa manfaat dapat pula menyebabkan perubahan ekosistem. Perubahan tersebut diakibatkan oleh organisme baru yang dihasilkan oleh teknologi tersebut mempengaruhi organisme lain.