Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
BAB II ANALISIS DATA SEKTORAL MDGs KABUPATEN POLEWALI MANDAR 2009
2.1
Gambaran Umum Kabupaten Polewali Mandar Kabupaten Polewali Mandar dengan luas wilayah 2.022,30 km2 yang meliputi 16 kecamatan. Pemerintahan Kab. Polewali Mandar menaungi 16 kecamatan dengan 167 desa/kelurahan. Diantara 16 kecamatan di Kab. Polewali Mandar, ibukota kecamatan yang letaknya terjauh dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Tutar yaitu 72 km dan ibukota kecamatan yang terdekat dari kabupaten adalah ibukota Kecamatan Anreapi yang berjarak 5 km dari Polewali. Berdasarkan BPS pada tahun 2009 penduduk usia kerja di Kab. Polewali Mandar yang aktif dalam kegiatan ekonomi yang disebut dengan angkatan kerja sebanyak 63,68%. Dari seluruh angkatan kerja tersebut tercatat 8.05% dalam status pencari kerja. Di lihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Kab. Polewali Mandar
bekerja di sektor pertanian
yakni 105.488 orang (61,10% dari jumlah
penduduk yang bekerja) setelah sektor pertanian, sektor perdagangan dan industri yang masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 16.085 (12,14%) dan 13.132 (9,34%). Penduduk Usia Kerja (PUK) di definisikan sebagai penduduk yang berusia 10 tahun keatas. Penduduk Usia Kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Mereka yang termasuk dalam Angkatan Kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya. Pendidikan merupakan salah satu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya pemerintah daerah dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan SDM melalui pendidikan adalah mencanangkan program Wajib Belajar 9 tahun. Dengan program ini diharapkan akan tercipta Sumber Daya Manusia yang siap bersaing dalam era globalisasi. Demikian juga dengan Kab. Polewali Mandar yang berupaya menciptakan suatu masyarakat yang berpendidikan.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 4
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan
kesehatan
berhasil
dengan
baik
maka
akan
meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara langsung. Upaya pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas kesehatan terutama puskesmas pembantu terus mengalami peningkatan. Tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan. Berdasarkan dari data Dinas Kesehatan Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 ada 32 orang dokter umum, 11 orang dokter gigi, 10 orang dokter ahli dan 110 orang bidan. Selama Tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar tercatat 31.024 peserta Keluarga Berencana (KB) yang baru. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 4.096 akseptor. Peningkatan jumlah akseptor terjadi pada peserta KB laki-laki yang peningkatannya cukup drastis, dari 2,12% pada tahun 2008 menjadi 96,58% tahun 2009. Sedangkan tahun 2008 peserta KB perempuan terjadi penurunan dari 97,88 menjadi 3,42% pada tahun 2009. Peserta KB yang baru
tahun 2007 ini tidak
mencapai target yang telah ditetapkan. Dari target sebesar 6.695 orang ternyata yang dicapai adalah 4.096 orang peserta KB baru (hanya tercapai 61% dari target yang diinginkan). Pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar terdapat 3 rumah sakit, yang terdiri dari 1 Rumah Sakit Umum dan 1 Rumah Sakit ABRI dan 1 Rumah Sakit Swasta. Sedangkan jumlah puskesmas pada tahun 2009 adalah 20 unit, poskes 17, pustu 59.
2.2
Kependudukan Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan salah satu unsur penting yang ikut berperan dalam proses pembangunan. Penduduk tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan itu sendiri. Dengan demikian pemahaman akan dinamika kependudukan yang meliputi jumlah, komposisi dan distribusi penduduk menjadi suatu hal yang penting untuk diketahui sebagai data dasar pada tahapan perencanaan pembangunan.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 5
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.2 Karakteristik Penduduk di Kab. Polewali Mandar Tahun 2008-2009 Keadaan Jumlah Penduduk Total
2008
2009
371 420
373 263
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin: a.
Laki-laki
180 763
181 660
b.
Perempuan
190 657
191 603
95
95
79 768
80 162
5
5
Pertumbuhan Penduduk (%)
0,5
0,5
Kepadatan Penduduk/km²
184
185
Rasio Jenis Kelamin Jumlah Rumah Tangga Rata-rata Jumlah Anggota Rumah Tangga
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008-2009
Jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar tahun 2008 sebesar 371.420 jiwa tersebar di enam belas kecamatan dengan perkiraan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,50%. Penduduk ini terdiri dari 180.763 laki-laki dan 190.657 perempuan. Sementara itu dengan laju pertumbuhan penduduk yang sama yaitu 0,50%, diperkiraan jumlah penduduk Kab. Polewali Mandar tahun 2009 sebesar 373.263 jiwa, terdiri dari 181.660 laki-laki dan 191.603 perempuan. Rasio jenis kelamin relatif tetap baik pada tahun 2008 maupun 2009 sebesar 95, yang artinya bahwa dari 100 perempuan terdapat 95 laki-laki. Sejalan dengan adanya pertumbuhan penduduk, kepadatan penduduk di Kab. Polewali Mandar meningkat dari 184 jiwa/km pada tahun 2008 menjadi 185 jiwa/km pada tahun 2009. Jumlah rumah tangga di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2008 sebesar 79.768 rumah tangga dan pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi sebesar 80.162 rumah tangga. Sementara itu, rata-rata jumlah anggota rumah tangga baik pada tahun 2008 maupun 2009 diperkirakan sama yaitu sebesar 5 jiwa per rumah tangga.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 6
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2008 – 2009
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009
Struktur penduduk Kab. Polewali Mandar tergolong penduduk muda. Persentase penduduk umur muda relatif lebih banyak dari pada penduduk umur tua. Hal ini dapat di lihat dari bentuk piramida penduduk pada Grafik 2.2. 2.3
Pendidikan Memastikan semua anak laki-laki maupun perempuan di manapun untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2015 merupakan target MDGs yang utama di bidang pendidikan. Pengukuran pencapaian target ini menggunakan beberapa indikator. Data yang digunakan untuk memenuhi perhitungan beberapa indikator tersebut diambil dari Laporan Individu Sekolah tahun 2007 dan 2008 yang dirangkum di Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten. Rangkuman Laporan individu sekolah ini disebut RC/RK-TK/RA, RC/RK-SD/MI, RC/RK-SMP/MTs dan RC/RK-SM. Untuk data penduduk digunakan data dari BPS.
2.3.1
Angka Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah (4-6 Tahun) Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan anak sebelum memasuki bangku sekolah dasar (SD), dimana anak tersebut terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 7
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
taman kanak-kanak (TK)/Bustanul Athfal (BA), Raudatul Athfal (RA), kelompok bermain, taman penitipan anak, PAUD, dan Lembaga lainnya. Angka partisipasi murni prasekolah adalah perbandingan antara jumlah siswa prasekolah (TK, RA, BA) usia 4-6 tahun dengan jumlah penduduk usia 4-6 tahun dan dinyatakan dalam persentase. Tabel 2.3.1 APM Pendidikan Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Uraian Data
2007
2008
2009
Jumlah Siswa Pra Sekolah Usia 4-6 Tahun
2.875
6.070
5.909
Jumlah Penduduk Usia 4-6 Tahun
25.367
25.487
26.757
APM (Persen) Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
11.33
22.35
22.08
Grafik. 2.3.1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Berdasarkan hasil pengumpulan data sektor pada tahun 2007 dan 2008, Angka Partisipasi Pendidikan Pra Sekolah di Kab. Polewali Mandar masih sangat rendah walaupun terdapat kenaikan dari 11.33% tahun 2007 menjadi 22.35% di tahun 2008 dan pada tahun 2009 menjadi 22.08% hal ini menunjukkan bahwa data ini menunjukkan penurunan walau hanya sedikit dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya keinginan sebahagian orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke pendidikan prasekolah.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 8
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.3.2 Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (7-12 Tahun) Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar adalah perbandingan antara siswa SD, usia 7-12 tahun termasuk MI setara SD dan Ula dengan jumlah penduduk usia 7 – 12 tahun dinyatakan dalam Persentase. Tabel 2.3.2 Angka Partisipasi Murni Sekolah Dasar (7-12 Tahun) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008 Uraian Data
L
2007 P
Total
L
2008 P
Total
L
2009 P
Total
Siswa SD/MI Sederajat Usia 7-12 Th
25,223
23,760 48,983 26,967
25,405
52,372
26.514
25.009
51.523
Penduduk Usia 7-12 Th
27,540
25,197 52,737 27,680
25,334
53,014
28.326
26.118
54.444
100,28
98,79
93.6
95.75
94.63
APM (Persen) 91,59 94,3 92,9 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
97,4
Grafik.2.3.2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Persentase partisipasi Sekolah Dasar usia 7 - 12 tahun di Kab. Polewali Mandar adalah 92.09% tahun 2007 dan 98.79% di tahun 2008. Berdasarkan tabel di atas, APM SD 7-12 tahun sudah melampaui target nasional sebesar 95%, ini menunjukkan bahwa penduduk usia 7-12 tahun hampir semuanya sudah bersekolah di jenjang Sekolah Dasar tapi pada tahun 2009 sebesar 94,63% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya tapi tidak mengalami perbedaan yang sangat menjolok hanya sedikit mengalami penurunan.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 9
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.3.3 Angka Partisipasi Murni di Sekolah Lanjutan Pertama Nilai APM SMP yang tinggi menunjukkan partisipasi siswa SMP dan sederajat terhadap pendidikan usia resmi SMP. Nilai maksimum APM SMP adalah 100%. Pencapaian APM SMP tahun 2007 50.10%, hal tersebut menunjukkan bahwa masih ada sekitar 40.60% anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah di tingkat SMP dan sederajat. Tabel 2.3.3 APM SMP Usia 13-15 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Uraian Data
L 5,95
2007 P 6,352
Siswa SMP/MTs Sederajat Usia 13-15 Th 12,545 12,01 Penduduk Usia 13-15 Th 47,430 52,89 APM (Persentase) Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Total 12,302
L 7,779
2008 P 8,031
Total 15,81
L 6.764
2009 P 7.325
Total 14.089
24,555 12,607 12,078 24,685 12.504 11.942 24.446 50,10 61,70 66,49 64,05 54.09 61.34 57.63
Grafik.2.3.3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa APM SMP Usia 13-15 Tahun 2007 50.10% dan 64.05% pada tahun 2008. Sampai akhir tahun 2008 masih terdapat 35.95% anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah di jenjang SMP sederajat, hal ini antara lain disebabkan adanya anak lulus SD/MI sederajat tetapi tidak melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs sederajat. Dan tahun 2009 57.63% mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. 2.3.4 Angka Partisipasi Murni Anak Cacat Angka partisipasi murni anak tuna adalah perbandingan antara jumlah siswa SLB usia 7-15 tahun dengan jumlah penduduk tuna usia 7-15 tahun, dinyatakan
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 10
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
dalam persentase. Indikator ini untuk memantau partisipasi anak cacat atau yang memiliki kebutuhan khusus dan sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa. Data sektor tahun 2007 dan 2008 dapat mengumpulkan jumlah siswa di Jenjang SLB sebagai berikut : Tabel 2.3.4 Jumlah Anak Cacat usia 7-15 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008 2007
2008
Uraian Data L P Total Siswa Anak Cacat Usia 7-15 Th 8 6 14 yang bersekolah di SLB Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2009
L
P
Total
41
25
66
L
P
32
Total
24
56
2.3.5 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Mencapai Kelas V Proporsi murid kelas I yang berhasil mencapai kelas V adalah proporsi murid pada cohort murid kelas I sekolah dasar yang memasuki jenjang sekolah dasar pada tahun ajaran tertentu dan berhasil mencapai kelas V dan dinyatakan dalam Persentase, digunakan untuk mengetahui berapa lama sistem pendidikan dapat mempertahankan siswa di sekolah baik dengan atau tanpa mengulang dan putus sekolah. Juga digunakan untuk mengukur hasil mengulang dan putus sekolah pada efisiensi internal. Untuk melihat gambaran persentase murid kelas I yang berhasil mencapai kelas V di Kabupaten Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral tahun 2007-2009 dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2.3.5 Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Mencapai Kelas V di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Uraian Data
L
2007 P
Total
Siswa Kelas V SD/MI 4,282 4,18 8,462 Sederajat Siswa Kelas 1 SD/MI 5,122 4,659 9,781 Sederajat (Th – 4) 83,60 89,72 86,51 Persentase Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
L
2008 P Total
2009 L
P
Total
4,468 4,499
8,967 4.642
4.210
9.337
4,852 4,528
9,38
5.952
5.453
11.405
92,09
95,60 77.99
86.10
81.87
99,36
Page | 11
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik. 2.3.5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Persentase siswa kelas I yang bertahan sampai kelas V sampai 86.51% tahun 2007 dan 95.60% di akhir tahun 2008. Sebanyak 4.40% dan pada tahun 2009 sebesar 81.87% anak tidak bertahan sampai dengan kelas V yang antara lain disebabkan adanya mutasi dan siswa yang putus sekolah. 2.3.6 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar Indikator ini didapatkan dari perbandingan
jumlah siswa yang berhasil
meluluskan pendidikan pada jenjang SD/MI sederajat dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Nilai proporsi siswa tingkat I yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar yang tinggi menunjukkan makin sesuai antara siswa bersekolah dengan usia resmi. Seperti diketahui bahwa usia resmi masuk SD adalah 7 tahun sehingga lulus SD seharusnya usia 12 tahun. Dari data sektor tahun 2007 dan 2009 didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 2.3.6 Proporsi Murid di Kelas I yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009
L
2007 P
Total
L
2008 P
Total
L
2009 P
Total
Lulusan SD/MI Sederajat
3,407
3,731
7,138
3,789
3,864
7,653
3.799
3.795
6.722
Penduduk Usia 12 Tahun
4,566
4,326
8,892
4,587
4,353
8,940
4.606
4.405
9.011
74,62 86,25 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
80,27
82,60
88,77
85,60
82.48
86.15
84.27
Uraian Data
Persentase
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 12
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik.2.3.6
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Berdasarkan tabel di atas, Proporsi Murid Kelas I yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 2007 sebesar 80.27% dan pada tahun 2008 sebesar 85.60% sampai dengan akhir tahun 2008 terdapat 14.4% dan pada tahun 2009 sebesar 84.27% penduduk usia 12 tahun yang tidak mengenyam pendidikan dasar atau tidak menyelesaikan pendidikan di SD/MI sederajat. 2.3.7 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menyelesaikan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Proporsi siswa tingkat I yang berhasil menyelesaikan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Jenjang SD dan SMP) adalah banyaknya siswa tingkat 1 SD yang berhasil menyelesaikan Pendidikan 9 tahun (tamat SMP termasuk MTs, Wustha/ setara SMP) pada tahun tertentu terhadap jumlah penduduk berusia 15 tahun. Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2007 dan 2009 Proporsi Murid kelas I yang berhasil menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 13
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.3.7 Proporsi Murid Kelas I yang Berhasil Menyelesaikan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun di Kab. Polewali MandarTahun 2007-2009 2007
2008
2009
Uraian Data L
P
Total
L
P
Total
L
P
Total
1,851
2,118
3,969
2,096
2,228
4,324
2.127
2.270
4.397
3,946
3,793
7,739
3,965
3,813
7,778
3.910
3.716
7.626
Persentase 51.29 46.91 55.84 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
52.86
58.43
55.59
54.40
61.09
57.66
Lulusan SMP/MTs Sederajat Penduduk Usia 15 Tahun
Grafik. 2.3.7
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari Persentase 51.29% tahun 2007, 55.59% tahun 2008 dan 57.66% pada tahun 2009, diambil kesimpulan bahwa terdapat 44.41% penduduk usia 15 tahun yang tidak menyelesaikan Pendidikan Dasar 9 tahun atau tamat SMP/MTs sederajat.
2.3.7.1 Angka Kelulusan SD Angka kelulusan dianggap perlu untuk memonitor kemajuan pencapaian target 3 MDGs guna memantau kemajuan siswa dalam menamatkan pendidikannya di SD/MI sederajat. Angka kelulusan adalah perbandingan antara siswa yang lulus jenjang tertentu terhadap siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama dinyatakan dalam Persentase. Capaian pada tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 14
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.3.7.1 Angka Kelulusan SD di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Uraian Data
L
2007 P
Total
L
2008 P
Total
L
2009 P
Total
Lulusan SD/MI Sederajat
3,407 3,731 7,138
3,789
3,864 7,653
3.799
3.795
7.594
Siswa Tk.6 SD/MI Sederajat
3,553 3,754 7,307
3,855
3,918 7,773
4.114
4.225
8.339
Persentase
95.90 99.39 97.69
98.29
98.62 98.46
92.34
89.82
91.07
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik. 2.3.7.1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Capaian Tahun 2007 sebesar 97.69% , tahun 2008 sebesar 98.46%, tahun 2009 sebesar 91.07% dan siswa tk.6 SD/MI sederajat yang tidak lulus mengikuti ujian akhir pada jenjang SD/MI sederajat sebesar 1.54%. 2.3.7.2 Angka Kelulusan SMP Angka kelulusan SMP adalah perbandingan antara siswa yang lulus jenjang tertentu terhadap siswa tingkat tertinggi pada jenjang yang sama. Indikator ini juga untuk memantau tingkat keberhasilan siswa menamatkan pendidikannya di jenjang SMP/MTs sederajat. Capaian dari data sektor yang dikumpulkan pada tahun 2007 – 2009 adalah sebagai berikut:
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 15
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.3.7.2 Angka Lulusan SMP di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 2007
Uraian Data Lulusan SMP/MTs Sederajat Siswa Tk.3 SMP/MTs Sederajat Persentase
L
2008 Total
2,118
3,969
2,096 2,228 4,324 2.127 2.270 4.397
2,489
2,799
5,288
2,836 2,930 5,766 2.753 2.968 5.721
74.38
75.66
75.06
73.91 76.04 74.99 77.26 76,48 76.86
1,851
L
P
2009
P
Total
L
P
Total
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik. 2.3.7.2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Pada tahun 2007 sebanyak 75.06, 74.99% di tahun 2008 dan 76.86% tahun 2009 anak lulus di SMP/MTs sederajat. Terdapat penurunan sebesar 0.07% siswa SMP/MTs sederajat yang lulus dari tahun 2007 – 2008 tapi tahun 2009 mengalami kenaikan. 2.3.8
Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah memberikan gambaran mengenai efisiensi proses belajarmengajar dan merupakan indikator proses dalam pendidikan. Dengan mengetahui Angka Putus Sekolah, dapat dilakukan upaya pencegahan bagi siswa yang memiliki potensi untuk putus sekolah, dan mengembalikan ke sekolah bagi anak yang putus sekolah. Angka putus sekolah di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009 sebagai berikut:
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 16
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.3.8 Angka Putus Sekolah di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Uraian Data Siswa Putus Sekolah SD/MI Sederajat
L 286
2007 P 192
Total
L
478
178
2008 P
Total
L
83
261
176
59,106
30.555
0.44
0,58
Siswa Seluruhnya 28,738 27,073 55,811 30,420 28,686 SD/MI Sederajat 1.00 0.71 0.59 0.29 Persentase 0.86 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2009 P 133
Total 309
28.803 59.358 0,46
0,52
Grafik. 2.3.8
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Tabel di atas menunjukkan capaian bahwa tidak sampai 1% dari total siswa yang putus sekolah, dilihat dari Persentase sangatlah kecil, namun dari angka absolutnya ini juga memprihatinkan. Proses belajar mengajar di sekolah serta faktor lingkungan sangatlah mendukung agar siswa dapat terus bersekolah. 2.3.9 Angka Melanjutkan ke SMP Angka melanjutkan ke SMP adalah perbandingan antara lulusan jenjang SD/MI sederajat terhadap siswa baru tingkat 1 pada jenjang SMP/MTs sederajat yang dinyatakan dalam persentase. Indicator ini untuk menggambarkan kemajuan siswa yang melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP/MTs sederajat setelah lulus dari jenjang pendidikan SD/MI Sederajat. Angka melanjutkan ke SMP di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 17
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.3.9 Angka Melanjutkan ke SMP di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 L
2008 P
Total
L
2009 P
Total
Siswa Baru SMP/MTs 2,772 3,104 5,876 Sederajat
3,623
3,794
7,417
3.731
3.794
7.525
Jumlah Lulusan SD/MI Sederajat
3,407 3,731 7,138
3,789
3,864
7,653
3.799
3.795
7.594
81.35 83.20 82.32
95.62
98.19
96.92
98.21
99.97
99.09
Uraian Data
Persentase
L
2007 P Total
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik 2.3.9
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Persentase yang tinggi menunjukkan tingginya lulusan SD/MI sederajat yang melanjutkan ke tingkat SMP/MTs sederajat. Capaian kurang dari 100% menunjukkan bahwa masih ada lulusan SD/MI sederajat yang tidak melanjutkan ke jenjang SMP/MTs sederajat. 2.3.10 Angka Melanjutkan ke SM Indikator ini juga untuk memantau siswa yang menyelesaikan pendidikan dasar dan melanjutkan ke pendidikan menengah. Angka melanjutkan ke SM adalah perbandingan Siswa Baru di tingkat SMA/MA sederajat dengan banyaknya lulusan SMP/MTs sederajat.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 18
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Capaian
di
bawah
100%
menunjukkan
bahwa
adanya
siswa
yang
menyelesaikan pendidikan dasar tidak melanjutkan ke pendidikan menengah. Capaian tahun 2007 – 2009 dari data sektoral dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3.10 Angka Melanjutkan ke SM di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Uraian Data
L
Siswa Baru SMA/MA 1,151 Sederajat Lulusan SMP/MTs 1,851 Sederajat Persentase
62.18
2007 P
L
2008 P
Total
L
2009 P
Total
1,376 2,527
2,494
2,631
5,125
2.662
2.740
5.402
2,118 3,969
2,096
2,228
4,324
2.127
2.270
4.397
64.97
118.99
118.09
118.52 125.15 120.70 122.86
Total
63.67
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik. 2.3.10
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Capaian Pada tahun 2007 sebesar 63.67%, namun pada tahun 2008 sebesar 118.52% dan tahun 2009 122.86%. Hal ini disebabkan pencatatan yang kurang bagus pada tingkat kecamatan, selain itu terdapat siswa baru tingkat 1 pada jenjang SMA/MA sederajat yang bukan lulusan SMP/MTs sederajat dari Kab. Polewali Mandar. Adanya Subsidi Sekolah Menengah yang tidak berlaku di kabupaten sekitar menjadi salah satu faktor adanya siswa dari kabupaten luar yang bersekolah di Kab. Polewali Mandar. Selain itu juga di tahun 2009 pencatatan data siswa di tiap sekolah untuk menghitung capaian indikator ini hanya akan digunakan yang berbasis kecamatan di Kab. Polewali Mandar, siswa dari kabupaten lain tidak akan di ikutkan dalam penghitungan capaian.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 19
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4
Kesehatan
2.4.1 Angka Kematian Ibu (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran status kelangsungan hidup di suatu wilayah. AKI diperoleh dari Jumlah Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu di Kab. Polewali Mandar dinyatakan dalam bentuk jumlah karena jumlah kelahiran hidup tidak mencapai 100.000. Di tahun 2007 ada sekitar 6.985 kelahiran hidup dan pada tahun 2008 ada 6.839 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2009 sebanyak 7.172 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 2.4.1 Angka Kematian Ibu (AKI) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Jumlah Kematian Ibu 2007 2008 2009 0 0 0 2 1 0 0 0 0 1 0 1 4 0 0 2 3 1 1 3 3 0 0 2 1 1 1 0 2 1 1 2 0 1 1 2 1 1 1 1 1 2 0 0 0 0 15 17 12
Berdasarkan tabel di atas, jumlah kematian ibu di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 sebanyak 15 kematian dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 17 kematian, dan turun lagi pada tahun 2009 menjadi 12 kematian. Bila dibandingkan dengan standar Nasional (MDGs) yaitu 250 per 100.000 kelahiran hidup dikali dengan kelahiran hidup tahun 2007 di Kab. Polewali Mandar sebesar 6.985 maka diperoleh jumlah batasan sebesar 17, Namun demikian target ini harus diturunkan sampai 3/4nya ditahun 2015, jadi posisi normalnya adalah hanya sekiatr 5 kematian ibu Posisi kematian di Kab. Polewali Mandar sebanyak yang hanya 15 kematian
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 20
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
masih terlalu tinggi, demikian juga kematian ditahun 2008 dan 2009 masih terlalu tinggi, bila dibandingkan dengan batasan Target MDGs. 2.4.2
Angka Kematian Bayi (AKB) Angka Kematian Bayi adalah Angka Kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup yang dapat memberikan gambaran salah satu indikator status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka Kematian Bayi di Kab. Polewali Mandar per 6.985 kelahiran hidup ditahun 2007
dan per 6.839 kelahiran hidup di tahun 2008 serta 7.172
kelahiran hidup ditahun 2009. berdasarkan pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.4.2 Angka Kematian Bayi (AKB) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Kecamatan
2007 Tinambung 0 Balanipa 2 Limboro 0 Tubbi Taramanu 0 Allu 5 Campalagian 11 Luyo 3 Wonomulyo 10 Mapilli 1 Tapango 3 Matakali 3 Bulo Polewali 3 Binuang 3 Anreapi 2 Matangnga 0 Kab. Polewali Mandar 46 Sumber: Hasil Pengolahan Data Sektor
Jumlah Kematian Bayi 2008 2009 1 9 7 8 1 0 2 2 4 1 5 5 6 15 13 12 1 4 4 4 5 8 1 4 16 5 11 3 2 0 0 61 98
Berdasarkan batasan Capaian Indikator MDGs Angka Kematian Bayi diharapkan berada dibawah 35 per 1000 kelahiran hidup. Dengan jumlah kematian di Kab. Polewali Mandar ditahun 2007 sebanyak 46 dibagi dengan jumlah kelahiran hidup 6.985 di kali 1000 ribu maka diperoleh 7 kematian, masih berada dibawah standar MDGs, demikian juga ditahun 2008 dan tahun 2009.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 21
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4.3
Angka Kematian Anak Balita (AKABA) Angka Kematian Anak Balita (AKABA) adalah Angka Kematian anak balita per 1.000 kelahiran hidup yang dapat memberikan gambaran salah satu indikator status kelangsungan hidup di suatu wilayah. Angka Kematian anak balita di Kab. Polewali Mandar per kelahiran hidup ditahun 2007 -2009 berdasarkan pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 2.4.3 Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Jumlah Kematian Anak Balita 2007 2008 2009 Tinambung 0 0 0 Balanipa 1 0 0 Limboro 0 0 0 Tubbi Taramanu 1 1 0 Allu 1 0 3 Campalagian 0 0 0 Luyo 2 0 0 Wonomulyo 0 0 0 Mapilli 0 0 0 Tapango 0 1 0 Matakali 0 0 0 Bulo 0 Polewali 1 0 0 Binuang 0 1 0 Anreapi 0 0 0 Matangnga 0 0 0 Kab. Polewali Mandar 6 3 3 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
2.4.4
Persentase Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Persentase balita dengan BGM di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektor dapat dilihat pada tabel berikut:
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 22
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.5 Persentase Balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2009 KECAMATAN
2007 Tinambung 1.7 Balanipa 4.2 Limboro 2.2 Tubi Taramanu 0.5 Allu 4.4 Campalagian 14.6 Luyo 1.2 Wonomulyo 0.7 Mapili 4.7 Tapango 1.1 Matakali 0.4 Bulo Polewali 2.9 Biruang 3.6 Anreapi 3.1 Matangnga 2.7 Kab. Polewali Mandar 3.2 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% BALITA BGM 2008 13.6 1.5 1.1 6.4 3.2 5.8 6.2 1.3 1.7 5.0 1.1 0.8 3.2 7.9 6.4 3.6
2009 2.9 5.6 3.0 3.6 0.7 3.5 3.2 1.1 0.8 4.1 2.2 6,4 4.0 16.7 6.4 3.1 3.8
Persentase balita BGM di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 adalah 3,2%, dan naik menjadi 3,6% ditahun 2008 dan pada tahun 2009 naik lagi menajdi 3.8%. Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai kewenangan wajib yang harus dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten untuk BGM yakni kurang dari 15%. Berkaitan dengan hal tersebut, Kabupaten Polewali Mandar pada tahun 2007-2009 masih dibawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dari Tabel diatas Persentase BGM di masing masing kecamatan sudah dibawah target SPM. Namun jika dilihat Persentase tertinggi balita BGM di 2 Kecamatan yang persentasenya di atas 15% yaitu Kec. Campalagian 63,1%, Kec. Tinambung 18,8%, sedangkan kecamatan lainnya dibawah 8%. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut dengan meningkatkan program perbaikan gizi, Penyuluhan pentingnya Pemenuhan kebutuhan gizi dengan proiritas Wilayah yang cakupannya masih tinggi seperti di Kec. Campalagian dan Kec. Tinambung serta Kecamatan lainnya yang mempunyai kecendrungan peningkatan jumlah BGM.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 23
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4.5
Proporsi Anak yang di Imunisasi Campak Sebelum Usia 1 Tahun Imunisasi Campak memberikan kekebalan Aktif terhadap penyakit campak, imunisasi ini diberikan sebayak 2 kali yakni pada usia 9 bulan (sebelum usia 1 tahun dan campak 2 pada usia 5-7 Tahun. Persentase yang diimunisasi campak di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektor. Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi Campak di Kab. Polewali Mandar adalah 85% diatas target SPM yaitu 80% . Pencapaian tersebut dapat juga menunjukkan pencapaian target imunisasi lengkap. Untuk melihat persentase Cakupan Imunisasi campak di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.4.6 Proporsi Anak yang di Imunisasi Campak sebelum Usia 1 Tahun di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 % Imunisasi Campak 2007 2008 2009 Tinambung 73,7 74,05 99.8 Balanipa 79,6 89,31 65.0 Limboro 94,8 31,66 86.8 Tubbi Taramanu 36,6 86,01 0 Allu 100,0 99,40 92.3 Campalagian 100,0 60,62 37.8 Luyo 62,2 83,48 42.0 Wonomulyo 100,0 100,00 79.1 Mapilli 43,0 100,00 81.4 Tapango 79,6 100,00 87.3 Matakali 100,0 100,00 82.6 Bulo 100 Polewali 100,0 99,66 78.1 Binuang 84,2 84,31 100 Anreapi 100,0 54,55 71.9 Matangnga 22,7 85,12 9.7 Kab. Polewali Mandar 73,5 85,12 75.3 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari tabel di atas Pemberian Imunisasi campak di 4 kecamatan yaitu Mapilli, Tapango, Matakali dan Polewali, pencapaiannya melebihi 100% yang menunjukkan bahwa capaian tersebut melampaui jumlah sasaran yang disebabkan diantaranya karena adanya pemberian Imunisasi pada anak sasaran wilayah yang lain. Oleh karena itu perlu perbaikan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 24
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4.6
Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir mempunyai berat badan Kurang dari 2,5 Kg. Hal ini disebabkan karena Kekurangan gizi pada masa kehamilan dan akan mempunyai resiko tinggi terhadap kematian pada umur yang sangat dini atau lebih lanjut cenderung mengalami pertumbuhan dan perkembangan di bawah normal. Berbagai studi mengungkapkan bahwa anak yang dilahirkan dengan BBLR mengalami gangguan fungsi kognitif dan kecerdasan inteletual pada masa usia sekolah sehingga mengalami kesulitan belajar. Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya. Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu hamil. Persentase balita menurut berat badan sewaktu lahir di kab. Polewali Mandar adalah 2% BBLR dan 98% lahir dengan Berat Normal. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1000 Kelahiran terdapat 20 Balita BBLR, jadi di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 dari 6.839 Bayi Lahir Hidup terdapat 151 Balita BBLR oleh karena itu harus ditangani seluruhnya sesuai dengan target SPM. Untuk melihat persentase BBLR pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 25
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.7 Persentase Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 KECAMATAN
2007 Tinambung 3.48 Balanipa 0.97 Limboro 0.95 Tubi Taramanu 3.19 Allu 0.93 Campalagian 2.42 Luyo 1.28 Wonomulyo 3.51 Mapili 1.08 Tapango 1.48 Matakali 1.63 Bolo Polewali 2.58 Binuang 6.72 Anreapi 0.00 Matangnga 1.22 Kab. Polewali Mandar 2.09 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% 2008 0.99 2.51 0.53 4.53 1.87 0.26 2.92 4.27 0.39 3.44 2.90 2.86 1.52 1.49 1.25 2.21
2009 3.51 2.36 1.47 2.80 1.89 0.74 2.70 3.19 0.39 0.74 3.32 0.71 1.95 3.35 1.94 3.51 2.15
Dari Tabel diatas di Kec. Tubi Taramanu 4,5 % dan Kec. Wonomulyo 4,3 % menunjukkan capaian bayi BBLR Lebih Tinggi dari Kecamatan lainnya. Terpenuhinya zat gizi bagi pertumbuhan janin tergantung pada konsumsi zat gizi, status gizi dan kesehatan ibu hamil. Selain faktor gizi, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan juga dipengaruhi oleh faktor psikososial ibu hamil. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah tersebut dengan meningkatkan program seperti Penyuluhan bagi Ibu Hamil tentang pentingnya Pemenuhan kebutuhan gizi pada masa kehamilan dan/atau janin yang merupakan modal dasar bagi tumbuh kembang anak pada usia selanjutnya dan yang paling penting adalah penanganan pada bayi yang BBLR seluruhnya sesuai target SPM. 2.4.7
Pemantauan Pertumbuhan Menggunakan Data SKDN Data SKDN: (S) adalah seluruh balita yang ada di wilayah kerja, (K) adalah jumlah balita yang terdaftar dan memiliki KMS atau buku KIA, (D) adalah jumlah
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 26
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
seluruh balita yang ditimbang, (N) adalah balita yang naik berat badannya sesuai dengan garis pertumbuhan. Persentase N/D merupakan indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan program. Persentase balita yang naik berat badannya sesuai garis pertumbuhan dari seluruh balita yang ditimbang di Kab. Polewali Mandar adalah 68% dan 32% tidak naik sesuai garis pertumbuhan. Untuk melihat gambaran pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan Persentase N/D di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.4.8 Persentase Balita yang Naik Berat Badannya Sesuai Garis Pertumbuhan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009 % Naik Sesuai Garis Pertumbuhan 2007 2008 2009 Tinambung 56,96 85,84 69.4 Balanipa 88,67 77,66 50.0 Limboro 49,53 56,14 44.8 Tubbi Taramanu 59,90 77,46 57.5 Allu 58,55 58,62 44.4 Campalagian 48,94 54,47 22.0 Luyo 86,72 87,65 50.8 Wonomulyo 67,17 66,04 54.1 Mapilli 50,98 62,80 30.9 Tapango 82,95 80,10 52.1 Matakali 65,91 72,08 45.0 Bulo 21.4 Polewali 75,77 74,53 75.2 Binuang 66,29 65,34 45.2 Anreapi 88,63 71,17 49.0 Matangnga 59,84 73,71 31.1 Kab. Polewali Mandar 68,17 71,37 47.2 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari Tabel di atas pencapaian N/D di Kab. Polewali Mandar 70,59%, capaian tersebut belum mencapai target SPM yaitu 80%. Dan bila dilihat pada masing-masing Kecamatan terdapat 4 Kecamatan sudah mencapai Target yakni: Kec. Tinambung 85,84%, Kec. Balanipa 83,81%, Kec.Luyo 87,65% dan Tapango 80,10%. Sedangkan untuk kecamatan lainnya masih dibawah 80%, dan yang paling rendah di Kec. Campalagian 52,71% dan Kec. Alu 54,44%. Oleh Karena itu Program Upaya Kesehatan yakni : Penyuluhan Pemberian Gizi pada Balita, dan pemberian makanan tambahan perlu ditingkatkan serta program lainnya yang dapat menekan jumlah balita yang berat badannya tidak sesuai dengan garis pertumbuhan, dengan Prioritas wilayah yang cakupannya Rendah.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 27
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4.8
Cakupan Kunjungan Bayi Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi umur 1-12 Bulan termasuk neonatus umur 1 – 28 hari untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan paling sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (Neonatus) di satu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Persentase cakupan kunjungan bayi di Kab. Polewali Mandar adalah 94% yang mendapat kunjungan dan 6% yang tidak mendapatkan kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap 1000 Bayi terdapat 60 bayi yang belum mendapatkan kunjungan untuk mendapatkan pelayanan sesuai standar. Cakupan tersebut sudah mencapai Target SPM yakni 90%. Untuk melihat cakupan kunjungan pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 2.4.9 Persentase Cakupan Kunjungan Bayi di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Kecamatan
2007 Tinambung 100,0 Balanipa 100,0 Limboro 100,0 Tubbi Taramanu 85,7 Allu 84,2 Campalagian 100,0 Luyo 80,6 Wonomulyo 100,0 Mapilli 100,0 Tapango 100,0 Matakali 98,5 Bulo Polewali 95,4 Binuang 100,0 Anreapi 100,0 Matangnga 100,0 Kab. Polewali Mandar 96,6 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% Kunjungan Bayi 2008 97,02 93,72 94,41 62,14 88,79 98,96 92,71 98,36 93,10 97,94 81,03 93,39 99,81 95,02 95,00 93,60
2009 84.2 79.8 96.1 49.0 77.1 68.8 83.8 85.5 95.8 60.5 80.3 59.0 85.4 83.5 79.0 52.3 79.19
Dari Tabel diatas Cakupan Kunjungan Bayi di Kab. Polewali Mandar di masing-masing kecamatan sudah menunjukkan hasil cakupan diatas Target SPM yakni 90%, Kecuali di 2 Kecamatan yaitu : Kec. Tubi Taramanu 62,14% dan Kec. Allu 88,79%. Hal ini disebabkan karena penyebaran tenaga kesehatan khususnya bidan belum merata di wilayah tersebut. Oleh Karena itu Program Upaya Kesehatan
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 28
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
yakni pemerataan penempatan tenaga khususnya tenaga kesehatan Bidan dengan prioritas wilayah yang cakupan kunjungan bayi masih rendah. 2.4.9 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Balita Pemberian Vitamin A pada Balita dapat mencegah terjadinya kelainan/penyakit pada mata (Xeroftalmia). Kata Xeroftalmia berarti “mata kering” karena terjadi kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata dan apabila tidak segera diobati dapat menimbulkan kebutaan. Persentase Balita yang diberi Vitamin A Dosis tinggi di kabupaten Polewali Mandar adalah sebanyak 93% Dari target 80%. Untuk melihat Persentase Balita yang diberi Vitamin A dosis tinggi menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.4.10 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita di Kab. Polewali Mandar Tahun Tahun 2007 – 2009 % Pemberian Vitamin A 2007 2008 Tinambung 97,1 91,65 Balanipa 95,7 95,16 Limboro 100,0 97,55 Tubbi Taramanu 95,7 88,91 Allu 99,2 98,03 Campalagian 81,6 87,13 Luyo 97,1 95,91 Wonomulyo 96,9 98,63 Mapilli 83,3 81,96 Tapango 99,3 97,92 Matakali 100,0 93,02 Bulo Polewali 100,0 97,23 Binuang 95,5 92,82 Anreapi 100,0 90,58 Matangnga 90,0 88,36 Kab. Polewali Mandar 93,0 92,83 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
2009 91.22 76.77 96.01 75.20 96.01 88.51 84.00 99.62 80.27 98.37 100.0 83.00 98.21 92.45 92.13 89.58 90.74
Tabel di atas memberikan gambaran persentase pemberian Vitamin A pada tiap kecamatan, dari 15 Kecamatan sudah mencapai target 80%. Dari Hasil pengumpulan data sektoral MDGs diatas menunjukkan bahwa pemberian Vitamin A dosis tinggi telah mencapai target dalam pelaksanaan Program pemerintah yakni pemberian kapsul vitamin A secara periodik pada bulan februari dan agustus di Kab. Polewali Mandar. 2.4.10 Cakupan Pemberian Asi Ekslusif
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 29
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
ASI adalah makan bernutrisi dan berenergi tinggi, yang mudah untuk dicerna. ASI memiliki kandungan yang dapat membantu menyerapan nutrisi. Pada bulanbulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindunginya bayi dari diare, sudden infant death syndrome/SIDS - sindrom kematian tiba-tiba pada bayi, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi. Riset medis mengatakan bahwa ASI eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada usia lebih dari 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif adalah pemberian hanya Air susu Ibu saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur enam bulan tanpa makanan atau minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral. Persentase Cakupan pemberian ASI Ekslusif di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 adalah sebanyak 32%, masih jauh dari target SPM yakni 80%. Dari Hasil pengumpulan data sektoral MDGs diatas menunjukkan bahwa masih kurangnya Ibu yang melakukan pemberian ASI Ekslusif pada bayinya selama 6 Bulan. Untuk melihat Persentase Cakupan pemberian ASI Ekslusif menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 2.4.11 Persentase Cakupan Pemberian ASI Ekslusif di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% Pemberian ASI Ekslusif 2007 2008 2009 0,0 38,61 54.0 0,0 17,51 48.2 43,2 15,98 8.5 29,1 31,16 29.7 39,1 38,83 48.4 80,8 28,79 37.5 0,0 26,44 20.2 50,3 59,68 43.3 42,2 0,00 26.5 19,6 23,06 18.0 71,8 3,43 24.9 62.7 46,2 56,06 39.4 57,3 44,59 46.3 1,9 23,00 40.0 58,9 53,27 72.9 41,0 32,49 39.7
Dari Tabel di atas Persentase pemberian Asi Ekslusif menunjukkan capaian yang bervariasi cakupan tertinggi di Kec. Wonomulyo 59,68% dan Kec. Polewali
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 30
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
56,06%. Hal ini menunjukkah bahwa masih rendahnya kesadaran Ibu untuk memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya. Faktor yang menyebabkan rendahnya sakupan tersebut terlihat dari adanya Kecamatan yang tidak melaporkan, serta pencatatan dan pelaporan yang dilakukan oleh bidan/petugas kesehatan tidak mencakup seluruh wilayah kerja atau pencatatan tidak merata. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan Upaya pelayanan kesehatan dengan meningkatkan program seperti Penyuluhan bagi Ibu tentang pentingnya Pemberian ASI Ekslusif pada bayi serta perbaikan sistem Pencatatan dan Pelaporan di setiap Tingkatan. 2.4.11
Desa UCI Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) adalah Desa/ Kelurahan
dimana ≥ 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Persentase Desa/Kelurahan UCI di Kab. Polewali Mandar adalah 51%, cakupan tersebut masih sangat jauh dari target SPM yakni 100%. Hal ini menunjukkan bahwa Dari 132 Desa di Kab. Polewali Mandar hanya 67 Desa/Kelurahan lebih atau sama dengan 80% dari jumlah bayi yang ada di Desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Untuk Melihat cakupan di masing-masing kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 31
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.12 Persentase Desa UCI di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Jumlah Desa UCI 2007 2008 2009 Tinambung 0 0 6 Balanipa 0 4 4 Limboro 0 6 8 Tubbi Taramanu 0 0 0 Allu 5 5 7 Campalagian 0 8 6 Luyo 0 0 3 Wonomulyo 4 6 12 Mapilli 8 14 7 Tapango 0 6 9 Matakali 1 4 6 Bulo 7 Polewali 2 6 9 Binuang 0 5 7 Anreapi 0 2 3 Matangnga 0 1 0 Kab. Polewali Mandar 20 67 94 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
2007 0,0 0,0 0,0 0,0 83,3 0,0 0,0 28,6 57,1 0,0 16,7 22,2 0,0 0,0 0,0 15,2
% Desa UCI 2008 0,0 40,0 60,0 0,0 83,3 57,1 0,0 42,9 100,0 60,0 66,7 66,7 71,4 40,0 25,0 50,8
2009 75.0 36.4 72.7 0 87.5 33.3 27.3 85.7 58.3 64.3 85.7 77.8 100 70.0 60.0 0 56.6
Jumlah Desa 8 11 11 13 8 18 11 14 12 14 7 9 9 10 5 6 166
Dari tabel di atas Desa/Kelurahan UCI pada masing masing kecamatan menunjukkan capaian yang
masih jauh dari target SPM yaitu 100 %, hanya 2
Kecamatan yaitu : Kec. Allu 5 Desa UCI dari 6 Desa (83 %) dan Kec. Mapilli 14 Desa UCI dari 14 Desa (100 %). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya : Ketersediaan Vaksin dan tempat penyimpanan vaksin, Kondisi geografis yang sulit dijangkau serta, Penyebaran tenaga yang belum merata. Oleh karena itu Program Pelayanan Kesehatan dengan Pengadaan Vaksin yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, propinsi dan daerah yang sesuai dengan kebutuhan cakupan yang ada di wilayah menjadi prioritas agar cakupan desa UCI di tahun yang akan datang dapat mencapai target 100%. 2.4.12 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Persentase Pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs dari tahun 2007 – 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 32
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.13 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 % Pertolongan Persalinan oleh Nakes 2007 2008 2009 Tinambung 91,3 79,68 90.3 Balanipa 64,5 67,47 77.4 Limboro 87,3 86,18 100 Tubbi Taramanu 44,8 38,92 43.9 Allu 60,4 97,00 67.6 Campalagian 50,5 62,72 67.6 Luyo 54,4 57,02 68.1 Wonomulyo 90,4 94,89 93.4 Mapilli 57,7 50,84 88.4 Tapango 57,8 54,84 57.2 Matakali 82,0 80,87 79.3 Bulo 56.8 Polewali 74,2 85,03 97.2 Binuang 77,0 74,50 80.5 Anreapi 78,4 76,36 73.3 Matangnga 43,6 44,07 52.2 Kab. Polewali Mandar 68,7 71,87 77.17 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Persentase Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan di Kab. Polewali Mandar adalah 72% dari Target 90%, dan masih ada 28% masih ditolong oleh selain Bidan atau tenaga kesehatan misalnya dukun. untuk melihat Persentase Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan menurut kecamatan dapat dilihat pada Grafik berikut : Cakupan Pertolongan persalinan oleh Bidan Atau Tenaga Kesehatan yang memiliki Kompetensi Kebidanan menurut kecamatan yang cakupannya rendah yakni dibawah 60% pada tahun 2009 terdapat di 6 Kecamatan yakni : Matangnga 44,07%, Tapango 54,84%, Mapilli 50,84 dan Tutallu 38,92%. hal ini disebabkan karena penyebaran tenaga kesehatan pada tiap daerah atau wilayah tidak merata disamping masih kurangnya tenaga kesehatan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk serta adanya kecendrungan tenaga kesehatan lebih banyak ditempatkan atau berdomisili di daerah perkotaan.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 33
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4.13
Cakupan Kunjungan K4 Kunjungan K4 adalah Kunjungan pemeriksaaan kehamilan yang memenuhi
standar paling sedikit empat kali dengan distribusi sekali pada Triwulan I dan II, Dua kali pada Triwulan III. Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada Ibu hamil yang berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau Antenatal Care (ANC) yang meliputi: Pemeriksaan kehamilan, Penimbangan Berat Badan, Pemberian Tablet Besi, pemberian Imunisasi TT. Persentase balita yang ibunya melakukan pemerikasaan kehamilan yang memenuhi K4 di Kab. Polewali Mandar adalah sebesar 73 % dari target 95% dan yang tidak memenuhi sebanyak 28%. Atau dengan kata lain belum semua Ibu Hamil memeriksakan kehamilannya secara lengkap. Untuk melihat persentase cakupan kunjungan K4 pada tiap kecamatan di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.4.14 Cakupan Kunjungan K4 di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Kecamatan
2007 Tinambung 90,5 Balanipa 61,0 Limboro 91,2 Tubbi Taramanu 49,5 Allu 78,3 Campalagian 57,8 Luyo 67,6 Wonomulyo 83,9 Mapilli 51,6 Tapango 89,7 Matakali 69,6 Bulo Polewali 77,0 Binuang 70,1 Anreapi 83,4 Matangnga 75,6 Kab. Polewali Mandar 71,5 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% Kunjungan K4 2008 76,33 83,22 92,04 52,32 79,33 65,01 63,79 84,38 54,45 75,60 70,06 78,23 77,57 89,55 51,69 73,19
2009 73.7 98.4 93.7 63.5 84.3 75.2 72.4 86.3 81.5 84.0 84.1 75.0 75.8 76.1 100 63.0 80.31
Persentase Kunjungan K4 menurut kecamatan pada umumya sudah menunjukkan diatas 70%, kecuali di 5 Kecamatan yakni : Kec. Matannga 51,69%, Kec. Mapilli 54,45%, Kec. Luyo 63,79%, Kec. Campalagian 65,01% dan Kec. Tutallu 52,32%. Adanya perbedaan pada daerah tersebut dapat disebabkan oleh
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 34
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya tingkat pengetahuan Ibu hamil yang masih rendah, Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis daerah yang sulit dijangkau. 2.4.14
Cakupan Pelayanan Nifas Ibu Nifas adalah ibu Nifas 6 jam pasca persalinan sampai dengan 42 hari yang
telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai standar. Persentase Cakupan Pelayanan Nifas di Kab. Polewali Mandar Berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs adalah sebagai berikut : Persentase Cakupan Pelayanan Nifas Kab. Polewali Mandar adalah 71% dari target 90%. Untuk melihat persentase cakupan pelayanan Nifas pada kecamatan dilihat pada grafik berikut: Tabel. 2.4.15 Cakupan Pelayanan Nifas di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Kecamatan
2007 Tinambung 64,6 Balanipa 32,2 Limboro 92,2 Tubbi Taramanu 51,8 Allu 54,0 Campalagian 49,5 Luyo 78,7 Wonomulyo 85,0 Mapilli 52,5 Tapango 61,1 Matakali 78,8 Bulo Polewali 68,7 Binuang 81,9 Anreapi 86,7 Matangnga 56,4 Kab. Polewali Mandar 65,8 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% Pelayanan Nifas 2008 2009 75,21 80.6 64,99 80.1 84,56 95.1 40,97 38.3 60,98 71.4 63,85 63.7 77,13 91.5 89,30 84.8 63,19 88.9 57,59 58.4 69,28 78.0 53.3 72,83 84.6 79,26 81.9 81,43 70.5 62,83 26.5 70,84 73.6
Persentase Cakupan Pelayanan Nifas menurut kecamatan yang menunjukkan dibawah 60% terdapat di 2 Kecamatan yakni : Kec. Tapango 57,59% dan Kec. Tutallu 40,97%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis daerah yang sulit dijangkau.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 35
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.4.15
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang di Tangani Ibu hamil dengan komplikasi yang ditangani adalah ibu hamil dengan
komplikasi di satu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK (Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal
Emergency
Dasar
dan
Pelayanan
Obstetrik
dan
Neonatal
Komprehensif). Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani Di Kab. Polewali Mandar adalah 72% dari Target 80% dan yang belum sebanyak 28%. Untuk melihat gambaran pada tiap kecamatan dapat dilihat pada grafik berikut : Tabel. 2.4.16 Cakupan Komplikasi Kebidanan yang ditangani di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009 % Komplikasi Kebidanan yang ditangani 2007 2008 2009 Tinambung 74,0 81,19 62.07 Balanipa 43,6 82,91 62.00 Limboro 19,1 48,24 64.37 Tubbi Taramanu 17,3 50,00 66.67 Allu 63,9 66,67 75.00 Campalagian 35,3 47,76 70.65 Luyo 47,2 73,73 62.64 Wonomulyo 32,6 81,37 68.33 Mapilli 21,1 60,26 66.67 Tapango 23,3 41,41 80.19 Matakali 38,0 81,25 61.11 Bulo 84.62 Polewali 25,2 100,00 67.83 Binuang 67,1 94,66 83.39 Anreapi 54,6 93,18 93.18 Matangnga 20,3 58,33 75.00 Kab. Polewali Mandar 37,5 72,25 69.45 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari Tabel di atas di 3 kecamatan sudah mencapai target 80% yakni : Kec. Anrepi 93%, Kec.Binuang 94,66% dan Kec. Polewali 141%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi, diantaranya Kurangnya Sarana pelayanan kesehatan yang menyediakan pelayanan sesuai dengan standar dan dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK sertta Penyebaran tenaga Kesehatan belum merata serta kondisi geografis daerah yang sulit dijangkau. Khusus
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 36
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
untuk kec. Polewali Cakupannya melebihi 100% hal ini dapat disebabkan karena adanya rujukan dari berbagai kecamatan. 2.4.16
Prevalensi Malaria dan Angka Kematiannya Prevalensi Malaria atau angka kesakitan Malaria adalah banyaknya kasus
malaria per-100.000 penduduk. Untuk Melihat Prevalensi malaria di Kab. Polewali Mandar di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Berikut: Tabel. 2.4.17 Prevalensi Malaria di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 - 2009 Jumlah Prevalensi Malaria 2007 2008 2009 Tinambung 15 19 2 Balanipa 55 47 0 Limboro 0 0 0 Tubbi Taramanu 3 3 0 Allu 0 0 0 Campalagian 21 0 8 Luyo 20 22 0 Wonomulyo 31 13 25 Mapilli 0 0 0 Tapango 0 0 0 Matakali 42 11 0 Bulo 5 Polewali 6 34 8 Binuang 72 0 2 Anreapi 0 0 0 Matangnga 0 0 0 Kab. Polewali Mandar 21 12 5 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Polewali mandar Prevalensi Malaria terdapat 123 Kasus malaria per- 100.000 penduduk.
2.4.17 Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan Efektif Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif adalah Penderita Malaria yang diobati dengan Artemisinin Combination Therapy (ACT). Untuk melihat Persentase pengobatan Malaria dengan ACT di Kab. Polewali Mandar dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 37
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.18 . Penderita Malaria yang Mendapat Pengobatan efektif di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 % Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif 2007 2008 2009 Tinambung 59,4 12,50 100 Balanipa 6,0 *) *) Limboro *) *) *) Tubbi Taramanu *) *) *) Allu *) *) *) Campalagian *) *) 100 Luyo 20,8 *) *) Wonomulyo 70,5 60,71 100 Mapilli *) *) *) Tapango *) *) *) Matakali 38,1 *) *) Bulo *) *) 100 Polewali 51,7 8,43 100 Binuang 91,2 *) 100 Anreapi *) *) *) Matangnga *) *) *) Kab. Polewali Mandar 46,3 11,82 100 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor *) : Data tidak tersedia Kecamatan
Dari tabel di atas di Kab. Polewali Mandar Persentase Penderita Malaria yang mendapat pengobatan efektif adalah 11,82 % dari target 100 %. Cakupan tersebut masih jauh dari target oleh karena itu Program pelayanan kesehatan yakni Pengobatan kepada Penderita Malaria perlu ditingkatkan misalnya dengan meningkatkan anggaran untuk pembelian Obat Artemisinin Combination Therapy (ACT).
2.4.18
Prevalensi TB dan Angka Kematian Pasien Tuberkolosis dengan Sebab Apapun Selama Pengobatan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) Prevalensi TB atau angka kesakitan adalah banyaknya kasus TB per-100.000
penduduk, dan Angka kematian TB adalah banyaknya kematian karena TB per100.000 penduduk. Kasus TB didefinisiksan sebagai pasien yang secara klinis telah positif terdiagnosis mengidap TB. Prevalensi TB dan angka kematian TB Di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel. 2.4.19
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 38
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Prevalensi TB dan Angka Kematian TB di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 - 2009 Prevalensi TB 2007 2008 Tinambung 18.6 24.2 Balanipa 14.5 21.0 Limboro 12.5 14.1 Tubbi Taramanu 0.0 9.9 Allu 11.3 12.8 Campalagian 5.5 11.2 Luyo 7.4 8.6 Wonomulyo 8.1 14.4 Mapilli 10.3 9.0 Tapango 8.8 4.4 Matakali 9.1 12.5 Bulo Polewali 14.6 22.6 Binuang 15.2 16.3 Anreapi 12.1 20.8 Matangnga 6.1 20.4 Kab. Polewali Mandar 10.4 14.6 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
2.4.19
2009 16.6 10.7 9.0 2.5 4.0 9.6 10.5 11.3 8.4 9.2 9.5 9.1 18.4 7.6 10.1 10.2
Angka Kematian TB 2007 2008 0.96 0.00 0.41 0.00 0.57 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 0.00 0.00 0.41 0.00 0.00 0.62 0.00 0.00 0.00 1.51 0.00 1.25 0.00 0.00 0.00 1.10 0.00 0.00 0.00 0.46 0.03
Angka Penemuan Pasien Tuberkolosis BTA Positif Baru Angka Penemuan Pasien Tuberkolosis BTA Positif baru adalah persentase
pasien baru tuberkolosis yang diobati melalui Directly Observed Treatment Short Course (DOTS). Indikator ini memberikan informasi tentang perkembangan pasien tuberkolosis dan penanganan pengobatannya yang tuntas dan baik. Untuk melihat persentase angka penemuan pasien di setiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 39
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.20 Persentase Angka Penemuan Pasien TB-BTA+ di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009 % Angka Penemuan Pasien TB-BTA+ 2007 2008 2009 Tinambung 52,3 99,58 8.84 Balanipa 21,7 84,43 11.45 Limboro 18,9 51,02 10.06 Tubbi Taramanu 0,0 23,60 50.00 Allu 46,0 53,37 8.33 Campalagian 11,3 40,22 11.19 Luyo 21,5 34,95 16.25 Wonomulyo 27,2 58,58 9.65 Mapilli 29,7 19,24 17.50 Tapango 18,6 16,18 12.03 Matakali 40,8 45,34 11.05 Bulo 11.67 Polewali 55,6 72,11 14.47 Binuang 84,9 72,13 11.82 Anreapi 57,7 88,68 10.29 Matangnga 29,3 87,29 19.23 Kab. Polewali Mandar 33,9 53,85 11.63 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari grafik di atas 5 Kecamatan menunjukkan capaian Angka Penemuan kurang dari 50% yaitu: Kec. Matakali 45,34%, Kec. Tapango 16,18%, Kec.Mapilli 19,24%, Kec. Luyo 34,95%, Kec. Campalagian 40,22% dan Kec. Tutallu 23,60% sedangkan kecamatan tinggi cakupannya adalah adalah Kec. Tinambung 104,11%. 2.4.20
Angka Kesembuhan Pasien Baru Tuberkolosis (AKP-TB) Angka kesembuhan pasien baru TB adalah persentase kasus pasien baru yang
tercatat positif terinfeksi TB yang berobat sendiri atau berobat melalui strategi DOTS secara lengkap dan selesai. Angka kesembuhan pasien baru TB adalah sebanyak 82,98% dari target 80 % dan 17,02% yang belum sembuh yang melakukan pengobatan melalui DOTS. Pengawasan yang efektif melalui penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi resiko penyebarannya. Angka Kesembuhan Pasien baru TB di Kab. Polewali Mandar berdasarkan hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2007 2009 dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 40
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.21 Angka Kesembuhan Pasien Baru TB di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Persentase Angka Kesembuhan Pasien Baru TB 2007 2008 2009 Tinambung 87,0 86.96 93.33 Balarpa 100,0 100.0 90.48 Limboro 71,4 71.43 63.16 Tubi Taramanu 0 0 37.50 Allu 100,0 100 71.43 Campalagian 100,0 91.67 90.70 Luyo 90,9 90.91 64.71 Wonomulyo 91,7 91.31 85.71 Mapili 80,0 80.00 83.33 Tapango 37,5 28.57 83.33 Matakali 76,5 75.00 80.00 Bulo Polewali 80,4 87.18 77.55 Binuang 95,8 100 97.44 90,9 90.91 80.00 Anreapi 100,0 100 62.50 Matangnga Kab. Polewali Mandar 86.7 88.24 82.98 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor KECAMATAN
2.4.21
Angka Kesakitan Penyakit Kusta Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen, Penyakit Hansen
adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Untuk Melihat Angka Kesakitan Penyakit Kusta di Kab. Polewali Mandar di masing-masing Kecamatan dapat dilihat pada Tabel Berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 41
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.4.22 Persentase Angka Penemuan Penakit Kusta di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 % Angka Kesakitan Kusta 2007 2008 2009 Tinambung 7,2 6,18 9.9 Balanipa 3,3 1,65 5.3 Limboro 6,2 8,46 15.7 Tubbi Taramanu 0,6 0,62 1.2 Allu 6,4 3,20 8.8 Campalagian 2,6 2,55 7.6 Luyo 2,5 8,56 21.9 Wonomulyo 1,2 1,89 5.9 Mapilli 3,1 1,24 8.0 Tapango 2,4 6,31 8.2 Matakali 0,5 3,01 10.5 Bulo 2.7 Polewali 1,9 3,73 9.3 Binuang 2,6 1,85 5.5 Anreapi 1,1 3,29 2.2 Matangnga 0,0 0,00 0.0 Kab. Polewali Mandar 2,7 3,45 8.4 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Polewali mandar angka Kesakitan Kusta 3,45 Kasus per- 10.000 penduduk atau dalam setiap 10.000 Penduduk terdapat 3,45 Penderita. Jadi di Kab. Polewali Mandar dengan jumlah penduduk 369. 586 Jiwa terdapat 128 Penderita Kusta. Jika dibandingkan pada tahun 2009 Angka Kesakitan kusta 2,71 Kasus per-10.000 penduduk hal ini menunjukkan adanya peningkatan yang disebabkan karena peningkatan jumlah penemuan yang ditunjang banyaknya kegiatan deteksi penyakit kusta yang dilaksanakan oleh Pemda. Program Pelayanan Kesehatan yaitu pengobatan gratis pada penderita kusta telah dilaksanakan namun yang paling penting adalah Memberikan Penyuluhan dan Upaya pencegahan bagi Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gizi yang buruk. 2.4.22
Angka Kesakitan Penyakit Demam Berdarah (DBD) Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 42
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti. Angka Kesakitan DBD di Kab. Polewali Mandar dari hasil pengumpulan data sektoral MDGs tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 2.4.23 Angka Kesakitan Penakit Demam Berdarah (DBD) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009 KECAMATAN
2007 Tinambung Balarpa Limboro Tubi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo 0.024 Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali 0.104 Binuang 0.074 Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar 0.022 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
% Angka Kesakitan DBD 2008 2009 4.753 4.75 11.828 11.83 2.075 2.07 1.885 1.88
Dari tabel di atas Angka Kesakitan DBD di Kab. Polewali Mandar adalah 1,88 kasus per-100.000 penduduk. Pada tahun 2009 terdapat 8 Kasus DBD yang terjadi di Kecamatan : Kec. Tinambung 1 Kasus, Kec. Wonomulyo 5 Kasus, dan Kec. Polewali 1 Kasus. Pencegahan utama demam berdarah terletak pada perbaikan kondisi lingkungan. Oleh karena itu Program Upaya Kesehatan dengan meningkatkan Penyuluhan agar masyarakat melakukan upaya 3 M yakni : Menguras, Mengubur dan Menutup agar perkembang biakan Nyamuk penyebab DBD dapat dikendalikan, Foging atau pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa dan abatesasi untuk membunuh jentik di air agar mata rantai perkembang biakan nyamuk terputus.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 43
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.5
Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk
memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu
berperan dan
berpartisipasi dalam kegiatan sektor publik serta kesamaan dalam
menikmati hasil pembangunan. Baik itu pada sektor publik dibidang eksekutif, legislatif, maupun di bidang yudikatif. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap perempuan maupun lakilaki. Hal ini sejalan dengan falsafah dan dasar negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta GBHN, yang memuat tidak ada perbedaan
perempuan dan laki-laki menyatakan bahwa “setiap warga negara mempunyai status, hak
dan
kewajiban,
serta
kesempatan yang sama di dalam
keluarga
dan
masyarakat”. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembekuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun lakilaki. Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki. Dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya, sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. Di Kab. Polewali Mandar persentase perempuan dalam proses pengambilan keputusan masih sangat jauh dari semangat keterwakilan yakni 30 persen perempuan dalam lembaga publik. Dalam uraian ini nampak bahwa di Kab. Polewali Mandar keterwakilan perempuan baik pada bidang eksekutif, legislatif, maupun dalam keanggotaan pengurus partai politik dan pengurus pada organisasi sosial pada tahun 2009 belum menampakkan adanya perubahan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat pada uraian berikut.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 44
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.5.1 Proporsi Kursi DPRD yang di Duduki Perempuan Partisipasi perempuan dalam berpolitik bisa dilihat dari jumlah kursi yang di duduki di lembaga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Partisipasi perempuan dalam Pemilu 2009 hampir sama dengan partisipasi laki-laki. Komposisi anggota DPRD menurut jenis kelamin di suatu daerah dapat mencerminkankan
tentang
besarnya
penerapan
azas
demokrasi
didaerah
tersebut. Seharusnya dengan komposisi penduduk yang hampir seimbang antara jumlah
laki-laki
dan
perempuan,
maka
komposisi
anggota
DPRD-nya
seyogyanya juga seimbang. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian, keterwakilan
perempuan
di
Kab.
Polewali
Mandar pada tahun 2009 yang
berjumlah 40 orang terdiri dari 6 orang atau 15% perempuan dan laki-laki sebanyak 34 orang atau 85%. Keterwakilan perempuan pada tahun 2009 sudah mengalami peningkatan atau perubahan, hal ini disebabkan masa jabatan anggota DPRD Kabupaten Polewali Mandar belum tiba waktu pergantian. Untuk jelasnya bisa dilihat
pada tabel
berikut: Tabel 2.5.1 Proporsi Anggota DPRD Kab. Polewali Mandar menurut Jenis Kelamin Tahun 2007 – 2009 Jenis Kelamin
Tahun 2007 (%)
Tahun 2008 (%)
Perempuan Laki-laki
5,71 94,29
5,71 94,29
Tahun 2009 (%) 15 85
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik 2.5.1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 45
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.5.2 Persentase Camat Perempuan Sektor publik yang lain adalah bidang eksekutif. Dari jumlah perempuan yang duduk dibidang eksekutif dalam hal ini sebagai camat di Kab. Polewali Mandar, jumlah camat
perempuan di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009
sebanyak 3 orang dari 16 total camat yang ada atau hanya ada 18,75% camat perempuan. Rendahnya persentase perempuan yang duduk di DPRD dan camat menunjukkan bahwa baik pada bidang legislatif maupun pada bidang eksekutif sangat nampak adanya kebiasan gender yang cukup signifikan. Lebih jelas lihat tabel berikut : Tabel 2.5.2 Persentase Camat Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2008 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
93,75 6,25
100 0
81,25 18,75
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik 2.5.2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Pada tabel tersebut di atas terlihat bahwa pada pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar keterwakilan perempuan sebagai camat mengalami penurunan, camat perempuan menjadi 3 orang dan didominasi oleh kaum laki-laki sebanyak 13 orang dari 16 wilayah kecamatan hal ini terjadi karena camat yang diduduki oleh seorang perempuan termutasi ke jabatan yang lain.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 46
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.5.3 Persentase Kepala Desa/Lurah Perempuan Ketimpangan gender pada posisi kepala desa/lurah tidak jauh berbeda pada posisi camat. Dimana Kepala Kelurahan dan Kepala Desa di Kab. Polewali Mandar pada tahun 2009 masih didominasi oleh kaum laki-laki sedang kaum perempuan sangat kecil jumlahnya. Jumlah kepala desa/kelurahan yang diduduki oleh perempuan sebanyak
24 orang atau (12,5%) 192 desa/kelurahan, berarti
ada sebanyak 168 desa/kelurahan atau (87,5 %) yang diduduki oleh kaum lakilaki. Lebih jelasnya lihat tabel berikut: Tabel 2.5.3 Persentase Kepala Desa/Lurah Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Perempuan
Tahun 2007 4,55
Tahun 2008 3,59
Tahun 2009 12,5
Laki-Laki
95,45
96,41
87,5
Jenis Kelamin
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik 2.5.3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Pada tabel tersebut di atas menunjukkan pada tahun 2009 di Kab. Polewali Mandar seiring dengan adanya pemekaran beberapa wilayah desa, maka jumlah pejabat kepala desa mengalami peningkatan. Jumlah wilayah desa/kelurahan sebanyak 167 buah menjadi 192 desa/ kelurahan. Namun demikian yang menjadi penambahan kepala desa semuanya adalah dari kaum laki-laki sehingga persentase laki-laki sebagai kepala desa/kelurahan mengalami peningkatan menjadi 87,5% sedangkan perempuan mengalami penurunan menjadi 12,5%.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 47
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.5.4 Persentase Perempuan dalam Keanggotaan BAPERJAKAT Rendahnya partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan di bidang publik dan keterwakilan perempuan dalam lembaga pengambilan keputusan terlihat dari persentase perempuan yang berada pada lembaga formal sangat kurang. Pejabat perempuan dalam pemerintahan Kabupaten Polewali Mandar masih relatif sedikit. Sehingga dalam keanggotaan BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) sebagai salah satu lembaga atau wadah pengambilan keputusan keterwakilan perempuan nihil, dimana jumlah Baperjakat tersebut sebanyak 6 orang kesemuanya laki-laki. Institusi yang terlibat dalam keanggotaan Baperjakat adalah Sekretaris Daerah, Kepala BKDD, Inspektur Inspektorat, Asisten Administrasi, Kepala Bagian Hukum Setda, serta Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksana. Dengan kata lain 100% laki-laki sebagai anggota BAPERJAKAT. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini ; Tabel 2.5.4 Persentase Keanggotaan BAPERJAKAT Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Jenis Kelamin
Tahun 2007 0 Laki-Laki 0 Perempuan Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Tahun 2008 100 100
Tahun 2009 0 100
Grafik 2.5.4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 48
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Pada tabel serta grafik tersebut di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2009 belum ada perubahan keanggotaan pada BAPERJAKAT, sehingga angka-angka pada tabel tersebut tidak mengalami perubahan pula. 2.5.5 Rasio Pejabat Perempuan di Lingkup Pemerintah Daerah Keadaan pejabat struktural perempuan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Polewali Mandar bila dilihat menurut jenjang eselon maka menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat eselon maka jumlah pejabat perempuan semakin kurang jumlahnya. Pada tahun 2009 jumlah jabatan eselon II 96,97% diduduki oleh laki-laki, yakni sebanyak 32 orang. Dan pada tahun 2009 jumlah jabatan eselon II bertambah. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan lembaga atau SKPD baru. Pada tahun 2009 rasio perempuan pejabat esalon III 14,89% selanjutnya rasio pejabat perempuan eselon IV adalah 32,38% sedangkan untuk rasio pejabat perempuan bertambah karna danya SKPD baru. Namun pada tahun 2009 rasio pejabat perempuan untuk esalon III mengalami kenaikan. Yakni rasio jabatan perempuan eselon III sebesar 14,89% , sedangkan lakilaki sebesar 85,11%. Kenaikan rasio ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah perempuan yang menduduki eselon dan adanya pemberlakuan PP No.41 Tahun 2008 Tentang kelembagaan pada pemerintahan daerah, sehingga ada penambahan Lembaga atau SKPD di Pemerintah Daerah Kab. Polewali Mandar. Dengan demikian, maka jumlah jabatan atau eselon bertambah pula. Namun pada eselon IV tidak terjadi perubahan karena pada tahun 2009 sudah ada mutasi pegawai. Lebih jelasnya lihat tabel berikut : Tabel 2.5.5 Rasio Pejabat Perempuan Dirinci Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Eselon pada Lingkup Pemerintah Daerah Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Eselon II Eselon III 2007 2008 2009 2007 2008 2009 0 0 3,03 12,15 16,53 14,89 100 100 98,97 87,85 83,47 85,11
Eselon IV 2007 2008 56,13 56,13 143,87 143,87
2009 32,38 67,62
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 49
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik 2.5.5
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2.5.6 Persentase Perempuan Sebagai Pengurus Partai Politik Bias gender sangat jelas diberbagai sektor. Hal ini tak lepas pula pada pengurus-pengurus organisasi baik pada organisasi politik maupun pada organisasi sosial. di Kab. Polewali Mandar bulan Agustus tahun 2009 pada saat pengambilan data di kantor KPU terdapat 22 partai politik yang telah mengumpulkan struktur organisasinya beserta unsur-unsur pengurus organisasinya Perempuan maka terdapat sejumlah 162 orang sebagai pengurus yang terdiri dari perempuan sebanyak 161 orang atau 19,98%, sedangkan laki-laki sebanyak 649 orang atau 80,02%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.5.6 Persentase Pengurus Partai Politik Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Bulan Agustus Tahun 2008-2009 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Tahun 2008 65,97 24,03
Tahun 2009 78,65 21,35
Page | 50
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik 2.5.6
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa persentase keterwakilan perempuan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 12.68% sehingga pada tahun 2009 keterwakilan perempuan sebagai pengurus partai politik sebanyak 21.35%, Namun apabila dilihat dari angka mutlak menunjukkan peningkatan yang signifikan sedangkan laki-laki sebanyak 649 orang dari 32 partai yang melaporkan struktur pengurusnya ke instansi terkait. 2.5.7 Persentase Perempuan Sebagai Pengurus Organisasi Sosial Pada pengurus organisasi sosial tidak jauh berbeda dengan pengurus organisasi politik serta
keterwakilan perempuan diberbagai sektor.
Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu penyebab kesenjangan kondisi dan posisi perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh peraturan perundang-undangan yang bias gender. Dalam bidang hukum masih banyak dijumpai subtansi, struktur, dan budaya hukum yang diskriminatif gender. Di Kabupaten Polewali Mandar Pengurus Organisasi Sosial yang dijumpai pada instansi terkait, sebanyak 12 buah organisasi dan mempunyai pengurus sejumlah 220 0rang. Dari 220 orang tersebut terdapat
perempuan
sebanyak
60 orang atau 27,27%, sedangkan laki-laki sebanyak 160 orang atau 72,73%. Lebih jelasnyadapat dilihat pada tabel berikut ;
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 51
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.5.7 Persentase Pengurus Organisasi Sosial Menurut Jenis Kelamin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Jenis Kelamin
2007
2008
2009
Laki-Laki
72,73
72,73
69,83
Perempuan
27,27
27,27
25,86
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik 2.5.7
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Pada tabel tersebut diatas terlihat bahwa dari tahun 2009 sampai tahun 2009 tidak mengalami perubahan jumlah. Hal ini disebabkan oleh karena disamping ada pengurus organisasi belum tiba masa jabatan/kepengurusannya dan ada pula organisasi yang tidak memperbaharui laporan kepengurusan organisasinya, bahkan sejumlah organisasi sosial tidak menyampaikan pengurus-pengurusnya ke instansi tarkait. 2.5.8 Persentase Peserta KB Perempuan dan Laki-Laki Berdasarkan data dari sektoral, dalam rangka mendorong kesetaraan gender dalam hal ber KB
maka
sangat nampak adanya kesenjangan
gender
antara
akseptor KB perempuan dan akseptor laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 52
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.5.8 Persentase Peserta KB Perempuan dan Laki-laki di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Kecamatan
2007
Tinambung Balanipa Limboro Tutar Alu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar
95,58 99,78 97,27 95,59 98,14 95,25 97,18 99,11 96,00 99,55 99,83 0 99,28 98,32 95,28 100 97,73
Perempuan 2008 95,55 98,88 86,86 91,83 96,99 88,59 94,15 98,94 97,29 98,58 99,87 98,76 99,33 98,46 92,43 98,67 97,88
2009
2007
97,48 99,06 98,08 91,67 97,59 94,13 92,04 95,33 98,64 98,42 98,34 98,50 98,85 97,49 91,14 95,80 96,58
4,42 0,22 2,73 4,41 1,86 4,75 2,82 0,89 4 0,45 0,17 0 0,72 1,68 4,72 0 2,27
Laki-laki 2008 2009 4,45 1,12 13,14 8,17 3,01 11,41 5,85 1,06 2,71 1,42 0,13 1,24 0,67 1,54 7,57 1,34 2,12
2,52 0,94 1,92 8,34 2,41 5,87 7,96 4,67 1,36 1,58 1,26 1,50 1,15 2,51 6,86 4,20 3,42
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Di Kab. Polewali Mandar mayoritas pemakai alat kontrasepsi adalah perempuan, pada tabel tersebut diatas menunjukkan setiap kecamatan di kabupaten Polewali Mandar jumlah akseptor KB perempuan jauh lebih banyak dibandingkan akseptor KB laki-laki. Pada tahun 2009 apabila dilihat secara keseluruhan untuk Kab. Polewali Mandar maka terdapat 1060 orang atau 3,42% akseptor KB perempuan sedangkan laki-laki sebanyak 29.964 orang atau 96,58% dari total jumlah akseptor Kab. Polewali Mandar sejumlah 31.024 akseptor.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 53
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik. 2.5.8
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Adanya kesenjangan yang sangat tinggi antara jumlah akseptor KB perempuan dan jumlah akseptor laki-laki, ini dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain: adalah menurut cara penggunaannya. Dimana sejumlah alat kontrasepsi yang ada
lebih banyak ditujukan kepada perempuan tentang cara penggunannya.
Seperti; pil, Suntik, Implant, IUD, dan Tubektomi. Sedangkan yang cara penggunaanya ditujukan kepada laki-laki
hanya kondom dan Vasektomi.
Disamping faktor tersebut ada anggapan dalam masyarakat bahwa laki-laki risih menggunakan alat kontrasepsi sehingga apabila suatu keluarga ingin ber-KB maka isterinyalah menjadi obyek sasaran. Selain itu pula anggapan lain dalam masyarakat bahwa yang hamil selanjutnya melahirkan adalah perempuan jadi yang ber-KB adalah perempuan sehingga dianggapnya alat kontrasepsi KB merupakan kebutuhan perempuan tanpa memperhitungkan keadilan gender dalam ber-KB.
2.6
Kehutanan Analisa data sektoral ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menganalisa data sektor tahun 2008 dan 2009 , dalam hal ini data sektor kehutanan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Polewali Mandar yang telah dikumpulkan sebelumnya.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 54
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Data yang telah dikumpulkan diharapkan dapat memberikan gambaran beberapa indikator hasil kegiatan pembangunan di sektor kehutanan sesuai dengan tujuan ketujuh MDGs (Millenium Development Goals) yaitu Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup. Indikator yang dianalisa adalah : 1. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan, 2. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan, 3. Rasio hasil kegiatan reboisasi terhadap luas kawasan hutan yang perlu direhabilitasi/reboisasi. 2.6.1 Proporsi Luas Lahan yang Tertutup Hutan Proporsi luas lahan yang tertutup hutan di Kab.Polewali Mandar tidak mengalami perubahan, karena data yang tersedia bersumber dari data Citra Satelit yang diperoleh dalam waktu tiga tahun sekali. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan tahun 2007 sampai 2009 dirinci per kecamatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.6.1 Luas Tutupan Hutan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009
Kecamatan
Luas (Ha)
2007
Luas (Ha) Tinambung (10) 2.134 0 Limboro (12) 4.755 0 Balanipa (11) 3.742 0 Tutar (20) 35.745 11.906 Alu (21) 22.830 3.858 Wonomulyo (40) 7.282 23 Campalagian (30) 8.784 0 Luyo (31) 15.660 0 Mapilli (41) 32.040 10.566 Tapango (42) 12.581 244 Matakali (43) 5.762 804 Polewali (50) 2.627 0 Binuang (51) 12.334 696 Anreapi (52) 12.462 2.153 Matangnga (61) 23.492 7.791 Kab. Polewali Mandar 202.230 38.041 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Rasio (%) 0,00 0,00 0,00 33,31 16,90 0,32 0,00 0,00 32,98 1,94 13,95 0,00 5,64 17,28 33,16 18,81
Tutupan Hutan 2008 Luas Rasio (Ha) (%) 0 0,00 0 0,00 0 0,00 11.906 33,31 3.858 16,90 23 0,32 0 0,00 0 0,00 10.566 32,98 244 1,94 804 13,95 0 0,00 696 5,64 2.153 17,28 7.791 33,16 38.041 18,81
Terlihat proporsi luas lahan yang tertutup hutan
Luas (Ha) 0 0 0 11.906 3.858 23 0 0 10.566 244 804 0 696 2.153 7.791 38.041
2009 Rasio (%) 0,00 0,00 0,00 33,31 16,90 0,32 0,00 0,00 32,98 1,94 13,95 0,00 5,64 17,28 33,16 18,81
di atas 30% berada di
Kecamatan Tutar 33,31%, Matangnga 33,16% dan Mapilli 32,98%. Hal ini
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 55
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
memperlihatkan bahwa ketiga kecamatan tersebut kondisi tutupan hutannya masih baik. Namun di beberapa kecamatan proporsi luas lahan yang tertutup hutan dibawah 30% bahkan ada yang 0%, keadaan ini cukup memprihatinkan terutama dari segi kelestarian lingkungan hidup. Proporsi luas lahan yang tertutup hutan di Kab.Polewali Mandar adalah 18,81%, terlihat pada grafik di bawah ini : Grafik 2.6.1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2.6.2 Rasio Luas Kawasan Lindung Terhadap Luas Daratan
Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan dirinci per Kecamatan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 2.6.2 Rasio Luas Kawasan Lindung Terhadap Luas Daratan Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Kecamatan
Tinambung (10) Limboro (12) Balanipa (11) Tutar (20) Alu (21) Wonomulyo (40) Campalagian (30) Luyo (31) Mapilli (41) Tapango (42) Matakali (43) Polewali (50) Binuang (51) Anreapi (52) Matangnga (61)
Luas
2.134 4.755 3.742 35.745 22.830 7.282 8.784 15.660 32.040 12.581 5.762 2.627 12.334 12.462 23.492
2007 Luas (Ha) Rasio (%)
0 2.747 0 26.882 16.827 600 313 213 4.414 3.653 2.080 0 5.680 5.734 9.307
0,00 57,77 0,00 75,20 73,71 8,24 3,56 1,36 13,78 29,04 36,10 0,00 46,05 46,01 39,62
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Kawasan Lindung 2008 Luas (Ha) Rasio (%)
0 2.747 0 26.882 16.827 600 313 213 4.414 3.653 2.080 0 5.680 5.734 9.307
0,00 57,77 0,00 75,20 73,71 8,24 3,56 1,36 13,78 29,04 36,10 0,00 46,05 46,01 39,62
Luas (Ha)
0 2.747 0 26.882 16.827 600 313 213 4.414 3.653 2.080 0 5.680 5.734 9.307
2009 Rasio (%)
0,00 57,77 0,00 75,20 73,71 8,24 3,56 1,36 13,78 29,04 36,10 0,00 46,05 46,01 39,62
Page | 56
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Kab. Polman 202.230 78.450 38,79 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
78.450
38,79
78.450
38,79
Grafik.2.6.2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Terlihat bahwa rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan diatas 30% berada di Kecamatan Tutar 75,20%, Allu 73,71%, Limboro 57,77%, Binuang 46,05%, Anreapi 46,01%, Matangnga 39,62%, dan Matakali 36,10%. Beberapa kecamatan tidak memiliki kawasan lindung seperti Kec. Tinambung, Balanipa, dan Polewali. Mengingat pentingnya fungsi kawasan lindung maka untuk beberapa kecamatan tersebut perlu ditunjuk areal kawasan lindung atau hutan kota. Rasio luas kawasan lindung terhadap luas daratan Kab. Polewali Mandar adalah 38,79%, hal ini menunjukkan bahwa Kab. Polewali Mandar masih berada di atas rasio ideal luas kawasan lindung terhadap luas daratan (30%). 2.6.3 Rasio Hasil Kegiatan Reboisasi Terhadap Luas Kawasan Hutan yang
Perlu
Direhabilitasi / Reboisasi Rasio hasil kegiatan reboisasi terhadap luas kawasan hutan yang perlu direhabilitasi/reboisasi dapat dilihat pada tabel di atas. Peningkatan hasil kegiatan reboisasi/rehabilitasi terjadi di Kecamatan Binuang 19,32%, Mapilli 14,18%, Allu 10,15%, Matangnga 5,56% dan Tutar 3,77%. Rasio hasil kegiatan reboisasi di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 adalah 18,02%, yaitu 6.130 Ha dari 34.009 Ha areal yang perlu direhabilitasi, dengan demikian masih ada areal yang perlu direhabilitasi
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 57
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Seluas 27.879 Ha, sedangkan Tahun 2008 adalah 23,91%, yaitu 8.130 Ha dari 34.009 Ha areal yang perlu direhabilitasi, dengan demikian masih ada areal yang perlu direhabilitasi seluas 25.879 Ha. Berdasarkan rasio hasil kegiatan reboisasi di Kab. Polewali Mandar tahun 2007 dan 2008 diketahui bahwa terjadi peningkatan rasio
hasil
kegiatan
reboisasi
terhadap
kawasan
hutan
yang
perlu
direhabilitasi/reboisasi sebesar 5,89% (2.000 Ha), terlihat pada grafik di bawah ini : Tabel 2.6.2.2 Rasio Kegiatan Reboisasi Terhadap Luas Kawasan Hutan yang Perlu Rehabilitasi/Reboisasi di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2009
Kecamatan Tinambung (10) Limboro (12) Balanipa (11) Tutar (20) Alu (21) Wonomulyo (40) Campalagian (30) Luyo (31) Mapilli (41) Tapango (42) Matakali (43) Polewali (50) Binuang (51) Anreapi (52) Matangnga(61) Kab. Polewali Mandar
534 2,209 1,610 7,960 7,885 500 1,395 1,010 2,820 1,351 0 50 1,035 250 5,400
Areal yang Telah Direboisasi/Direhabilitasi 2007 2008 2009 Luas Rasio Rasio Luas Rasio (Ha) (%) Luas (Ha) (%) (Ha) (%) 50 9.36 50 9.36 50 9.36 200 9.05 200 9.05 200 9.05 250 15.53 250 15.53 250 15.53 625 7.85 925 11.62 925 11.62 1,750 22.19 2,550 32.34 2,550 32.34 100 20.00 100 20.00 100 20.00 260 18.64 260 18.64 260 18.64 375 37.13 375 37.13 375 37.13 1,350 47.87 1,750 62.06 1,750 62.06 170 12.58 170 12.58 170 12.58 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 450 43.48 650 62.80 650 62.80 50 20.00 50 20.00 50 20.00 500 9.26 800 14.81 800 14.81
34,009
6,130
Areal yang Perlu Direhabilitasi (Ha)
18.02
8,130
23.91
8,130
23.91
Peningkatan 0.00 0.00 0.00 3.77 10.15 0.00 0.00 0.00 14.18 0.00 0.00 0.00 19.32 0.00 5.56 5.89
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik 2.6.3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 58
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Pengumpulan, pengolahan dan analisa data sektor di Kab. Polewali Mandar pada sektor Kehutanan dan Perkebunan dapat dijadikan landasan bagi penentu kebijakan dalam mengarahkan program-program pembangunan, khususnya sektor kehutanan dan perkebunan, sehingga program-program tersebut dapat berhasil guna dan berdaya guna. 2.7
Lingkungan Hidup
2.7.1 Emisi C02 Perkapita Emisi CO2 pe kapita adalah jumlah CO2 yang dilepaskan di suatu daerah sebagai konsekuensi kegiatan produksi dan konsumsi dibagi dengan jumlah penduduk. Emisi CO2 antara lain berasal dari konsumsi bahan bakar (padat, cair, dan gas), proses dan produk industri tertentu, perubahan tata guna lahan, penggunaan pupuk anorganik (kimia) di lahan pertanian, dan Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah. CO2 merupakan gas rumah kaca yang mempunyai sifat menahan radiasi panas dari permukaan bumi sehingga menyebabkan perubahan iklim global akibat meningkatnya suhu bumi. Berdasarkan sumbernya, emisi CO2 yang dihitung untuk Kab. Polewali Mandar berasal dari pemakaian energi, lahan dan pengolahan limbah (sampah), untuk mengukur intensitas pemakaian energi (sebagai kebalikan dari efisiensi energi). Perbedaan rasio pemakaian antar waktu mencerminkan perubahan struktur ekonomi dan perubahan efisiensi pemakaian pada sektor ekonomi tertentu. Semakin rendah rasionya semakin baik efisien penggunaannya. 2.7.1.1 Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Sektor Transportasi Tabel 2.7.1.1.1 Transportasi Berbahan Bakar Premium (Bensin) Jumlah Kendaraan 2007 2008 Sedan 73 700 Minibus / Van 2.709 2.000 Sepeda Motor 30.352 31.000 Total 33.134 33.700 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Jenis Kendaraan
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
2009 700 2.000 31.000 33.700
Jumlah 1473 6.709 92.352 157.206
Page | 59
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel 2.7.1.1.2 Transportasi Berbahan Bakar Solar Jenis Kendaraan Bus
Jumlah Kendaraan 2007 2008 2009 41 60 60
Truk
551
200
Total 592 260 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Jumlah 161
200
951
260
1.112
Rumus perhitungan konsumsi energi dari sektor transportasi adalah sebagai berikut : Konsumsienergi-transport = (A x 1,2 x Rbensin + B x 1,2 x Rsolar) SBM dimana : A = Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Bensin B = Jumlah Kendaraan Berbahan Bakar Solar R = Faktor konversi satuan SBM Tahun 2007 Konsumsienergi-transport = (33.134 x 1,2 x 5,8275 + 592 x 1,2 x 6,4871) SBM Konsumsienergi-transport = ( 233.495,298 +4.608,436 ) SBM Konsumsienergi-transport = 238.103,734 SBM Tahun 2008 Konsumsienergi-transport = (33.700 x 1,2 x 5,8275 + 260 x 1,2 x 6,4871) SBM Konsumsienergi-transport = ( 235.664,100 + 2.023,975 ) SBM Konsumsienergi-transport = 237.688,075 SBM Tahun 2009 Konsumsienergi-transport = (33.700 + 1,2 x 5,8275 + x 1,2 x 6,4871) SBM Konsumsienergi-transport = ( 235.664.100 + 2.023.975 ) SBM Konsumsienergi-transport = 237.688.075 SBM 2.7.1.2
Emisi CO2 dari Konsumsi Produk Industri Berbahan Baku BBM Tabel 2.7.1.2 Produk berbahan baku BBM yang banyak digunakan di Kab. Polewali Mandar. Lokasi SPBU Sarampu Pekkabata Wonomulyo Campalagian Tinambung
Bensin (Kiloliter) 2007 2008 2009
2007
Solar (Kiloliter) 2008 2009
16
30
18
16
30
8
32
35
30
32
30
30
35
35
35
20
30
20
16
30
30
16
30
16
16
30
30
16
30
16
143
100
150
90
Total
115 160 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 60
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Rumus perhitungan emisi CO2 dari penggunaan BBM adalah : EmisiBensin = A x 12/1000 x 6112,7 x RBensin x 18 x 44/12 EmisiSolar = B x 12/1000 x 6112,7 x RSolar x 18 x 44/12 EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar dimana : A = Jumlah SPBU Menjual Bensin B = Jumlah SPBU Menjual Solar R = Faktor konversi satuan SBM Emisi Bensin Tahun 2007 EmisiBensin = 115 x 12/1000 x 6112,7 x 5,8275 x 18 x 44/12 EmisiBensin = 3.244.429,832 Emisi Bensin Tahun 2008 EmisiBensin = 160 x 12/1000 x 6112,7 x 5,8275 x 18 x 44/12 EmisiBensin = 4.513.989,332 Emisi Bensin Tahun 2009 EmisiBensin = 143 x 12/1000 x 6112,7 x 5,8275 x 18 x 44/12 EmisiBensin = 4.034.377,966 Emisi Solar Tahun 2007 EmisiSolar = 100 x 12/1000 x 6112,7 x 6,4871 x 18 x 44/12 EmisiSolar = 3.140.572,736 Emisi Solar Tahun 2008 EmisiSolar = 150 x 12/1000 x 6112,7 x 6,4871 x 18 x 44/12 EmisiSolar = 4.710.859,104 Emisi Solar Tahun 2009 EmisiSolar = 90 x 12/1000 x 6112,7 x 6,4871 x 18 x 44/12 EmisiSolar = 2.826.515,463 Emisi BBM Tahun 2007 EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar EmisiBBM = 3.244.429,832 + 3.140.572,736 EmisiBBM = 6.385.002,568 Emisi BBM Tahun 2008 EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar EmisiBBM = 4.513.989,332 + 4.710.859,104 EmisiBBM = 9.224.848,436 Emisi BBM Tahun 2009 EmisiBBM = EmisiBensin + EmisiSolar EmisiBBM = 4.034.377,966 + 2.826.515,463 EmisiBBM = 6.860.893,429
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 61
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.7.1.3 Emisi CO2 dari Lahan Penghitungan emisi CO2 dari lahan untuk tingkat kabupaten/kota dan kecamatan hanya dapat dapat dihitung dari lahan sawah dan peternakan. Data lahan sawah sebagai berikut : Tabel 2.7.1.3.1 Emisi CO2 dari Lahan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Luas Sawah ( Ha ) 2007 2008 2009 Tinambung 335 335 335 Balanipa 0 0 0 Limboro 63 63 63 Tutar 600 600 600 Allu 0 0 0 Campalagian 2.114 224 2.647 Luyo 2.02 2.124 1.797 Wonomulyo 2.995 2.980 2.987 Mapilli 2.323 2.324 2.980 Tapango 1.259 1.260 2.324 Matakali 1.785 1.786 1.786 Bulo 0 0 100 Polewali 921 921 921 Binuang 1.046 1.109 1.109 Anreapi 241 241 241 Matangnga 105 105 105 Kab. Polewali Mandar 16.088 15.807 16.088 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Penggunaan Pupuk (Ton) 2007 2008 2009 0 0 215 0 0 35 0 0 56 0 0 385 0 0 37 0 0 1.542 0 0 1.513 0 0 2.515 0 0 1.84 0 0 989 0 0 1.145 0 0 32 0 0 600 0 0 740 0 0 185 0 0 74 0 0 11.903
Emisi CO2 dari lahan sawah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Emisi Sawah : A x 1,3 kg/ha/hari x 180 hari Dimana A adalah luas sawah yang ditanami padi dalam satuan hektar. Tahun 2007 EmisiSawah = 16.088 Ha x 1,3 Kg/ha/hari x 180 hari EmisiSawah = 3.764.592 Tahun 2008 EmisiSawah = 15.807 Ha x 1,3 Kg/ha/hari x 180 hari EmisiSawah = 3.698.838 Tahun 2009 EmisiSawah = 16.088 Ha x 1,3 Kg/ha/hari x 180 hari EmisiSawah = 3.764.592
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 62
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.7.1.3.2 Emisi CO2 dari Peternakan Berdasarkan pada Jumlah Ternak Per Jenis Hewan Ternak di Kab. Polewali Mandar Tahun 2008-2009 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tutar Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangga Kab. Polewali Mandar
Itik
Ayam
2008
2009
103.959 71.228 101.551 67.933 65.543 80.919
109.959 71.228 108.628 71.829 68.820 90.965
112.214 131.216 109.817 92.747 90.716 162.743
243.047 150.899 125.747 106.659 404.324 323.848
28.184 44.177 28.03 5.03 8.439 2.923
28.184 44.981 26.504 5.165 8.592 2.976
0 0 0 0 0 0
67.267 398.812
70.631 240.552
100.269 357.013
115.309 717.348
5.015 1.294
5.107 1.317
0 0
96.779 102.117 145.83 79.910 165.287 87.126 850 446 81.361 42.714 220.777 117.408 57.785 32.488 3.138 1.648 1.729.019 1.296.228
2008
435.222 336.711 325.026 12.694 387.173 422.381 185.577 43.798 3.305.319
2009
Jumlah Hewan Kambing 2008 2009
490.383 1.351 380.217 2.515 510.600 3.502 14.599 137 676.681 22.769 622.529 9.877 213.413 2.877 50.368 544 4.852.981 159.373
2008
1.376 0 2.561 0 3.656 0 140 0 23.184 482 9.697 2.933 2.929 3.053 553 4.759 167.614 11.226
Babi 2009
2008
Sapi 2009
0 0 0 0 0 0
1.669 1.273 1.653 1.406 267 2.886
1.678 1.280 1.662 1.414 268 2.902
0 0
3.123 1.271
3.140 1.278
0 345 502 0 636 3.251 3.145 3.271 11.226
4.054 4.077 3.638 5.670 2.562 2.576 76 76 1.166 1.173 2.83 2.846 947 952 96 97 30.365 31.089
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Rumus perhitungan emisi CO2 dari hewan ternak adalah : EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2 A+B+C+D+E = Jumlah Itik, Ayam, Kambing, Babi dan Sapi Jadi, Tahun 2007 EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2 EmisiTernak = ( 1.655.105 + 3.437.459 + 159.373 + 6.372 + 30.365) x 5 Kg CO2 EmisiTernak = 26.443.370 Tahun 2008 EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2 EmisiTernak = ( 1.729.019 + 3.305.319 + 164.618 + 11.226 + 30.917) x 5 Kg CO2 EmisiTernak = 26.215.725 Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak Tahun 2009 EmisiTernak = ( A + B + C + D + E) x 5 Kg CO2 EmisiTernak = ( 1.296.228 + 4.852.981 + 167.614 + 11.226 + 31.089 ) x 5 Kg CO2 EmisiTernak = 31.795.690 Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak Tahun 2007 Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak Emisi Lahan = 3.764.592 + 26.443.370 Emisi Lahan = 30.207.962
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 63
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tahun 2008 Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak Emisi Lahan = 3.698.838 + 26.215.725 Emisi Lahan = 29.914.563 Tahun 2009 Emisi Lahan = Emisi Sawah + Emisi Ternak Emisi Lahan = 3.764.592 + 31.795.690 Emisi Lahan = 35.560.282
Tabel. 2.7.1.3.3 Total Emisi di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Jenis Emisi CO2
Tahun 2008
2007
238.103,734 Sektor transportasi Konsumsi Produk Industri yang Berbahan Baku BBM 6.385.002,568
Lahan
30.207,962 6.653.314,264 Total Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2009
Jumlah
237.688,075
237.688,075
499.186.484
9.224.848,436
6.860.893,429
22.470.744,433
29.914,563 9.492.451,575
35.560.282 95.682.807 7.134.141,786 23.065.613,724
Grafik. 2.7.1.1 Emisi CO2 Tahun 2007
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 64
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik. 2.7.1.2 Emisi CO2 Tahun 2008
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik. 2.7.1.3 Emisi CO2 Tahun 2009
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2.7.2 Pemanfaatan Kualitas Air Salah satu sumber daya alam yang dimiliki oleh Kab. Polewali Mandar adalah banyaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melewati kabupaten ini. Kab. Polewali Mandar mempunyai beberapa sungai yang merupakan sumber air. Sungai-sungai ini selanjutnya dapat dimanfaatkan airnya untuk berbagai keperluan. Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menjangkau pengembangan suatu daerah yaitu mempunyai multifungsi yang sangat vital diantaranya sebagai sumber air minum, industri dan pertanian atau juga pusat listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai sarana rekreasi air. Berbagai permasalahan sumber daya air, disamping pencemaran
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 65
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
air yaitu sering pula terjadi banjir dengan luas rawan genangan banjir di daerah baik di daerah hulu maupun hilir. Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kab. Polewali Mandar Tahun 2008 ada beberapa DAS yang terdapat di Kab. Polewali Mandar adalah sebagai berikut : Tabel. 2.7.2.1 Daerah Aliran Sungai (Das) Kecamatan
Nama Sungai
Tinambung Mandar Balanipa Salibo, Pandebulawang Limboro Mandar, Palece Tubbi Taramanu Mandar Allu Mandar Campalagian Maloso, Puppole Luyo Maloso, Mambu Wonomulyo Pelitakan Mapilli Maloso, Masuppa Tapango Pelitakan, Riso, Bussu Matakali Lemo, Matakali Bulo Binuang, Silobo, Tangnga Polewali Conggo, Taramanu, Buo Binuang Kunyi, Madatte Anreapi Matta, Mehalaan Matangnga Masunni, Maloso Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari sungai-sungai diatas merupakan sumber daya alam yang sangat potensial dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah. Tabel.2.7.2.2 Lokasi Administratif Titik Sampling Titik Sampling TS. Sungai Binuang TS. Sungai Mapilli TS. Sungai Mandar TS. Sungai Botto TS. Sungai Kunyi Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Lokasi / Desa/Kecamatan Jembatan S. Binuang / Binuang / Binuang Jembatan Mapilli / Mapilli / Mapilli Jembatan Tinambung / Tinambung / Tinambung Jembatan Tapango / Tapango / Tapango Kanreapia /Anreapi
Page | 66
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Secara detail hasil uji laboratorium beberapa parameter yang diperiksa ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No.: 82 Tahun 2001. Berikut adalah beberapa parameter yang perlu mendapat perhatian serius: 1. Kandungan parameter BOD 7,36 mg/l dan nitrit 0,657 mg/l yang tinggi pada titik sampling 4 yaitu Sungai Botto melebihi baku mutu air kelas I, II dan III menandakan banyaknya bahan organik yang terbuang ke badan sungai. 2. Konsentrasi Besi (Fe) pada Sungai Binuang 0,861 mg/l, Mapilli 0,723 mg/l, Tinambung 0,536 mg/l, melebihi batas baku mutu air kelas I yaitu 0,3 mg/l. 3. Kandungan mikrobiologi total Coli sangat tinggi pada semua titik sampling. Konsentrasi paling tinggi dihilir Sungai Tinambung yaitu 140.000 MPN/100ml. Hal ini menandakan tingkat sanitasi pemukiman di sepanjang sungai yang disampling masih rendah sehingga menyebabkan kandungan BOD, fecal coliform dan total coliform air sungai melebihi baku mutu. Tabel.2.7.2.3 Hasil Perhitungan Indeks Pencemaran dengan Membandingkan Baku Mutu Air Kelas II di Kab. Polewali Mandar St Lokasi Ip Maks 1 S. Binuang 2,109 2 S. Mapilli 0,571 3 S. Tinambung 0,5 4 S. Botto 2,948 5 S. Kunyi 0,5 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
2.8
Ip Rata 0,237 0,101 0,132 0,436 0,125
Ip 1,126 0,084 0,066 2,221 0,066
Kategori Cemar Ringan Memenuhi Memenuhi Cemar Ringan Memenuhi
SOSIAL Analisa data sektoral ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menganalisa data sektor tahun 2007, 2008 dan 2009 , dalam hal ini data sektor Sosial (Kemiskinan, Fasilitas Perumahan dan Pemukiman) pada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Polewali Mandar yang telah dikumpulkan sebelumnya. Indikator yang di analisa adalah : 1. Proporsi Penduduk yang Cacat (Usia 7-15 Tahun) 2. Proporsi Rumah Tangga yang kualitas hidupnya Rendah (Fakir Miskin)
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 67
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
3. Proporsi Penduduk yang kualitas hidupnya Rendah (Fakir Miskin) 4. Proporsi Rumah Tangga/Penduduk yang kualitas hidupnya Rendah (Fakir Miskin) 5. Persentase Rumah Tangga yang menempati Rumah Tidak Layak Huni 6. Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana. 2.8.1 Proporsi Penduduk Usia 7 – 15 Tahun yang Cacat
Penduduk yang Cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan untuk melakukan aktifitas atau kegiatan pada umumnya. Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektoral maka digambarkan Proporsi Penduduk yang Cacat (Usia 7 – 15 Tahun) dirinci per kecamatan berdasa : Table 2.8.1 Proporsi Penduduk Cacat (Usia 7 – 15 Tahun) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009
Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar
Penduduk yang Cacat (Usia 7 – 15 Th) Jumlah (Jiwa) Proporsi(%) 22 0.0054 64 0.0136 36 0.0107 30 0.0079 50 0.0189 9 0.0009 8 0.0015 86 0.0107 48 0.009 3 0.0007 164 0.0373 0 0 18 0.0015 28 0.0047 10 0.0048 12 0.0105 588
0.0075
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Penduduk yang cacat pada Tahun 2009 tertinggi berada di Kecamatan Matakali yaitu sebesar 0.037% dan terendah berada di Kecamatan Tapango yaitu sebesar 0.0007%, ini menunjukkan
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 68
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
bahwa Kecamatan Tapango yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan penduduk yang kurang penyandang cacatnya. 2.8.2 Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah (Fakir Miskin),
Rumah Tangga atau Penduduk Fakir Miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah ( fakir miskin ) dirinci per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel.2.8.2 Proporsi Rumah Tangga yang Kualitas Hidupnya Rendah (Fakir Miskin) di Kab. Polewali Mandar Tahun 2009 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar
Rumah Tangga Fakir Miskin Jumlah (Jiwa) Proporsi(%) 1,241 0.28 1,455 0.29 1,088 0.26 682 0.2 986 0.35 2,031 0.19 1,134 0.22 1,376 0.14 1,213 0.22 730 0.16 513 0.12 301 0.03 1,040 0.018 948 0.52 432 0.41 363 0.22 15,533
0.19
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Ruamah Tangga Miskin yang kualitas hidupnya rendah atau Fakir Miskin pada Tahun 2009 tertinggi berada di Kecamatan Binuang yaitu sebesar 0.52% dan terendah berada di Kecamatan Polewali yaitu sebesar 0.018% dan Kecamatan Bulo sebesar 0.03%. ini menunjukkan bahwa Kecamatan Binuang yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan sebagian besar
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 69
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
penduduknya hanya mengenal cara bertani dan bercocok tanam dan juga ada sebagai nelayan tradisional untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan Kecamatan Bulo adalah kecamatan yang baru terbentuk dimana kecamatan ini daerahnya sangat subur sehingga sebagian penduduknya berhasil dalam bidang pertanian. Kecamatan Polewali dan Wonomulyo Merupakan Ibukota dari Kabupaten Polewali Mandar sendiri. Sebagian besar Penduduk di Kecamatan Polewali dan Wonomulyo bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil selebihnya bekerja di bidang jasa, Perdagangan, hotel, restaurant dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2009 Proporsi Rumah Tangga Fakir Miskin yaitu sebesar 0.19%, ini menunjukkan bahwa Program-program penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah daerah sudah boleh dikatakan berhasil. 2.8.3 Proporsi Penduduk yang Kualitas Hidupnya Rendah ( Fakir Miskin )
Penduduk Fakir Miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan atau tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan Proporsi Penduduk Yang Kualitas Hidupnya Rendah ( fakir miskin ) dirinci per kecamatan dapat di lihat pada tabel berikut:
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 70
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.8.3 Proporsi Penduduk yang Kualitas Hidupnya Rendah Fakir Miskin di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2009 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar
Penduduk Fakir Miskin Jumlah (Jiwa) Proporsi(%) 311 0.015 693 0.028 603 0.034 1,199 0.074 263 0.021 1059 0.021 981 0.04 358 0.001 1306 0.052 522 0.025 322 0.016 393 0.053 441 0.009 773 0.028 194 0.021 547 0.111 9,965
0.027
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Ruamah Tangga Miskin yang kualitas hidupnya rendah atau Fakir Miskin pada Tahun 2009 tertinggi berada di Kecamatan Matangnga yaitu sebesar 0.111% dan terendah berada di Kecamatan Wonomulyo yaitu sebesar 0.001% dan Kecamatan Polewali sebesar 0.009%. ini menunjukkan bahwa Kecamatan Matangnga yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan terpencil jauh dari Ibukota Kabupaten dan akses untuk menuju ke Kecamatan inipun sangat susah dan sebagian besar penduduknya hanya mengenal cara bertani dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan Kecamatan Polewali dan Wonomulyo Merupakan Ibukota dari Kabupaten Polewali Mandar sendiri. Sebagian besar Penduduk di Kecamatan Polewali dan Wonomulyo bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil selebihnya bekerja di bidang jasa, Perdagangan, hotel, restaurant dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2009 Proporsi Rumah Tangga Fakir Miskin yaitu sebesar 0.27%, ini menunjukkan bahwa Program-program penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah daerah sudah boleh dikatakan berhasil.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 71
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.8.4
Proporsi Rumah Tangga/Penduduk yang Kualitas Hidupnya Rendah (Fakir Miskin) di Kab. Polewali Mandar. Data sektor Proporsi Rumah Tangga/Penduduk Fakir Miskin Kab. Polewali Mandar adalah gabungan data sektor Rumah Tangga (RT) dan data sektor Penduduk Fakir Miskin Kab. Polewali Mandar di rinci per kecamatan dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel. 2.8.4 Persentase Rumah Tangga/Penduduk Fakir Miskin di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009
Persentase Rumah Tangga/Penduduk Fakir Miskin Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Kecamatan Jml Proporsi Jml Proporsi Jml Jiwa Proporsi Jiwa (%) Jiwa (%) Tinambung 4,666 22.00 4,924 23.40 1552 0.073 Balanipa 6,499 27.00 8,809 36.32 2148 0.088 Limboro 5,097 29.00 5,928 33.43 1691 0.095 Tubbi Taramanu 5,723 36.00 5,511 34.14 1881 0.116 Allu 3,794 31.00 4,562 36.52 1249 0.099 Campalagian 9,367 18.00 8,944 17.57 3090 0.06 Luyo 2,183 26.00 5,148 20.99 2115 0.086 Wonomulyo 5,202 12.00 8,836 20.90 1734 0.041 Mapilli 7,567 28.00 4,760 19.17 2519 0.101 Tapango 3,776 18.00 3,984 19.34 1252 0.06 Matakali 2,505 13.00 2,448 12.27 835 0.042 Bulo 0 0 2,246 30.58 694 0.094 Polewali 4,493 9.00 5,585 11.59 1481 0.031 Binuang 5,281 20.00 4,924 18.19 1721 0.063 Anreapi 1,898 21.00 2,345 25.69 626 0.068 Matangnga 2,789 57.00 1,856 37.80 910 0.185 Kab. Polewali Mandar 70,840 24.00 80,810 21.75 25.498 0.068 Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
Dari tabel
di atas dapat dilihat bahwa Proporsi Penduduk yang kualitas
hidupnya rendah atau Fakir Miskin pada Tahun 2007 tertinggi berada di Kecamatan Matangnga yaitu sebesar 57.00% dan terendah berada di Kecamatan Wonomulyo yaitu sebesar 12.00% . Pada Tahun 2008 Proporsi Penduduk yang Kualitas hidupnya rendah atau fkir miskin tertinggi juga berada di Kecamatan Matangnga yaitu sebesar 37.80% dan Terendah berada di Kecamatan Polewali yaitu sebesar 11.59%. Sedangkan Pada Tahun 2009 Proporsi Penduduk yang Kualitas hidupnya rendah atau fakir miskin tertinggi juga berada di Kecamatan Matangnga yaitu sebesar 0.185% dan Terendah berada di Kecamatan Polewali yaitu sebesar 0.031% . ini menunjukkan bahwa Kecamatan Matangnga yang merupakan kecamatan yang boleh dikatakan
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 72
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
terpencil jauh dari Ibukota Kabupaten dan akses untuk menuju ke Kecamatan ini pun sangat susah dan sebagian besar penduduknya hanya mengenal cara bertani dan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sedangkan Kecamatan Polewali dan Wonomulyo Merupakan Ibukota dari Kab. Polewali Mandar sendiri. Sebagian besar Penduduk di Kecamatan Polewali dan Wonomulyo bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil selebihnya bekerja di bidang jasa, Perdagangan, hotel, restaurant dan lain sebagainya untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2007 Proporsi Rumah Tanggga/Penduduk Fakir Miskin yaitu sebesar 24.00% sedangkan Pada Tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 2.25%, pada Tahun 2009 Proporsi Rumah Tanggga/Penduduk Fakir Miskin yaitu sebesar 0.068%
ini menunjukkan bahwa
Program-program penanggulangan Kemiskinan yang dijalankan oleh Pemerintah daerah sudah boleh dikatakan berhasil. Dapat di lihat dalam bentum grafik di bawah ini: Grafik.2.8.4
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
2.8.5
Persentase Rumah Tangga yang Menempati Rumah Tidak Layak Huni Rumah Tidak Layak Huni adalah rumah tangga yang kondisi perumahan dan lingkungannya tidak memenuhi persyaratan yang layak untuk tempat tinggal baik secara fisik, kesehatan maupun sosial.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 73
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Berdasarkan Hasil pengolahan Penguatan Data Sektor Maka digambarkan Persentase Rumah tangga yang menempati Rumah Tidak layak huni dirinci per kecamatan dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel. 2.8.5 Persentase Rumah Tangga (RT) Menempati Rumah Tidak Layak Huni di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Persentase RT Tidak Layak Huni Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah RT % Jumlah RT % Jumlah RT % Tinambung 316 7.19 316 7.15 316 0.25 Balanipa 568 11.56 568 11.50 568 0.39 Limboro 489 11.97 489 11.92 489 0.45 Tubbi Taramanu 376 11.11 376 11.05 376 0.55 Allu 106 3.81 106 3.79 106 0.11 Campalagian 72 0.66 72 0.66 72 0.04 Luyo 155 2.99 155 2.98 155 0.14 Wonomulyo 1,100 11.21 1,100 11.16 1,100 0.8 Mapilli 247 3.52 170 3.12 274 0.23 Tapango 126 2.74 126 2.73 126 0.17 Matakali 54 1.27 54 1.26 274 0.53 Bulo 0 0 74 4.59 92 0.31 Polewali 130 1.36 128 1.33 130 0.13 Binuang 440 7.75 440 7.72 440 0.46 Anreapi 30 1.65 30 1.65 30 0.07 Matangnga 257 24.50 250 23.72 257 0.71 Kab. Polewali Mandar 4,466 9.77 4,454 5.58 4,805 0.31 Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari Tabel di atas terlihat bahwa kecamatan dengan Persentase Rumah Tangga yang Berumah Tidak Layak Huni tahun 2007 yang tertinggi adalah kecamatan Matangnga yaitu 24.50% dan yang terendah adalah Kecamatan Campalagian yaitu 0.66%, Persentase Rumah Tidak Layak Huni tahun 2008 yang tertinggi adalah kecamatan Matangnga
yaitu 23.72% disusul Kecamatan Limboro yaitu 11.92%
sedangkan persentase Rumah Tidak layak Huni yang terendah adalah Kecamatan Campalagian yaitu 0.66% sedangkan Persentase Rumah Tidak Layak Huni tahun 2009 yang tertinggi adalah kecamatan Matangnga yaitu 0.71% disusul Kecamatan Tubbi Taramanu yaitu 0.55% sedangkan persentase Rumah Tidak layak Huni yang terendah adalah Kecamatan Campalagian yaitu 0.04% . Untuk Kabupaten Polewali Mandar Pada Tahun 2007 Persentase Rumah Tangga yang Berumah Tidak Layak Huni tahun 2007 yaitu sebesar 9.77%, Pada tahun 2008 sebesar 5.58% dan Pada Tahun 2009 sebesar 0.31%, ini mengalami
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 74
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Penurunan dari tahun 2007 sampai 2008 sebesar 4.19% sedangkan dari tahun 2008 sampai 2009 sebesar 5.27% jikalau tiap tahunnya mengalami Penurunan Bukan tidak Mungkin Penduduk nantinya sudah tidak ada yang memiliki Rumah Tidak layak Huni. Dapat di lihat dalam bentuk grafik dibawah ini: Grafik .2.8.5
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
2.8.6 Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana adalah kawasan atau wilayah yang rawan terhadap bencana banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain. Indikator ini memberikan gambaran mengenai masyarakat miskin yang menempati/menghuni wilayah rawan bencana yang membahayakan existensi kehidupan masyarakat setempat jika sewaktu waktu terjadi bencana Berdasarkan hasil pengolahan penguatan data sektor maka di gambarkan persentase rumah tangga yang Tinggal di kawasan rawan bencana dirinci per kecamatan dapat di lihat pada tabel di bawah ini :
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 75
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.8.6 Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007 – 2009 Persentase RT yang Tinggal di Daerah Rawan Bencana Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah RT Persentase Jumlah RT Persentase Jumlah RT Persentase Tinambung 715 16.26 715 16.18 715 0.58 Balanipa 543 11.05 540 10.93 543 0.37 Limboro 268 6.58 268 6.53 268 0.25 Tubbi Taramanu 149 4.40 149 4.38 149 0.22 Allu 63 2.26 63 2.25 63 0.06 Campalagian 95 0.88 95 0.87 95 0.05 Luyo 39 0.75 39 0.75 39 0.03 Wonomulyo 807 8.23 800 8.11 809 0.59 Mapilli 247 3.52 173 3.17 274 0.23 Tapango 73 1.59 73 1.58 73 0.1 Matakali 6 0.14 6 0.14 274 0.53 Bulo 0 0 74 4.59 70 0.23 Polewali 241 2.52 240 2.49 241 0.23 Binuang 518 9.13 515 9.03 518 0.55 Anreapi 47 2.59 47 2.58 47 0.11 Matangnga 105 10.01 100 9.49 105 0.29 Kab. Polewali Mandar 3,916 5.93 3,897 4.89 4,283 0.28 Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Persentase Rumah Tangga yang tinggal di Daerah Rawan Bencana tahun 2007 tertinggi berada di Kecamatan Tinambung Yaitu sebesar 16.26% dan Terendah di Kecamatan Matakali yaitu sebsar 0.14% hal ini disebabkan karena di Kecamatan Tinambung sebagian besar wilayahnya dikelilingi oleh Sungai jadi sewaktu-waktu jika tiba musim hujan daerah ini rawan terhadap bencana Banjir. Pada Tahun 2008 Persentase Rumah Tangga yang tinggal dikawasan rawan bencana Tertinggi berada di Kecamatan Tinambung yaitu sebesar 16.18%, Terendah kecamatan Matakali yaitu sebesar 0.14%. Kecamatan Matakali merupakan daearah yang cukup aman dari ancaman bencana yaitu tidak berada pada daerah pegunungan dan pantai. Pada Tahun 2009 Persentase Rumah Tangga yang tinggal dikawasan rawan bencana Tertinggi berada di Kecamatan Wonomulyo yaitu sebesar 0.59%, Terendah kecamatan Luyo yaitu sebesar 0.03%. Kecamatan Luyo merupakan daearah yang cukup aman dari ancaman bencana yaitu tidak berada pada daerah pegunungan dan pantai. Idealnya tidak boleh ada penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 76
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Untuk Kab. Polewali Mandar untuk tahun 2007 Persentase Rumah tangga yang tinggal di dearah Rawan Bencana yaitu sebesar 5.93% dan pada tahun 2008 sebesar 4.89% ini mengalami Penurunan sebesar 1.04%, sedangkan Persentase pada tahun 2009 sebesar 0.28%, pada tahun 2009 dapat dilihat bahwa daerah rawan bencana mengalami penurunan 4.51%. Disini dapat dilihat
perubahan yang ditunjukkan
cukup banyak namun Jika tiap tahunnya mengalami penurunan maka bukan tidak mungkin pada tahun 2015 nanti penduduk sudah tidak ada yang bermukim di daerah Rawan Bencana. Persentase Rumah Tangga yang tinggal di Daerah Rawan Bencana di Kab. Polewali Mandar Pada Tahun 2007 , 2008 dan 2009 dapat di lihat dalam bentuk grafik dibawah ini : Grafik .2.8.5
Sumber Data : Hasil Pengolahan Data Sektor
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 77
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.9
KELUARGA BERENCANA (KB)
2.9.1 Proporsi Penduduk Kategori Pra Sejahtera dan Pra Sejahtera I Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan sosial psikologisnya (Socio Psychological Needs), seperti kebutuhan ibadah, makanan protein hewani, pakaian, ruang untuk interaksi keluarga, kesehatan, penghasilan, baca tulis latin maupun ikut ber-KB. Tabel.2.9.1 Proporsi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2008 Proporsi Keluarga Pra Sejahterah dan Sejahtera I Tahun 2007 % Tahun 2008 % Tinambung 3757 75,72 3757 75,72 Balanipa 4207 77,01 4374 77,55 Limboro 2943 71,19 2943 71,19 Tubbi Taramanu 2151 64,21 2151 64,21 Allu 1963 66,09 2107 67,36 Campalagian 2828 81,95 6606 67,37 Luyo 4035 80,41 4035 80,41 Wonomulyo 4709 47,15 4901 42,76 Mapilli 1797 31,93 1766 45,59 Tapango 2950 61,48 2920 57,76 Matakali 2269 57,11 2070 44,47 Bulo 842 45,49 Polewali 5220 53,08 3249 32,93 Binuang 1697 24,92 1644 24,30 Anreapi 1924 98,41 1780 87,90 Matangnga 961 85,73 1073 89,12 Kab. Polewali Mandar 43.411 59,10 46.218 55,82 Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor Kecamatan
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 78
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik. 2.9.1
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di Kab. Polewali Mandar secara kumultatif mengalami peningkatan dari 43.411 pada tahun 2007 menjadi 46.218 pada tahun 2008. Peningkatan jumlah keluarga yang termasuk dalam kategori ini dapat kita lihat terjadi di Kecamatan Balanipa, Allu, Campalagian, Wonomulyo, dan Matangnga. Peningkatan drastis terjadi di Kec. Campalagian yakni dari 2.828 pada tahun 2007 menjadi 6.606 keluarga pada tahun 2008. Peningkatan jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I di lima kecamatan ini kemungkinan besar disebabkan karena rata-rata mata pencaharian penduduknya sebagai petani ataupun nelayan kecil dan ada kecamatan yang merupakan daerah pegunungan yang bisa dikatakan daerah terpencil dan jauh dari ibukota kabupaten ditambah akses ke daerah inipun susah. Pada lima kecamatan inipun mengalami peningkatan jumlah pasangan usia subur. Peningkatan jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I dikaitkan dengan peningkatan jumlah PUS dapat dijelaskan sebagai berikut : mata pencaharian penduduk didaerah ini adalah petani dan nelayan kecil, kemungkinan besar anak – anak mereka yang membentuk keluarga baru meneruskan profesi orang tuanya. Apalagi bila mereka menikah dengan orang yang juga termasuk kategori Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I (kemiskinan terstruktur).
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 79
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
2.9.2 Angka Pemakaian Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan ibu di suatu wilayah adalah dengan mengukur tingkat angka pemakaian kontrasepsi pada Pasangan Usia Subur (PUS) Usia 15 – 49 tahun. Yang berarti bahwa dengan pemakaian kontrasepsi secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya faktor resiko kematian sehingga pada akhirnya kesehatan dan keselamatan ibu tetap terjaga dari sebab kematian akibat persalinan. Tabel. 2.9.2 Angka Pemakaian Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur (PUS) Per Kecamatan di Kab. Polewali Mandar Tahun 2007-2009 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar
Angka Pemakaian Kontrasepsi Pasangan Usia Subur 2007 % 2008 % 2009 % 1101 39,88 1102 39,91 1101 39,9 1371 46,33 1347 41,83 1929 58,1 577 28,92 580 29,07 577 28,92 1201 48,04 1290 51,6 1201 48,04 1430 67,93 1574 70,14 1108 54,66 637 33,97 3806 46,82 3969 48,83 1922 57,39 1922 57,39 2148 59,28 4763 68,16 3049 40,83 5536 77,85 2335 60,04 1747 57,64 2122 66,02 2106 56,89 2456 63,59 1998 55,52 1677 57,67 2463 80,81 1757 62,57 *) *) 847 62,74 847 57,62 3287 55,17 3900 65,09 4209 69,28 2442 60,39 2592 63,66 2433 54,96 702 50,43 688 49,60 1209 70,91 550 61,80 708 73,98 750 78,45 26.101 55,16 30.071 54,32 32,894 59,03
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor *) Data masih gabung dengan Kec. Mapilli
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 80
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Grafik. 2.9.2
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Pada tabel dan grafik diatas dapat kita lihat penurunan angka PUS yang menggunakan alat kontrasepsi terjadi di Kecamatan Wonomulyo, Mapilli Balanipa, dan Anreapi. Penurunan jumlah PUS ber-KB kemungkinan besar diakibatkan adanya efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi ini, dan terbatasnya jumlah klinik KB terutama di daerah yang jauh dari ibukota kabupaten serta kurangnya tenaga penyuluh lapangan KB. Di Kecamatan lain rata-rata mengalami peningkatan meskipun jumlahnya tidak begitu besar, tapi peningkatan ini mengindikasikan bahwa kesadaran PUS untuk menjadi akseptor KB meningkat. Peningkatan ini secara tidak langsung dapat mencegah resiko kematian ibu akibat persalinan dan pada akhirnya kesehatan dan keselamatan Ibu tetap terjaga. 2.9.3 Angka Penggunaan Kondom Angka penggunaan
kondom digunakan untuk memonitor penyebaran
HIV/AIDS sebab pemakaian kondom merupakan metode kontrasepsi yang efektif dalam mengurangi resiko penyebaran HIV/AIDS. Pemakaian kondom diasumsikan sebagai upaya dalam mengatur kelahiran dan mencegah penularan HIV/AIDS (Dual Protection). Penggunaan kondom yang konsisten dengan pasangan tidak tetap akan mengurangi resiko penularan HIV/AIDS saat berhubungan seks.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 81
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Tabel. 2.9.3 Persentase Penggunaan Kondom Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2007-2008 Kecamatan Tinambung Balanipa Limboro Tubbi Taramanu Allu Campalagian Luyo Wonomulyo Mapilli Tapango Matakali Bulo Polewali Binuang Anreapi Matangnga Kab. Polewali Mandar
2007 77 5 39 60 39 220 44 35 132 10 4 25 40 40 0 770
Persentase Penggunaan Kondom % 2008 % 2009 2,79 273 9,89 98 0,17 88 2,73 9 1,95 18 0,90 5 2,40 270 10,8 116 1,85 157 6,99 13 11,73 453 5,57 340 1,31 16 0,48 157 0,50 185 2,48 57 3,39 164 5,41 18 0,27 190 4,92 68 0,14 28 0,92 28 0 0 0 0,42 171 2,85 96 0,99 154 3,78 61 2,87 152 10,96 160 0,0 11 1,15 0 1,63 2.330 4,21 1226
% 3,55 0,27 0,25 4,64 0,64 4,18 4,33 0,80 0,56 1,89 0,92 0 1,58 1,38 9,38 0 2,20
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Grafik.2.9.3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sektor
Angka penggunaan kondom di Kab. Polewali Mandar mengalami peningkatan sebanyak 1.560 atau dari 770 akseptor pada tahun 2007 menjadi 2.330 akseptor pada tahun 2008. Peningkatan jumlah akseptor kondom ini merupakan kabar gembira bagi kaum perempuan/ ibu-ibu, karena dengan demikian partisipasi pria untuk ber-KB meningkat. Masih rendahnya jumlah akseptor yang menggunakan kondom dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya disebabkan keengganan kaum pria untuk ber-KB.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 82
Analisis Hasil Penguatan Data Sektoral 2009 – 2010
Selama ini kaum pria enggan ber-KB karena pria beranggapan bahwa KB merupakan urusan perempuan. Sebab lain yaitu ketidaknyamanan pada saat berhubungan seks dan adanya kekhawatiran bocor, namun di Kab. Polewali Mandar jumlah pria ber-KB pada tahun 2008 meningkat dan diharapkan tahun-tahun berikut terus meningkat.
Kerjasama Pemkab. Polewali Mandar – UNICEF
Page | 83