BAB I RINGKASAN KASUS 1. Pendahuluan Di Media hari ini, 23 Februari 2010, ada berita yang sangat menggembirakan buat seorang akuntan BPKP bernama Ad, “Polri SP3 Kasus Zatapi Pertamina,” selanjutnya isi dari berita itu antara lain “…. Wakil Kabareskrim Irjen (Pol) Dikdik Mulyana Arief Mansyur mengatakan bahwa berdasarkan audit BPKP, negara justru diuntungkan dalam pengadaan itu. "Dua kali kami periksa diperdebatkan oleh BPKP tentang kerugian negaranya. Kami periksa sekali lagi, ternyata tidak ada kerugian negara. Yang ada justru keuntungan. Kami tidak akan memperdebatkan lagi,katanya. Berita ini telah lama kami nantikan karena menyangkut kredibilitas kantor kami BPKP, Kepala kantor sampai kami yang melakukan auditnya. Hasil audit kami menyimpulkan tidak ada kerugian Negara dalam pengadaan minyak mentah zatapi, sementara kepolisian masih bersikukuh ingin membuktikan adanya kerugian Negara selama setahun lebih dan bahkan telah menyatakan empat orang tersangka. Selama setahun lebih tim audit yang terdiri Dd, Sb, Ad, Yt, Fz, dan As selalu dibayangi beban akan berhadapan dengan kepolisian untuk membahas kasus ini. Hal ini selalu diingatkan oleh Pak B, Direktur Pengawasan Badan Usaha Minyak dan Gas Bumi, agar kami selalu dalam keadaan siap bila harus mempresentasikan lagi hasil audit Zatapi di kepolisian. Kami dalam tim audit merasa telah berbuat melaksanakan prosedur audit dan upaya-upaya yang diperlukan untuk membuktikan
apakah ada indikasi fraud atau tindak pidana korupsi dalam pengadaan minyak mentah zatapi oleh Pertamina. Kami berenam adalah akuntan dengan masa kerja diatas 20 tahun sudah cukup membuat keyakinan bahwa kami cukup berpengalaman untuk melakukan audit, namun untuk kasus ini kami merasa “under pressure” kalau tidak bisa dibilang sangat stress. Ad adalah
ketua tim audit yang ditugasi untuk melakukan audit
pengadaan minyak mentah zatapi pada PT Pertamina (persero). Masih teringat saat dua tahun lalu ketika kami memulai ditugasi audit pengadaan zatapi, saat itu kami, Ad
dan kawan-kawan sedang bersama di kendaraan menuju ke kantor setelah
pembahasan hasil audit di suatu BUMN, kami diminta segera ke kantor karena ada rapat dengan Deputi dan Direktur yang harus diikuti siang ini juga. Saat sampai di kantor ternyata kami sudah ditunggu di ruang rapat yang dihadiri oleh deputi, direktur dan salah satu direktur investigasi dengan seorang stafnya. Ternyata sedang rapat kasus pengadaan zatapi. Dalam rapat itu dijelaskan bahwa BPKP harus masuk untuk melakukan audit atas pengadaan minyak mentah zatapi di PT Pertamina (persero), saat itu kepala BPKP menyatakan bahwa dikhawatirkan masalah zatapi ini menjadi masalah yang mengganggu pemerintah secara politik karena banyaknya pemberitaan di media massa nasional. Sebagai auditor yang cukup berpengelaman kami harus melakukan secara bertahap, dan hati-hati. Karena kami tidak memiliki bukti awal untuk dilakukan investigasi, Pak Ar deputi kami memutuskan untuk dilakukan audit operasional terlebih dahulu, dari hasil audit operasional baru nanti akan dipertimbangkan apakah cukup bukti untuk dilanjutkan audit investigasi.
Pada waktu itu hampir semua media masa memberitakan tentang adanya masalah dalam proses pengadaan minyak mentah zatapi oleh PT Pertamina. Sebagai contoh adalah sebagai berikut : “Usut Kasus Minyak Zatapi, Polisi Geledah Pertamina”, selanjutnya dalam berita itu dinyatakan bahwa dalam perkara ini polisi sudah menetapkan empat tersangka dan kerugian Negara diperkirakan sebesar Rp 524 milyar. Pada saat kami rapat dengan panitia tender zatapi, kami menanyakan satu hal yang paling penting mengapa memutuskan membeli zatapi ini? Pak C menjawab : “kami hanya ingin melakukan suatu program break through (terobosan) dalam proses pengadaan dan sebagai KPI (Key performance indicator) pengadaan minyak mentah ini adalah didapatnya blended crude dengan harga yang lebih murah, tidak ada kepentingan apa-apa”. Tentu kami tidak mudah mempercayai statement tersebut, auditor memiliki insting bawaan “skeptis” dalam melakukan audit, yaitu sikap yang tidak mempercayai sampai ada bukti lain yang menguatkan keyakinan kami. Bagi kami seabagai auditor, kasus ini menjadi pengujian sekuat apa hasil audit operasional untuk memberi dukungan akuntabilitas atas suatu proses pengambilan keputusan oleh suatu panitia/manejemen. Umumnya pembuktian ada atau tidaknya suatu indikasi fraud (korupsi) dilakukan audit investigasi, padahal dalam audit operasional juga dilakukan pembuktian adanya unsur 3E (ekonomis, efisien, dan efektif) dan ketaatan terhadap prosedur. Kata kunci yang sama-sama ingin dibuktikan dalam audit operasional dan audit investigasi adalah masalah kerugian Negara. Jadi bagi kami jika audit operasional tidak dapat membuktikan
adanya kerugian Negara maka hal tersebut juga pasti didapatkan dengan teknik audit investigasi. 2. Ruang Lingkup Dalam penulisan studi kasus ini akan dilakukan analisa atas manfaat dan kekuatan hasil audit operasional pengadaan minyak mentah zatapi pada PT Pertamina (Persero)
yang didasarkan atas proses pelaksanaan audit oleh Tim
BPKP. Analisa akan mencakup pada kebijakan, struktur organisasi dan uraian tugas, prosedur pengadaan, sistem akuntabilitas manajemen, dan prosedur pelaporan audit dibandingkan dengan landasan teori-teori yang relevan. 3. Tujuan dan Manfaat 3.1 Tujuan a.
Mengevaluasi penentuan jenis audit yang relevan atas suatu obyek audit.
b.
Mengidentifikasi pencapaian tujuan kegiatan yang menjadi obyek audit
c.
Menganalisis kelemahan dan kekuatan prosedur pengadaan
d.
Menunjukkan fakta kemanfaatan suatu audit bagi pihak auditee dan auditor
3.2 Manfaat a.
Bagi auditor dapat memahami tahapan audit yang dapat dilakukan dalam memberikan audit
assurance atas suatu masalah dalam obyek
b.
Dapat memahami proses pengadaan dalam suatu perusahaan
c.
Dapat memahami kelemahan dan kekuatan suatu prosedur pengadaan
d.
Menyediakan suatu gambaran mengenai pentingnya lingkungan pengendalian dalam pengelolaan keuangan Perwakilan RI di Luar Negeri.
4. Metodologi Penelitian Penulisan studi kasus ini menggunakan dua pendekatan yakni: 4.1
Studi Kepustakaan Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berasal dari textbooks, jurnal-jurnal audit dan sumber lainnya yang berkaitan dengan teori audit operasional dan pengadaan/procurement.
4.2
Penelitian Lapangan 4.2.1 Wawancara Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara dengan Tim Pemeriksa 4.2.2 Observasi Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis laporan, audit, kertas kerja, dan informasi lain yang terkait.
5. Struktur Penulisan Struktur penulisan studi kasus ini terdiri dari 5 (lima) bab, sebagai berikut:
BAB 1 RINGKASAN KASUS Bab ini berisi deskripsi kasus secara ringkas dengan tambahan penjelasan tentang ruang lingkup, tujuan dan manfaat, dan metodologi penelitian BAB 2 PROFIL PT PERTAMINA (PERSERO) Pada bab ini diuaraikan mengenai profil perusahaan dimana kasus ini terjadi, struktur organisasi, dan deskripsi kebijakan pengadaan yang berlaku. BAB 3 LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisi, dasar teori yang digunakan dalam penulisan. Lebih jauh lagi, dasar teori tersebut mencakup deskripsi dari audit, jenis audit, audit operasional
BAB 4 PEMBAHASAN DAN LESSON LEARNED Bab ini membahas proses audit dan penggunaan hasil audit operasional atas pelaksanaan pengadaan
pada BUMN
yang dianggap memiliki potensi
merugikan keuangan negara yang dilaksankan oleh Tim BPKP dibandingkan dengan teori yang ada, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Pro dan kontra yang terjadi di dalam Tim Audit ketika melaksanan audit juga digambarkan secara eksplisit. Lesson learned yang didapatkan dari audit
investigasi dijelaskan di dalam Bab ini sehingga menjadi pelajaran berharga bagi pihak lain ketika menghadapi situasi serupa. BAB 5 HASIL PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir ini, terdapat beberapa hasil pembahasan dan rekomendasi atas proses hasil audit operasional yang dilakukan terhadap proses pengadaan di suatu perusahaan BUMN.