BAB I PENDAHULUAN 1.
Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, pasar menuntut generasi muda untuk lebih aktif dan kreatif dalam berkarya. Karakter generasi muda yang seperti itu tidak dibentuk dalam satu malam, melainkan jauh sebelum itu sejak usia mereka 0 – 6 tahun. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut merupakan periode emas anak (golden age). Periode emas anak merupakan saat anak banyak menyerap berbagai informasi dan stimulus lingkungan di sekitarnya. Untuk mendukung situasi ini, pemerintah perlu menyediakan sarana dan prasarana bagi seluruh rakyat Indonesia seperti yang tertuang dalam UUD 1945 amandemen Bab XIII mengenai pendidikan dan kebudayaan pasal 31 ayat 2 yang berbunyi ‘setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya’. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)1 di Indonesia sudah ada sejak sebelum tahun 2002, namun keberadaannya baru diperhatikan penuh oleh pemerintah mulai tahun 2002. Partisipasi masyarakat sendiri dapat dikatakan bagus karena dalam kurun waktu 7 tahun (2002 – 2011) Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD sudah mencapai angka 15,3 juta (53,6%)2. Hal ini terjadi karena kesadaran masyarakat sendiri sudah cukup tinggi sehingga memudahkan pemerintah untuk menggalakkan pendidikan bagi anak di usia dini. Di Salatiga sendiri, dari 16.588 anak usia dini3, 13.152 atau 79,3 % anak usia dini telah mengikuti program pendidikan untuk anak usia dini
1 2
Indonesia Early Childhood Care and Education http://paud‐darma.blogspot.com/2010/11/sejarah‐paud‐di‐indonesia.html diunduh pada 7 Oktober 2011
3
Hasil wawancara dengan Bapak Andi, staf Disdukcapil Salatiga pada 10 April 2012 pukul 14:30 WIB
1
(TK, KB, TPA dan SPS). Hal ini menunjukan bahwa angka partisipasi anak usia dini dalam dunia pendidikan di Salatiga cukup tinggi. Untuk mendukung hal ini, pemerintah menyediakan dana untuk membantu pembangunan PAUD, terutama di daerah – daerah terpencil. Seiring dengan berkembangnya PAUD dengan dukungan dana dari pemerintah dan metode – metode baru dalam dunia pendidikan anak usia dini memunculkan pula pasar baru bagi para pebisnis di bidang pendidikan. Seperti juga bidang-bidang lainnya, dunia pendidikan pun menjadi salah satu tempat untuk berinvestasi bagi para pemilik modal untuk dapat mengumpulkan pundi uang. Walaupun hal ini belum diteliti apakah bertentangan dengan moralitas atau pun tidak4. Para pelaku bisnis dalam dunia pendidikan sedikit banyak juga telah mewarnai perkembangan dunia pendidikan di Indonesia bahkan termasuk memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Berbagai lembaga sekolah yang dikelola dengan manajemen bisnis bersaing secara ketat dan menghadirkan berbagai sekolah yang lengkap dan berkualitas. Tentu saja hal ini memberikan keuntungan pada level masyarakat tertentu khususnya golongan menengah ke atas. Bandingkan
dengan
sekolah-sekolah
yang
dikelola
oleh
pemerintah, pada umumnya dianggap kurang lengkap, ala kadarnya, dan terkesan hanya untuk masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Dalam bahasa lain, masih dianggap kurang bermutu atau kurang berkualitas. Para pendiri PAUD swasta harus bersaing dengan pos – pos PAUD berbasis komunitas yang pembangunan dan operasionalnya banyak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Hal ini terjadi karena setiap PAUD memiliki standar kurikulum dan perkembangan anak yang sama dari pemerintah yang kemudian memungkinkan orang – orang akan memilih 4
http://lintasberita‐network.teks.tv/article15‐Dunia‐Pendidikan‐di‐Indonesia diunduh pada 15 Oktober 2011
2
PAUD yang lebih murah dengan standar kurikulum dari pemerintah yaitu Permendiknas No. 58. Melihat hal ini, tentunya pemilik sekolah – sekolah PAUD swasta harus memiliki strategi khusus untuk tetap menjaga kelangsungan operasional sekolah PAUD tersebut. Pemilik sekolah PAUD swasta harus bersaing dengan pos PAUD yang mendapatkan bantuan dari pemerintah bahkan dengan sesama PAUD swasta. Mereka harus beriklan untuk mempromosikan unique selling point yang mereka miliki agar khalayak— dalam hal ini keluarga yang memiliki anak usia 0 – 6 tahun—mengenal mereka dan akhirnya memilih mereka. Di Salatiga, telah banyak berdiri tempat pendidikan non formal PAUD – baik swasta maupun komunitas5—dan mereka berlomba – lomba untuk mendapatkan pelanggan. Sehingga pemilik PAUD swasta juga harus mulai berpikir untuk beriklan menggunakan media periklanan yang ada untuk memajukan sekolah mereka dan untuk bersaing dengan PAUD komunitas yang memiliki biaya pendidikan jauh lebih murah dibandingkan dengan PAUD komersil. Seperti Bethany School dan Rainbow Preschool, mereka memanfaatkan media radio untuk beriklan. Namun bagaimana dengan PAUD komunitas (yang selanjutnya kita sebut Pos PAUD)? Apakah mereka juga menggunakan media untuk beriklan? Bagaimana mereka mengatakan kepada publik bahwa mereka juga mampu bersaing dengan PAUD swasta yang jelas memberikan sarana dan prasarana yang memadai seperti kolam renang, area bermain yang luas, ruang multimedia, dan lain – lain? Bagaimana pula PAUD swasta bersaing dengan PAUD komunitas yang menawarkan biaya yang relatif murah dan standar kurikulum yang sama dari pemerintah? Dari wawancara dengan Bapak Chamim, S.H, M.Pd sebagai Kasi PAUD dan Dikmas, didapat 2 sekolah terbaik di kelompoknya masing – masing. Pos PAUD “Teratai” untuk PAUD komunitas yang dipimpin oleh 5
TK : 76, KB : 75, TPA : 8, SPS : 69, total 228, hasil wawancara dengan Ibu Ani staf Dikmas Sie Pendidikan Non Formal pada 10 April 2012
3
Ibu Pur Surati selaku ketua perkumpulan Pos PAUD kota Salatiga dan juga merupakan pelopor berdirinya Pos PAUD di Salatiga serta KB/TK “Tunas Harapan” untuk PAUD swasta komersil6 yang dipimpin oleh Ibu Sunarni dan merupakan KB percontohan kota Salatiga. Kedua jenis sekolah PAUD ini tentunya memiliki keunikannya masing – masing untuk mereka pasarkan kepada khalayak sehingga mereka akan mendapatkan hasil pada tahun ajaran baru berupa jumlah murid yang mereka dapatkan.
2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas dirumuskan permasalahan penelitian: 1. Bagaimana strategi komunikasi pemasaran terpadu diterapkan oleh Pos PAUD Teratai dan KB/TK IT Tunas Harapan untuk mendapatkan pelanggan?
3.
Tujuan Penelitian Berkaitan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan oleh Pos PAUD Teratai dan KB/TK Tunas Harapan dalam mendapatkan murid. 2. Untuk mengetahui aspek – aspek pendukung keberhasilan komunikasi pemasaran terpadu pada lembaga Pos PAUD Teratai dan KB/TK IT Tunas Harapan.
4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian tentang strategi komunikasi pemasaran terpadu pada sekolah PAUD diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat dan kegunaan, antara lain:
6
Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2012 di Dikmas Salatiga jam 11:00 WIB
4
1. Secara teoritis/akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperdalam teori komunikasi yang berkaitan erat dengan dunia periklanan dan komunikasi pemasaran terpadu. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi sekolah – sekolah PAUD untuk mengembangkan media beriklan.
5.
Konsep yang Digunakan Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: -
Komunikasi pemasaran terpadu: “Gambaran besar” dari usaha untuk
mendekatkan
strategi/rencana
diri
pemasaran
dengan dan
konsumen
program
melalui
promosi
dan
berkoordinasi dengan berbagai macam fungsi komunikasi -
Bauran promosi: Bauran promosi merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam kegiatan komunikasi pemasaran terpadu,
yang
berperan
aktif
dalam
memperkenalkan,
memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu produk agar mendorong konsumen untuk membeli produk yang dipromosikan tersebut.
5
6.
Kerangka Pemikiran Secara skematis, penjelasan latar belakang permasalahan adalah sebagai berikut: Pemerintah dengan program memajukan PAUD di Indonesia
Strategi komunikasi pemasaran terpadu PAUD komunitas
Strategi komunikasi pemasaran terpadu PAUD swasta
Marketing mix dan Promotion mix Pos PAUD Teratai yang menentukan keberhasilan strategi
Marketing mix dan Promotion mix KB/TK Tunas Harapan yang menentukan keberhasilan strategi
Perbandingan hasil penelitian Marketing mix: Promotion mix: 1. Product 1. Advertising 2. Price 2. Direct Marketing 3. Place 3. Sales Promotion 4. Promotion 4. Publicity 5. Public Relation 6. Personal Selling
6