1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sebaiknya direncanakan sejak awal kehidupan seseorang dan berlanjut pada usia toddler, karena pada masa ini sangat penting untuk meletakan dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam usaha menghasilkan suatu generasi yang dapat tumbuh dan berkembang secara baik perlu diupayakan melalui berbagai cara, salah satu diantaranya adalah dengan memanfaatkan serangkaian kegiatan yang bersifat terpadu serta menyeluruh dalam suatu proses perubahan perilaku, terutama perilaku ibu yang diduga dapat memungkinkan
memberikan
rangsangan
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Proses ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan keluarga dalam suatu norma untuk terciptanya keluarga sehat bahagia dan sejahtera (Behrman, 2004). Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak terdapat suatu peristiwa yang dialaminya yaitu masa percepatan dan perlambatan. Masa tersebut akan berlainan dalam suatu organ tubuh akan tetapi masih saling berhubungan satu dengan yang lain. Peristiwa pertumbuhan pada anak dapat terjadi perubahan tentang besarnya jumlah, ukuran didalam tingkat sel, organ maupun individual sedangkan perkembangan pada anak dari aspek sosial, emosional dan intelektual. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat terjadi
2
dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan dan perkembanagan secara intelektual anak dapat dilihat dari kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara bermain, berhitung membaca dan lain-lain. Sedangkan perkembangan secara emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan anak (Hidayat, 2005). Usia toddler merupakan usia perkembangan anak yang sangat penting. Pada usia toddler terjadi perkembangan otonomi yang berpusat pada kemampuan anak untuk mengontrol tubuh dan lingkungan. Anak pada masa ini ingin melakukan hal - hal yang ingin dilakukan sendiri dengan kemampuan yang sudah mereka miliki, seperti berjalan, berjinjit, memanjat, dan memilih mainan atau barang yang diinginkan. Jika pada usia toddler tidak tercapai perkembangan yang maksimal maka pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan mengalami gangguan yang lebih berat (Surviana, 2007). Pengasuhan anak adalah perilaku yang dipraktekan oleh pengasuh (Ibu, bapak, nenek atau orang lain) dalam memberikan makanan, pemeliharaan kesehatan, memberikan stimuli serta dukungan emosional yang dibutuhkan anak untuk tumbuh kembang dan juga termasuk didalamnya tentang kasih sayang dan tanggung jawab orang tua. Pengasuhan anak yang baik, sangat baik untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Misalnya pada keluarga miskin, yang ketersediaan pangan dirumah tangga belum tentu mencukupi, namun ibu yang tahu bagaimana mengasuh anaknya,
3
dapat memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak yang optimal. Cara orang tua mendidik dan membesarkan anak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: faktor budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan serta kepribadian orang tua. Selain faktor tersebut pola asuh yang diterapkan biasanya sangat dipengaruhi pula oleh pola asuh yang dialami orang tua semasa kecil. Pada umumnya bila orang tua sewaktu kecil dididik secara keras dan berdisiplin maka ia pun akan mendidik anaknya dengan cara yang sama sekali berbeda dengan pola didikan yang diperolehnya semasa kecil (Husaini, 2004). Pada umumnya, pola asuh yang dikatakan terbaik bagi anak adalah yang diberikan dalam satu rumah, dengan satu orang yang berperan sebagai ibu, dalam suatu keluarga utuh yang terdiri dari ayah dan ibu, ada kesinambungan pendidikan anak, dalam suasana yang damai, dilandasi kasih sayang dan penerimaan. Namun di negara timur seperti misalnya di Indonesia, kehidupan keluarga besar masih lazim dianut dan peran ibu sering kali di pegang pula oleh beberapa orang lain seperti nenek, keluarga dekat lain, dan bahkan pembantu. Tapi ternyata anak dididik dalam keluarga besar seperti ini pun tumbuh dengan kepribadian yang baik (Markum, 2005). Peneliti telah melakukan studi pendahuluan dari 3 posyandu di Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen didapatkan dari data kunjungan anak usia toddler terdapat 6 anak mengalami pertumbuhan yang belum maksimal. Setelah dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan terhadap 6 anak tersebut, didapatkan 4 anak termasuk gizi kurang dan 2 anak
4
termasuk gizi lebih, dengan penilaian BB/TB menggunakan standar baku antropometri WHO-NCHS, serta 4 anak yang mengalami perkembangan yang belum maksimal. Setelah dilakukan pengujian status perkembangan menurut Denver II terhadap 4 anak tersebut. Anak ke 1 usia 15 bulan personal sosial: belum bisa membuka pakaian sendiri, motorik halus: belum bisa membangun dua menara dari kubus, bahasa: belum bisa berkata 6 kata, motorik kasar: belum bisa berjalan naik tangga. Anak ke 2 usia 18 bulan personal sosial: belum bisa menyuapi boneka, motorik halus: belum bisa membangun menara dari 4 kubus, bahasa: belum bisa mengatakan kombinasi kata, motorik kasar: belum bisa menendang bola kedepan. Anak ke 3 usia 24 bulan personal sosial: belum bisa mencuci dan mengeringkan tangan sendiri, motorik halus: belum bisa membangun menara dari 6 kubus, bahasa: belum bisa menyebut 4 gambar, motorik kasar: belum bisa melompat. Anak ke 4 usia 27 bulan personal sosial: belum bisa memakai t-shirt sendiri, motorik halus: belum bisa membangun menara dari 8 kubus, bahasa: belum bisa mengetahui kegiatan, motorik kasar: belum bisa loncat jauh, serta anak usia toddler dengan pertumbuhan dan perkembangan yang normal sebanyak 140 anak. Pola asuh yang diterapkan terdiri dari: demokratis, otoriter, permisif dan pemanja. Setelah melakukan observasi diperoleh data, sebagian besar ibu menerapkan pola asuh pemanja yaitu pola asuh yang biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka
5
cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, akibatnya banyak anak yang kurang kasih sayang dari orang tua mereka. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler di posyandu desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah ada hubungan pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler di Posyandu
Desa Mengkowo Kecamatan
Kebumen Kabupaten Kebumen”? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler di Posyandu
Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen
Kabupaten Kebumen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pola asuh yang diterapkan ibu kepada anak usia toddler di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen yang terdiri dari: demokratis, otoriter, pemanja dan penelantar.
6
b. Mengetahui pertumbuhan anak usia toddler yang terdiri dari berat badan dan tinggi badan di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. c. Mengetahui gerak motorik kasar anak usia toddler di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. d. Mengetahui gerak motorik halus anak usia toddler di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. e. Mengetahui komunikasi berbicara atau bahasa anak usia toddler di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. f. Mengetahui personal sosial usia toddler di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dapat mengetahui hubungan pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler di Posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. 2. Bagi Ibu atau Orang Tua Meningkatkan
pengetahuan
dan
wawasan
khususnya
ibu
dalam
memberikan pola asuh yang baik dalam pencapaian tumbuh kembang anak usia toddler.
7
3. Bagi Institusi Pendidikan Dapat digunakan sebagai informasi tambahan untuk kegiatan penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Agus (2004) tentang “Faktor Penentu Kegagalan Tumbuh Kembang Bayi Usia 0-9 Bulan”. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penentu kegagalan tumbuh kembang bayi usia 0-9 bulan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kohort. Dengan hasil gangguan pertambahan berat badan dan panjang badan sudah mulai terjadi ketika berumur 2 bulan dan paling banyak terjadi pada umur 4-6 bulan. Gangguan perkembangan terjadi pada umur 6 bulan, masih ada 5,3% dan 9,7% bayi laki-laki dan perempuan yang baru bisa telungkup dan mengangkat kepala, seharusnya bisa duduk sendiri dan tegak. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel yang akan diteliti yaitu tumbuh kembang anak. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan metode penelitianya, penelitian tersebut
menggunanakan
metode
penelitian
kohort
sedangkan
penelitian yang akan dilakukan metode penelitianya adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0-9 bulan sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah usia 1-3 tahun. Perbedaan lainya adalah lokasi penelitian yang diambil di kecamatan Sukaraja kabupaten Bogor
8
sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah di desa Mengkowo kecamatan Kebumen kabupaten Kebumen. 2. Sri (2011) “Hubungan Keikutsertaan Dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dengan Tingkat Perkembangan Pada Anak Usia 3-5 Tahun di Desa Kuwarisan Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keikutsertaan dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan tingkat perkembangan pada anauk usia 3-5 tahun di Desa Kuwarisan Kecamatan Kutowinangun Kabupaten Kebumen. Penelitian ini menggunakan metode case control dengan pendekatan cross sectioanal. Dengan hasil anak yang mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) dan mengalami perkembangan normal sebanyak 14 responden (43,8%), dan anak yang tidak mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) dan mengalami perkembangan normal sebanyak 6 responden (18,8%). Hasil penelitian ini didapati bahwa ada hubungan antara keikutsertaan dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) dengan tingkat perkembangan pada anak usia 3-5 tahun dimana p=0,032 (<0,05). Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Perbedaanya adalah lokasi
penelitian yang diambil di desa Kuwarisan kecamatan
Kutowinangun sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah di desa Mengkowo kecamatan Kebumen.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Pola Asuh Ibu a. Definisi Pola asuh merupakan interaksi sosial awal yang berguna untuk mengenalkan anak pada aturan, norma, dan tata nilai yang berlaku pada masyarakat disekitar anak. Pengasuhan ibu yang selanjutnya disebut pola asuh ibu yang memegang peranan penting dalam memberikan standar perilaku dan sumber motivasi pada anak untuk mematuhi peraturan tersebut.
Pola asuh dalam
pemberian stimulus pengasuhan adalah perilaku atau pendidikan yang sengaja diberikan orang tua kepada anak melalui kegiatan menjaga dan memberikan rasa aman, memberikan dorongan dan melatih anak serta membantu sesuai dengan usia perkembangan anak (Hurlock, 2004). b. Macam-macam pola asuh orang tua Menurut Baumrind (2007), terdapat empat macam pola asuh orang tua: 1) Pola Asuh Demokratis Yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua
10
dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakanya dalam rasio atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang lain. 2) Pola Asuh Otoriter Yaitu pola asuh yang sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa,
memerintah dan menghukum. Pola asuh otoriter
akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang dan suka melanggar norma. 3) Pola Asuh Pemanja Yaitu pola asuh yang biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar memberikan kesempatan kepada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh
11
anak. Pola asuh pemanja akan menghasilkan karakteristik anakanak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri dan mau menang sendiri. 4) Pola Asuh Penelantar Yaitu pola asuh yang pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psiksis pada anak-anaknya. Pola asuh penelantar menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, kurang bertanggung
jawab,
tidak
mau
mengalah,
dan
sering
bermasalah dengan teman. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua 1) Jenis kelamin Orang tua pada umumnya cenderung lebih keras terhadap anak wanita dibandingkan terhadap anak laki-laki. 2) Kebudayaan Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola pengasuhan anak. Hal ini juga terkait dengan perbedaan peran
12
antara perempuan dan laki-laki didalam satu kebudayaan masyarakat . 3) Status sosial Orang tua kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa dan kurang toleran dibanding mereka yang dari kelas atas, tetapi mereka lebih konsisten. d. Konsep dalam pola asuh Menurut Sayekti dalam Wayanti (2002) ada 7 konsep pola asuh ibu terhadap anak berdasarkan sistem tingkah laku manusia (system of behavior), yaitu: 1) Pola asuhan yang melayani atau menolong anak yang diperoleh dari system nuturence. 2) Pola asuhan yang banyak menuruti permintaan anak, diambil dari system obeydience. 3) Pola asuhan mandiri didapat dari system self reliance. 4) Pola asuhan yang bertanggung jawab terhadap kehidupan anaknya diambil dari responsibility. 5) Pola asuhan yang berorientasi pada keberhasilan diri diambil dari oriented behavior. 6) Pola asuhan yang sifatnya hangat terhadap anak diambil dari system sociability. 7) Pola asuhan yang menguasai anaknya, anak harus tunduk pada kemauan ibu, pola ini mengacu system dominance.
13
e. Kebutuhan dasar anak Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang oleh Soetjiningsih (2007), digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar yang meliputi asuh, asih, asah sebagai berikut: 1) Asuh (kebutuhan fisik, biomedis) meliputi: a. Pangan atau gizi merupakan kebutuhan terpenting . b. Perawatan kesehatan dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi atau anak yang teratur, pengobatan kalau sakit, dan lain-lain. c. Papan atau pemukiman yang layak. d. Kebersihan perorangan. e. Sandang atau pangan. f. Kesegaran jasmani, rekreasi, dan lain-lain. 2) Asih (kebutuhan emosi, cinta dan kasih sayang) Pada tahun-tahun pertama kehidupan seseorang, hubungan yang hangat antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental dan psikososial. Berperanya ibu atau pengganti ibu sendiri mungkin akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Hal ini diwujudkan dengan kontak fisik dan psiksis sedini mungkin, misalnya dengan menyusui bayi sesegera mungkin setelah lahir. Kekurangan kasih sayang dari orang
14
tuanya (ayah atau ibu) akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar bagi anak. 3) Asah (kebutuhan akan stimulasi mental dini) Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan mental psikososial, kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral etika, produktifitas dan sebagainya. 2. Tumbuh Kembang Anak Usia Toddler a. Definisi Tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda,
tapi saling berkaitan
dan
sulit dipisahkan,
yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan menurut Soetjiningsih (2007) adalah: 1) Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel. Organ maupun individu yang biasa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, m), umur tulang dan keseimbangan metabolik. 2) Perkembangan (development) adalah proses pematangan yang didalamnya terjadi peningkatan personal sosial, gerakan motorik halus, gerakan motorik kasar dan bahasa. Disini menyangkut
15
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkunganya. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangakan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara bersama pada setiap individu. Sedangkan untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik merupakan hasil interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan bio-psiko-sosial dan perilaku. Proses yang unik dan hasil ahir yang berbeda-beda yang memberikan ciri tersendiri pada setiap anak. b. Faktor-faktor yang mempengruhi tumbuh kembang anak Menurut (Supartini, 2004) faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut: a) Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, termasuk dalam faktor genetik adalah faktor bawaan yang normal atau patologik. b) Faktor lingkungan, berbagai keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Lingkungan
16
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain: a) Lingkungan biologis antara lain: ras atau
suku
bangsa, jenis kelamin, umur, perawatan kesehatan. b) Lingkungan fisik antara lain: cuaca atau geografis suatu daerah, sanitasi dan keadaan rumah. c) Lingkungan psikososial antara lain: stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi antara anak dan orang tua. d) Lingkungan keluarga dan adat istiadat antara lain: pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan ayah atau ibu, kepribadian ayah atau ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah tangga. c) Nutrisi atau gizi Telah disebutkan bahwa untuk tumbuh dan berkembang anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral dan air yang harus dikonsumsi secara seimbang dengan jumlah yang sesuai pada tahapan usianya. Khusus selama periode pertumbuhan dan perkembangan yang cepat seperti masa prenatal dan bayi akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan
17
perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan gizi tersebut.
Asupan
gizi yang berlebihan
juga
dapat
menimbulkan dampak yang buruk pula bagi kesehatan. c. Pertumbuhan dan perkembangan anak 1) Untuk anak usia 1 tahun a. Pertumbuhan fisik Peningkatan tiga kali dari berat badan lahir. Panjang lahir meningkat 50%. Mempunyai total gigi enam sampai delapan. b. Perkembangan motorik kasar Berjalan dengan satu tangan dipegang. Meluncur dengan baik. Dapat berusaha untuk berdiri sejenak. Dapat berusaha melangkah pertama sendiri. Dapat duduk dari posisi berdiri tanpa bantuan. c. Perkembangan motorik halus Melepas kotak kedalam cangkir. Berusaha membangun dua balok tetapi gagal. Mencoba untuk memasukan butir-butir ke dalam leher botol yang sempit tetapi gagal. Dapat membalikan buku banyak dalam sekali waktu. d. Perkembangan sensori Mendiskriminasikan
bentuk
geometric
dalam
bentuk
sederhana, misalnya lingkaran. Dapat mengikuti objek bergerak dengan cepat. Mengontrol dan menyesuaikan respon terhadap bunyi. Mendengarkan bunyi berulang.
18
e. Perkembangan bahasa Mengatakan tiga sampai lima kata di samping “dada”, “mama”. Memahami makna beberapa kata. Mengenali objek berdasarkan nama. 2) Untuk anak usia 2 tahun a. Pertumbuhan fisik Lingkar kepala 49 cm sampai 50 cm. Peningkatan berat badan 1,8 sampai 2,7 kg. Peningkatan tinggi badan biasanya 10 cm sampai 12,5 cm. b. Perkembangan motorik kasar Naik dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah. Berlari seimbang dengan langkah lebar. Menagkap objek
tanpa
jatuh.
Menendang
bola
tanpa
bantuan
keseimbangan. c. Perkembangan motorik halus Membangun menara enam sampai tujuh balok. Menyusun dua atau lebih kotak menyerupai kereta. Membalik halaman buku satu sekali waktu, menggambar meniru, memencet bel pintu dan membuka gerendel. d. Perkembangan sensori Akomodasi berkembang dengan baik dan dalam diskriminasi geometrik mampu memasukan kotak kedalam ruang bujur.
19
e. Perkembangan bahasa Mempunyai perbendaharaan kata sebanyak 300 kata. Menggunakan
dua
sampai
tiga
kata
untuk
kalimat.
Menggunakan kata ganti saya, aku, kamu. Mengungkap kebutuhan untuk toileting, makan atau minum. Bicara dengan tidak terputus-putus. f. Perkembangan sosialisasi Mempunyai lapang perhatian berlanjut. Berpakaian sendiri dengan pakaian sendiri. 3) Untuk anak usia 3 tahun a. Pertumbuhan fisik Penambahan berat badan umumnya 1,8 sampai 2,7 kg, ratarata berat badan 14,6 kg, penambahan berat badan umumnya 7,5 cm, rata-rata tinggi badan 95 cm. b. Perkembangan motorik kasar Berlari bebas, mengendarai sepeda tiga roda. Berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik. Menaiki tangga dengan kaki bergantian dapat turun tangga dengan menggunakan dua kaki untuk melangkah. Melompat panjang, mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat.
20
c. Perkembangan motorik halus Membangun menara dari 9 samapi 10 kotak. Membangun jembatan dengan tiga kotak. Menggambar meniru lingkaran, menyebutkan apa yang telah digambarkan. d. Perkembangan bahasa Mempunyai perbendaharaan kata 900 kata. Menggunakan kalimat lengkap dari tiga sampai empat kata. Mengulang kalimat dari enam suku kata. e. Perkembangan sosialisasi Berpakaian sendiri hamper lengkap bila dibantu dengan kancing belakang dan mencocokan sepatu kanan dan kiri. Merasa takut khususnya pada kegelapan dan mau tidur. Mengetahui nama, jenis kelamin sendiri dan orang lain. d. Ciri-ciri tumbuh kembang anak Menurut Soetjiningsih (2007) ciri-ciri tumbuh kembang anak sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinue sejak dari konsepsi sampai dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan. Berarti tumbuh kembang sudah terjadi sejak didalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat dengan mudah diamati.
21
b) Dalam periode tertentu terdapat adanya periode percepatan atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara organ-organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat adalah pada masa janin, masa bayi 0-1 tahun, dan pada masa pubertas. c) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatanya berbeda antara anak satu dengan lainya, Contoh: anak akan belajar duduk sebelum belajar berjalan, tetapi umur saat anak belajar duduk atau berjalan berbeda antara satu dengan yang lainya. d) Perkembangan erat hubunganya dengan maturasi sistem susunan saraf. Contoh: tidak ada latihan yang dapat menyebabkan anak dapat berjalan sampai sistem saraf siap, tetapi tidak hanya kesempatan praktik akan menghambat kemampuan ini. e) Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas. Contoh: bayi akan menggerakan seluruh tubuhnya, tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang menarik, tetapi pada anak yang besar reaksinya hanya tertawa atau meraih benda tersebut. f) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal, langkah pertama sebelum berjalan adalah perkembangan menegakan kepala. g) Refleks promitif seperti reflek memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
22
e. Gangguan tumbuh kembang anak Menurut Astuti (2007) gangguan tumbuh kembang anak sebagai berikut: a. Gangguan bicara dan bahasa Kemampuan
berbahasa
merupakan
indikator
seluruh
perkembangan anak karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap. b. Serebral palsy Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh atau belum selesai pertumbuhanya. c. Sindrom down Anak dengan sindrom down adalah anak yang mempunyai kecerdasan yang terbatas yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembanganya lebih lambat dari anak yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital,
atau
lingkungan
lainya
dapat
menyebabkan
23
keterlambatan perkembngan motorik dan ketrampilan untuk menolong diri sendiri. d. Gangguan autisme Merupakan gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut luas dan berat yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. f. Metode penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak a. Penilaian pertumbuhan anak 1) Pengukuran berat badan (BB), dilakukan dengan cara: a. Timbangan diletakan ditempat yang rata sedangkan timbangan gantung pada dahan atau pelang rumah yang kuat dan dipasang celana timbangan. b. Timbangan distel sampai menunjukan angka nol. c. Anak yang ditimbang sebaiknya memakai baju seringan mungkin, sandal sepatu dibuka. d. Waktu ditimbang, anak harus dalam keadaan tenang, pada anak yang sulit ditimbang dapat dilakukan penimbangan ibunya terlebih dahulu kemudian ibu bersama anaknya. e. Anak berdiri ditangah-tengah tanpa memegang sesuatu. f. Ketelitian penimbangan 0,1 kg.
24
2) Pengukuran tinggi badan (TB), dilakukan dengan cara: a. Sepatu, sandal dibuka. b. Anak berdiri tegak, kaki sejajar, tumit dan kepala bagian belakang menempel ke dinding bersikap tegak memandang ke depan. c. Letakan
penggaris
diatas
puncak
kepala
sehingga
membentuk sudut siku-siku dengan dinding atau tiang pengukur. d. Lihat hasil dan catat. e. Ketelitian 1 cm. 3) Pengukuran berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Pertumbuhan diukur dengan menggunakan Z-score berdasarkan indeks BB/TB, dibedakan menjadi gizi buruk (<-3SD), gizi kurang (-3 sampai <-2SD), gizi baik (-2 sampai +2SD), gizi lebih (> +2SD) (Depkes RI, 2004). Tehnik perhitungan Z-score menurut Arisman (2004). 1. Bila nilai riil hasil pengukuran > nilai median. Z-score = Nilai riil – nilai median SD upper
25
2. Bila nilai riil hasil pengukuran < nilai median. Z-score = Nilai riil – nilai median SD lower b. Penilaian perkembangan anak Anak
yang
sedang
mengalami
pertumbuhan
dan
perkembangan memerlukan penilaian perkembangan untuk mengetahui kemampuan anak yang sesuai dengan usianya. Penilaian perkembangan anak dapat dilakukan dengan Denver Development Screening Test (DDST). Adapun bahan yang diperlukan dalam tes ini adalah kertas, pensil, penggaris dan lembar DDST. Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan diatur dalam empat kelompok besar yang disebut sektor perkembangan yang meliputi: a) Personal sosial (perilaku sosial) Aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri,
bersosialisi dan berinteraksi dengan lingkungan. b) Fine adaptife (gerakan motorik halus) Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
26
c) Language (bahasa) Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan. d) Gross motor (perkembangan motorik kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. Skor yang dipakai pada Denver II: P : Pass/lewat artinya anak melakukan uji coba dengan baik. F : Fail/gagal artinya anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik. No : No Oportunity/tidak ada kesempatan artinya anak tidak mempunyai kesempatan melakukan uji coba karena ada hambatan. R : Refussal/menolak artinya anak menolak untuk dilakukan uji coba.
Interpretasi penilaian untuk tumbuh kembang: a. Abnormal Hasil test ini diinterpretasikan sebagai abnormal jika: a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih. b) Bila dalam 1 sektor didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
dan 1 sektor atau lebih dengan 1
keterlambatan dan pada sektor tersebut tidak ada
27
yang lulus
pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia. b. Meragukan Hasil test ini diinterpretasikan meragukan jika: a) Bila ada sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih. b) Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tidak ada yang lulus. c. Normal Semua yang tidak tercantum dalam kriteria abnormal atau meragukan dan tidak dapat dites. d. Tidak dapat dites Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes abnormal atau meragukan.
28
B. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh: 1. Jenis kelamin 2. Kebudayaan 3. Status sosial
Pola asuh: 1. Demokratis 2. Otoriter 3. Pemanja 4. Penelantar
Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang: 1. Genetik 2. Lingkungan (biologis, fisik, psikososial, keluarga). 3. Nutrisi atau gizi
Tumbuh kembang toddler: 1. Pertumbuhan meliputi: berat badan dan tinggi badan. Perkembangan meliputi: perilaku sosial, gerakan 2. motorik kasar, gerakan motorik halus dan bahasa.
Gambar 2.1 Kerangka Teori Baumrind, 2007 dan Soetjiningsih, 2007
29
C. Kerangka Konsep
Tumbuh kembang toddler: 1. Pertumbuhan a) Berat badan b) Tinggi badan 2. Perkembangan a) Perilaku sosial b) Gerakan motorik halus c) Gerakan motorik kasar d) Bahasa
Pola asuh: 1. Demokratis 2. Otoriter 3. Pemanja 4. Penelantar
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh: 1. Jenis kelamin 2. Kebudayaan 3. Status sosial
: Diteliti : Tidak diteliti
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
30
D. Hipotesa Penelitian 1. Ha = Ada hubungan antara pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler di Posyandu desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. 2. Ho = Tidak ada hubungan antara pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler di Posyandu desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis desain analitik korelasi. Penelitian yang akan dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel dengan mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan, menguji berdasarkan teori yang ada (Notoatmodjo, 2002). Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional yaitu hanya melakukan observasi dan pengukuran variabel pada suatu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran (Saryono, 2008). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Menurut Arikunto (2006), Populasi adalah keseluruhan obyek yang diteliti. Penelitian ini dilakukan di desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Subjek dari penelitian ini terdiri dari ibu yang mempunyai anak usia toddler yang tinggal di desa Mengkowo dengan jumlah populasi anak usia toddler sebanyak 150 anak. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti. Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Arikunto, 2006).
32
Dalam penelitian ini menggunakan Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel bertujuan dilakukan tidak berdasarkan strata, kelompok atau acak, tetapi berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik ini dilakukan atas tujuan tertentu yaitu waktu, biaya, tenaga, sehingga tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah besar atau jauh (Saryono, 2008). Arikunto (2006) menyatakan untuk menentukan jumlah sampel jika diketahui jumlah populasi > 100 responden, dapat diambil sampel 20-25% dari jumlah populasi. Mengacu pendapat tersebut, maka peneliti mengambil sampel 20% dari jumlah populasi, yaitu sebanyak 30 responden. Dengan kriteria inklusi dibawah ini: a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti (Al Ummah, 2009). 1)
Anak usia toddler yang berumur 1-3 tahun.
2)
Ibu yang mempunyai anak umur 1-3 tahun yang bisa membaca dan menulis.
3)
Bertempat tinggal di desa Mengkowo.
4)
Pada saat penelitian berada di posyandu.
5)
Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria karena berbagai sebab (Al Ummah, 2009).
33
1)
Anak usia toddler yang mempunyai kelainan kongenital.
2)
Anak usia toddler yang mempunyai kelainan mental.
3)
Anak usia toddler yang mempunyai sakit fisik (diare, hipertermi, batuk).
C. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006). 1. Variabel bebas (Independent Variabel), yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi stimulus input (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pola asuh ibu. 2. Variabel terikat (Dependen Variabel), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah tumbuh kembang anak usia toddler. D. Definisi Oprasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang didefinisikan (Al Ummah, 2009).
34
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Pola asuh ibu
Definisi Kemampuan ibu untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anaknya yang terdiri dari: demokratis, otoriter,pe manja, pene lantar.
Cara ukur Menggunakan kuesioner seba nyak 36 perta nyaan, meliputi 9 item pola asuh demokra tis, 9 item po la asuh otoriter, 9 item pola asuh pemanja, 9 item pola asuh penelantar. Dengan alternatif jawaban ya atau tidak. Bila jawa ban ya= 1, ti dak= 0.
Hasil ukur Skala Untuk hasil Ordinal ukur penilaian memakai kategori se bagai berikut: demokratis, oto riter, pemanja, penelantar. De ngan cara men cari jawaban “ya” yang pa ling dominan.
Tumbuh kembang toddler
Pertumbuhan adalah peru bahan dalam besar, jumlah, dan ukuran.
Dapat diukur de ngan mengguna kan timbangan berat badan (BB) dan meteran atau mikrotoa untuk mengukur tinggi badan (TB). Dengan Z-score.
Untuk hasil Ordinal ukur dengan in deks BB/TB, di bedakan gizi buruk (<-3SD), gizi ku rang (-3 sampai <-2SD), gizi baik (-2 sam pai +2SD), gizi lebih (>+2SD).
Perkembangan adalah proses pematangan yang didalam nya terjadi pe ningkatan per
Dapat diukur de ngan mengguna kan lembar DDST. Abnormal= bila didapatkan dua atau lebih keterlam
Untuk hasil Nominal ukur penilaian memakai kate gori sebagai be rikut: abnor mal= 1, meragu
35
nal sosial, gerakan moto rik kasar, gera kan motorik halus, bahasa.
batan, normal= bi la anak dapat di tes dan lulus, me ragukan atau tidak dapat dites.
kan atau tidak dapat dites= 2, normal= 3.
E. Instrumen Penelitian Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1. Kuesioner berisi tentang identitas responden (nama, umur, jenis kelamin dll). 2. Kuesioner untuk mengetahui pola asuh yang diterapkan di Posyandu Desa Mengkowo, terdiri dari 36 pertanyaan dengan alternatif jawaban ya atau tidak. 3. Lembar DDST. 4. Tabel WHO-NCHS. 5. Timbangan dan meteran atau mikrotoa. Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Variabel
Indikator
Nomor item
Jumlah
Pola asuh ibu
1.Demokratis
1 sampai 9
9
2.Otororiter
10 sampai 18
9
3.Pemanja
19 sampai 27
9
4.Penelantar
28 sampai 36
9
36
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan untuk menjaring data variabel,
kriteria sebagai responden, yaitu yang memiliki anak usia
toddler secara berhadapan muka (face to face). 1. Sebelumnya peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. 2. Responden mengisi seluruh jawaban kuesioner sampai selesai. 3. Kuesioner yang telah di isi oleh responden dikembalikan kepada peneliti kemudian peneliti memeriksa, kelengkapan jawaban, kalau masih ada kekurangan responden disuruh melengkapinya. Selanjutnya untuk memperoleh data pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan timbangan berat badan dan meteran atau mikrotoa untuk mengukur tinggi badan dengan penilaian BB/TB menggunakan standar baku antropometri
WHO-NCHS.
Sedangkan
untuk
perkembangan
dilakukan dengan menggunakan Denver Development Screening Test (DDST). G. Uji Coba Instrumen 1. Uji Validitas instrument Uji validitas instrumen dilakukan di posyandu Desa Gesikan Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen pada tanggal 27 Februari 2012, sebanyak 20 responden. Hasil penelitian yang valid terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
37
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2003). Untuk menguji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan rumus:
rxy =
N − ∑ xy − (∑ x )(∑ y )
{N ∑ x − (∑ x )}{N ∑ y − (∑ y )} 2
2
2
2
Keterangan: rxy = koefisien korelasi tiap item N
= jumlah subjek
X
= nilai pada item
∑
= nilai total semua item (Arikunto, 2006) Jika koefisien korelasi rxy antara skor butir dengan skor total yang
diperoleh lebih besar dari pada koefisien di tabel nilai-nilai r (r tabel) pada α = 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya butir tersebut dinyatakan tidak valid bila rxy lebih kecil dari r tabel. Cara yang mudah untuk menentukan valid tidaknya butir pengujian bila menggunakan program komputer adalah mengacu pada nilai signifikan (p) yang diperoleh. Bila nilai signifikan (p) yang diperoleh lebih kecil dari pada 0,05 maka butir yang diujikan dinyatakan valid. Dari hasil uji validitas diketahui dari 40 item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pola asuh ibu, item pertanyaan no 9, 16, 24, 37 dinyatakan tidak valid karena item tersebut tidak berkorelasi signifikan dengan
38
skor total (dinyatakan tidak valid) karena kurang dari r tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 dengan jumlah responden 20 orang untuk uji validitas sebesar 0,444 yaitu (-0,110, 0,419, 0,072 -0,267) dan dikeluarkan dari instrumen. 2. Uji reliabilitas Instrumen. Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitan ini menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan rumus:
1− ∑ σ k r11 = 1 − σ 12 (k − 1 )
2 b
Keterangan: r11 = reabilitas yang dicari k
= banyaknya butir pertanyaan
∑σ
2 b
= jumlah varians butir
σ12 = varians total (Arikunto, 2006) Dari 36 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pola asuh ibu semua dinyatakan reliabel dengan nilai corrected item total correlation yang seluruhanya melebihi r tabel (0,444) dengan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,969 melebihi apa yang dinyatakan oleh
riwidikdo (2007) yang mensyaratkan nilai minimal Cronbach’s Alpha 0,7.
39
H. Teknik Analisa Data 1. Pengolahan Data Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Editing (seleksi data) Setelah kuesioner terkumpul maka penulis melakukan seleksi data kuesioner yang telah dibagikan kepada responden dan telah terkumpul kembali kepada penulis. Seleksi data dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jika ada kuesioner yang belum terisi dengan lengkap. b. Coding dan Skoring
Yaitu kegiatan memberi kode setiap data yang diperoleh kemudian memberi skor dengan tujuan untuk mempermudah analisis data. c. Entering
Yaitu dengan memasukan data ke dalam komputer untuk selanjutnya dapat dilakukan analisa data. d. Tabulating
Yaitu kegiatan memasukan data ke dalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka yang diperoleh, sehingga dapat dihitung distribusi dan presentasenya, serta dapat dianalisis secara inferensial. 2. Analisis Data Data
yang
sudah
terkumpul
kemudian
dianalisa
menggunakan program komputer dan manual, analisa meliputi:
dengan
40
a. Analisa univariat
Analisa
digunakan
univariat
untuk
menjelaskan
atau
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, khususnya berupa distribusi frekuensi dan presentase dari variabel Pola Asuh Ibu terhadap Tumbuh Kembah Kembang Anak Usia Toddler di posyandu Desa Mengkowo Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. b. Analisa Bivariat Analisis
bivariat
dilakukan
dengan
membuat
tabel
silang
(contingensy) antara varibel bebas dan variabel terikat yaitu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh ibu terhadap tumbuh kembang anak usia toddler. Uji statistik yang digunakan uji chi square.
Rumus:
Keterangan: x2 : Chi square Fo : Frekuensi yang diperoleh dari hasil pengamatan sampel Fh : Frekuensi yang diharapkan dalam sampel sebagai pencerminan dari frekuensi. Untuk melihat seberapa besar hubungan dengan memakai rumus koefisiensi kontingensi.
41
Rumus:
Keterangan: C : Koefisien kontigensi N : Jumlah populasi x2 : Chi square (Arikunto, 2006) I. Etika Penelitian Dalam melakukan penlitian ini, masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting mengingat keperawatan akan berhubungan langsung dengan manusia, maka peneliti menjamin hak asasi responden dalam penelitian ini. Etika dalam penelitian keperawatan meliputi: 1. Informed Consent Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek bersedia menjadi responden, maka harus menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Jika subjek menolak menjadi responden maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan memberi
nama
responden
kepada
lembar pengumpulan
data
42
(kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu. 3. Confidentiality Peneliti menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.