BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan (Suharmiati, 2005). Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional sekarang telah menjadi salah satu alternatif pengobatan bagi masyarakat modern terbukti dengan data WHO bahwa hingga 65% dari penduduk Negara maju dan 80% dari penduduk Negara berkembang lebih memilih obat tradisional untuk menjaga kesehatan (Sukandar, 2011). Formula herbal sering tidak memiliki informasi secara ilmiah mengenai keamanannya (Nandy dan Datta, 2012). Pemanfaatan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit masih berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara turun temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan (Zainul, 2010). Obat tradisional dapat diterima di pelayanan kesehatan formal harus didukung oleh bukti ilmiah adanya khasiat dan keamanan penggunaan obat tersebut pada manusia. Bukti tersebut hanya dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan secara sistematik meliputi tahapan pemilihan tumbuhan, uji praklinik pada hewan uji, standarisasi sederhana, penentuan identitas dan pembuatan sediaan terstandar dan uji klinik pada manusia (Dewoto, 2007). Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
Universitas Sumatera Utara
sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia (BPOM, RI., 2014). Uji toksisitas akut oral adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikan dalam waktu singkat. Prinsip dari uji toksisitas akut oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan dalam dosis tunggal atau dosis berulang dalam waktu tidak lebih dari 24 jam apabila pemberian dilakukan secara berulang maka interval tidak kurang dari 3 jam (BPOM, RI., 2014). Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi toksisitas intrinsik suatu zat, menentukan organ sasaran dan kepekaan spesies dan untuk memperoleh nilai LD50 suatu bahan/sediaan dan penentuan penggolongannya. Penentuan LD50 merupakan tahap awal untuk mengetahui keamanan bahan yang akan digunakan manusia dengan menentukan besarnya dosis yang menyebabkan kematian 50% pada hewan uji setelah pemberian dosis tunggal. LD50 bahan obat mutlak harus ditentukan karena nilai ini digunakan dalam penilaian rasio manfaat (khasiat) dan daya racun yang dinyatakan sebagai indeks terapi obat (LD50/ED50). Indeks terapi yang semakin besar menunjukkan semakin aman obat tersebut jika digunakan (Soemardji, et al., 2002). Senyawa toksikan tidak mempengaruhi semua organ secara merata karena adanya perbedaan tingkat kepekaan dari masing-masing organ, kadar bahan kimia atau metabolitnya terhadap organ sasaran serta mekanisme pemulihan dari setiap organ (Lu, 1995). Ginjal dan hati merupakan organ vital dalam tubuh. Organ ini
Universitas Sumatera Utara
oleh beberapa zat kimia dapat dirusak melalui susunan saraf pusat atau pembuluh darah. Ginjal mudah mengalami kelainan akibat zat kimia karena ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi (Lu, 1995). Hati adalah organ terbesar dan secara metabolisme paling kompleks di dalam tubuh. Organ ini terlibat dalam metabolisme zat makanan serta sebagian besar obat dan toksikan. Toksikan dapat menyebabkan berbagai jenis efek toksik pada berbagai organel dalam sel hati. Hati sering menjadi organ sasaran. Sebagian besar toksikan memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal dan setelah diserap, toksikan dibawa oleh vena porta hati ke hati (Lu, 1995). Salah satu tumbuhan berkhasiat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah tanaman adas manis (Foeniculum vulgare Mill.) famili Apiaceae yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia (Kusdarwati, 2010). Berdasarkan hasil pemeriksaan skrining fitokimia terhadap buah adas manis (Foeniculum vulgare Mill.) terdapat kandungan metabolit sekunder golongan alkaloid, glikosida, flavonoida, saponin, steroida/terpenoida dan tannin (Chatterjee, et. al., 2012). Buah adas manis mengandung tidak kurang dari 1,40% minyak atsiri yang mengandung transanethole, fenchone, estragole (Ditjen POM RI, 2008; Rather, et al., 2012). Saponin dalam konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah dan dalam larutan yang sangat encer saponin sangat beracun untuk ikan (Robinson, 1995). Estragole merupakan salah satu komponen utama dari minyak atsiri buah adas manis (Foeniculum vulgare Mill.). Telah dilaporkan bahwa estragole dapat mengakibatkan tumor ganas pada tikus. Estragole dapat mengakibatkan karsinogen. Efek karsinogen dari estragole tidak bekerja secara langsung. Efek karsinogen muncul dari aktivitas metabolit dari estragole, dimana
Universitas Sumatera Utara
metabolit dari estragole akan membentuk molekul yang tidak stabil dan reaktif sehingga dapat berikatan dengan asam nukleat dengan demikian akan terjadi kerusakan DNA (Rather, et al., 2012). Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap buah adas manis antara lain, sebagai antijamur (Singh, et al., 2005), hipolipedimia (Oulmouden, et al., 2014), antibakteri, antioksidan, antidiabetes (Rather, et al., 2012), antiinflamasi (Nassar, et al., 2010), analgetik, antipiretik dan diuretik (Tanira, et al., 1996). Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengujian toksisitas akut ekstrak etanol buah adas manis (EEBAM) pada mencit jantan mengingat pemanfaatannya yang beragam dan belum ditemukan informasi mengenai batas keamanannya sebagai persyaratan kriteria obat tradisional.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah EEBAM menimbulkan efek toksik pada hewan percobaan (mencit).
1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah EEBAM menimbulkan efek toksik pada hewan percobaan (mencit).
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek toksik EEBAM terhadap terhadap hewan percobaan (mencit).
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Adapun manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai efek toksik yang ditimbulkan dari EEBAM pada uji toksisitas akut dan memberikan informasi mengenai dosis dari EEBAM yang memberikan potensi ketoksikan akut.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian dilakukan terhadap mencit yang diberikan EEBAM selama 24 jam. Terdapat delapan variabel bebas kelompok kontrol, perlakuan EEBAM dosis 5, 50, 300, 1000, 2000, 4000 dan 8000 mg/kg bb. Variabel terikat potensi ketoksikan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Variabel bebas
Variabel terikat
Na-CMC 1% (kontrol)
Parameter Gejala toksik Berat badan
Mencit jantan
Potensi ketoksikan
EEBAM dosis 5 mg/kg bb 50 mg/kg bb 300 mg/kg bb 1000 mg/kg bb 2000 mg/kg bb 4000 mg/kg bb 8000 mg/kg bb
Konsumsi makanan dan minuman Kematian Makropatologi
Gambar 1.1 Diagram kerangka pikir penelitian
Universitas Sumatera Utara