BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008) menunjukkan pada tahun 2007, jumlah penduduk Indonesia mencapai 224,9 juta dan berada di peringkat ke empat di dunia berpenduduk tertinggi. Besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi segi kualitasnya, karena kualitas penduduk Indonesia masih tertinggal dari negara yang berada di Asia Tenggara, sehingga pertumbuhan penduduk dapat menjadi beban pembangunan. (BKKBN, 2008). Jika tidak diupayakan pengendalian penduduk secara serius, hal ini berimplikasi kepada beratnya beban pemerintah dalam menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama untuk menyediakan pelayanan dasar berupa pendidikan dan kesehatan. Upaya pemerintah mengendalikan laju pertumbuhan penduduk (LPP) telah tertuang didalam RPJMN 2004-2009, yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok masyarakat miskin tersebut dengan cara menurunkan angka kelahiran melalui program keluarga berencana nasional. Salah satu kegiatan yang telah dilaksanakan adalah penyediaan pelayanan keluarga berencana / KB gratis bagi masyarakat yang berasal dari keluarga prasejahtera/KPS dan keluarga sejahtera I/KS-I. Selain itu, secara mikro kegiatan tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga karena dengan kecilnya jumlah anggota suatu keluarga maka keluarga tersebut diharapkan dapat meningkatkan gizi makanan, tingkat kesehatan, dan pendidikan anggota keluarganya (Bappenas, 2010, hal 1).
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengendalikan jumlah penduduk yang besar dengan laju pertumbuhan penduduk yang relatif masih tinggi, pemerintah mencanangkan suatu gerakan keluarga berencana nasional dengan tujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia (Alwie, 2011, ¶ 1). Penggunaan kontrasepsi KB di Indonesia dengan umur antara 15-49 tahun dengan penggunaan metode IUD sebesar 7,23%, Suntikan 58,25%, Pil KB 24,37%, Susuk KB 4,16%, Kondom 0,68%, MOP 1,03%, MOW 3,13%, Intravaginal Tissue 0,11% dan metode tradisional 1,04%. Dengan data yang didapatkan di atas, penggunaan KB kontrasepsi hormonal lebih tinggi daripada kontrasepsi non hormonal dengan jumlah sebesar 86,78 % (Departemen Kesehatan RI, 2008). Tren data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 1991-2007 menunjukkan perubahan pemakaian alat kontrasepsi dari pil ke suntik, sementara penggunaan kontrasepsi jenis implant, IUD, dan MOP terus mengalami penurunan dan metode KB MOW cenderung fluktuatif, padahal sasaran pembangunan kependudukan dan KB yang ingin dicapai dalam RPJMN 20042009 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang efektif dan efisien, yaitu metode kontrasepsi jangka panjang (Bappenas, 2010, hal 51). Selama ini masyarakat menganggap Program Keluarga Berencana Nasional (KBN) identik dengan kaum perempuan. Anggapan ini tidak berlebihan karena kenyataannya selama ini sasaran utama program Keluarga Berencana (KB) sebagian besar adalah perempuan. Namun semua itu mulai berubah, kaum pria pun kini ikut menjadi akseptor keluarga berencana. (BKKBN, 2001)
Universitas Sumatera Utara
Akseptor KB pria pada tahun 2007 dalam penggunaan metode KB di Indonesia adalah sebesar 0,16 % untuk pengguna metode KB vasektomi dan kondom sebesar 0,68 % dari metode kontrasepsi lainnya . Sedangkan resiko dan komplikasi penggunaan KB untuk pria diantaranya infeksi lokal, atrofi testis dan peradangan pada area operasi, epididimis kongestif, dan perdarahan yang bersifat lokal dibandingkan resiko dan komplikasi alat-alat KB pada wanita yang bersifat sistemik dan bisa mempengaruhi kesehatan wanita yang komplek. Metode vasektomi adalah metode kontrasepsi yang cocok untuk pasangan usia subur yang menginjak usia diatas 35 tahun atau pada masa mengakhiri bertambahnya anak. Dan dengan tingkat keefektifitasan yang tinggi diharapkan dapat mencegah kehamilan pada usia tua yang nantinya akan menyebabkan komplikasi kehamilan, angka kesakitan ibu dan berakhir pada kematian ibu. Namun, kesadaran akan peran pria dalam ber-KB dan penggunaan metode kontrasepsi vasektomi di Indonesia masih rendah (Departemen Kesehatan RI, 2008). Berdasarkan Penelitian sebelumnya, bahwa ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan sangat mempengaruhi dalam pencapaian atau meningkatkan menjadi akseptor KB (Handayani, 2010). Berdasarkan survei pendahuluan oleh peneliti pada tahun 2011 ternyata vasektomi tidak diminati oleh masyarakat di Kecamatan Delitua. Hasil prasurvei yang peneliti lakukan di puskesmas Delitua
yaitu, di Kecamatan Delitua
memiliki jumlah penduduk sebesar 60.119 jiwa dengan jumlah PUS 6760 jiwa pada tahun 2010. Di Kecamatan Delitua jumlah pasangan usia subur terbanyak di desa Mekar sari dengan jumlah PUS sebanyak 1518 jiwa kemudian diikuti desa suka makmur dengan jumlah PUS sebanyak 1044 jiwa, sedangkan jumlah
Universitas Sumatera Utara
pasangan usia subur terkecil pada Desa Kedai Durian dengan jumlah PUS sebanyak 846 jiwa (Profil Kesehatan Puskesmas Delitua, 2010). Jumlah PUS di Desa Kedai Durian menurut kelompok umur yang usianya kurang dari 20 tahun adalah 214 orang, Jumlah PUS yang usianya 20-30 tahun adalah 285 orang, Jumlah PUS yang usianya 30 tahun keatas adalah 347 orang. Peserta KB aktif dari bulan januari hingga desember 2010 berjumlah 664 akseptor dengan capaian IUD 89 akseptor, Pil 252 akseptor, kondom 21 akseptor, MOW 36 akseptor, suntik 215 akseptor, Implan 51 akseptor dan vasektomi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa vasektomi tidak diminati sama sekali di Desa Kedai Durian (Profil Kesehatan Puskesmas Delitua, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan
suami tentang
vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua, Kabupaten Deli Serdang tahun 2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat merumuskan ”Apakah ada pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi
di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas
Delitua, Kabupaten Deli Serdang tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami tentang vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan suami sebelum diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi di Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua. b.
Untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan suami sesudah diberikan promosi kesehatan tentang vasektomi Desa Kedai Durian, Wilayah Kerja Puskesmas Delitua.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah
ilmu
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
menghadapi
masyarakat dengan berbagai karakteristik dan tentang vasektomi. 2. Bagi Puskesmas Sebagai bahan pertimbangan kepada Puskesmas mengenai pentingnya promosi kesehatan bagi suami dalam menambah pengetahuan tentang vasektomi. 3. Bagi Perawat Sebagai pertimbangan pentingnya promosi kesehatan tentang vasektomi pada masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi pria dalam penggunaan KB dan menurunkan angka kesakitan ibu yang diakibatkan karena efek samping penggunaan KB hormonal. 4. Bagi Masyarakat Untuk meningkatkan pengetahuan suami tentang vasektomi sehingga motivasi untuk penggunaan metode vasektomi meningkat, dan ikut sebagai akseptor KB vasektomi.
Universitas Sumatera Utara