BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tugas seorang guru dalam menjalankan peranya dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) meliputi mendidik, membelajarkan siswa, dan memberikan latihan-latihan. Tugas mendidik berarti mengembangkan nilai-nilai dalam kehidupan, tugas membelajarkan berarti mendorong dan memberikan peluang, serta men-ciptakan situasi yang kondusif agar siswa dapat belajar dengan sebaikbaiknya,
sedangkan
tugas
memberikan
latihan
berarti
mengembangkan
keterampilan-keterampilan siswa. Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang terpenting sebelum guru melakukan kegiatan belajar mengajar di kelas, supaya proses kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan apa yang ditetapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikkan (KTSP). Tiap satuan pendidikan mempunyai standar kompetensi lilusan sendiri dan begitu juga tiap kelompok mata pelajaran dalam mata pelajaran. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sejarah, geografi, dan ekonomi. Bahan kajian tersebut menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Soial (IPS). Pengajar (guru) mata pelajaran disiapkan oleh LPTK, termasuk pengajar mata pelajaran IPS terpadu. Program pendidikan guru bertaraf S1 di LPTK sampai dengan tahun 2004 belum memiliki program studi IPS, yang ada ialah guru lulusan jurusan pendidikan IPS yang didalamnya diselenggarakan program studi pendidikan PMP,
1
ekonomi, geografi, dan sejarah pada SMP. Sementara itu, kurikulum sekolah terkecuali SD tidak ada mata pelajaran IPS. Ekonomi merupakan bagian dari IPS, diajarkan sebagai mata pelajaran mandiri atau paling tidak diajarkan dalam kaitan dengan rumpun IPS yang lain, sebagaimana halnya ekonomoi di SMP. Oleh sebab itu tidak ada tuntutan bahwa seorang guru ekonomi harus menguasai materi IPS sebagai satu bidang studi. Tetapi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai berlaku tahun 2006 nampak bahwa IPS dijadikan satu bidang studi tersendiri di SMP dan SMK, pada kurikulum di SMP disebut IPS terpadu. Persoalanya adalah bagaimana kesiapan seorang guru yang belum S1 pendidikan IPS mengajar mata pelajaran IPS terpadu. Memahami uraian di atas, maka setiap Guru mata pelajaran harus mampu merancang program pembelajaran dan melaksanakan program itu di kelas sampai pada mengevaluasi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran yang sudah diajarkan kepada siswa. IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMP. Menyangkut dengan perencanaan pembelajaran, bagaimana seorang guru IPS (ekonomi, geografi, sosiologi dan sejarah) dapat menyusun dan merencanakan pembelajaran IPS terpadu yang efektif dan efisien. Supaya dalam menyusun dan merencanakan pembelajaran IPS terpadu dapat efektif dan efisien maka perlu dilakukan beberapa langkah yaitu: pemetaan kompetensi dasar, penentuan topik/tema, penjabaran (perumusan) Kompetensi Dasar ke dalam indikator yang sesuai dengan topik/tema, pengembangan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2
Guru yang berkompeten adalah guru yang memiliki kemampuan dalam menunjukkan kinerja sesuai dengan jenjang spesialisai pendidikan yang dimiliki, sehingga mampu melaksanakan fungsi, posisi dan perannya di dunia pendidikan secara optimal. Guru yang berkompeten akan memberi dampak terhadap proses belajar mengajar. Kualitas pendidikan dan tingkat kelulusan anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru. Hal ini sejalan dengan Koster yang mengatakan bahwa “guru memengang peran yang menentukan keberhasilan proses belajar mengajar sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang terwujud dalam kelulusan.1 Keberadaan guru dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus di perhatikan. Proses belajar mengajar atau pembelajaran membantu peserta didik mengembangkan potensi intelektual yang ada pada peserta didik, karena sifat itu semua pengajaran adalah formal. Secara umum tujuan pendidikan adalah mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik internal, moral maupun sosial, agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makluk sosial. Bagaimana tujuan pendidikan itu bisa tercapai?, maka di perlukan perhatian terhadap segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut. Program pendidikan tersebut bisa tercapai, manakala terdapat sosok guru yang berkompeten, tanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi yang bisa menentukan mutu pendidikan tersebut. 1
W, Koster, 2001. Pengaruh Input Sokolah Terhadap Outcome Sekolah, Suvei di SLTP Negeri Jakarta. hal. 36.
3
Secara administratif Kota Salatiga terbagi menjadi empat kecamatan. Kecamatan yang ada di Kota Salatiga adalah Kecamatan Tinggkir, Kecamatan Sidomukti, Kecamatan Argomulyo dan Kecamatan Siderejo.2
Kota Salatiga
mempunyai dua puluh tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP) Diantara 23 SMP terdapat 13 SMP swasta dan 10 SMP negeri. Bedasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga, melalui dokumentasi pada jumlah guru IPS SMP di kota salatiga , bahwa keseluruhan Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di 10 SMP Negeri di Kota Salatiga yaitu berjumlah 55 orang guru dan guru yang berlatar belakang pendidikan ekonomi berjumlah 21 orang guru. 1.2. Permasalahan Penelitian Semua guru yang mengajar mata pelajaran itu disiapkan terlebih dahulu melalui pendidikan S1 di LPTK, akan tetapi mata pelajaran IPS terpadu baru muncul dalam kurikulum SMP sejak tahun 2006 sementara guru-guru yang berpendidikan S1 IPS belum disiapkan oleh LPTK. Oleh karena itu pengajar IPS terpadu diambil dari guru lulusan jurusan program pendidikan ekonomi tetapi bukan lulusan program IPS. Demikianlah ke 21 guru lulusan program studi pendidikan ekonomi diserahi tugas mengajar IPS terpadu di SMP. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada beberpa Guru IPS yang diambil dari tamatan S1 pendidikan ekonomi, geografi, dan sejarah, maka dalam penelitian ini, penulis mengkhususkan hanya pada pengajar IPS terpadu di SMP yang berlatar belakang S1 pendidikan ekonomi. Hal ini disebabkan kurikulum S1 2
http://mikolei.wordpress.com/profil-kota-salatiga/wilayah-kota-salatiga 07/27/201311:30.
4
pendidikan ekonomi tidak memuat mata kuliah IPS. Berdasarkan dari hasil observasi tersebut ditemukan gejala-gejala problematik sebagai berikut: a.
Ada guru yang mengatakan sulit meramu bahan ajar yang bermuatan materi IPS secara terpadu, karena sulit menemukan materi yang akan dituangkan dalam pembelajaran yang benar-benar telah teruji kebenaran dan kesahihanya dalam mata pelajaran IPS terpadu.
b.
Ada guru yang menyusun bahan ajar hanya dari mata pelajaran yang dirasa dikuasai, sedangkan materi lainya diserahkan kepada guru lain yang mempunyai latar belakang S1 pendidikan ekonomi. Sehingga tidak mengetahui bagaimana materi yang dipilih untuk diajarkan yang benarbenar diperlukan oleh siswa.
c.
Ada guru yang berusaha mencoba menyusun bahan ajar tetapi materinya hanya berupa kumpulan materi bidang studi yang disajikan secara bergantian. Sehingga tidak mengetahui apakah materi itu layak dipelajari atau tidak.
d.
Ada guru yang hanya meniru persiapan bahan ajar yang disusun oleh guru IPS yang lain tanpa mengetahui mengapa materinya seperti itu. Berdasarkan gejala-gejala problematik di atas, yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah sejauh mana kemampuan menyusun bahan ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu dikalangan Guru yang berlatar belakang S1 pendidikan ekonomi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kota Salatiga.
5
1.3.Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan menyusun bahan ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu dikalangan Guru yang berlatar belakang pendidikan ekonomi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Salatiga. 1.4. Signifikansi Penelitian 1.4.1. Signifikansi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat mendukung pendapat dari Trianto yang mengatakan bahawa : “batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan, yaitu dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran, disebut dengan broad field. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan peleburan dari mata pelajaran ekonomi, koperasi, sejarah, geografi, akuntansi,
dan
sejenisnya”.3 1.4.2. Signifikansi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rujukan dan bahan pertimbangan kepada Kepala Sekolah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam merekrut calon guru IPS dan atau meningkatkan kemampuan guru pengajar IPS yang tidak berlatar belakang S1 pendidikan IPS melalui penataran, loka karya dan pelatihan IPS terpadu.
3
ibid hal. 37.
6
1.5.Keterbatasan Peneltian Penelitian ini hendak mengetahuai kemampuan menyusun bahan ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Terpadu dikalangan Guru yang berlatar belakang pendidikan Ekonomi di Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Salatiga. Mengingat biaya dan tenaga yang terbatas, serta ada dua SMP yang tidak bisa di teliti, penelitian ini hanya memfokuskan pada 8 SMP Negeri di Kota Salatiga dengan jumlah guru pendidikan ekonomi sebanyak 16 orang Guru. Keterbatasan lainnya adalah peneliti hanya meneliti pada ( 1 ) Langkah-langkah pemilihan bahan ajar, ( 2 ) Kadar keterpaduan, ( 3 ) Sumber bahan ajar, ( 4 ) Rencana strategi pemb elajaran.
7