BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Pembelajaran yang berlangsung di Sekolah maupun Perguruan Tinggi umumnya
dimaksudkan mendorong siswa
memperoleh pengetahuan secara
terstruktur, di samping penguasaan alat belajar. Dengan demikian, pembelajaran merupakan sarana sekaligus sebagai upaya mencapai tujuan akhir eksistensi manusia (Sudarwan Danim, 2011). Menurut J.J Rousseau (dalam T.Widiarto, 2007) “Pendidikan dapat memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tetapi kita membutuhkannya di waktu dewasa. Pendidikan juga adalah salah satu faktor yang sangat besar peranannya bagi kehidupan suatu bangsa, karena dapat menentukan maju mundurnya proses pembangunan bangsa dalam semua bidang. Frederick J. McDonald dalam (Sudarwan Danim, 2011) Pendidikan merupakan suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mengubah perilaku manusia (human behavior). Kualitas manusia berkaitan erat dengan kualitas pendidikan, yang merupakan rangkaian dari pendidikan tingkat dasar,
1
menengah, dan tingkat atas. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kualitas pendidikan seseorang. Pendidikan
tinggi
memegang
peranan
yang
sangat
penting
untuk
menumbuhkan kemandirian seseorang dalam proses belajar yang diikutinya. Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Dalam proses belajar itu sendiri, diperlukan perilaku belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan, dimana dengan perilaku belajar tersebut tujuan pendidikan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Sehingga sukses atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada perilaku belajar seseorang. Perlu diketahui kalau belajar merupakan kegiatan individual, biasanya dipilih untuk mencapai suatu tujuan individual tertentu. Menurut Suwardjono (1992), belajar di Perguruan Tinggi merupakan suatu pilihan diantara berbagai alternatif strategik untuk mencapai tujuan individual. Perguruan Tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menjawab tantangan di dunia kerja pada masa depan. Perguruan Tinggi dituntut untuk mengimbangi visi maupun misi dengan profesionalisme dalam mengolah mahasiswa agar menghasilkan output yang berkualitas dan dapat diandalkan. Untuk mencapai output yang bagus diperlukan suatu proses yang baik pula. Proses pendidikan sebagai salah satu bagian penting harus menjadi perhatian, karena proses pendidikan akan membentuk karakter dan kompetisi mahasiswa. Berdasarkan usia perkembangan, mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW strata satu dianggap sebagai manusia yang sedang memasuki masa dewasa.
2
Anggapan masyarakat, mahasiswa masih belum dewasa sehingga dalam proses pendewasaaan mereka masih membutuhkan pembinaan, bimbingan dan belajar di Perguruan Tinggi. Para mahasiswa belajar tentang berbagai macam ilmu mulai dari teknologi, sains dan budaya. Di Perguruan Tinggi, mahasiswa diberi kebebasan untuk mengemukakan suatu pendapat tertentu, juga diizinkan untuk berpendapat dan mengajukan pemikiran-pemikirannya secara ilmiah yang berguna bagi pembangunan bangsa dengan mengedepankan kemampuan analisis dan daya nalar (Sawung, dalam Wibowo, 2005). Oleh karena itu, diharapkan mahasiswa mempunyai kemampuan berfikir yang baik, dapat menempatkan diri mereka sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri dan menciptakan dukungan kognitif bagi diri sendiri dan lingkungannya setelah menyelesaikan pendidikannya. Pendidikan di Perguruan Tinggi menggunakan pola belajar yang lebih menekankan pada peranan mahasiswa (student centered education), dimana mahasiswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar. Mahasiswa dipandang sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Sementara, tenaga pengajar hanya sebagai fasilitator dan motivator belajar mahasiswa (Suryabrata, 2004). Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW yang kelak turut berperan dalam mendidik dan menjadi mahasiswa terdidik dariSarjana pendidikan BK. Agar mahasiswa BK FKIP UKSW dapat melaksanakan pendidikan dengan baik di Perguruan Tinggi, mereka harus mencurahkan pikiran dan tenaganya selama beberapa tahun untuk belajar di
3
perguruan tinggi dengan mengikuti kuliah secara tertib, mempelajari buku-buku yang pada umumnya ditulis dalam bahasa asing, mengerti dan menghafalkan berbagai macam teori dan pengertian, melakukan penelitian serta membuat laporan-laporan tertulis. Hal ini dilakukan oleh mahasiswa supaya mereka dapat menguasai materi yang sedang dipelajari dengan baik. The Liang Gie (2004) menambahkan supaya semua tugas mahasiswa dapat dikerjakan dengan baik, mahasiswa wajib melakukan kegiatan belajar dan mengikuti pengaturan waktu secara disiplin supaya dapat mendalami suatu ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah dengan mempelajari kembali materi kuliah yang sudah dibahas ketika kuliah. Pada umumnya di Perguruan Tinggi, keberhasilan peserta didik dapat diketahui berdasarkan prestasinya di bidang akademik. Penilaian prestasi belajar itu dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan untuk tujuan penguasaan kompetensi setiap mata kuliah. Penilaian kuantitatif menunjuk pada jumlah SKS yang sudah diambil oleh seorang mahasiswa, sedangkan penilaian kualitatif dilakukan dengan memberikan lambang nilai berupa aksara A yang setara dengan nilai 4, B yang setara dengan nilai 3, C yang setara dengan nilai 2, D yang setara dengan nilai 1 atau E yang setara dengan nilai 0. Selanjutnya aksara nilai tersebut dibuat untuk menentukan indeks prestasi (IP) pada setiap semester dan menjadi patokan bagi tercapainya prestasi belajar mahasiswa (Ginting 2003). Tinggi rendahnya kualitas belajar seorang mahasiswa diketahui berdasarkan indeks prestasi komulatif (IPK) yang merupakan tolok ukur dalam proses penilaian. Tidak mengherankan jika bentuk-
4
bentuk penghargaan terhadap prestasi mahasiswa mengacu pada perolehan indeks prestasi komulatif (IPK). Prestasi akademik yang dicapai oleh seorang mahasiswa merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam diri mahasiwa maupun dari luar diri mahasiswa (Hanifah dan Abdullah, 2001). Mahasiswa harus bisa mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademiknya, seperti perilaku belajar, karena hal ini diperlukan agar mahasiswa tahu sejauh mana faktorfaktor tersebut mempengaruhi prestasi akademiknya. Masalah yang sering muncul bahwa dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, ada beberapa mahasiswa yang memiliki perilaku belajar semaunya sendiri, dalam artian bahwa pada saat masuk kelas mengikuti perkuliahan hanya sekedar berangkat mengisi absensi, kemudian pada saat dosen menjelaskan materi, tidak sedikit mahasiswa yang asyik mengobrol dengan temannya. Selain itu juga hanya beberapa mahasiswa yang membuat catatan pada saat dosen menjelaskan. Dengan perilaku belajar yang seperti itu, apakah mahasiswa dapat mencapai tujuan utama belajar, yaitu mendapatkan nilai yang bagus dan pengetahuan yang mumpuni. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian Endang (2009) menemukan bahwaperwujudan perilaku belajar yang terdiri dari aspek kebiasaan mengikuti kuliah, kebiasaan membaca buku teks, kunjungan ke perpustakaan dan kebiasaan menghadapi ujian, berpengaruh terhadap
5
prestasi akademik mahasiswa akuntansi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, teruji kebenarannya. Hanifah dan Abdullah (2001) melakukan penelitian yang berkaitan dengan pengaruh perilaku belajar dengan prestasi akademik. Dari hasil penelitian tersebut diungkapkan bahwa perilaku belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa. Syukriy (dalam Hanifah dan Abdullah, 2001) menemukan bahwa perilaku belajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar. Klein (dalam Slameto, 2003) memaparkan kalau seseorang mengetahui bagaimana perilaku yang baik, maka dia akan mendapatkan nilai akademik yang bagus. Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat penting, sehingga perilaku belajar yang baik merupakan hal yang harus diperahatikan oleh seorang mahasiswa.
1.2
Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : Apakah perilaku belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW ?
6
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi
pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW Salatiga.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat teoritis : Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya pada kajian yang sama dengan ruang lingkup yang lebih luas. 1.4.2
Manfaat Praktis : a.
Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan dan
memperluas
pengetahuan
mahasiswa, serta
mahasiswa
dapat
mengetahui sejauh mana pengaruh perilaku belajar terhadap prestasi akademik. Penelitian ini sekaligus memberikan informasi tentang perilaku belajar yang ideal yang seharusnya diterapkan mahasiswa dalam menempuh studinya.
7
b.
Bagi Progdi BK Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagaimana sebaiknya progdi Bimbingan dan Konseling agar dapat meningkatan kualitas pendidikannya sehingga dapat memacu perilaku belajar mahasiswa agar lebih baik lagi.
8