1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Susu formula merupakan susu sapi yang susunan nutrisinya diubah sedemikian rupa hingga dapat diberikan kepada bayi tanpa memberikan efek samping. Susu formula dapat menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah, atau kesulitan buang air kecil. Di negara berkembang, lebih dari 10 juta bayi meninggal dunia per tahun, 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan masalah gizi yang sebenarnya dapat dihindarkan. Penelitian di 42 negara berkembang menunjukkan bahwa pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan merupakan intervensi kesehatan masyarakat yang mempunyai dampak positif terbesar untuk menurunkan angka kematian balita, yaitu sekitar 13% (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Kurangnya informasi yang ibu dapat setelah melahirkan dan pengaruh kemajuan teknologi dalam perubahan sosial budaya juga menyebabkan ibu di perkotaan pada umumnya memberikan susu formula hal ini disebabkan karena susu formula merupakan alternatif tercepat yang mereka pilih untuk mengatasi kebutuhan bayi selama mereka bekerja, hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif (Depkes RI, 2002).
1
2
Angka cakupan ASI eksklusif di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 33% dan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka cakupan tahun 2006 sebesar 36% (Dinkes Pro Sumut, 2007). Kota Medan dengan wilayah kerja 39 puskesmas dan 40 pustu yang tersebar di 21 kecamatan mempunyai angka cakupan ASI eksklusif pada tahun 2006 sebesar 4,8%, tahun 2007 sebesar 1,8% dan pada tahun 2008 cakupan ASI eksklusif sebesar 3,04%. Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar (Afifah, 2007). Pemberian ASI dapat menurunkan resiko kematian bayi. Kita ketahui bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator kesehatan di suatu negara. Data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2007 menunjukkan AKB di Indonesia cukup tinggi yaitu 34/1000. Pemberian makanan pendamping ASI yang benar dapat menurunkan angka kematian balita sebesar 6%. Perilaku memberikan ASI secara eksklusif pada bayi sejak lahir hingga usia 6 bulan dapat menurunkan angka kematian 30.000 bayi di Indonesia tiap tahunnya (Sentra Laktasi Indonesia, 2007). Penelitian Ariefudin, dkk (2010) menunjukkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif lebih banyak yang mengalami ISPA dibandingkan bayi yang diberikan ASI eksklusif.
3
Beberapa faktor ibu tidak menyusui bayinya dengan alasan yang paling sering dikemukakan sebagai berikut : ASI tidak cukup, ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan, takut ditinggal suami, tidak diberi ASI tetap berhasil jadi orang, bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mendiri dan manja, susu formula lebih praktis, takut badan menjadi gemuk (Roesli, 2005). Alasan utama Ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif yaitu faktor umur, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan. Rendahnya keinginan dan pemahaman ibu tentang pentingnya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran hidup kelahiran bayinya, hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI (Prasetyono, 2009). Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan akan mempengaruhi perilaku masyarakat dibidang kesehatan. Tidak hanya perilaku saja, masih ada faktorfaktor lain. Pengetahuan juga akan turut menentukan baik buruknya kondisi lingkungan dan pelayanan kesehatan di suatu masyarakat. Masyarakat dengan tingkat pengetahuan memadai, lebih mudah dibawa dalam perilaku sehat, lebih mampu menciptakan kondisi lingkungan sehat, serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan. Pengetahuan seseorang diperoleh melalui berbagai pendidikan baik formal maupun informal. Pengetahuan juga didapatkan dari pengalaman selama hidup seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian, akhir-akhir ini didapat kesan bahwa penggunaan susu botol/susu formula sebagai pengganti Air Susu Ibu semakin meluas dikalangan ibu-
4
ibu tidak hanya di kota tetapi sudah menjalar ke desa. Hasil menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif di perkotaan mempunyai range antara 4-12%, di pedesaan 425%. Sedangkan cakupan ASI eksklusif yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah sebesar 80% (Depkes RI, 2005). Hasil penelitian Erfiana (2012), tentang faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula yaitu pengetahuan, menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 8 responden (34,8%), sedangkan pada ibu yang tidak memberikan susu formula sebagian besar pengetahuan baik yaitu sebanyak 30 responden (90,9%) sehingga pengetahuan ibu mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi. UNICEF menyebutkan bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh Journal Pediatric tahun 2006, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki kemungkinan meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya dan peluang itu 25 kali lebih tinggi dari pada bayi yang disusui ibunya secara eksklusif. Menurut UNICEF faktor penghambat terbentuknya kesadaran orang tua dalam pemberian ASI ekslusif adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya ASI, cara/teknik menyusui yang benar, serta pemasaran yang di gencarkan secara agresif oleh produsen susu (UNICEF, 2008). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani dari bulan Januari-April 2014 didapatkan 15 ibu yang memberikan asi eksklusif dan 30 ibu memberikan susu formula pada bayi. Faktor yang mempengaruhi ibu memberikan susu formula adalah ketidaktahuan ibu tentang pentingnya asi eksklusif untuk bayi
5
dibawah umur 6 bulan (Soetjiningsih, 1997). Berdasarkan status pendidikan, kebanyakan ibu hanya sampai tingkat sekolah dasar. Rendahnya pendidikan ibu yang berpengaruh pada keputusan ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dan faktor pekerjaan ibu juga berpengaruh dalam pemberian asi esklusif karena waktu yang mereka miliki lebih mendominasi ke pekerjaan mereka sehingga ibu yang bekerja lebih memilih untuk memberikan susu formula (Suharjo, 1992). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ” faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan.
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
6
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Apakah pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
2.
Apakah pendidikan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
3.
Apakah umur ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 06 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
4.
Apakah pekerjaan ibu berhubungan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Untuk Institusi Pendidikan Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan bahan tambahan perpustakaan. 1.4.2. Untuk Dinas Kesehatan Kota Medan Sebagai informasi terbaru bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk penyusunan program kesehatan berikutnya. 1.4.3. Untuk Peneliti Selanjutnya Sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya tentang pemakaian susu formula pada bayi dengan disain penelitian yang berbeda dan variabel-variabel penelitian yang lebih lengkap.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Susu Formula 2.1.1. Definisi Susu Formula Susu formula adalah cairan yang dihasilkan oleh kelenjer (mammae) baik binatang maupun seorang ibu. Susu formula adalah cairan yang berisi zat-zat didalamnya tidak mengandung antibody, sel darah putih, zat pembunuh bakteri, enzim, hormone dan faktor pertumbuhan (Roesli, 2000). Susu formula adalah susu cair atau bubuk dengan komposisi tertentu untuk bayi atau anak yang berfungsi sebagai pengganti air susu ibu. Susu formula biasanya diberikan jika karena alasan tertentu kondisi ibu tidak bisa memenuhi kebutuhan susu si bayi, misalnya karena bekerja, karena air susu ibu yang keluar sedikit dan lain-lain. Tidak semua anak atau bayi mau minum susu formula, oleh sebab itu susu tersebut diberikan dengan memperhatikan aspek dan kondisi bayi atau anak yang bersangkutan. Susu formula adalah susu yang dibuat dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI. Alasan dipakainya susu sapi sebagai bahan dasar mungkin oleh banyaknya susu yang dapat dihasilkan oleh peternak (Pudjiadi, 2002). 2.1.2. Jenis Susu Formula Susu formula terbuat dari susu sapi, susu kedelai, protein hidrolisa yang susunan gizinya diubah sedemikian rupa sehingga mendekati susunan zat gizi dalam
7
8
ASI. Di Indonesia telah beredar berbagai merek dagang, akan tetapi susu formula dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu sebagai berikut: 1.
Susu formula adapted Adapted berarti disesuaikan dengan fisiologis bayi, susu formula ini komposisinya sangat mendekati ASI, sehingga cocok untuk digunakan bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Formula adapted yang beredar di Indonesia antara lain: Vitalac, Nutrilion, Bebelac, Dumex dan Enfamil.
2.
Susu formula complete starting Susunan zat gizi dalam susu formula ini sudah lengkap sehingga dapat diberikan sebagai susu awal (permulaan). Berbeda dengan susu formula adapted, kadar protein dan mineralnya lebih tinggi dibandingkan susu formula adapted, karena sscara pembuatan susu formula complete starting lebih mudah dibandingkan dengan susu formula adapted maka harga susu formula complete starting lebih murah. Susu formula complete starting yang beredar di Indonesia antara lain: SGM-1, Lactogen-1, dan New camelpi.
3.
Susu formula follow-up Pengertian follow-up dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu mengganti susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula follow-up. Susu formula ini digunakan pada bayi yang berumur 6 bulan keatas. Pada umumnya susu formula ini mengandung protein dan mineral. Contoh susu formula followup yaitu antar lain: lactogen-2, SGM-2, Chilmil, Promil dan Nutrima (Muchadi, 1996).
9
2.1.3. Komposisi Susu Formula Susu sapi (susu formula) dan ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein (casein). Whey adalah protein halus, lembut, dan mudah dicerna. Kasein adalah protein yang bentuknya kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi. Protein susu yang utama adalah whey, sedangkan susu sapi yang utama adalah casein, ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglubin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Susu sapi tidak mengandung taurin, taurin adalah protein otak, susunan saraf juga penting untuk pertumbuhan retina, mengandung kalsium, sedikit mengandung zat besi, mengandung natrium, kalium, fosfor, dan chlor dan susu formula tidak terdapat sel darah putih, zat pembuluh bakteri anti bodi, mengandung enzim,hormon dan juga tidak mengandung faktor pertumbuhan (Afifah, 2007). 2.1.4. Bahaya Pemberian Susu Formula Berbagi dampak negatif yang terjadi pada bayi akibat dari pemberian susu formula, antara lain: 1.
Pencemaran Susu buatan sering tercemar bakteri, terutama bila ibu menggunakan botol dan tidak merebusnya setiap selesai memberi minum. Bakteri tumbuh sangat cepat pada minuman buatan.
10
2.
Infeksi Susu formula tidak mengandung antibody untuk melindungi tubuh bayi terhadap infeksi. Bayi yang diberi susu formula lebih sering sakit diare dan infeksi saluran nafas
3.
Pemborosan Ibu dari kelompok ekonomi rendah mungkin tidak mampu membeli cukup susu formula untuk bayinya. Mereka mungkin member dalam jumlah lebih sedikit dan mungkin
menaruh sedikit susu atau bubuk susu kedalam botol, sebagai
akibatnya bayi yang diberi susu formula sering kelaparan dan akhirnya dapat menyebabkan kurang nya gizi pada bayi. 4.
Kekurangan vitamin Susu formula tidak mengandung vitamin yang cukup untuk bayi. Menurut Richard dan Victor, (1992). ASI mengandung lebih banyak vitamin C dan vitamin D.
5.
Kekurangan zat besi Zat besi dari susu formula tidak diserap sempurna seperti zat besi dan ASL bayi yang diberi minuman buatan seperi susu formula dapat terkena anemia karena kekurangan zat besi.
6.
Lemak yang tidak cocok Susu formula yang terbuat dari susu sapi mengandung banyak asam lemak jauh dibandingkan ASI. Untuk pertumbuhan bayi yang sehat di perlukan asam lemak esensial dan asam linoleat yang cukup dan mungkin juga tidak mengandung
11
kolesterol yang cukup bagi pertumbuhan otak dan sebagai penyebab kegemukan (obesitas) pada bayi dan sebagian susu formula tidak mengandung energi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan bayi. 7.
Protein yang tidak cocok Susu formula mengandung terlalu banyak kasein, kasein mengandung campuran asam amino yang tidak cocok dan sulit dikeluarkan atau dicerna oleh ginjal bayi yang belum sempurna. Petugas kesehatan sering menganjurkan kepada ibu-ibu untuk mengencerkan susu formula dengan air untuk mengurangi protein total. Tetapi susu yang diencerkan tidak mengandung asam amino esensial yang cukup yang diperlukan bagi pertumbuhan otak bayi.
8.
Tidak bisa dicerna Susu formula lebih sulit dicerna karena tidak mengandung enzim lipase untuk mencerna lemak. Karena susu formula lambat dicerna maka lebih lama untuk mengisi lambung bayi dari pada ASI, akibatnya bayi tidak cepat lapar. Bayi yang diberi susu formula bisa dapat menderita sembelit, yaitu tinja menjadi lebih keras dan tebal (Nelson, 2000).
9.
Elergi Bayi yang diberi susu formula terlalu dini kemungkinan menderita lebih banyak masalah alergi, misalnya: asma. Pengguna susu formula yang tidak tepat dapat menimbulkan bahaya. Menurut Nursalam (2005), ada tiga macam bahaya yang ditimbulkan akibat
pemberian susu formula pada bayi:
12
1.
Infeksi: dapat menyebabkan bayi menderita diare. Bayi dengan susu formula 4 kali lebih banyak terkena diare dibandingkan dengan yang diberi ASI. Infeksi umumnya disebabkan karena bakteri.
2.
Oral moniliasis: infeksi yang disebabkan amur pada susu yang juga menimbulkan diare, pada bayi yang mengkonsumsi susu formula 6 kali lebih banyak terkena moniliasis pada mulut bayi.
3.
Marasmus gizi: suatu keadaan gizi buruk yang disebabkan kekurangan kalori dan protein. Pengenceran susu dengan air yang melebihi ketentuan bukan saja menurunkan kadar kalori tetapi juga kadar protein, sehingga kebutuhan bayi akan kedua zat gizi utama tersebut tidak terpenuhi.
2.2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Susu Formula 1.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba dan sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2004). Pengetahuan yang kurang juga dapat dilihat dalam pemberian makanan terhadap bayinya berdasarkan hasil wawancara mendalam antara lain: menyusui bayinya sekaligus diberi susu formula, subjek memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berumur 6 bulan.
13
Hasil penelitian Nurhudah (2012), menunjukkan bahwa pengetahuan ibu berHubungan dengan pemberian susu formula. Pengetahuan ibu yang baik akan menganggap ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi berencana untuk memberikan ASI selama 6 bulan. Pengetahuan ibu terhadap pemberian makanan bayi menjadi prediktor kuat dalam pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Gibney (2005), menyatakan bahwa pengetahuan ibu adalah hal yang mendasar terhadap pemberian susu formula yang membuat para ibu tidak melakukan ASI eksklusif selama 6 bulan. Menurut penelitian yang dilakukuan Ida (2012), menunjukkan bahwa ada hubungan penegetahuan dengan pemberian susu formula terhadap bayi 0-6 bulan. Pengetahuan yang baik cenderung membrikan ASI eksklusif dibandingkan dengan pemeberian suus formula. 2.
Umur Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih, matang dalam berfikir dan bekerja. Umur merupakan periode terhadap pola pola kehidupan baru dan harapan harapan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang dimiliki. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari kepercayaan masyarakat seseorang lebih
14
dewasa akan lebih dipercaya dari yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa. Umur berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. macam-macam usia menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diklasifikasi sebagai berikut: 1.
Usia menikah adalah usia yang dianggap cocok secara fisik dan mental untuk menikah (kira-kira diatas 20 tahun).
2.
Usia produktif adalah usia ketika seorang atau masih mampu bekerja menghasilkan sesuatu.
3.
Usia reproduktif adalah masa diantara pubertas dan menopause yang pembuahannya sering kali jadi positif. a.
Usia sekolah adalah usia dianggap cocok bagi anak secara fisik dan mental untuk masuk sekolah.
b.
Usia lanjut adalah tahap masa tua (usia 60 tahun ke atas).
c.
Usia senja adalah usia 50 tahun ke atas.
Umur ibu merupakan faktor lingkungan biologis yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir (factor Postnatal). Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ organ ibunya, sesuatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri (Marimbi, 2010).
15
Usia menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Berdasarkan pengertian di atas usia ibu dalam penelitian ini adalah lama seorang ibu hidup sampai melahirkan. Jika dilihat dari sisi biologis manusia 25-35 merupakan tahun yang terbaik wanita untuk menyusui karena selain diusia ini kematangan organ reproduksi dan hormone telah bekerja dengan baik juga belum ada penyakit-penyakit. Usia aman untuk ibu dalam menyusui anak adalah 25-35 tahun. Ibu menyusui dibawah umur 20 tahun akan mengalami berbagai masalah dalam pemberian ASI eksklusif dan juga usi ibu diatas 35 tahun juga mengalami masalah dalam pemberian ASI eksklusif. Umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu umur dibawah 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani dan sosial (Arini H, 2012). Faktor usia sangat berhubungan dengan pemberian susu formula. Hal ini didukung oleh para peneliti yang tertera diatas. 3.
Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran sehingga dalam pendidikan itu perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan seseorang) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo, 2003).
16
Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi pemberian susu formula. Pendidikan diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal yang berguna dalam pemeliharaan kesehatannya begitu juga dalam hal pemberian susu formula. Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan
menjadi
pengetahuan (Arini H, 2012). Pendidikan paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup dan meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih mengetahui tentang hal kesehatan maupun dalam hal menyusui. Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan susu formula. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sangat mempengaruhi ibu dalam pemberian susu formula terhadap bayi usi 0-6 bulan (Airi H, 2012). 4.
Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan ibu untuk memenuhi kebutuhannya, bila kita ingin melihat pekerjaan mayoritas dari ibu karena kemungkinan sebagian ibu bukanlah pekerja yang berpenghasilan cukup sehingga kebanyakan ibu menganggap sosial ekonomi keluarga akan mengganggu dalam pemenuhan nutrisi anaknya dikarenakan oleh pengaruh
17
persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan teknologi baru (Notoadmojo, 2003). Sebagian ibu lebih mementingkan diri sendiri dan pekerjaannya sehingga memberikan susu formula dan meninggalkan ASI eksklusif dengan alasan bekerja ditempat yang jauh, sibuk dengan aktifitas sehari-hari. Ditempat kerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui sehingga hal ini lah yang membuat ibu memberikan susu formula kepada bayi usia 0-6 bulan. Bagi ibu pekerja sangat sulit dalam pemberian ASI eksklusif sehingga bayi tidak mendapatkan haknya, yakni makanan alami terbaik yang melekat terhadap tubuhnya. Sebagai gantinya bayi terpaksa mengkonsumsi susu formula yang harganya mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh daya beli rumah tangga. Memberi susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sebagai gnati ASI selama ibu bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa status sangat berhubungan dengan pemeberian susu formula terhadap bayi usi 0-6 bulan (Yamina, 2005).
18
2.3. Kerangka Konsep Variabel Independent
Variabel Dependent
Faktor-faktor yang berhubungan : 1. Pengetahuan 2. Umur
Pemberian Susu Formula
3. Pendidikan 4. Pekerjaan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
2.4. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
2.
Ada hubungan umur bayi dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
3.
Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
4.
Ada hubungan pekerjaan orang tua dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dan dipahami dan disimpulkan yaitu untuk menganalisis faktor yang bethubungan dengan pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian yang sama ditempat tersebut dan masih tinggi pemberian susu formula pada bayi umur 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-April 2014, adapun kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Pengajuan judul, penyiapan ijin lokasi, penyusunan proposal, persiapan ujian, ujian proposal, pengumpulan data, analisa data, konsultasi laporan penelitian, seminar hasil penelitian dan penggandaan hasil penelitian.
19
20
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani sebanyak 45 orang. 3.3.2. Sampel Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Dengan menggunakan metode total sampling mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sebagai sampel.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer Data primer dikumpulkan dengan instrument penelitian yaitu, kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian susu fomula pada bayi usia 0-6 bulan. 3.4.2. Data Sekunder Data yang didapatkan dari Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1.Variabel Independen 1.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang susu formula pada bayi yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap responden.
21
Kategori pengetahuan : 0. Buruk 1. Baik Untuk mengukur pengetahuan maka disusun 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban “benar dan salah”. Jika responden menjawab “benar” maka diberi skor 1, jika responden menjawab “salah” maka diberi skor 0. Maka nilai tertinggi adalah 10 dan nilai terendah adalah 0. 0. Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari 10 = 0-5 1. Baik, jika jawaban responden memiliki total skor ≥ 76 % dari 10 = 6-10 (Nursalam, 2003). 2.
Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat tidak ada lagi. Kategori umur : 0. <20 dan > 35 Tahun : resiko tinggi 1. 20-35 Tahun
: resiko rendah
3. Pendidikan adalah proses belajar yang pernah ditempuh secara formal didalam lembaga pendidikan terakhir yang diikuti responden: 0.
Pendidikan rendah bila SD-SLTP/sederajat
1.
Pendidikan menengah apabila SLTA/SMA
2.
Pendidikan tinggi apabila AKADEMI/Sarjana
4. Pekerjaan adalah Aktifitas yang dilakukan oleh responden untuk memenuhi kehidupanya dengan kategori: 0. Rendah, jika tidak bekerja 1. Tinggi, jika bekerja.
22
3.5.2 Variabel Dependen Pemilihan pendamping ASI yang diberikan oleh ibu adalah susu formula dengan Kategori : 0. Susu formula 0-6 bulan 1. ASI eksklusif 0-6 bulan
3.6. Metode Pengukuran 3.6.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur No 1
Variabel Pengetahuan
2
Umur
3
Pendidikan
4
Pekerjaan
Cara dan Alat Ukur Kuesioner (Quesioner) Kuesioner (Quesioner)
Skala Ukur Ordinal
Kuesioner (Quesioner) Kuesioner (Quesioner)
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Hasil Ukur 0. Buruk 1. Baik 0. <20 dan >35 Tahun 1. 20-35 Tahun 0. Rendah 1. Tinggi 0. Bekerja 1. Tidak bekerja
3.7. Pengolahan Data dan Analisa 3.7.1. Pengolahan Data 1.
Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
23
2.
Coding Coding yaitu kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu variabel.
3.
Data Entry Data entry yaitu kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat kontigensi.
4.
Melakukan teknik analisis Dalam melakukan analisi, khususnya terhadap data penelitan akan menggunakan statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Alimul, 2008).
3.8. Analisis Data 3.8.1. Analisis Univariat Analisa data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing masing variabel independen.
24
3.8.2. Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan lalu dilakukan uji statistic Chi-square kemudian hasilnya dinarasikan.
25
BAB IV HASILPENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.Letak dan Luas Wilayah Kelurahan Kemenangan Tani merupakan salah satu Kelurahan dari 9 (sembilan) Kelurahan yang terdapat di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan dengan luas ± 150 hektar dan terdiri dari 5 lingkungan yang memiliki batas batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatas dengan Kelurahan Simp. Selayang Kec. Medan Tuntungan. 2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan. 3. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Lau Cih Kec. Medan Tuntungan. 4. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Namo Gajah Kec. Medan Tuntungan. Kelurahan Kemenangan Tani memiliki data monografi sebagai berikut: 1.
Jarak dari Titik Nol Kota Medan
: 18 KM
2.
Jarak dari Kantor Camat Medan Tuntungan
: 400 Meter
3.
Jarak dengan Kabupaten lain terdekat
: 3 KM
4.2. Analisa Univariat Analisa Univariat dalam penelitian ini meliputi frekuensi dari karakteristik responden variabel dependen baik variabel independent yang meliputi tingkat pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan. 25
26
4.2.1.Pemberian Susu Formula Untuk mengetahui
pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di
Kelurahan Kemenangan Tani dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pemberian Susu Formula di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan No 1 2
Pemberian Susu Formula Memberikan Susu formula Memberikan Asi Eksklusif Total
f 25 20 45
% 55,6 44,4 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pemberian susu formula mayoritas dengan memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 25 responden (55,6%) dan minoritas dengan memberikan ASI eksklusif sebanyak 20 responden (44,4%). 4.2.2.Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Susu Formula Untuk melihat tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan disusun sebanyak 10 pertanyaan dan dapat dilihat pada tabel 4.2 : Tabel 4.2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Susu Formula No
Pernyataan Pengetahuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Susu Formula Baik dari Pada ASI Usia 0-6 Bulan diberi Susu Formula Susu Formula itu Penting Bagi Bayi Pengertian Susu Formula Bahan Pembuatan Susu Formula Usia Pemberian Susu Formula Dampak dari Susu Formula Kandungan ASI ASI Mengandung Imun yang Akan Melekat Pada Bayi Kekurangan Bayi yang Mengkonsumsi Susu Formula
10
Ya n 20 15 20 15 5 10 5 10 15
% 44,4 33,3 44,4 33,3 11,1 22,2 11,1 22,2 33,3
n 25 30 25 30 40 35 40 35 30
20
44,4
25
Tidak % 55,5 66,6 55,5 66,6 88,8 77,7 88,8 77,7 66,6 55,5
27
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab Ya pada pernyataan no 1 sebanyak 20 orang (44,4%), yang menjawab Tidak sebanyak 25 orang (55,5%), yang menjawab Ya pada peryataan no 2 sebanyak 15 (33,3%), yang menjawab Tidak sebanyak 30 orang (66,6%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 3 sebanyak 20 (44,4%), yang menjawab Tidak sebanyak 25 orang (55,5%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 4 sebanyak 15 orang (33,3%), yang menjawab Tidak sebanyak 30 orang (66,6%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 5 sebanyak 5 orang (11,1%), yang menjawab Tidak sebanyak 40 orang (88,8%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 6 sebanyak 10 orang (22,2%), yang menjawab Tidak sebanyak 35 orang (77,7%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 7 sebanyak 5 orang sebanyak (11,1%), yang menjawab Tidak 40 orang (88,8%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 8 sebanyak 10 orang (22,2), yang menjawab Tidak ada sebanyak 35 orang (77,7%), yang menjawab Ya pada pernyataan no 9 sebanyak 15 orang (33,3%), yang menjawab Tidak ada sebanyak 30 orang (66,6%) dan yang menjawab Ya pada pernyataan no 10 ada sebanyak 20 orang (44,4%) dan menjawab Tidak sebanyak 25 orang (55,5%). Berdasarkan pernyataan diatas maka tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian susu formula dapat dikategorikan pada tabel 4.3:
28
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan No 1 2
Tingkat Pengetahuan
f 26 19 45
Buruk Baik Total
% 57,8 42,2 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kategori ibu yang berpengetahuan baik tentang pemberian susu formula pada bayi sebanyak 19 responden (42,2%) dan yang pengetahuannya buruk tentang pemberian susu formula pada bayi sebanyak 26 responden (57,8%). 4.2.3. Umur Untuk melihat umur responden di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.4: Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Kemenangan Tani No 1 2
Umur <20 dan >35 Tahun 20-35 Tahun Total
f 24 21 45
% 53,3 46,6 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang berumur <20 dan >35 lebih banyak memberikan susu formula pada bayi sebanyak 24 responden (53,3%) dan ibu yang berumur 20-35 tahun lebih sedikit memberikan susu formula pada bayi sebanyak 21 responden (46,6%).
29
4.2.4. Tingkat Pendidikan Ibu Untuk melihat tingkat pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani dapat dilihat pada tabel 4.5: Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu tentang Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani No 1 2
Pendidikan Rendah Tinggi Total
f 27 18 45
% 60 40 100
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa mayoritas responden dengan berpendidikan rendah sebanyak 27 responden (60%) dan minoritas dengan berpendidikan tinggi sebanyak 18 responden (40%). 4.2.5. Tingkat Pekerjaan Ibu Untuk mengetahui pekerjaan responden tentang pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani dapat dilihat pada tabel 4.6: Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu tentang Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan No 1 2
Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Total
f 28 17 45
% 62,2 37,7 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mayoritas dengan bekerja sebanyak 28 responden (62,2%) dan minoritas responden yang tidak bekerja sebanyak 17 responden (37,7%).
30
4.3. Analisa Bivariat Analisa statistik untuk menguji apakah ada hubungan antara pengetahuan, umur, pendidikan dan pekerjaan dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. 4.3.1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan Untuk melihat hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan pada tabel 4.7: Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
No 1 2
Pengetahuan Buruk Baik Total
Pemberian Susu Formula Ya Tidak n % n % 20 76,9 6 23,1 5 26,3 14 73,7 25 55,6 20 44,4
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
Total n 26 19 45
% 100,0 100,0 100,0
Prob
0,002
dari 26 responden yang
berpengetahuan buruk, yang memberikan susu formula sebanyak 20 responden (76,9%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 6 responden (23,1%). Kemudian dari 19 responden yang berpengetahuan baik, yang memberikan susu formula sebanyak 5 responden (26,3%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 14 responden (73,7%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan
31
pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. 4.3.2. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Untuk melihat hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.8: Tabel 4.8. Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
No 1 2
Umur <20 dan >35 tahun 20-35 tahun Total
Pemberian Susu Formula Ya Tidak n % n % 19 79,2 5 20,8 6 28,6 15 71,4 25 55,6 20 44,4
Total n 24 21 45
% 100,0 100,0 100,0
Prob
0,002
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 24 responden yang berumur <20 dan >35 tahun, yang memberikan susu formula sebanyak 19 responden (79,2%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 5 responden (20,8%). Kemudian dari 21 responden yang berumur 20-35 tahun yang memberikan susu formula sebanyak 6 responden (28,6%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 15 responden (71,4%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
32
4.3.3. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Untuk melihat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.9: Tabel 4.9. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Medan Tuntungan
No 1 2
Pendidikan Rendah Tinggi Total
Pemberian Susu Formula Ya Tidak n % n % 22 81,5 5 18,5 3 16,7 15 83,3 25 55,6 20 44,4
n 27 18 45
Total % 100,0 100,0 100,0
Prob
0,000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 27 responden yang berpendidikan rendah, yang memberikan susu formula sebanyak 22 responden (81,5%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 5 responden (18,5%). Kemudian dari 18 responden yang berpendidikan tinggi, yang memberikan susu formula sebanyak 3 responden (16,7%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 15 responden (83,3%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan.
33
4.3.4. Hubungan Tingkat Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan Untuk melihat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan dapat dilihat pada tabel 4.10 : Tabel 4.10. Hubungan Tingkat Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Kelurahan Kemengan Tani Medan Tuntungan
No 1 2
Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Total
Pemberian Susu Formula Ya Tidak n % n % 22 78,6 6 21,4 3 17,6 14 82,4 25 55,6 20 44,4
Total n 28 17 45
% 100,0 100,0 100,0
Prob
0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 28 responden ibu yang bekerja, yang memberikan susu formula sebanyak 22 responden (78,6%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 6 responden (21,4%). Kemudian dari 17 responden yang tidak bekerja, yang memberikan susu formula sebanyak 3 responden (17,6%) dan yang tidak memberikan susu formula sebanyak 14 responden (82,4%). Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan
34
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Faktor Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 76,9%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chiSquare diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa ibu yang pengetahuan baik akan memberikan ASI eksklusif sebagai makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan, sedangkan ibu yang berpengetahuan rendah akan berhubungan dengan pemberian susu formula. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurhada (2012). yang menyatakan pengetahuan ibu berhubungan dengan praktek pemberian ASI maupun susu fomula, ibu yang pengetahuan baik akan memberikan ASI eksklusif sebagai makanan terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan sedangkan pengetahuan yang rendah akan berhubungan dengan pemberian susu formula. Menurut asumsi peneliti pengetahuan ibu memang mempengaruhi pemberian ASI maupun susu formula kepada bayinya. Ibu yang berpengetahuan baik pastilah akan memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, berbeda dengan ibu yang berpengetahuan rendah. Ibu yang berpengetahuan rendah akan lebih dominan memberikan bayinya susu formula. 34
35
5.2. Hubungan Faktor Umur dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berumur <20 dan >35 tahun yang memberikan susu formula pada bayi sebesar 79,2%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,002 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 06 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa ibu yang berumur <20 dan >35 tahun mayoritas memberikan bayinya susu formula. Hasil penelitian ini didukung oleh Arini H (2012), menyatakan bahwa umur yang lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun dan usia dibawah 20 tahun akan mengalami masalah dalam ASI eksklusif. Hasil pengujian dengan uji chi-square menunjukkan bahwa umur ibu dengan pemebrian susu formula. Dalam hal ini menyatakan bahwa umur merupakan secara bermakna ada yang sangat berpengaruh dalam pemberian susu formula. Hasil ini menyatakan bahwa umur ibu <20->35 berhubungan dengan pemberian dengan faktor-faktor pemberian susu formula. Menurut asumsi peneliti umur ibu memang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi, hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, terutama faktor produksi ASI yang belum ataupun yang tidak sempurnah.
36
5.3. Hubungan Faktor Tingkat Pendidikan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi Usia 0-6 Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu berpendidikan rendah yang memberikan susu formula pada bayi sebesar 81,5%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. Mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan rendah lebih memilih memberikan susu formula pada bayinya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Airini H (2012), menyatakan tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Variabel ini mempengaruhi cara berfikir seseorang, pendidikan seseorang akan menentukan caranya untuk mengerti masalah kesehatan. Menurut asumsi peneliti pendidikan ibu mempengaruhi pemberian susu pada bayi, karena pendidikan yang rendah akan mengakibatkan kurang pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah terutama masaalah dalam pemberian ASI ekslusif pada bayi.
5.4. Hubungan Faktor Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula pada Bayi 0-6 Bulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu bekerja yang memberikan susu formula sebesar 78,6%. Hasil analisis statistik menggunakan uji chi-Square diperoleh
37
probabilitas 0,000 < α 0,05 berarti Ho ditolak, artinya terdapat hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani Kec. Medan Tuntungan. mengacu pada uji tersebut menunjukkan bahwa ibu yang bekerja cenderung memberikan susu formula pada bayinya. Hal ini dikarenakan mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka membiasakan bayi mereka menyusu dari botol sejak dini. Padahal ibu yang tidak bekerja
bisa meluangkan waktu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena ASI eksklusif mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pertumbuhan bayi. Sering kali ibu bekerja mengalami dilema dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya meskipun kelompok ini tahu manfaat dan keunggulan ASI, namun sulit untuk memperaktekkan nya. Alokasi waktu kerja sehari-hari yang banyak berada diluar rumah dan tempat kerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI ibu bekerja sehingga tidak bisa merawat bayi sepenuhnya. Pemberian ASI yang tidak bisa dilakukan secara penuh biasanya akan didampingi sengan susu formula. Padahal sebenarnya ibu yang bekerja penuh waktu tetap dapat memberikan ASI eksklusif. Pada prinsipnya, pemberian ASI dapat diberikan secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian sacara langsung sudah jelas dengan cara menyusui sedangkan pemberian ASI secara tidak langsung dilakukan dengan cara memerah atau memompa ASI, menyimpannya untuk kemudian diberikan pada bayi.
38
Fakta membuktikan, banyak ibu-ibu yang bekerja menghentikan pemberian ASI eksklusif dengan alasan tidak memiliki banyak waktu. Padahal sebenarnya, bekerja bukanlah alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, kelengkapan memompa ASI dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat memberi ASI secara eksklusif. Pekerjaan merupakan alasan yang sering digunakan oleh ibu untuk berhenti menyusui bayinya. Didaerah perkotaan, ibu banyak banyak turut bekerja mencari nafkah, sehingga tidak dapat menyusui bayinya secara teratur. Sebenarnya walaupun ibu bekerja, ibu masih bisa untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya (Roesli, 2000). Penelitian ini didukung oleh (Yaminah, 2005) menyatakan bahwa ibu yang bekerja dikantor atau ibu yang memiliki aktifitas dirumah kebanyakan tidak memberikan ASI. Hal ini dikarenakan tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui bayi saat ibu bekerja. Menurut asumsi peneliti bahwa salah satu faktor pemberian susu formula pada bayi 0-6 bulan dikarenakan oleh hubungan status pekerjaan ibu yang berada diluar rumah.
39
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
2.
Ada hubungan pendidikan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
3.
Ada hubungan umur ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani
4.
Ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian susu formula pada bayi usia 0-6 bulan di Kelurahan Kemenangan Tani.
6.2. Saran 1.
Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif dengan meninggalkan susu formula. Karena ASI ekskusif lebih penting dibandingkan susu formula, karena ASI mengandung zat yang tidak dimiliki susu formula.
2.
Diharapkan kepada petugas kesehatan supaya lebih memperhatikan tentang penyuluhan kesehatan manfaat ASI dan efek susu formula.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, 2007, Pentingnya Pemberian ASI, Bandung. Arini, 2012, Penelitian Tentang Faktor-Faktor Pemberian ASI, Jakarta. Badriah Laelatul Badriah, 2011, Giji dalam Kesehatan Reproduksi, Refika aditama: Bandung. Dinkes Jombang, 2006, Tentang perkembangan dalam praktek kebidanan, Jawa Timur. Dinkes NAD, 2003, Tentang perkembangan dalam praktek kebidanan, Banda Aceh. Dwi sunar raset yono, 2012, Buku pintar ASI eksklusif, Sampangan Gg. Perkutut. No 325 B. Ksanah,Nur, 2010, Asi atau susu formula Flash Books, Jogjakarta. Nelson, 2005, Ilmu kesehatan Anak ,Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Notoatmodjo,S, 2003, Pendidikan dan perilaku kesehatan, Rineka Cipta: Jakarta. , 2005, Metodelogi penelitian kesehatan, PT Rineka Cipta: Jakarta. Nursalam, 2003, Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi 1, EGC: Jakarta. Prasetyono, 2009, Memberi ASI Eksklusif Berbagai Faktor, Bandung. Roesli, 2005, Penelitian Tentang pemberian ASI, FKM muhammadyah, Makasar. Ronald.hs, 2011, Pedoman dan Perawatan Balita, CV NUANSA AULIA: Bandung. Sunaryo, 2004, Defenisi Pengetahuan, Jakarta. Yaminah, 2005, Penelitiam Hubungan Pekerjaan dengan Pemberian ASI, Makasar. .
41
Lampiran : 1 Kuesioner Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KELURAHAN KEMENANGAN TANI KEC. MEDAN TUNTUNGAN Identitas Responden 1. 2.
Nama : Alamat :
A. PENGETAHUAN Pilih lah salah satu jawaban yang sesuai menurut saudara yang benar: 1. Menurut ibu apakah susu formula itu lebih baik dari pada asi a. Ya b. Tidak 2. Menurut ibu pada usia berapakah bayi diberikan susu formula…... a. < 0-6 bulan b. > 0-6 bulan 3. Menurut ibu apakah susu formula itu penting bagi bayi yang berumur 0-6 bulan a. Ya b. Tidak 4. Menurut ibu apa yang dimaksud dengan susu formula? a. Susu yang berasal dari air susu ibu. b. Air susu ibu yang sudah dip eras dan dimasukan kedalam botol susu. c. Susu yang berasal dari susu sapi atau susu buatan yang diubah komposisinya. 5. Menurut ibu yang bukan termasuk bahan dari susu formula adalah… a. Susu sapi b. Susu kedelai c. Susu ibu 6. Susu formula seharusnya diberikan pada anak yang berusia… a. 0-12 bulan b. 6 bulan ke atas c. 0-6 bulan 7. Menurut ibu manakah yang termasuk dampak dari susu formula pada bayi 06 bulan… a. Diare dan alergi. b. Batuk berdahak dan mimisan c. Menangis dan kedinginan
42
8.
Kandungan apa saja yang terdapat di ASI ? a. Alfa-Laktabumin b. Promil c. Chimil 9. Apa saja imun dari ASI yang melekat pada bayi a. Taurin b. Casein 10. Apa kekurangan bayi yang mengkonsumsi susu formula a. Alergi b. Tidak ada B. UMUR 1. Pada usia berapakah ibu memberikan susu formula pada bayi…. a. <0-6 bulan b. > 0-7 bulan atau lebih. C. PENDIDIKAN 1. Pendidikan terakhir ibu a. SD b. SLTP c. SLTA d. Akademi/ perguruan tinggi. D. PEKERJAAN 1. Apakah kegiatan ibu sehari hari… a. IRT (tidak bekerja) b. Bekerja.
43
Lampiran 2. Master Data
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
1 B S B B S S B B S B S B S S S S B S S S S S S S S B S B S B B B B B B S B
2 B S B S S S B B S B S B B S S S B S S S S S S S S B S B S B B B S B B S B
3 S S B S S S B B B B S B B S B S B S B S B S B S S B S B S S S B S S B S B
4 S S B S B S B S B B B S B S B S S S B B B S B S S B B B B S S S S S S S S
Pengetahuan 5 6 7 B B S S B B S S S B B S B B B B B B S S B S S B B B B S S S B B B S S S B B B B B B B B S B B B S S S B B B B S S B B S B B S B B B B B S B B B B B B B S S B B B B B S B B B S B B S B B S S B S B B S B B S S S S S B S S S
8 S B S S S B B B S B S B S S S S S S S S S B S S S B B S B B B B B B S B S
9 B B S S S B B B S B S S S S S S S S S S S S S S S B B B B B B B B B S B S
10 S S S B S B S B B B S S S S S S S S S S S S S S S B B S B B B B B B S B S
Kategori 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
44
38 39 40 41 42 43 44 45
S S B B B S S B
S B B B B B S B
S B B B B B S B
S B B B B B B B
S B S B B S B B
S S S B S S B B
S S S B B B B S
B S S S S B B S
B S B S B S B S
B S S S S B B S
0 0 0 1 1 1 1 1
45
Master Data No
Umur
Kategori
Pendidikan
Kategori
Pekerjaan
Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
19 thn 18 thn 17 thn 37 thn 40 thn 23 thn 24 thn 25 thn 27 thn 28 thn 30 thn 33 thn 32 thn 33 thn 35 thn 23 thn 22 thn 24 thn 23 thn 24 thn 22 thn 19 thn 18 thn 18 thn 19 thn 18 thn 19 thn 18 thn 19 thn 17 thn 27 thn 27 thn 28 thn 23 thn 22 thn 18 thn 19 thn 17 thn 18 thn 19 thn
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
SD SD SD SMP SMP SMP SMP SD SD SMP SMP SD SMP SD SD SMA SMA D111 SMA S1 SMA SD SD SD SD SMP SMP SMP SMP SMP S1 S1 DIII SMA SMA SMP SMP SMP SD SD
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekarja Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja Bekerja Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja T.Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja
0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Pemberian susu formula Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan Memberikan
Kategori 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
46
41 42 43 44 45
18 thn 19 thn 48 thn 44 thn 38 thn
0 0 0 0 0
SD SD SMP SMP SD
0 0 0 0 0
Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja Bekerja
0 0 0 0 0
T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan T.Memberikan
1 1 1 1 1
47
Lampiran 3. Tabel Distribusi Frekuensi Frequencies Statistics pengetahuan N
Valid
pemberian pendidikan pekerjaan susu formula
umur
45
45
45
45
45
0
0
0
0
0
Percentiles 25
.00
.00
.00
.00
.00
50
.00
.00
.00
.00
.00
75
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
Missing
Frequency Table Pengetahuan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Buruk
26
57.8
57.8
57.8
Baik
19
42.2
42.2
100.0
Total
45
100.0
100.0
Umur Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
<20 >35 tahun
24
53.3
53.3
53.3
20-35 tahun
21
46.7
46.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
48
Pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
27
60.0
60.0
60.0
tinggi
18
40.0
40.0
100.0
Total
45
100.0
100.0
Pekerjaan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
bekerja
28
62.2
62.2
62.2
tidak bekerja
17
37.8
37.8
100.0
Total
45
100.0
100.0
Pemberian Susu Formula Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
0
25
55.6
55.6
55.6
1
20
44.4
44.4
100.0
Total
45
100.0
100.0
49
Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N
Percent
Missing N
Total
Percent
N
Percent
pengetahuan * pemberian susu formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
umur * pemberian susu formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
pendidikan * pemberian susu formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
pekerjaan * pemberian susu formula
45
100.0%
0
.0%
45
100.0%
Pengetahuan * Pemberian Susu Formula Crosstab pemberian susu formula 0 pengetahuan
Buruk
Count Expected Count % within pengetahuan
Baiks
Count Expected Count % within pengetahuan
Total
Count Expected Count % within pengetahuan
1
Total
20
6
26
14.4
11.6
26.0
76.9%
23.1%
100.0%
5
14
19
10.6
8.4
19.0
26.3%
73.7%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
50
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. (2-sided)
11.387a
1
.001
9.429
1
.002
11.835
1
.001
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.001
Linear-by-Linear Association
11.134
N of Valid Cases
45
1
.001
.001
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.44. b. Computed only for a 2x2 table Umur * Pemberian Susu Formula Crosstab pemberian susu formula 0 umur
<20/>35 tahun
Count Expected Count % within umur
20-35 tahun
Count Expected Count % within umur
Total
Count Expected Count % within umur
1
Total
19
5
24
13.3
10.7
24.0
79.2%
20.8%
100.0%
6
15
21
11.7
9.3
21.0
28.6%
71.4%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
51
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Asymp. Sig. (2-sided)
df
11.612a
1
.001
9.653
1
.002
12.136
1
.000
Exact Sig. (2-sided)
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.001
Linear-by-Linear Association
11.354
N of Valid Cases
45
1
.001
.001
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.33. b. Computed only for a 2x2 table Pendidikan * Pemberian Susu Formula Crosstab pemberian susu formula 0 pendidikan
rendah
Count Expected Count % within pendidikan
tinggi
Count Expected Count % within pendidikan
Total
Count Expected Count % within pendidikan
1
Total
22
5
27
15.0
12.0
27.0
81.5%
18.5%
100.0%
3
15
18
10.0
8.0
18.0
16.7%
83.3%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
52
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Exact Sig. Exact Sig. (1(2-sided) sided)
Pearson Chi-Square
18.375a
1
.000
Continuity Correctionb
15.844
1
.000
Likelihood Ratio
19.731
1
.000
Fisher's Exact Test
.000
Linear-by-Linear Association
17.967
N of Valid Cases
45
1
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.00. b. Computed only for a 2x2 table Pekerjaan * Pemberian Susu Formula Crosstab pemberian susu formula 0 pekerjaan
bekerja
Count Expected Count % within pekerjaan
tidak bekerja Count Expected Count % within pekerjaan Total
Count Expected Count % within pekerjaan
1
Total
22
6
28
15.6
12.4
28.0
78.6%
21.4%
100.0%
3
14
17
9.4
7.6
17.0
17.6%
82.4%
100.0%
25
20
45
25.0
20.0
45.0
55.6%
44.4%
100.0%
53
Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-sided)
df
Pearson Chi-Square
15.901a
1
.000
Continuity Correctionb
13.530
1
.000
Likelihood Ratio
16.886
1
.000
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (2-sided)
.000
Linear-by-Linear Association
15.548
N of Valid Cases
45
1
Exact Sig. (1-sided)
.000
.000
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.56. b. Computed only for a 2x2 table