BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan
sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok tidak hanya berbahaya pada diri perokok tetapi juga pada orang lain disekitarnya yang menghirup asap rokok. Orang yang menghirup asap rokok orang lain (arol) di sebut sebagai perokok pasif (second-hand smoker). Perokok pasif menghisap asap sampingan (sidestream) yang merupakan hasil pembakaran dari rokok. Asap sampingan ini tidak melalui proses penyaringan yang cukup sehingga memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. Dengan demikian, perokok pasif akan mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita gangguan kesehatan akibat rokok. Para perokok pasif mengalami risiko 14 kali menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan, 4 kali menderita kanker esophagus, 2 kali menderita kanker kandung kemih, dan 2 kali serangan jantung bila dibndingkan dengan perokok aktif. (Syahdrajat, T. 2007) Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Jumlah perokok di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2011 prevalensi perokok usia 10 tahun ke atas di Indonesia sebesar 46,8% pada laki-laki dan 3,1% pada perempuan, dengan jumlah perokok mencapai 62,8 juta dimana 40% diantaranya berasal dari kalangan sosial ekonomi rendah. (WHO, 2011) Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 sampai 2013 menunjukkan bahwa prevalensi perokok
di Indonesia meningkat, tercatat prevalensi perokok usia 15 tahun ke atas 34,2% di tahun 2007 dimana 81,2% merokok setiap hari dan 85,4% merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Pada tahun 2010 prevalensi perokok meningkat menjadi 34,7% dimana 81,3% merokok setiap hari, dan 76,6% merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Di tahun 2013 prevalensi perokok meningkat menjadi 36,3% dan sekitar 75% masih merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Hal ini berakibat lebih dari 97 juta orang Indonesia yang tidak merokok terpapar asap rokok dan membunuh setidaknya 225.000 orang setiap tahunnya. (Kemenkes RI, 2007 dan 2010) Peningkatan jumlah perokok juga terjadi di Provinsi Bali. Pada tahun 2007 prevalensi perokok di Provinsi Bali sebesar 24,9% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 31,0%. Selain itu 68,1% sampai 79% perokok masih merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. (Riskesdas, 2007 dan 2010) Berdasarkan Data Riskesdas 2007 40,5% dari total populasi adalah perokok pasif dan 59,1% anak balita terpapar asap rokok. Laporan Global Youth Tobacco Survei (GYTS) 2009 68,8% anak sekolah usia 13 sampai 15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan 72,4% mempunyai orang tua perokok. Hasil yang sama juga dilaporkan Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, sebesar 78,4% penduduk Indonesia terpapar asap rokok di dalam rumah. Hal ini berarti paparan rokok telah terjadi sejak usia dini. Selain itu adanya fakta bahwa sebagian besar dari mereka merokok di dalam rumah menunjukkan durasi paparan yang lebih lama karena rumah yang seharusnya merupakan tempat aman, bebas asap rokok, dan tempat dimana anakanak menghabiskan sebagian besar waktunya ternyata tidak aman bahkan menjadi salah satu sumber paparan rokok. (Kemenkes RI, 2007 dan 2010)
Upaya pemerintah dalam mengurangi dampak rokok adalah melalui pengembangan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang dijabarkan dalam UU No. 36 Tahun 2009 dan Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011, PP Nomor 109 tahun 2013. Terkait dengan upaya pemerintah pusat tersebut, Pemerintah Daerah Provinsi Bali telah menetapkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2011 tentang KTR (Perda KTR). Perda KTR tersebut meliputi 7 kawasan seperti area bermain anak, tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja, tempat belajar mengajar, tempat ibadah dan angkutan umum. Tujuan penerapan Perda KTR adalah melindungi orang yang tidak merokok supaya tidak terkena dampak buruk dari asap rokok dan menyediakan udara bersih dan sehat tanpa asap rokok yang merupakan hak asasi manusia. Perda KTR ini tidak mengatur tentang larangan merokok di dalam rumah. Pada kenyataan paparan asap rokok di dalam rumah sangat tinggi sehingga disamping implementasi Perda KTR penting untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok (Smoke-free Home Initiative).
1.2
Rumusan Masalah Upaya pemerintah dalam mengurangi dampak buruk asap rokok adalah melalui
penerapan Perda KTR. Untuk mengoptimalkan Perda KTR perlu diwujudkan rumah bebas asap rokok (Smoke-free Home Initiative) agar paparan asap rokok yang terjadi di dalam rumah dapat dicegah. Dalam mewujudkan rumah bebas asap rokok diperlukan partisipasi remaja yang salah satunya adalah siswa SMA. Oleh karena itu, dapat dirumuskan bagaimanakah Pengetahuan dan Sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
1.3
Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa SMA tentang bahaya rokok di Kota Denpasar Tahun 2015?
2.
Bagaimanakah sikap siswa SMA tentang bahaya rokok di Kota Denpasar Tahun 2015?
3.
Bagaimanakah perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015?
4.
Apakah Pengetahuan dan Sikap tentang bahaya rokok berhubungan dengan perilaku siswa SMA mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015?
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015. 1.4.2 Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui pengetahuan siswa SMA tentang bahaya rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
2.
Untuk mengetahui sikap siswa SMA tentang bahaya rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
3.
Untuk mengetahui perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
4.
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dengan perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan mengenai pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok dihubungkan dengan perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar, serta data yang diperoleh dapat dijadikan masukkan awal untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam. 1.5.2 Manfaat Praktis 1.
Bagi Kota Denpasar Dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
2.
Bagi Masyarakat Sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang program rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
3.
Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang epidemiologi penyakit non-infeksi
yang menganalisis tingkat pengetahuan dan sikap tentang bahaya rokok serta pengaruhnya terhadap perilaku siswa SMA untuk mewujudkan rumah bebas asap rokok di Kota Denpasar Tahun 2015.