1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Permainan bola voli adalah salah satu permainan yang digemari oleh siswa
saat ini,karena permainan ini dapat dilakukan oleh siswa laki-laki maupun perempuan. Permainan bola voli juga merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran pendidikan jasmani yang tercantum dalam kurikulum, baik itu untuk tingkat SD, SMP, maupun SMA. Permainan bola voli merupakan permainan yang dimainkan secara beregu. Tiap-tiap regu terdiri dari 6 pemain. Pada permainan bola voli harus diimbangi dengan kemampuan teknik dasar yang baik dan benar. Pada materi pembelajaran bola voli di awali dengan teknik dasar yang mencakup servis, passing, smesh, dan blok. Bola Voli adalah olahraga tim yang dimainkan oleh dua tim. Masingmasing tim terdiri dari 6 pemain aktif dan tiap tim dipisahkan oleh net. Setiap tim mencoba untuk membuat poin dengan cara menjatuhkan bola ke lapangan lawan yang diselenggarakan di bawah aturan. SMP Negeri 1 Tapa banyak terdapat siswa-siswi yang menyukai olahraga bola voli namun dalam proses pembelajarannya masih banyak hambatan yang ditemukan, hal ini dilihat dari proses belajar yang kurang memuaskan saat melakukan permainan bola voli, masih banyak siswa-siswi yang belum mampu melakukan servis dan passing dalam permainan bola voli dengan baik, hal ini
2
dikarenakan siswa belum mampu menguasai keterampilan dasar servis dan passing dengan baik dan benar. Kenyataan dilapangan tidak sesuai yang diharapkan. Pada siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa saat dilakukan tes pada servis dan passing permainan bola voli ternyata hasil yang diperoleh ada beberapa siswa yang nilainya kurang dari standar ketuntasan minimal (SKM) yang telah ditentukan. Oleh karena itu, untuk memperbaiki hasil yang diperoleh, seorang guru harus memberikan satu bentuk metode atau strategi pembelajaran yang dianggap bisa memperbaiki hasil belajar siswa dengan sebelumnya. Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs). Simulasi sebagai metode penyajian adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat suatu prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (tidak sesungguhnya). Metode simulasi dapat menumbuhkan cara berpikir kritis, mengurangi halhal yang bersifat verbalistik dan abstrak, menumbuhkan daya cipta dan dapat dijadikan bekal siswa apabila menghadapi situasi sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dunia kerja. Dalam simulasi, siswa dapat mempelajari lebih dalam tentang bagaimana siswa itu merasa dan berbuat sesuatu. Beberapa pernyataan tersebut menunjukkan, bahwa metode simulasi merupakan contoh metode yang dapat memacu motivasi belajar siswa di kelas.
3
Dari uraian masalah yang telah dikemukakan diatas maka peneliti ingin membuktikannya melalui metode ilmiah lewat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengangkat judul “ Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Servis Dan Passing Permainan Bola Voli Pada Siswa Kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa “.
4
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1) Siswa tidak menguasai materi permainan bola voli khususnya servis dan passing dengan baik dan benar 2) Kurangnya minat siswa dalam belajar permainan bola voli 3) Guru belum menemukan metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa kurang memahami permainan bola voli khususnya servis dan passing dengan baik dan benar 4) Apakah
dengan penerapan
metode
pembelajaran
simulasi
dapat
meningkatkan hasil belajar servis dan passing permainan bola voli siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tapa 1.3
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
adalah sebagai berikut “Apakah hasil belajar servis dan passing permainan bola voli siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa dapat meningkat dengan penerapan metode pembelajaran simulasi ?” 1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Secara Teoritis a) Menambaha pengetahuan tentang metode/strategi pembelajaran yang dapat memberikan dorongan atau motivasi pada guru-guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran
5
b) Sebagai bahan kajian lebih lanjut dari para peneliti dengan ruang lingkup yang lebih luas, untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat c) Bila ditemukan penerapan metode/strategi pembelajaran simulasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka diharapkan menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pendidikan untuk memperkaya studi tentang metode/strategi pembelajaran dalam usaha meningkatkan hasil belajar permainan bola voli siswa dan menambah sikap positif terhadap pelajaran Penjaskes 1.4.2 Manfaat Secara Praktis a) Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil belajar servis dan passing permainan bola voli b) Bagi guru, selain menambah pengalaman dalam penggunaan metode pembelajaran yang aktif juga membuat pengajaran bola voli menjadi lebih efektif. c) Bagi sekolah, adanya peningkatan kualitas pembelajaran dan pengajaran yang berakibat terhadap peningkatan kualitas siswa dan guru, sehingga pada akhirnya akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran penjas dan olahraga secara menyeluruh. d) Bagi
peneliti,
dengan
adanya
penelitian
pembelajaran bagi penelitian selanjutnya.
ini
akan
menjadi
6
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1
Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Metode Simulasi Simulasi sebagai metode penyajian adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat suatu prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam situasi tiruan (tidak sesungguhnya). Dengan simulasi memungkinkan siswa mampu menghadapi kenyataan yang sesungguhnya atau mempunyai kecakapan bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi sebenarnya. Simulasi adalah suatu proses peniruan dari sesuatu yang nyata beserta keadaan sekelilingnya (state of affairs). Aksi melakukan simulasi ini secara umum menggambarkan sifat-sifat karakteristik kunci dari kelakuan sistem fisik atau sistem yang abstrak tertentu. Menurut (Betts, 2009:103) Learning simulation is defined as:A set of educational and training techniques and strategies that engage individuals in real‐life scenarios through roleplays, sociodramas, psychodramas, gaming, and reflection to develop and reinforce knowledge and skills learned in the classroom and workplace relating to problem‐solving, decision‐making, leadership, collaboration, and communication.( Simulasi didefinisikan sebagai: Satu set teknik pendidikan dan pelatihan dan strategi yang melibatkan individu dalam kehidupan nyata skenario melalui roleplays, sociodramas, psychodramas, game, dan refleksi untuk mengembangkan dan memperkuat pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di kelas dan tempat kerja yang berkaitan dengan
7
pemecahan
masalah,
pengambilan
keputusan,
kolaborasi
komunikasi
kepemimpinan) Menurut Uno B. Hamzah dan Mohamad Nurdin (2011:101 Simulasi adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang untuk bertindak atau mencoba suatu kondisi atau yang sebenarnya akan terjadi atau dilakukan. Menurut Julie Cassidy (2009:59) simulations „are tools that give you ersatz (as opposed to real) experience.‟ Thus while educational simulations „place students in true to life roles‟ and the „simulated activities are “real world”, modifications occur for learning purposes.( simulasi adalah alat yang memberikan ersatz (sebagai pembelajaran yang bertentangan dengan pengalaman) yang nyata. " sedangkan simulasi pendidikan tempat siswa menjadi peran hidup,selain itu kegiatan simulasi adalah "dunia nyata", modifikasi terjadi untuk tujuan belajar. Hamzah ( 2011 : 28) Simulasi atau Simulator adalah suatu alat yang mempresentasikan realitas, dimana kerumitan aktivitasnya dapat di kendalikan. Beberapa kelebihan dari simulasi , diantaranya ialah: 1)
Siswa dapat memelajari sesuatu yang dalam situasi nyata tidak dapat dilakukan karena kerumitannya atau karena faktor lain seperti resiko kecelakaan, bahaya, dan lain-lain.
2)
memungkinkan siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya sendiri. Kristen Betts (2009:103) Simulation is a technique, not a technology, to
replace or amplify real experiences with guided experiences, often immersive in nature, that evoke or replicate substantial aspects of the real world in a fully
8
interactive
fashion”(
Simulasi
adalah
teknik,
bukan
teknologi,
untuk
mengganti atau memperkuat pengalaman nyata dengan pengalaman dipandu, seringkali mendalam di alam, yang membangkitkan atau meniru aspek-aspek penting dari dunia nyata dengan cara yang sepenuhnya interaktif ") 2.1.1.1 Alasan penggunaan Alasan pemilihan metode simulasi, untuk memudahkan siswa dan guru “mengalami” pola atau model kehidupan dan nilai praktis dari suatu pokok masalah tanpa langsung kedalam suasana alamiah (yang sebenarnya). 2.1.1.2 Tujuan Metode simulasi digunakan untuk : a) Melatih
keterampilan
tertentu,
baik
yang
bersifat
keahlian
(profesional) maupun keterampilan dalam hidup sehari-hari; b) Memperoleh pemahaman tentang suatu pengertian (konsep) atau prinsip; dan Latihan memecahkan masalah 2.1.1.3 Manfaat Metode simulasi dapat untuk : a) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan melibatkan diri dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian yang sebenarnya. b) Memberikan motivasi untuk bekerja sama dalam kelompok c) Melatih siswa untuk bekerja sama dalam kelompok d) Menimbulkan dan memupuk daya imaginasi siswa dan
9
e) Melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat, peran orang lain. Agar penggunaan metode simulasi mencapai tujuan dan manfaat yang diinginkan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a) Tiap siswa atau kelompok siswa mendapat kesempatan yang sama untuk melakukan simulasi. b) Tiap siswa terlibat langsung dalam peranannya masing-masing. Simulasi dimaksudkan untuk latihan keterampilan agar dapat menghadapi kenyataan dengan baik oleh sebab itu, disiapkan petunjuk simulasi dapat secara terperinci atau secara garis besar dan dalam simulasi diusahakan dapat digambarkan secara lengkap tentang situasi, proses yang diperkirakan terjadi dalam kenyataan sesungguhnya. 2.1.1.4 Prinsip Penggunaan Model Simulasi Dalam Belajar Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan simulasi untuk pembelajaran, diantaranya : a) Simulasi dilakukan oleh kelompok siswa. b) Tiap kelompok mendapat kesempatan melaksanakan simulasi yang sama atau dapat juga berbeda. c) Semua siswa harus terlibat langsung menurut peranan masingmasing. Penentuan topik disesuaikan dengan tingkat kemampuan kelas, dibicarakan oleh siswa dan guru. Petunjuk simulasi hendaknya dibuat secara jelas dan mudah dipahami anak terutama bagi pemegang peran. Simulasi adalah latihan keterampilan
10
motorik maupun sosial yang dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa dalam menghadapi keadaan yang sebenarnya.Pelaksanaan simulasi perlu menggambarkan situasi yang lengkap, proses yang rinci dan urut yang sesuai dengan situasi yang sesungguhnya. 2.1.1.5 Bentuk-Bentuk Simulasi Secara rinci, bentuk-bentuk simulasi , diantaranya : a)
Peer teaching Peer teaching dapat dikategorikan sebagai simulasi mengingat peer
teaching adalah latihan mengajar yang dilakukan seorang mahasiswa dimana dia bertindak seolah-olah sebagai guru dan teman sekelasnya seolah-olah sebagai murid suatu sekolah tertentu. Peer teaching ini banyak dipraktekan siswa atau mahasiswa di sekolah calon guru, untuk meningkatkan keterampilan mengajarnya, sebelum mengajar siswa yang sebenarnya pada saat praktek. b)
Sosiodrama Sosiodrama adalah salah satu bentuk simulasi, yakni suatu drama yang
bertujuan untuk menemukan alternatif pemecahan masalah-masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar anggota sosial. Masalah-masalah sosial yang cocok untuk sosiodrama misalnya, masalah konflik antara anggota keluarga, konflik antara buru dengan majikan, konflik antara masyarakat dengan pimpinannya, dan sejenisnya. c)
Tipe Game Simulasi Tipe Game yakni bermain peranan dimana para siswa
11
berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu melalui permainan dengan memenuhi peraturan yang ditetapkan. 2.1.1.6 Langkah-langkah penggunaan metode simulasi a)
b)
Persiapan 1.
Menentukan topik dan tujuan, dimana menentukan topik dan tujuan
2.
simulasi, akan lebih baik bila dilakukan bersama siswa
Pelaksanaan simulasi 1.
Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK) Merumuskan petunjuk
2.
simulasi, dimana guru menguraikan secara garis besar situasi yang akan disimulasikan.
c)
3.
menjelaskan peranan-peranan yang akan disimulasikan, dan
4.
proses simulasi yang didalamnya terdapat pemilihan para pelaku atau
5.
pemeran, setelah itu barulah pemberian kesempatan bertanya
Evaluasi 1.
sesuai dengan tujuan dan isi pokok bahasan, setelah itu dilakukanya
2.
latihan ulang.
Ada juga yang menyebutkan langkah-langkah penggunaan metode simulasi menggunakan empat fase, diantaranya : a) Fase orientasi, berisi penjelasan guru tentang topik dan memberikan gambaran tentang simulasi. b) Fase latihan, Guru menjelaskan skenario atau jalannya cerita, aturan main, pemegang peran, prosedur keputusan yang harus diambil, dan
12
tujuan, membagi peran, dan memberikan kesempatan anak untuk berkordinasi dan berlatih sesuai dengan peran masing-masing. c) Fase pelaksanaan simulasi. Siswa pemegang peran melaksanakan simulasi sesuai dengan jalan cerita yang sudah ditentukan. Selama simulasi berlangsung, guru berperan sebagai wasit dan pelatih. Secara periodik guru dapat menghentikan permainan siswa dan memberikan koreksi atau balikan, mengevaluasi penampilan pemegang peran dan mengklarifikasi kekeliruan dalam memainkan peran. d) Fase debriefing, berisi guru mengkonsentrasikan perhatian anak pada : Persepsi dan reaksi anak terhadap peristiwa simulasi Menganalisis proses simulasi Membandingkan simulasi dengan realitas yang sebenarnya Menghubungkan aktivitas simulasi dengan bahan belajar Simulasi lanjutan 2.1.1.7 Peranan Guru Dalam Simulasi Peranan guru dalam simulasi sangat penting mengingat tugas guru adalah membangkitkan kesadaran anak tentang konsep dan prinsip yang disimulasikan. Di samping itu, guru dalam pelaksanaan simulasi mempunyai fungsi manajerial. Joyce dan Weil, mengidentifikasi empat peranan guru dalam model pembelajaran melalui simulasi, yakni : explaining, refereeing, coaching, dan discussing. a.
Explaining Siswa mampu melakukan peran-peran dalam simulasi, apabila memiliki
pemahaman yang cukup mengenai peran. Demikian pula jalan cerita harus
13
dipahami betul oleh pelaku atau pemegang peran. Pemahaman pelaku terhadap peran yang dimainkan maupun jalannya cerita tidak terlepas dari pentingnya peranan guru. Sebelum simulasi dimulai, guru perlu memberikan gambaran tentang jalannya cerita. Selain itu, gambaran tokoh-tokoh cerita beserta karakterisasinya. Gambaran yang disampaikan guru tersebut dimaksudkan untuk memancing daya imajinasi anak, khususnya bagi pemegang peran agar mampu menghayati peran masing-masing. b.
Refereeing Simulasi digunakan untuk menyediakan pengalaman belajar yang baik.
Guru perlu mengontrol partisipasi siswa dalam bersimulasi agar simulasi mampu memberikan pengalaman belajar yang baik tersebut. Sebelum simulasi dilaksanakan, guru perlu menugaskan siswa memilih tim pemegang peran yang sesuai dengan kemampuan anak untuk memegang peran-peran tersebut. Guru perlu menghindari tugas yang sulit bagi anak dalam pemeranan. c.
Coaching Guru bertindak sebagai pelatih saat diperlukan, memberikan nasehat agar
anak mampu bersimulasi secara betul. Sebagai pelatih, guru akan mendukung dan menasehati tetapi tidak menggurui. d.
Discussing Selama simulasi berlangsung, guru bertindak sebagai pemberi penjelasan,
wasit, dan pelatih. Sesudah simulasi berakhir, guru perlu membuka diskusi berkaitan dengan signifikansi simulasi dengan kenyataan yang sebenarnya di masyarakat atau di lapangan. Guru perlu menanyakan kepada siswa utamanya
14
pemain tentang kesulitan dan pemahaman anak dalam bersimulasi, hubungan simulasi dengan mata pelajaran yang sedang diikuti. 2.1.2 Hakikat Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif yang baru dan di peroleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran. Pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan atau strategi kognitif tersebut adalah baru, bukan yang telah dimiliki siswa sebelum memasuki kondisi atau situasi pembelajaran yang dimaksud. Menurut Piccoli, Ahmad dan Ives (2011:144) learning outcomes as the changes in a learner‟s knowledge, skills and attitude after receiving instruction (hasil belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam pengetahuan pembelajar, keterampilan dan sikap setelah menerima instruksi). Menurut Jones (2011:144) the learning outcomes are affected by factors such as the learning style, curriculum design and how instruction is provided (hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor diperiksa sebagai gaya belajar, desain kurikulum dan bagaimana instruksi diberikan.) Menurut Andy Gibbs (2012:73) “Learning outcomes are statements of what a student is expected to know, understand and/or be able to demonstrate after completion of a process of learning”(Hasil belajar adalah pernyataan tentang apa yang siswa di harapkan tahu, mengerti dan / atau mampu menunjukkan setelah penyelesaian proses pembelajaran)
15
Menurut Benyamin Bloom (2012:4) hasil belajar diklasifikasikan menjadi 3 ranah: 1)
Ranah Kognitf Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
mengingat,
memahami,
mengaplikasikan,
menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. 2)
Ranah Afektif interpretatifBerkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3)
Ranah Psikomotor Berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemauan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerak reflex, ketrampilan gerak dasar, kemempuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif Menurut Anthony Vickers (2012:80) Learning Outcomes are statements of
concrete and verifiable signs that witness/certify how the planned competences, including the required levels of knowledge, are being developed or acquired” (Hasil Belajar adalah laporan tanda-tanda nyata dan dapat diverifikasi bahwa saksi mensertifikasi bagaimana yang direncanakan kompetensi, termasuk tingkat pengetahuan yang dibutuhkan, sedang dikembangkan atau diperoleh)
16
2.1.3 Hakikat Belajar Menurut Jenni Jones (2012:58) belajar didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan, keterampilan atau kompetensi yang berkontribusi terhadap pengembangan pada individu pribadi. Menurut Morgan (2009:10) Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). Menurut Geoch (2009:9) Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan). Menurut Harold Spears (2009:10) Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu). Menurut Cronbach (2009:9) Learning is shown by a change in behavior as a result of experience.(Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). 2.1.4 Hakikat Servis Menurut Yusuf Hidayat (2010:2) Servis adalah awalan pukulan untuk memasukkan bola ke daerah lawan. Selain itu, servis juga merupakan pukulan untuk memulai permainan. Menurut Atmaja Budi Sarjana (2010:11) Servis adalah pukulan bola pertama sebagai sajian atau pelayanan yang dilakukan dari daerah servis oleh pemain belakang.
17
Menurut Faridha Isnaini dan Suranto (2010:6) Servis adalah pukulan bola yang dilakukan oleh seorang pemain belakang yang dilakukan dari daerah servis langsung ke lapangan lawan. Menurut Budi Aryanto dan Margono (2010:5) Servis adalah pukulan bola yang dilakukan agar bola dapat melewati net dan bergerak ke daerah lawan. Servis digunakan untuk mengarahkan dan menjatuhkan bola di area lawan. Menurut Budi Sutrisno dan Muhammad Bazin Khafadi (2010:7) Servis merupakan serangan pertama dalam permainan bola voli. 2.1.5 Hakikat Passing Menurut Yusuf Hidayat (2010:5) passing adalah mengoper bola. Menurut Mohammad Ali Mashar dan Dwinarhayu (2010:5) Passing adalah gerakan memukul bola untuk mengoper. Menurut Sujarwadi dan Dwi Sarjiyanto (2010:6) passing dalam bola voli adalah mengoper/ mengambil/ mengumpankan bola kepada teman atau langsung memasukan kedaerah lawan. Menurut Atmaja Budi Sarjana (2010:10) passing adalah pukulan atau pengembalian bola yang dilakukan dengan dua tangan dan perkenaan bola antara ruas-ruas jari yang kedua dari tangan dengan ruas ibu jari yang pertama. Menurut Faridha Isnaini dan Suranto (2010:4) Passing dalam permainan bola voli merupakan usaha seorang pemain dengan menggunakan teknik tertentu untuk mengoperkan bola ke teman seregunya untuk dimainkan di lapangan sendiri baik passing atas atau bawah.
18
2.1.6 Hakikat Permainan Bola Voli Permainan bola voli diciptakan oleh William C. Morgan pada tahun 1895 di Masa chuset. Awal mulanya dia menciptakan permainan bernama mintonette untuk menggantikan permainan bola basket yang dianggap melelahkan. Pada tahun 1896 nama permainan ini di ubah oleh Alfred T. Halstead menjadi bola voli. Dinamakan bola voli karena ciri khas permainan ini adalah melambungkan bola sebelum bola menyentuh tanah (volleying). Untuk dapat bermain bola voli dengan baik, harus menguasai teknik-teknik dasar bermain bola voli. Teknik dasar yang harus dikuasai dalam permainan bola voli adalah teknik servis, passing, smash, dan bendungan. 1.
Servis Servis adalah pukulan bola yang dilakukan agar bola dapat melewati net
dan bergerak ke daerah lawan. Ada bermacam-macam jenis servis, yaitu servis tangan bawah (underhand service), servis tangan samping (sidehand service), servis atas kepala (overhead service), servis mengambang (floating service), topspin, dan servis loncat (jump service). a)
Service atas kepala (overhead service)
a b c d e Gambar 2.1 Langkah a-e adalah cara melakukan service atas kepala Sumber : Budi Aryanto dan Margono (2010:6)
19
b)
Service tangan bawah (underhand service)
a b c d Gambar 2.2 Langkah a-d adalah cara melakukan service tangan bawah Sumber : Budi Aryanto dan Margono (2010:6) 2.
Passing Passing adalah mengoperkan bola kepada pasangan main untuk dimainkan
di dalam area tim sendiri. Passing dibedakan menjadi dua macam, yaitu passing atas dan passing bawah. a)
Passing atas
Gambar 2.3 Langkah-langkah melakukan passing atas Sumber : Budi Aryanto dan Margono (2010:7) b)
Passing bawah
Gambar 2.4 Langkah-langkah melakukan passing bawah Sumber : Budi Aryanto dan Margono (2010:8)
20
3.
Smash atau Spike Smash atau spike adalah teknik serangan atau pukulan bola di udara sambil
meloncat. Pukulan dilakukan dengan keras dan menukik yang diarahkan ke area lawan. Bola bergerak melewati atas jaring dan mengakibatkan pihak lawan sulit mengembalikannya. Urutan cara melakukan teknik smash/spike dari awalan hingga mendarat diperlihatkan oleh Gambar 2.5
Gambar 2.5 Urutan cara melakukan teknik smash atau spike Sumber : Budi Aryanto dan Margono (2010:9) 4.
Block atau Bendungan Block atau bendungan merupakan teknik bertahan yang dilakukan di atas
net. Teknik ini digunakan untuk menahan serangan lawan.
Gambar 2.6 Urutan cara melakukan block Sumber : Budi Aryanto dan Margono (2010:9)
21
Menurut Agung Prastowo Tri Nugroho (2013:2) Permainan bola voli merupakan olahraga yang dimainkan oleh 2 tim dalam setiap lapangan dengan dipisahkan oleh sebuah net. Menurut Yusuf Hidayat (2010:2) Bola voli merupakan olahraga permainan beregu yang dimainkan oleh dua tim berlawanan. Setiap tim terdiri atas 6 pemain. Selain bola voli lapangan, terdapat pula bola voli pantai yang pemainnya terdiri atas 2 orang. Menurut Ngatiyono (2010:16) Permainan bola voli dimainkan oleh dua tim. Masing-masing tim terdiri atas 6 orang pemain. Tim dinyatakan sebagai pemenang jika mencapai nilai 25 terlebih dahulu. Permainan bola voli menggunakan sistem rally point. Apabila kedua tim sama-sama mendapat nilai 24 - 24 dinyatakan deuce. Penyelesaiannya dengan mencari selisih dua angka. Permainan bola voli dipimpin oleh dua orang wasit dan dibantu 4 orang penjaga garis. Menurut Budi Aryanto dan Margono (2010:2) Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu. Setiap regu terdiri atas 6 pemain. Dalam permainan bola voli, setiap regu harus menempatkan bola di daerah lawan agar mendapatkan angka (point). Pemain bola voli harus melambungkan bola melewati net dan mencegah bola jatuh ke tanah. Menurut Afonso dan Mesquita (2011:535) Volleyball is a team sport, which is characterized by an inherent variability from condition to condition ,leading to the emergence of unique game patterns. Voli adalah olahraga tim,
22
yang ditandai oleh variabilitas yang melekat dari kondisi ke kondisi, yang menyebabkan munculnya pola permainan yang unik. 2.2
Kerangka Berfikir Pembelajaran bola voli dengan menggunakan metode/strategi pembelajaran
simulasi merupakan bentuk pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada siswa. Dengan diterapkannya metode ini pada pembelajaran permainan bola voli minat siswa dalam belajar akan lebih bertambah dan membantu siswa mencapai hasil belajar yang maksimal dalam permainan bola voli, serta aspek-aspek yang terdapat pada diri siswa dapat dikembangkan. Tujuan pembelajaran permainan bola voli dengan menggunakan metode simulasi yaitu agar minat siswa dalam belajar dapat meningkat, untuk mempermudah siswa dalam pembelajaran, untuk mengembangkan skill yang ada pada diri siswa, merangsang kemampuan berfikir, dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan diterapkannya metode pembelajaran ini membuat siswa lebih mudah saat mengikuti proses pembelajaran dan siswa lebih tertarik untuk belajar permainan bola voli. 2.3
Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di
atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
“ dengan
penerapan metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan hasil belajar servis dan passing permainan bola voli pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tapa “.
23
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tapa dikelas
VIII. 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tapa untuk mata pelajaran Penjaskes. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII 5 tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 21 orang, terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2013 sampai dengan Januari 2014. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas. 3.1.3 Siklus PTK PTK ini dilaksanakan melalui beberapa siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar permainan bola voli menggunakan metode pembelajaran Simulasi. 3.2
Subjek Penelitian Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII 5 SMP
Negeri 1 Tapa, dengan jumlah siswa 21 orang, dengan komposisi laki-laki 11 siswa dan perempuan 10 siswa.
24
3.3
Sumber Data a) Siswa Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar permainan bola voli dalam proses belajar mengajar b) Guru Untuk melihat tingkat keberhasilan penerapan metode pembelajaran Simulasi dan hasil belajar permainan bola voli c) Teman Sejawat dan Kolaborator Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
3.4
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.4.1 Teknik Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi, evaluasi. a) Tes : dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa. b) Evaluasi : dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa dalam Pembelajaran dengan penerapan metode Simulasi. 3.4.2 Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam PTK ini meliputi tes, dan rubrik penilaian sebagaimana berikut ini.
25
a) Tes : memberikan tes untuk melihat kemampuan siswa dalam menguasai teknik dasar servis dan passing dalam permainan bola voli. b) Rubrik Penilaian : menggunakan rubrik penilaian untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar permainan bola voli menggunakan metode Simulasi. 3.5
Indikator Kinerja Dalam penilaian tindakan kelas ini, adapun yang menjadi indikator kerja
keberhasilan adalah 80% dari 21 siswa yang duduk di bangku kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa telah berhasil mencapai nilai (75 sampai 84 kategori baik) yang sesuai dengan standar ketuntasan minimal (SKM). 3.6
Variabel Penelitian
1.
Variabel Input Sebelum pembelajaran berlangsung, guru menyiapkan sumber belajar,
kemudian , rubrik penilaian, dan lingkungan belajar. Tujuan pembelajaran secara umum untuk meningkatkan pengetahuan guru tentang cara mengajar penjaskes dengan baik, Khususnya dalam meningkatkan hasil belajar servis dan passing permainan bola voli. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah dengan pembelajaran simulasi yang kemudian di evaluasikan untuk melihat peningkatan hasil belajar. 2.
Variabel Proses Variabel ini merupakan proses selama pembelajaran berlangsung yang
dapat diukur melalui :
26
Cara guru menjelaskan
Cara guru dalam memberikan contoh melakukan permainan bola voli yang baik dan benar dengan menggunakan metode simulasi
Memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan permainan bola voli yang baik dan benar.
3.
Variabel Output Variabel output ini merupakan variabel setelah pelaksanaan pembelajaran
yang dapat diukur melalui : a.
Non Lokomotor Servis atas dan bawah dengan cara melatih ayunan tangan dan perkenaan pukulan pada bola yang dilakukan tanpa adanya perpindahan tempat Pasing atas dan bawah dengan cara melatih gerakan tangan, perkenaan bola pada tangan, dan posisi badan yang tegak lurus dengan sedikit penekukan lutut secara berulang tanpa adanya perpindahan tempat.
b.
Lokomotor Servis atas dan bawah dengan cara mengatur posisi kaki, posisi badan, kemudian ayunan tangan dan perkenaan pukulan saat bola dilambungkan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan lanjutan untuk mengarahkan bola kearah yang lurus kedepan ataupun kearah kiri dan kanan.
27
Passing atas dan bawah dengan cara mengatur pergerakan kaki, posisi badan, posisi tangan kemudian perkenaan bola pada tangan yang dilakukan dengan berpindah tempat baik kearah depan, belakang dan kesamping kiri ataupun ke samping kanan. c.
Manipulasi 1. Gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat (bola voli)
Servis atas dan bawah dengan melatih cara mengatur posisi kaki, posisi badan, ayunan tangan dan gerakan lanjutan tanpa menggunakan alat (bola voli)
Passing atas dan bawah dengan melatih cara mengatur posisi kaki, posisi badan, posisi tangan, perkenaan bola pada tangan dan gerakan lanjutan tanpa mengunakan alat (bola voli).
2. Gerakan yang dilakukan dengan menggunakan alat (bola voli)
Servis atas dan bawah dengan melatih cara mengatur posisi kaki, posisi badan, ayunan tangan dan gerakan lanjutan dengan menggunakan alat (bola voli)
Passing atas dan bawah dengan melatih cara mengatur posisi kaki, posisi badan, posisi tangan, perkenaan bola pada tangan dan gerakan lanjutan dengan mengunakan alat (bola voli).
28
3.7
Prosedur Penelitian
1.
Tahapan Awal Atau Tahap Persiapan Sebagai langkah awal dari pelaksanaan tindakan ini, peneliti berkonsultasi
dengan kepala sekolah SMP Negeri 1 Tapa dan menjalin kerja sama yang lebih baik dengan guru seprofesi mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan mengajar sebagai berikut: a) Peneliti dan guru menetapkan alternatif metode pembelajaran untuk peningkatan servis dan passing permainan bola voli b) Secara bersamaan (peneliti) membuat perencanaan pembelajaran yang meningkatkan hasil belajar permainan bola voli c) Melakukan pelatihan tentang pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk meningkatkan hasil servis dan passing permainan bola voli. d) Membuat lembar observasi. e) Mendesain alat evaluasi. 2.
Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah dipersiapkan. 3.
Tahap Pemantauan Dan Evaluasi Dalam tahap ini dilaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Alat pemantauan yang digunakan oleh peneliti dan guru seprofesi adalah teknik pemantauan dengan menggunakan lembar observasi berupa cek. Pada akhir setiap pelajaran siswa
29
diberi lembar balikan untuk mengetahui bagian-bagian yang masih memerlukan penanganan atau tindakan yang tepat. 4.
Tahap Analisis Dan Refleksi Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat
sebagai berikut. a.
Sebagian besar (75% dari siswa) hadir dalam mengikuti pembelajaran permainan bola voli
b.
Kurang lebih 80% dari jumlah siswa mencapai nilai ketuntasan sesuai dengan Standar Ketuntasan Minimal (SKM)
c.
Penyelesaian tugas sesuai dengan waktu yang disediakan.
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis dalam tahap ini. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, peneliti dapat merefleksi diri tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian, peneliti akan dapat mengetahui kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Apabila hasil analisis dan refleksi pada siklus pertama belum menunjukan capaian yang memuaskan, ditindak lanjuti pada kegiatan siklus II. Jika siklus kedua ini lebih baik atau meningkat dari siklus pertama, maka hal ini menunjukan bahwa penelitian tindakan kelas ini dengan menerapkan metode pembelajaran simulasi pada permainan bola voli mengalami peningkatan.
30
5.
Tahap Akhir Tahap ini Merupakan Kegiatan akhir dari pada penelitian dimana akan
merangkum seluruh data yang diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung, kemudian mendeskripsikan, membahas, dan menyimpulkan.
31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini di laksanakan di SMP Negeri 1 Tapa pada siswa kelas VIII.5 semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa 21 orang. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus tindakan dilaksanakan berdasarkan prosedur yang belaku dengan menghendaki adanya perubahan pada proses pembelajaran dan hasil belajar siswa hingga mencapai kriteria yang ditetapkan dan pembahasan di fokuskan pada hasil belajar servis dan passing permainan bola voli melalui metode pembelajaran simulasi. Sebelum dilakukan tindakan pembelajaran, di laksanakan observasi awal terkait dengan kemampuan siswa terhadap hasil belajar servis dan passing. Hasilnya menjadi acuan dilaksanakannya tindakan siklus. Selengkapnya hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. 4.1.1.1 Obsevasi Awal Pelaksanaan observasi awal di maksudkan untuk mengetahui hasil belajar servis dan passing pada siswa kelas VIII.5 SMP Nrgeri 1 Tapa sebelum diberikan tindakan pembelajaran. Disamping itu, observasi awal juga dimaksudkan untuk
32
mengetahui situasi pembelajaran sebelumnya. Dari hasil observasi terkait dengan hasil belajar servis dan passing dapat di uraikan sebagai berikut. A. Kategori indikator penilaian 1 (hasil belajar servis atas dengan skor penilaian 5)
siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” tidak ada, pada
klasifikasi “baik” 3 orang (14,28) ,pada klasifikasi “cukup” 10 orang (47,61 %) dan 9 orang (42,85 %) lainnya termasuk pada klasifikasi “kurang”. B. Kategori indikator penilaian 2 (hasil belajar servis bawah dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” tidak ada, pada klasifikasi “baik” 4 orang (19,04 %), pada klasifikasi “cukup” 11 orang (52,38 %) dan 6 orang (28,57 %) lainnya termasuk pada klasifikasi “kurang”. C. Kategori indikator penilaian 3 (hasil belajar passing atas dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” tidak ada, pada klasifikasi “baik” 1 orang (4,76 %), pada klasifikasi “cukup” 10 orang (47,61 %) dan 10 orang (47,61 %) lainnya termasuk pada klasifikasi “kurang”. D. Kategori indikator penilaian 4 (hasil belajar passing bawah dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 3 orang (14,28 %), pada klasifikasi “baik” 1 orang (4,76 %), pada klasifikasi “cukup”
33
9 orang (42,85 %) dan 8 orang (38,09 %) lainnya termasuk pada klasifikasi “kurang”. Siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” tidak terdapat seorang siswa, kemudian pada klasifikasi “baik” terdapat 4 orang atau 19,05%, sedangkan pada klasifikasi “cukup” terdapat 1 orang siswa atau 4,76% dan 16 orang atau 76,19% tergolong “kurang”. Dan rata-rata kelas 55,00 %. Selengkapnya dapat di lihat pada sajian tabel berikut. Tabel : Klasifikasi Akhir Observasi Awal Hasil Belajar Servis dan Passing
Klasifikasi Nilai Sangat Baik 85-100 Baik 75-84 Cukup 65-74 Kurang 0-64 JUMLAH RATA-RATA KELAS Capaian Indikator Kinerja
Observasi Awal Siswa % 0 0,00 % 4 19,05 % 1 4,76 % 16 76,19 % 21 100 % 55,00 % 19,05%
4.1.1.2 Siklus 1 Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya dengan alokasi waktu 2 jam mata pelajaran. Ketika proses dan akhir tindakan pembelajaran, dilakukan observasi dan evaluasi. Berikut hasil penelitian siklus 1. a. Hasil Observasi Kegiatan Belajar
34
Untuk mengetahui proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan strategi simulasi permainan bola voli, maka peneliti menggunakan lembar observasi pembelajaran yang akan di isi oleh pengamat (guru mitra). Berdasarkan hasil yang di peroleh pada pelaksanaan siklus 1 dari 33 aspek yang diamati dapat di jelaskan sebagai berikut. Terdapat 28 indikator pengamatan atau 85% yang pelaksanaannya sudah tergolong “ya atau baik”, dan masih terdapat 5 indikator atau 15% yang pelaksanaannya tergolong “tidak atau belum maksimal”. b. Hasil Observasi Hasil Belajar Servis dan Passing Hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus 1 mengenai hasil belajar servis dan passing pada permainan bola voli melalui pembelajaran simulasi di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa berupa hasil tes dapat diuraikan sebagai berikut. A. Kategori indikator penilaian 1 (hasil belajar servis atas dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 2 orang (9,52%), pada klasifikasi “baik” 13 orang (61,90%) ,pada klasifikasi “cukup” 5 orang (23,80%) dan 1 orang (4,76%) lainnya termasuk pada klasifikasi “kurang”. B. Kategori indikator penilaian 2 (hasil belajar servis bawah dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 5 orang
35
(23,80%), pada klasifikasi “baik” 9 orang (42,85%), pada klasifikasi “cukup” 7 orang (33,33%) dan pada klasifikasi “kurang” tidak ada. C. Kategori indikator penilaian 3 (hasil belajar passing atas dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 1 orang (4,76%), pada klasifikasi “baik” 12 orang (57,14%), pada klasifikasi “cukup” 8 orang (38,09%) dan pada klasifikasi “kurang” tidak ada. D. Kategori indikator penilaian 4 (hasil belajar passing bawah dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 8 orang (38,09%), pada klasifikasi “baik” 8 orang (38,09%), pada klasifikasi “cukup” 4 orang (19,04%) dan 1 orang (4,76%) lainnya termasuk pada klasifikasi “kurang”. Siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” terdapat 8 orang siswa atau 38,10%, kemudian pada klasifikasi “baik” terdapat 4 orang atau 19,05%, sedangkan pada klasifikasi “cukup” terdapat 6 orang siswa atau 28,57% dan 3 orang atau 14,29% tergolong “kurang”. Dan rata-rata kelas 77,14%. Selengkapnya dapat di lihat pada sajian tabel berikut.
36
Tabel : Klasifikasi Akhir Hasil Belajar Servis dan Passing Siklus 1
Klasifikasi Nilai Sangat Baik 85-100 Baik 75-84 Cukup 65-74 Kurang 0-64 JUMLAH RATA-RATA KELAS Capaian Indikato Kinerja 1. Refleksi
Siklus 1 Siswa 8 4 6 3 21
% 38,10 % 19,05 % 28,57 % 14,29 % 100 % 77,14 % 57,15%
Refleksi dilakukan oleh peneliti setelah melakukan tindakan pada subyek penelitian yaitu siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa dengan materi yang diajarkan yaitu keterampilan dasar servis dan passing pada permainan bola voli. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari siklus 1 tentang kegiatan pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar
servis dan passing, maka dapat diketahui
bahwa pelaksanaan pembelajaran masih belum optimal, karena masih terdapat beberapa indikator yang termasuk pada kategori “tidak atau belum maksimal” dan penelitian ini mengalami peningkatan hasil belajar, namun belum mencapai target yang di harapkan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja 80% yang merupakan capaian indikator pada penelitian tindakan kelas (PTK), karena siswa yang diberi tindakan masih beberapa orang yang hanya mendapatkan nilai 78, maka penelitian ini dilanjutkan pada tahap siklus II. Oleh karena itu perlu di perbaiki dan di tingkatkan pada siklus berikutnya, yakni siklus II.
37
4.1.1.3 Siklus 2 Pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 tetap dilaksanakan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan setelah siklus 1 selesai dan belum mencapai target, dan di laksanakanlah siklus 2 dengan alokasi waktu 2 jam mata pelajaran. Ketika proses dan akhir tindakan pembelajaran, dilakukan observasi dan evaluasi. Berikut hasil penelitian siklus 2. a.
Hasil Observasi Kegiatan Belajar Pelaksanaan siklus 2 ini mengalami perubahan. Keseluruhan indikator
kegiatan pembelajaran kemudian diamati terlaksana dengan baik, atau dengan kata lain, 100% kegiatan pembelajaran berlangsung optimal. b.
Hasil Observasi Hasil Belajar Servis dan Passing Hasil belajar servis dan passing pada permainan bola voli pada siswa kelas
VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa pada siklus 2 ini memperlihatkan peningkatan yang sangat bagus hingga mencapai kriteria keberhasilan sebagaimana yang di rumuskan pada indikator kinerja. Adapun hasil evaluasi pembelajaran siklus 2 dapat diuraikan sebagai berikut. A. Kategori indikator penilaian 1 (hasil belajar servis atas dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 2 orang (9,52%), pada
38
klasifikasi “baik” 14 orang (66,66%) ,pada klasifikasi “cukup” 5 orang (23,80%) dan yang termasuk pada klasifikasi “kurang” tidak ada. B. Kategori indikator penilaian 2 (hasil belajar servis bawah dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 5 orang (23,80%), pada klasifikasi “baik” 14 orang (66,66%), pada klasifikasi “cukup” 2 orang (9,52%) dan pada klasifikasi “kurang” tidak ada. C. Kategori indikator penilaian 3 (hasil belajar passing atas dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 1 orang (4,76%), pada klasifikasi “baik” 19 orang (90,47%), pada klasifikasi “cukup” 1 orang (4,76%) dan pada klasifikasi “kurang” tidak ada. D. Kategori indikator penilaian 4 (hasil belajar passing bawah dengan skor penilaian 5) siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” 12 orang (57,14%), pada klasifikasi “baik” 9 orang (42,85%), pada klasifikasi “cukup” dan “kurang” tidak ada. Siswa yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” terdapat 11 orang siswa atau 52,38%, kemudian pada klasifikasi “baik” terdapat 7 orang atau 33,33%, sedangkan pada klasifikasi “cukup” terdapat 3 orang siswa atau 14,29% dan yang tergolong pada klasifikasi “kurang” tidak ada. Dan rata-rata kelas 82,61%. Selengkapnya dapat di lihat pada sajian tabel berikut.
39
Tabel : Klasifikasi Akhir Hasil Belajar Servis dan Passing siklus 2
Klasifikasi Nilai Sangat Baik 85-100 Baik 75-84 Cukup 65-74 Kurang 0-64 JUMLAH RATA-RATA KELAS Capaian Indikator Kinerja c.
Siklus 2 Siswa 11 7 3 0 21
% 52,38 % 33,33 % 14,29 % 0% 100 % 82,61 % 85,71%
Refleksi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 2 tentang kegiatan pembelajaran
menunjukan kondisi yang optimal dalam pelaksanaannya.
Kondisi ini
menyebabkan terjadinya peningkatan hasil belajar servis dan passing di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa dalam materi permainan bola voli hingga terpenuhi indikator kinerja yang telah di tetapkan. Dengan demikian, tindakan siklus dihentikan atau di akhiri pada siklus ini, dalam artian tidak lagi di lanjutkan ke siklus berikutnya. Dari hasil refleksi mengenai hasil tindakan pada proses pembelajaran diperoleh gambaran bahwa hasil belajar servis dan passing permainan bola voli di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa dapat meningkat melebihi indikator kinerja yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena strategi, pembedayaan dan juga penguasaan guru terhadap siswa saat pembelajaran sudah cukup baik.
40
4.2
Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian hasil belajar servis dan passing di kelas VIII.5
SMP Negeri 1 Tapa dari tahap observasi terlihat bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) ini belum mencapai indikator yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80% hal ini dapat dibuktikan dengan hasil yang diperoleh pada tahap observasi awal, yang termasuk pada klasifikasi “sangat baik” tidak terdapat seorang siswa, kemudian pada klasifikasi “baik” terdapat 4 orang atau 19,05%, sedangkan pada klasifikasi “cukup” terdapat 1 orang siswa atau 4,76% dan 16 orang atau 76,19% tergolong “kurang”. Dan rata-rata kelas 55,00 %. Hal ini membuktikan bahwa penelitian yang dilaksanakan belum mencapai indikator yang diharapkan oleh karenanya diberikan tindakan pada siklus 1, tindakan yang diberikan berupa teknik dasar dalam servis (atas dan bawah) di mulai dari “posisi kaki, posisi badan, ayunan tangan, perkenaan tangan saat memukul bola, dan gerakan lanjutan”, selanjutnya untuk passing (atas dan bawah) dimulai dari “posisi kaki, posisi badan, posisi tangan, perkenaan tangan pada bola, dan gerakan lanjutan”, siklus 1 diberikan tiga kali pertemuan (tindakan) dalam seminggu, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar servis dan passing pada permainan bola voli dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi di SMP Negeri 1 Tapa. Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran siklus 1 dari 33 aspek yang diamati terdapat 28 indikator pengamatan atau 85% yang pelaksanaannya sudah tergolong “ya atau baik”, dan masih terdapat 5 indikator pengamatan atau 15% yang pelaksanaannya tergolong “tidak atau belum maksimal”. Tingkat
41
kemampuan siswa dalam hasil belajar dasar servis dan passing pada permainan bola voli melalui metode pembelajaran simulasi di SMP Negeri 1 Tapa pada siklus 1 dan setelah dianalisis mengalami peningkatan dan diperoleh klasifikasi sebagai berikut. Pada klasifikasi “sangat baik” terdapat 8 orang siswa atau 38,10%, kemudian pada klasifikasi “baik” terdapat 4 orang atau 19,05%, sedangkan pada klasifikasi “cukup” terdapat 6 orang siswa atau 28,57% dan 3 orang atau 14,29% tergolong “kurang”. Dan rata-rata kelas 77,14%. Berdasarkan hasil pengamatan serta data yang diperoleh dari siklus 1 diatas,penelitian ini mengalami peningkatan hasil belajar, namun belum mencapai target yang di harapkan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja 80% yang merupakan capaian indikator pada penelitian tindakan kelas(PTK), maka penelitian ini dilanjutkan pada tahap siklus 2. Proses pembelajaran terjadi perubahan keseluruhan indikator kegiatan pembelajaran kemudian diamati terlaksana dengan baik, atau dengan kata lain, 100% kegiatan pembelajaran berlangsung dengan optimal. Siklus 2 diberikan lagi tindakan sebanyak tiga kali, untuk meningkatkan hasil belajar servis dan passing pada permainan bola voli melalui metode pembelajaran simulasi di SMP Negeri 1 Tapa sampai pada capaian indikator yang di tentukan, dan berdasarkan hasil yang dipeoleh dari data siklus 2, kemampuan siswa dalam hasil belajar servis dan passing pada permainan bola voli melalui metode pembelajaran simulasi di SMP Negeri 1 Tapa telah mengalami peningkatan. Kriteria keberhasilan sebagaimana yang di rumuskan pada indikator kinerja. Hasil tersebut menunjukan bahwa pada klasifikasi “sangat baik” terdapat 11 orang
42
siswa atau 52,38%, kemudian pada klasifikasi “baik” terdapat 7 orang atau 33,33%, sedangkan pada klasifikasi “cukup” terdapat 3 orang siswa atau 14,29% dan yang tergolong pada klasifikasi “kurang” tidak ada. Dan rata-rata kelas 82,61%. Tabel Gambaran Peningkatan Kemampuan Keterampilan Hasil Belajar Servis dan Passing Permainan Bola Voli Melalui Metode Pembelajaran Simulasi di SMP Negeri 1 Tapa Sesuai Klasifikasi Nilai Pemberian Tindakan
Klasifikasi Nilai
Observasi Awal
Siklus 1
Siklus 2
Siswa
%
Siswa
%
Siswa
%
Sangat Baik 85-100
0
0,00%
8
38,09%
11
52,38%
Baik 75-84
4
19,05%
4
19,05%
7
33,33%
Cukup 65-74
1
4,76%
6
28,57%
3
14,29%
Kurang 0-64
16
76,19%
3
14,29%
0
0,00%
JUMLAH
21
100%
21
100%
21
100%
Rata-Rata Kelas Hasil Capaian Indikator Kinerja
55,00%
77,14%
82,61%
19,05%
57,15%
85,71%
43
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 1.1 Simpulan Adapun yang menjadi simpulan dari penelitian tindakan kelas ini, yaitu sebagai berikut : 1. Hasil belajar servis dan passing permainan bola voli siswa kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa meningkat dengan penerapan metode pembelajaran simulasi. 2. Tindakan pembelajaran sebanyak dua siklus memperlihatkan hasil belajar servis dan passing pada permainan bola voli melalui pembelajaran simulasi pada setiap siklus yang kian meningkat. Terlihat dari observasi awal, banyak siswa yang belum mampu melakukan servis dan passing, dengan indikator capaian hasil belajar 19,05%. Pada siklus 1 sudah beberapa siswa yang telah memperlihatkan peningkatan hasil belajar dan memperoleh nilai tuntas dengan indikator capaian hasil belajar 57,15%, karena hasil yang diperoleh belum mencapai indikator kinerja yang telah di tetapkan maka penelitian dilanjutkan pada siklus 2. Pada siklus 2 telah meningkat lagi Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 2 tentang kegiatan pembelajaran menunjukan kondisi
yang optimal dalam
pelaksanaannya. Kondisi ini menyebabkan terjadinya peningkatan hasil belajar servis dan passing di kelas VIII.5 SMP Negeri 1 Tapa dalam materi permainan bola voli hingga terpenuhi indikator kinerja yang telah di tetapkan dengan indikator capaian hasil belajar 85,71%. Dengan demikian,
44
tindakan siklus dihentikan atau di akhiri pada siklus ini, dalam artian tidak lagi di lanjutkan ke siklus berikutnya. 3. Hasil capaian belajar siswa diatas jika di hubungkan dengan indikator kinerja maka dapat dijelaskan bahwa indikator kinerja (80%) terpenuhi setelah pelaksanaan siklus 2 dimana hasil pada siklus ini terkait dengan hasil belajar siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) telah dicapai sebanyak 18 orang atau 85,71%. 1.2 Saran Hasil penelitian ini mempunyai peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam melakukan keterampilan dasar servis dan passing pada materi permainan bola voli, dalam penelitian ini maka peneliti dapat memberikan beberapa saran diantaranya : 1. Metode pembelajaran simulasi dapat di terapkan dalam pembelajaran di sekolah dan menjadi salah satu pilihan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Dengan metode pembelajaran simulasi siswa diharapkan dapat lebih memahami konsep pembelajaran dengan baik dan menjadi salah satu metode pembelajaran yang dapat di aplikasikan ke pembelajaran selanjutnya. 3. Hasil penelitian penerapan metode pembelajaran simulasi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada permainan bola voli khususnya servis dan passing di harapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya.
45
DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi.Surabaya: Pustaka Pelajar. Yusuf Hidayat (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan SMA/MA/SMK Untuk Kelas X. Jakarta: pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Ngatiyono dan Dyan Putri Riswanty (2010). Mari Sehat Bergembira 4 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Untuk Kelas IV SD/MI. Jakarta: pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Budi Aryanto dan Margono (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Faridha Isnaini & Suranto (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Atmaja Budi Sarjana & Bambang Trijono Joko Sunarto (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs Kelas IX. Jakarta : pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Budi Sutrisno & Muhammad Bazin Kha (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 2 untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Mohammad Ali Mashar & Dwinarhayu (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP Kelas IX. Jakarta : pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Sujarwadi & Dwi Sarjiyanto (2010). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta : pusat pembukuan Kementrian Pendidikan Nasional. Uno B. Hamzah, Mohamad Nurdin (2011). Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik). Jakarta: Bumi Aksara Andi Gibbs, Declan Kennedy, & Anthony Vickers (2012). Journal of the European Higher Education Area, Bergeles Nikos and Nikolaidou Maria Elissavet (2011).International Journal of Performance Analysis in Sport. Rofa Nurochma (2012). Jurnal Pendidikan Biologi. Surakarta. Agung Prastowo Tri Nugroho (2013). Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreation. Julie Cassidy (2009).Journal of the Australasian Tax Teachers Association. Australia. Kristen Betts (2009).Asia‐Pacific Journal of Cooperative Education. New Zealand. Yu-Je Lee, Chia-Hui Chao & Ching-Yaw Chen (2011). Global Journal of Engineering Education.Taiwan Jenni Jones (2012). International Journal of Evidence Based Coaching and Mentoring.