BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan merupakan hal yang ingin dicapai oleh setiap perusahaan. Pertumbuhan diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perusahaan sehingga dapat mendorong investor untuk menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Prospek perusahaan yang bertumbuh bagi investor merupakan suatu prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan memberikan return yang tinggi (Nugroho, 2002). Beberapa perusahaan dapat menghasilkan banyak uang kas tetapi jumlah peluang investasinya terbatas. Hal ini terjadi pada perusahaan-perusahaan dalam industri yang menguntungkan dan berada pada tahap kedewasaan. Perusahaan tersebut biasanya membagikan persentase kas yang besar kepada pemegang saham, sehingga menarik kelompok investor yang menghendaki deviden tinggi. Perusahaan lain menghasilkan sedikit atau bahkan tidak ada kelebihan kas, tetapi mempunyai banyak peluang investasi yang seringkali terjadi pada perusahaan baru dalam industri yang tumbuh dengan cepat. Perusahaan tersebut memiliki laba dan harga saham yang cenderung meningkat yang dapat menarik investor yang memilih keuntungan modal (Brigham dan Houston, 2001). Perusahaan dengan tingkat kesempatan bertumbuh yang tinggi memiliki assets in place lebih rendah dibandingkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah. Perusahaan dengan assets in place rendah akan memiliki leverage yang
1
2
rendah karena leverage dapat dilakukan melalui pendanaan dari utang perusahaan dan besarnya jumlah utang yang dapat diperoleh ditentukan oleh jumlah aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan. Perusahaan dengan leverage rendah akan membagikan deviden yang rendah juga. Kebijakan yang dilakukan perusahaan terhadap pembagian deviden akan mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan. Sisa deviden yang dibagikan akan dimanfaatkan manajemen untuk meningkatkan leverage perusahaan. (Sirait, 2005). Myers (1997) dalam Fijrijanti dan Hartono (2000), perusahaan merupakan kombinasi antara aset milik perusahaan dengan pilihan investasi di masa datang. Pilihan-pilihan investasi di masa datang dikenal dengan istilah Investment Opportunity Set (IOS). Smith dan Watts (1992) dalam Subekti dan Kusuma (2001), pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan oleh kombinasi dari berbagai nilai Investment Opportunity Set (IOS). Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang dapat mengimplikasikan nilai aktiva yang dimiliki (assets in place) dan nilai kesempatan investasi yang tumbuh pada suatu perusahaan di masa depan. Beberapa
tahun
terakhir,
para
peneliti
akuntansi
keuangan
mulai
mengembangkan penelitian tentang IOS, diawali oleh Smith dan Watts (1992) yang mengusulkan proposisi mengenai asosiasi antara IOS perusahaan dengan kebijakan pendanaan, deviden dan kompensasi. Mereka menggunakan data yang disusun berdasarkan level industri untuk mendukung hipotesis mereka. Temuan mereka menunjukkan bahwa perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang lebih tinggi menggunakan utang yang lebih kecil dalam struktur modalnya, membayar deviden
3
lebih kecil dan membayar kompensasi eksekutif lebih besar dan mengandalkan stock plans (Prasetyo, 2000). IOS menunjukkan opsi pertumbuhan di masa yang akan datang. Nilai opsi pertumbuhan tersebut tergantung pada discretionary expenditure manager (Myers, 1977 dalam Lestari, 2004). Menurut penelitian terdahulu, perusahaan yang bertumbuh akan lebih banyak menggunakan sumber pendanaan dari modal sendiri/ekuitas daripada utang. Jika pertumbuhan perusahaan dibiayai dengan utang, manajer tidak akan melakukan investasi yang optimal/underinvestment karena kreditur akan memperoleh klaim pertama kali terhadap aliran kas dari proyek investasi tersebut. Oleh sebab itu, agency problem dari sisi pemegang saham dapat dikurangi dengan cara melibatkan pihak ketiga (debtholders) yang masuk melalui kebijakan utang. Dengan adanya keterlibatan pihak luar akan mempersempit ruang gerak manager untuk melakukan tindakan-tindakan dan mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Utang.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan: Apakah Investment Opportunity Set berpengaruh terhadap kebijakan utang?
4
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Investment Opportunity Set terhadap kebijakan utang.
1.4 Kontribusi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bagi Investor dan calon Investor Dapat memberikan sumbangan informasi mengenai signifikasi pengaruh Investment Opportunity Set terhadap kebijakan utang sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan dalam kesempatan investasi di masa datang. 2. Bagi akademisi Sebagai bahan pembanding dan tambahan literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembahasan dalam penelitian ini. 3. Bagi Pemerintah Dapat
memberikan
sumbangan
informasi
mengenai
besarnya
peluang/kesempatan serta waktu yang tepat untuk berinvestasi oleh investor apabila dilihat dari kebijakan utang sehingga diharapkan dapat membantu perekonomian di Indonesia apabila terjadi peningkatan investasi. 4. Bagi Emiten/Perusahaan Dapat
menjadi
referensi
dan
tambahan
bagi
perusahaan
dalam
mempertimbangkan kebijakan utang perusahaan berdasarkan peluang
5
investasi sehingga mendorong perusahaan untuk berkinerja lebih baik lagi agar dapat menghasilkan peluang investasi yang besar bagi perusahaan.
1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini akan menggunakan variabel dependen kebijakan utang sedangkan variabel independennya adalah Investment Opportunity Set. Sampel penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang mempublikasikan laporan keuangan dari tahun 2001 hingga 2006 dan memiliki laporan yang lengkap mengenai kebijakan utang dan proksi IOS yang akan digunakan dalam penelitian ini. Alasan pemilihan tahun 2001-2006 dikarenakan krisis ekonomi mulai pulih pada tahun 2001. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah nasabah yang ingin menabung. Tahun 2003 pencapaian kinerja variabel ekonomi makro lebih merata dibanding tahun 2002. Tahun 2003 perekonomian Indonesia agak stabil, hal ini tercermin pada perekonomian Indonesia yang meningkat menjadi 4.1% per tahun, dibanding dengan tahun 2002 sebesar 3.7 % per tahun (www.kompas.com) Banyak kejadian besar yang terjadi di Indonesia diantara tahun 2001-2006 yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap besarnya peluang investasi di masa yang akan datang. Contohnya gangguan politik seperti bom di Kedutaan besar Australia, pemilu di tahun 2004 yang setelah itu diikuti dengan adanya bencana alam yang berturut-turut di Indonesia yaitu tsunami di Aceh pada Desember 2004 dan gempa di Nias pada Maret 2005. Adanya kejadian-kejadian pada tahun 2001-2006 dapat mempengaruhi kondisi di perusahaan-perusahaan yang go public, dimana salah
6
satunya adalah kesempatan investasi oleh investor. Oleh sebab itu, penelitian ini akan membahas tahun yang bersangkutan.