BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang begitu pesat dalam beberapa dasawarsa tahun terakhir membawa perubahan yang begitu besar dalam semua sektor kehidupan, tidak kecuali dalam sektor media yang perkembangannya sangat cepat dalam penyampaian dan pertukaran pesan melalui teknologi. Teknologi dalam komunikasi sangat mudah dilakukan sehingga komunikasi dapat dilakukan secara 2 arah dan memungkinkan terjadinnya interaksi antara pengirim pesan dengan penerima pesan, dalam perkembangan media massa mungkin ini yang dikatakan baru sehingga dinamakan new media. Dengan teknologi internet yang didukung oleh jejaring social media dapat mempermudah kita untuk berhubungan dengan orang laintanpa mengenal batasan wilayah, ruang dan waktu. Tidak hanya sebatas itu, social media memberikan ruang bagi masyarakat untuk membahas dari permasalahan yang bersifat keseharian hingga mendiskusikan permasalahan yang bersifat serius, misalkan mengkritik kebijakan pemerintah. Kemajuan teknologi ini memberikan manfaat dan alternative bagi masyarakat dalam menyalurkan pendapat dan tanggapannya atas berbagai isu yang ada, saat ini jutaan orang telah memanfaatkan ruang social media dalam berinteraksi hal ini sering disebut sebagai cyberspace, yaitu sebuah dunia yang terhubung melalui penggunaan computer dan internet. social media sendiri mempunyai fungsi positif seperti :
1. Memberikan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat: memberikan
petunjuk
adanya
hubungan
antara
kekuasaan,
serta
memudahkan inovasi, adaptasi, dan kemajuan. 2. Memberikan informasi yang bersifat menjelaskan, menafsirkan, serta mengomentari makna peristiwa dan informasi. 3. Memberikan informasi tentang hal-hal yang berkesinambungan yang meliputi peningkatan dan pelestarian nilai-nilai. 4. Memberikan hiburan
untuk
dapat
meredakan ketegangan sosial,
mengalihkan perhatian dan relaksasi. 5. Mobilisasi untuk mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, sosial, pembangunan pekerjaan dan agama1 Sebagian besar masyarakat telah memanfaatkan social media sebagai sarana dalam berbagi informasi, baik dari kalangan mahasiswa, karyawan, menteri, sampai presiden sekalipun memiliki akun social media seperti Facebook sampai Twitter.Social media seperti membentuk dunia baru, karena bagi para penggunanya dengan mudah dapat mengetahui dan menyapa teman mereka tanpa harus bertemu langsung, selain itu dengan menggunakan social media mereka dapat berbagi pengetahuan dengan cara meng-upload foto maupun video, karena ponsel mereka telah menjadi jendela baru untuk mengatahui segala hal yang sedang terjadi di luar sana. Dengan berkembangnya internet semua orang memiliki kesempatan yang sama dalam memanfaatkannya, seperti halnya 1
Denis McQuail dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia.
melakukan gerakan dan perubahan, hal ini didukung dengan semakin banyaknya koorporasi seperti Facebook, Twitter, Youtube, dan social media lainnya yang mentransformasi gagasan dan mengubah cara berinteraksi individu dengan menggunakan internet. Sejalan dengan semakin berkembangnya social media, hal ini diikuti juga dengan perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkannya, mengingat seperti apa yang dikatakan oleh Manuel Castel bahwa teknologi itu bersifat netral, tergantung pada siapa yang memegang atau mengendalikan teknologi itu dapat dikatakan berdampak positif maupun negatif. Pada dasarnyasocial mediajuga dimanfaatkan oleh masyarakat dunia sebagai tempat berbagi kegiatan sehari-hari sampai dijadikan ruang protes atau kritik bahkan tuntutan revolusi. Seperti gerakan social media yang muncul di Indonesia pada tahun 2009 dalam gerakan yang bertajuk “Dukungan Bagi ibu Prita Mulyasari “ penulis surat keluhan malpraktik kepada rumah sakit omni jakarta yang mengharuskan prita mulyasari membayar denda hampir satu milyar rupiah, gerakan ini di dukung lebih dari 5.900 anggota group dan gerakan social media ini dapat mengumpulkan donasi hampir sebesar satu milyar kurang dari seminggu. Ada pula gerakan 1.000.000 Facebookers (istilah pengguna Facebook) yang mendukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto perihal kasus “Cicak VS Buaya” yang melibatkan KPK dengan petinggi POLRI, social media seperti Facebook dan Twitter menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia dalam melakukan gerakan sosial baru 2. Jika 2
http://m.berdikarionline.com/editorial/20120207/dunia-maya-dan-gerakan-sosial-antikorupsi.html
kita lihat di luar negeri, jatuhnya presiden Mesir Husni Mubarok yang memimpin lebih dari 30 tahun dan presiden Tunisisa Zine El Abidine ben Ali yang berkuasa selama lebih dari 23 tahun disinyalir berawal dari gerakan sosial melalui jejaring sosial yaitu Facebook dan Twitter, para pemberontak yang melakukan koordinasi gerakan dengan cepat menggunakan Facebook, Twitter, dan SMS (Short Message Service) yang mendapat respon dari pemerintah mesir meng-blockade jaringan internet pada saat itu. Selama ini internet hanya dianggap sebagai dunia maya tetapi sekarang masyarakat memanfaatkan dan mentransformasikan ke dalam berbagai aksi kritik nyata dari dunia maya (online) ke dalam dunia nyata (offline), seperti dalam bentuk gerakan social media. Internet bisa menjadi media agen perubahan mengingat jumlah pengguna internet yang besar di Indonesia dan generasi muda yang dalam kehidupan sehari-hari selalu dekat danmemanfaatkan jaringan internet dalam memperoleh informasi sering disebut sebagai net generation, dalam penggunaan internet dan social media untuk berinteraksi bagi generasi muda Indonesia juga dapat dengan mudah membentuk kelompok atau komunitas untuk mengusung gagasan perubahan. Anthony Gidden menyatakan bahwa Gerakan social merupakan upaya kolektif untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau gerakan bersama melalui tindakan kolektif diluar lingkup lembaga-lembaga yang mapan3, sedangkan menurut Robert Misel dalam bukunya yang berjudul teori pergerakan sosial mendefinisikan gerakan sosial sebagai perangkat keyakinan dan 3
Fadhillah Putra dkk (2006) dalam skripsi aktivisme gemkara-BP3KB dan pengaruhnya dalam mewujudkan kabupaten batubara, Novi Andrianthy, 2009
tindakan yang tidak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau menghalangi perubahan dalam masyarakat 4. Menurut Mansour Fakih gerakan sosial adalah kelompok yang teroganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai sosial.5 Gerakan sosial di Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, dimana pada tahun 1998 gerakan mahasiswa mempunyai andil besar dalam meruntuhkan rezim soeharto. Karakter gerakan sosial pun telah berubah fungsi dimana pada rezim soeharto gerakan sosial sering melakukan aktivisme demonstrasi sebagai media dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah, sedangkan untuk gerakan sosial yang diikuti oleh perkembangan teknologi khususnya pasca orde baru memperlihatkan karakter berbeda, dimana gerakan sosial mulai meninggalkan media demonstrasi untuk menyampaikan aspirasi maupun kritik terhadap pemerintah tetapi mulai memanfaatkan social media dalam menyampaikan kritik. Dengan teknologi, gerakan sosial lebih terfragmentasi, bersifat lokal, berorientasi pada satu isu dan rata-rata berdurasi singkat, hal ini yang menciptakan gerakan sosial baru yang membedakan dengan gerakan sosial lama dapat dilihat dari aktor, tujuan dan penggunaan alat dalam melakukan gerakan tersebut, seperti yang Mouffe jelaskan bahwa aktor penggerak dari gerakan sosial baru berasal dari 3 sektor yang salah satunya adalah kelas menengah, tujuan dari gerakan sosial baru tidak lagi membahas mengenai perjuang kelas tetapi sudah meluas kedalam semua 4
Robert Misel, Teori Pergerakan Sosial, Yogyakarta : Resist Buku, 2004, Hal 6-7.
5
Mansour Fakih,Tiada Transformasi Tanpa Gerakan Sosial, dalam Zaiyardam Zubir, Radikalisme kaum Terpinggir : Study tentang Ideologi, Isu, Strategi dan Dampak Gerakan, Yogyakarta : Insist Press, 2002, Hal Xxvii.
aspek kehidupan baik itu isu sosial, politik, ekonomi, budaya dan HAM, yang paling menarik disini adalah alat yang dilakukan dalam melakukan gerakan itu sendiri, dimana dalam gerakan sosial lama media gerakan cenderung menggunakan media demontrasi tetapi dalam gerakan sosial baru media tersebut perlahan-lahan mulai di tinggalkan, dengan kemajuan teknologi informasi social media menjadi salah satu media yang paling efektif yang dipilih sebagai media dalam gerakan sosial baru, seperti petisi online, change,org web yang memfalitasi gerakan-gerakan masyarakat. Munculnya relawan dalam gerakan sosial menjadi fenomena yang menarik, pengorbanan baik secara materi dan waktu mereka berikan untuk ikut aktif dalam gerakan sosial seperti halnya gerakan relawan Jokowi-JK mereka bersedia mendukung calon presiden pilihan mereka agar dapat menduduki kursi nomor satu di republik ini, relawan muda yang tergabung dalam gerakcepat.com ini mencoba mendukung dan me-sosialisasikan visi dan misi jokowi kepada masyarakat luas dengan tujuan mempengaruhi masyarakat untuk dapat memilih Jokowi-JK. Mengingat bahwa relawan tidak sepenuhnya mendapat keuntungan dari aktivisme yang mereka gerakan, maka dari itu menjadi hal menarik untuk dibahas secara lebih mendalam. Munculnya fenomena relawan bukan menjadi hal yang baru dalam gerakan di indonesia, mengingat bahwa runtuhnya rezim soeharto juga dari gerakan sosial yang di gerakan oleh mahasiswa dan di dukung oleh masyarakat indonesia. Relawan merupakan himpunan kekuatan rakyat yang tidak dapat dinilai harganya, mereka bergerak karena menginginkan perubahan yang signifikan.
Perkembangan teknologi khususnya social media juga dimanfaatkan oleh perkumpulan mahasiswa yaitu gerakan gadjah mada mengajar yang merupakan lembaga sosial kampus (LSK), dimana gerakan ini menggunakan social media untuk memposting beberapa foto fenomena di lapangan ke social media yang mendapat respon positif dari public khususnya mahasiswa dalam bentuk share informasi sampai tanya jawab mengenai gerakan komunitas. Gadjah mada mengajar merupakan gerakan sosial yang bersifat non profit atau kesukarelawanan berbasis pengabdian dalam masyarakat yang focus dalam peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan, gerakan ini pada awalnya bertujuan untuk menjangkau anak-anak korban bencana yang sangat sulit mendapatkan pendidikan formal dikarenakan fasilitas pendidikan formal mereka rusak akibat erupsi gunung merapi. Gerakan gadjah mada mengajar di latar belakangi oleh bencasa erupsi gunung merapai yang pada saat itu merusak failitas pendidikan formal di sekitar daerah lereng gunung merapi sehingga mahasiswa dari UGM membentuk kelas untuk mengisi atau menggantikan sementara pendidikan formal di tempat itu, lambatnya peran pemerintah dalam menangani permasalahan ini menjadikan komunitas ini terbentuk sebagai respon terhadap permasalahan tersebut. Relawan yang tergabung dalam GMM tidak hanya berasal dari mahasiswa UGM tetapi mahasiswa dari universitas lainnya yang berada di Yogyakarta juga dapat bergabung dalam gerakan ini, GMM sendiri melakukan perekrutan anggota relawan baru setiap tahunnya untuk memberi kesempatan dan berbagi pengalaman kepada mahasiswa lain, yang menarik adalah bagaimana kesadaran individu
dibentuk oleh keadaan sosial masyarakat melalui social media. Social media sangat berpengaruh terhadap berkembangnya gerakan gadjah mada mengajar, dimana awal mula gerakan ini berawal dari pemanfaatan social media sebagai bentuk ruang kritik dan ekspresi terhadap realitas sosial yang dilanjutkan dengan pembentukan komunitas GMM. Dalam mencari relawan atau pengajar bagi anakanak kurang mampu, GMM memanfaatkan social media dengan tingkat pengguna social media yang semakin meningkat, tidak sulit bagi komunitas ini dalam mecari relawan atau pengajar. Mahasiswa yang termasuk dalam kaum muda disebut sebagai digital native yang sangat dekat dengan teknologi informasi terutama jaringan internet dan handphonemelalui social mediatelah menciptakan ruang publik baru yang semakin terbuka dan tanpa batas terutama dalam mengkonsumsi informasi dari dunia maya, karena itu semakin tinggi tingkat apresiasi mahasiswa terhadap teknologi khususnya pemanfaatan social media juga berpengaruh pada gerakan gadjah mada mengajar dalam membentuk aktivisme volunteer dikalangan mahasiswa itu sendiri. Sebuah dampak dari teknologi informasi khususnya social media dalam membentukan aktivisme volunteer kaum muda pada mahasiswa membuat saya tertarik untuk dapat mengetahui sampai sejauh mana pengaruh dari perkembangan teknologi khususnya social media dalam gerakan gadjah mada mengajar. B. Rumusan Masalah Bagaimana kaum muda memanfaatkan social mediadalam menciptakan ruang baru bagi gerakan mahasiswa?
Bagaimana social media membentuk aktivisme relawan mahasiswa gadjah mada mengajar?
C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui sejauh mana penggunaan social media yang dimanfaatkan oleh gadjah mada mengajar dalam meningkatkan aktivisme gerakan di kalangan mahasiswa untuk ikut serta dalam gerakan sosial tersebut. Mengatuhui motivasi apa yang menjadi dasar dari para anggota bergabung dalam GMM. Mengetahui kontribusi konkreat apa yang dilakukan oleh individu setelah bergabung dalam GMM. Untuk mendapat gambaran tentang seberapa besar pengaruh social media dalam gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa khususnya yang tergabung dalam gerakan gadjah mada mengajar. Untuk mengetahui sejauh mana social media membentuk ruang baru di kalangan mahasiswa sebagai bentuk apresiasi terhadap gerakan sosial. Untuk mengetahui seberapa besar peran gadjah mada mengajar dalam melakukan proses perubahan sosial khususnya dalam dunia pendidikan di daerah Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian Memberi gambaran tentang pemanfaatan ruang digital yang digunakan oleh GMM dalam aktivisme nya di bidang pendidikan
Memberi penjelasan lebih lanjut tentang gerakan mahasiswa yang berbasis social media Agar mahasiswa memperoleh penalaran secara mendalam tentang gerakan social media dalam mencapai perubahan sosial di masyarakat.. Memberi gambaran tentang aktivisme relawan mahasiswa yang tergabung dalam gerakan gadjah mada mengajar.
E. Tinjauan Literatur Banyak penelitian yang dihasil oleh peneliti terdahulu yang berkaitan tentang gerakan sosial, banyak penelitian yang betujuan baik untuk menyelesaikan tugas akhir maupun penelitian yang dilakukan untuk instansi maupun kepentingan organisasi, berikut beberapa penelitian tersebut: Salah satu penelitian tentang gerakan sosial adalah penelitian yang dilakukan oleh Vita Febriana, mahasiswa sosiologi, universitas Gadjah mada.Penelitian ini mengenai konteks kelahiran gerakan dalam mempertahankan eksistensi permainan tradisional ditengah permainan modern yang semakin merabak ditengah masyarakat dengan di dukungnya globalisasi dan pasar bebas. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009 yang berjudul Komunitas kolong tangga dan gerakan counter hegemoni (Studi tentang kontek kelahiran dan strategi gerakan dalam merespon perubahan sosial). Penelitian ini selain menyoroti gerakan komunitas kolong tangga yang memperjuangkan permainan tradisional untuk tetap dapat bertahan juga mengkaitkannya dengan krisis identitas daerah akibat modernitas yang membentuk satu identitas yang sesuai dengan pasar.
Secara garis besar, penelitian ini membahas tentang gerakan komunitas dengan perspektif sosiologi melalui analisa teori gerakan sosial, dan teori identitas. Dalam analisa tersebut menemukan bahwa globalisasi dan modernitas yang sedang kita alami sekarang tidak sepenuhnya membawa dampak yang positif, hasil dari penelitian ini bahwa perkembangan permainan modern seperti adanya game online, tablet, dan smartphone menggerus permainan tradisional yang merupakan ciri khas dari suatu daerah karena globalisasi telah membentuk satu identitas yang sama sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pasar. Maka dari itu perlu adanya pelestarian permainan tradisional, permainan tradisional sebenarnya lebih banyak manfaat di banding kan dengan permainan modern yang hanya
kebanyakan
bersifat
abstrak.pada
akhirnya
tugas
orang
tua
memperkenalkan permainan tradisional kepada anak sangat penting perannya. Di lain hal, penelitian terkait dengan gerakan sosial dilakukan oleh Dibyareswari
utami
putrimahasiswa
komunikasi
massa,
Universitas
Indonesia.penelitian ini membahas tentang kekuatan media baru yaitu social media yang mampu membentuk gerakan sosial, dimana gerakan sosial ini dapat bertahan cukup lama karena adanya kekompakan dan loyalitas dari para anggotanya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 dengan judul Peran media baru dalam membentuk gerakan sosial (studi kasus pada individu yang terlibat dalam Indonesia Unite di Twitter) latar belakang dari muncul nya Indonesia unite ini dari reaksi pemboman yang terjadi di hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton Jakarta yang menimbulkan rasa nasionalis dari para anggota Indonesia unite. Gerakan sosial ini sadar bahwa pemboman yang terjadi di hotel tersebut akan
menurun kan minat orang baik dalam dan luar untuk berkunjung ke Jakarta, Indonesia unite sempat menjadi trendingtopic di Twitter selama 3 hari yang mendapatkan banyak dukungan dari seluruh penjuru dunia agar Jakarta dapat segera bangkit dari tragedy tersebut. Dalam penelitian ini menggukan metode kualitatif dengan paradigma postpositif, agar lebih mudah dalam mendiskripsikan dari gerakan Indonesia unite. penelitian tentang peran media baru dalam gerakan sosial ini dilakukan dengan 3 type informan yang terdiri dari informan yang mengikuti Indonesia unite, informan yang menuliskna tweet yang mendukung Indonesia unite, dan informan yang secara offline melakukan tindakan, seperti : admin dari Indonesia unite, merupakan informan utama yang membuat dan menjalankan akun Twitter, informan kedua
adalah seseorang yang membuat harian Indonesia unite,
informan ketiga adalah seseorang admin @aksisosia_IU di Twitter.dari informaninforman tersebut, diperoleh bahwa gerakan sosial yang mereka lakukan adalah sebagai bentuk melwan aksi kekerasan, diskriminasi maupun terorisme dari pemboman yang terjadi di di hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton Jakarta. Selain itu penelitian ini juga membuktikan bahwa gerakan sosial yang muncul karena perasaan yang sama akan cinta tanah air Indonesia, perasaan ini menumbuhkan kohesifitas dalam kelompok yang lebih jauh menimbulkan groupthink syndrome yaitu rasa kebanggaan yang positif pada Indonesia Unite. Kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ini, penelitian diatas menggugah minat peneliti untuk dapat melihat media baru dalam menghasilkan gerakan sosial terutama dalam gerakan gadjah mada mengajar,
secara lebih mendalam peneliti ingin mengetahui kekuatan dari media baru khususnya social media dalam membentuk aktivitas kesukarelawanan individu khususnya mahasiswa dalam gerakan gadjah mada mengajar.
F. Kerangka Teori 1. Relawan Relawan menurut kamus besar Indonesia identik dengan kesukarelawan yang berarti orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela (tidak karena diwajibkan atau dipaksakan)6, pertolongan jenis ini tergolong sebagai pertolongan kolektif dan biasanya pemberian pertolongan dalam jangka waktu yang lama, berkelanjutan dan terorganisir7. Relawan biasanya bergerak dalam satu wadah komunitas ataupun organisasi yang memiliki ideologi dan value (nilai) yang sama dalam melihat suatu permasalahan yang ada di masyarakat, maka dari itu terdapat saling kertergantungan antara satu orang dengan orang yang lain dalam menangani suatu permasalahan. Seseorang yang melibatkandirinya dalam aktivitas kerelawanan merupakan bentuk pertolongan terencana yang sesuai dengan kemampuan, pemilihan prioritas, dan penggunaan kemauan8.
6
kbbi.web.id
7
Schroeder, D.A., penner, L.A., Divido, J.F., Piliavin, J.A (1998). The Psychology of helping and altruism : Problem and puzzles, New York. 8
Benson, P., Dorothy,J,Garman,L., Hanson, E, hochschwender, M., Lebold, C,. Rohr, R & Sullivan J (1980). Intrapersonal correlates of nospontaneus helping behavior.Journal of social psychology, 110, 87-95.
Pada dasarnya motivasi relawan adalah motivasi untuk dapat saling berbagi dan membantu dengan orang lain sering disebut sebagai motivasi altruis, hal ini terlihat dari gerakan dan kegiatan yang mereka lakukan untuk membantu masyarakat, seperti yang dikatakan oleh Anies Baswedan relawan tidak dinilai bukan karena tidak berharga namun tidak ternilai. Banyak relawan yang ikut bergabung dalam gerakan sosial, memiliki rasa kepentingan yang sama akan ingin terwujudnya situasi yang diinginkan menjadi salah satu motivasi komunitas yang menjadi tempat partisipasi relawan. Aktivisme relawan kaum muda khususmya mahasiswa di lingkungan kampus dalam membentuk gerakan menjadi hal menarik untuk dapat dilihat secara lebih mendalam, dalam hal ini yang menarik adalah motivasi seperti apa yang menggerakan mereka dalam volunteer aktivisme sehingga dapat membentuk gerakan sosial. Pandangan Talcot Parson mengenai tindakan manusia pada dasarnya bersifat voluntaristik yang berarti bahwa tindakan itu didasarkan pada dorongan kemauan dengan mengindahkan nilai, ide dan norma yang disepakati, tindakan individu yang dijelaskan oleh Talcot Parson bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh individu memiliki kebebasan untuk memilih sarana (alat) dan tujuan yang akan dicapai itu dipengaruhi oleh lingkungan atau kondisi-kondisi, dan apa yang dipilihnya tersebut dikendalikan oleh nilai dan norma yang berlaku 9, prinsip pemikiran Talcot Parson menekankan bahwa tindakan individu diarahkan pada tujuan yang ingin dicapai oleh individu itu sendiri, tindakan ini dapat diartikan
9
Richard Grathouf (ed) The Correspondence between Alfred Schutz and Talcot Parson: The Theory o Social Action. Bloomington and London: Indiana University Press, 1978. Page 67-87 dalam id.wikipedia.org/wiki/Talcot_Parson#cite_note-Richard-10.
sebagai kenyataan sosial, sedangkan alat, tujuan, situasi dan norma hanya sebagai unsur-unsur yang mendukung untuk mencapai dari tindakan individu tersebut. Dalam konsep voluntaris memenurut Talcot bahwa aktor disini berperilaku aktif dan kreatif serta mempunyai kemampuan menilai dan memilih dari alternative tindakan, aktor disini tidak memiliki kebebasan total tetapi aktor memiliki kemauan bebas dalam memilih berbagai tindakan alternative.10 Hal ini menandakan bahwa kebebasan individu dalambertindak menjadi cikal bakal dari voluntarisme yang dianggap bahwa individu bebas dalam menentukan tindakannya, sedangkan kesukarelawanan menurut United Nation Voluntarisme (UNV)“The contribution that individuals make as non-profit, non-wage and non career action for the well-being of their neighbor, community of society at large11“, UNV merupakan lembaga internasional yang memiliki program mengenai kesukarelawan kaum muda yang tersebar luas dalam membantu pembangunan di berbagai negara maju maupun berkembang, lembaga ini mendorong pemerintah untuk melibatkan kaum muda melalui kesukarelawannya sebagai segment terpenting dalam mencapai perubahan dalam berbagai bidang, menurut UNV kesukarelawan pemuda mempunyai efek revitalitas pada perdamaian dunia dan proses pembangunan karena pemuda dianggap membawa energy, semangat, dan kreativitas dan sering yang pertama untuk datang dengan
10
Farida, Hanum. Konsep, Materi dan Pembelajaran Sosiologi, di sampaikan dalam Seminar Regional.Kentingan, 27 september 2011. 11 Watts, 2002 dalam tesis motivasi menjadi relawan LSM pada program penanganan difabel korban gempa bumi 27mei 2006, IyanSofy Magister Psikologi UGM, 2010.
solusi inovatif untuk memecahkan masalah yang paling mendesak di dunia12, UNV merupakan salah satu program dari PBB, telah menekankan pembangunan di berbagai negara tertinggal dengan melibatkan relawan pemuda sebagai agen perubahan, relawan pemuda sebelumnya telah dilatih dalam pengembangan keterampilan dan berbagai pengetahuan untuk menjadi bekal dalam melakukan aktivitas mereka di lapangan setelah itu para relawan ini dikirim ke daerah-daerah untuk melakukan kegiatan dalam membantu baik itu program pemerintah atau punswasta. UNV menjelaskan bahwa kaum muda yang menjadi relawan mempunyai kesempatan untuk mengasah keterampilan baru, memperoleh keterampilan, belajar tentang budaya baru dan lebih baik dalam pemahaman realitas pembangunan internasional dan pembangunan nasional13. UNV tidak hanya sebagai lembaga yang melibatkan kaum muda sebaga irelawan tetapi juga memfasiitasi kesukarelawanan kaum muda dalam keterlibatan mereka pada bidang pembangunan manusia secara berkelanjutan dan menggali potensi sosial, ekonomi dan kemanusian mereka.14 Sedangkan menurut Karanci dan Acarturk berpendapat bahwa kerelawanan merupakan kegiatan yang bisa membuat orang lain merasa nyaman, orang yang melakukannya tidak menginginkan imbalan material ataupun ekonomi untuk setiap kerja yang mereka lakukan, ia menolong sesama menyediakan beragam manfaat kepada orang lain, peka terhadap misi kemanusian bisa memberi rasa 12
UN Youth Volunteers Program overview (PDF) dalamhttp://www.unv.org/what-wedo/youth.html (diakses 5 November 2014). 13 UNYVP_Modalityoverview_FINAL.Pdf.dalamhttp://www.unv.org/what-we-do/youth.html (diakses 5 November 2014). 14 http://www.unv.org/what-we-do/youth.html (diaksestanggal 5 november 2014)
aman memberi kepercayaan juga meningkatkan kepekaan rasa kemanusian pada diri sendiri15. Fenomena gerakan relawan di Indonesia bukan menjadi suatu hal yang baru, mengingat untuk mencapai kemerdekaan Indonesia seluruh rakyat berjuang dan menjadi relawan demi kemerdekaan negara ini, para relawan ini telah mengorbankan harta, jiwa dan raga mereka dalam mencapai kemerdekaan, era reformasi juga tidak terlepas dari peran gerakan relawan, mahasiswa dan rakyat bersatu disaat meruntuhkan rezim otoriter yang saat itu berkuasa yaitu pemerintahan Soeharto. Pasca reformasi fenomena relawan tidak begitu saja menghilang tetapi fenomena ini semakin marak dan tumbuh di dalam struktur masyarakat Indonesia, dimana keadaan sosial, ekonomi dan politik di Indonesia yang tidak dapat me-representative suara rakyat menjadi pemicu tumbuhnya gerakan relawan yang mayoritas di gerakan oleh kelompok kelas menengah atas dan para intelektual dari kalangan mahasiswa. Pesta demokrasi pemilihan presiden tahun 2014 ini juga tidak terlepas dari gerakan relawan yang tumbuh sangat cepat dalam mendukung proses jalannya demokrasi, peranan relawan bersifat sangat vital dimana mereka berusaha untuk mensosialisasikan visi dan misi dari calon presiden yang mereka dukung dan mengajak masyarakat luas untuk menggunakan hak suara mereka. Tumbuh pesatnya gerakan relawan yang mengawal proses demokrasi ini menjadi sinyal bahwa masyarakat kita semakin aktif dan tertarik dalam ikut serta menentukan nasib bangsa ini kedepannya.
15
Karanci, N. A, & Acarturk (2005) dalam tesis motivasi menjadi relawan LSM pada program penanganan difabel korban gempa bumi 27mei 2006, Iyan Sofy Magister Psikologi UGM, 2010.
Perkembangan teknologi informasi telah merubah bentuk voluntarisme dimana dengan booming-nya social media voluntarisme dapat dilakukan di dalam dunia online, voluntarisme dalam media baru merupakan sebuah isu lama yang dikemas dengan cara baru yaitu menggunakan social media sebagai alat pendistribusian isu maupun informasi kepada public, sehingga efek yang diciptakan akan semakin besar dukungan yang diberikan oleh masyarakat, sebut saja dukungan dari public terhadap kasus yang menimpa Prita dimana melalui social media dukungan berupa materi dan non materi tersalurkan untuk membantu ibu Prita dalam memecahkan masalah dengan pihak rumah sakit. Voluntarisme menggunakan social media ini dapat dikatakan sebagai voluntarisme baru dimana penggunaan social media dalam gerakannya yang menjadikan pembeda dengan voluntarisme lama, serta kecepatan pendistribusian informasi ataupun isu yang menjadi perbedaan mencolok dengan voluntarisme lama dan bentuk dukungan yang diciptakan dengan menggunakan social media akan semakin besar. Bentuk dukungan yang diberikan terhadap isu atau informasi yang tersebar di social media yang dapat menciptakan gerakan voluntarisme biasanya bentuk dukungan dapat berupa like, retwet sampai petisi online. Jika dilihat secara lebih mendalam bahwa voluntarisme lama hanya dilakukan dalam lingkup ruang nyata, seperti gerakan voluntarisme masyarakat yang membantu korban bencana alam dimana ruang aktivitas masyarakat jelas di daerah yang terjadi bencana alam (offline) sedangkan untuk voluntarisme baru tidak hanya dilakukan dalam lingkup ruang nyata (offline) tetapi juga dilakukan dalam ruang online melalui social media, seperti contoh gerakan jalin merapi
disaat erupsi gunung merapi mereka menggunakan social media Twitter untuk mencari bantuan logistic, tanpa disadari dengan menggunakan social media tersebut telah banyak mendapat perhatian volunteer yang ingin membantu para korban erupsi gunung merapi, informasi tersebut di retwet oleh follower jalin merapi sehingga informasi cepat tersebar luas di social media sehingga bentuk dukungan dari para volunteer juga berlanjut keruang offline yang berupa bantuan logistic.16 Jadi dalam voluntarisme lama ruang yang digunakan dalam aktivismenya hanya di ruang offline sedangkan untuk voluntarisme baru mencakup dalam ruang online ke offline. Gerakan gadjah mada mengajar merupakan suatu komunitas yang bergerak dalam bidang pendidikan, komunitas ini digerakan oleh para relawan yang mayoritas dari mereka berstatus mahasiswa, komunitas ini menjadi wadah bagi para relawan dalam meng-ekspresikan diri mereka dalam hal berbagi ilmu pengetahuan. Isu pendidikan masih menjadi isu yang sensitif dimana tidak meratanya hak masyarakat dalam mendapatkan pendidikan sekolah mendapat perhatian dari masyarakat luas, maka ketika gerakan gadjah mada mengajar terbentuk banyak relawan khususnya dari kalangan mahasiswa yang ingin ikut berkontribusi dalam merubah wajah pendidikan khususnya di Jogyakarta. Hal ini seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah dalam menyediakan akses pendidikan yang mudah bagi rakyatnya, tetapi tidak semua ruang dapat dijangkau oleh pemerintah dan ketika pemerintah tidak mampu mencapai pada
16
Nugroho, Yanuar.,S.Syarief, Shinta. MelampauiAktivismeclick? Media Barudan Proses Politikdalam Indonesia Kontemporer.Jakarta, 2012.
titik titik tertentu disanalah peran relawan melalui komunitas mencoba menutup ruang atau menggantikan peran pemerintah melalui gerakan mereka.
2. New Media (Ruang digital) New mediasering disebut sebagai media digital yang menggunakan web type 2.0 yang memungkin pengguna dapat berinteraksi dengan penyedia informasi,sedangkan
media digital adalah media yang di dalamnya terdapat
konten yang berbentuk seperti data, suara, teks, dan berbagai jenis gambar yang dapat disimpan dalam format digital. New media ini merupakan media yang sangat membantu dalam kegiatan manusia untuk kebutuhannya terhadap informasi. Sementara menurut McQuail, media baru adalah tempat dimana seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi, distribusi pesan lewat satelit meningkat penggunaan jaringan kabel dan computer, keterlibatan audiens dalam proses komunikasi semakin meningkat. Perbedaan yang mencolok antara media baru dengan media lama terletak pada jenis komunikasinya, dimana media lama menggunakan web 1.0 yang hanya mampu melakukan komunikasi satu arah, hal ini membuat pesan yang di sampaikan oleh informan tidak dapat di tanggapi oleh audien sehingga tidak mungkin terjadinya interaksi diantara informan dan audien, contoh media lama adalah televise, dimana audiens dipaksa untuk memproduksi sendiri informasi yang di sampaikan oleh informan. Sedangkan untuk media baru menggunakan web 2.0 yang memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah antara si pengirim pesan dengan si penerima pesan, hal ini memungkinkan
terjadinya interaksi antara pengirim dan penerima pesan, dengan menggunakan media baru kita dapat berdiskusi menganai suatu masalah, kita juga dapat mengirim berbagai jenis gambar, data suara dan teks yang merupakan konten dari media baru. Sementara menurut McQuail media baru memiliki cirri-ciri yang membedakannya dengan “media lama” yaitu:17 1. Desentralisasi, pengadaan dan pemilihan berita tidak lagi sepenuhnya berada ditangain pemasok komunikasi. 2. Kemampuan tinggi, media yang digunakan adalah satelit sehingga dapat mengatasi hambatan komunikasi 3. Komunikasi timbal balik, penerima disini dapat memilih, menjawab kembali dan menukar informasi. 4. Kelenturan, sangat fleksibel dapat bentuk, isi, dan dalam penggunaannya. New media ini dapat digunakan sebagai media untuk kepentingan private maupun public mengingat masyarakat kita telah memasuki era informasi, selain itu new media juga dapat digunakan untuk menjembatani antara beberapa media lain. -
Twitter
Twittermerupakan salah satu aplikasi dari new media yang lebih sering kita
17
sebut
sebagai
social
media,
konten
yang
terdapat
di
Denis McQuail dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia.
dalam
Twittermemudahkan pengguna untuk dapat mencari berita yang pengguna social media ini inginkan, dengan menggunakan hastag (#) pada twet-nya sehingga lebih mudah dihubungkan dengan topic yang serupa dengan hastag yang mereka gunakan. Dimana dalam pemanfaatannya Twitter ini digunakan untuk sosialisasi dan update berita oleh masyarakat, selain itu Twitter juga sering digunakan sebagai tempat gerakan sosial sebagai contoh gerakan 1.000.000 Facebooker yang mendukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Rianto perihal kasus “Cicak VS Buaya” yang melibatkan KPK dengan petinggi POLRI. Sedangkan pada bulan maret 2011 pengguna Twitter tercatat 200.000.000 di seluruh dunia.18Twitter di gunakan oleh GMM dalam melakukan ekspansi gerakannya dalam merekrut relawan maupun dalam menyebarkan foto kegiatan mereka untuk dapat menarik perhatian public. -
Facebook
Facebookjuga salah satu social media yang penggunanya sangat tinggi di dunia, untuk Indonesia sendiri pengguna social mediaFacebook mencapai 50juta orang.19 Perkembangan social media ini memperluas jaringan masyarakat di dunia, masyarakat menjadi tidak mempunyai batas wilayah untuk melakukan interaksi sesama pengguna Facebook. Sejalan dengan social mediaTwitter, Facebook juga sering digunakan sebagai media gerakan sosial, gerakan yang di
18
Juniarto (2011) dalam Dibyareswari Utami Putri, 2012, Skripsi, Peran Media Baru Dalam Membentuk Gerakan Sosial, Depok, Universitas Indonesia. 19 Socialbaker.com ,oct 2012 dalam Wasesa, A.Silih.
inisiatif melalui social media dirasa lebih popular dan cepat mendapatkan respon oleh masyarakat. Perkembangan teknologi telah masuk ke dalam setiap ranah kehidupan manusia, dengan ditemukannya teknologi komunikasi mempermudah manusia untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dibagian belahan dunia lain. Pada awalnya teknologi komunikasi menggunakan teknologi komunikasi satu arah yang sering di sebut media lama, sepertiketika kita menonton berita melalui media televisi yang bersifat komunikasi satu arah, dimana kita hanya dapat menerima pesan atau informasi yang disampaikan tetapi tidak dapat membalas balik secara langsung. Berbeda dengan media baru yang menggunakan web type 2.0, dalam media baru terjadi komunikasi 2 arah yang mengakibatkan terjadi interaksi sehingga menciptakan ruang untuk saling bertukar informasi. Media baru memiliki karakter penting dalam kemunculannya jaringan komunikasi sosial, hal ini terbentuk ketika pengguna media baru mengelola isi yang terdapat di media tersebut, jaringan komunikasi muncul ketika banyak pengguna yang mengakses media dan memanfaatkan informasi. Salah satu konten dari media baru yang menjadi arena bagi bertemunya berbagai pemikiran dan perspektif menjadi salah satu media diskusi bagi pengguna media baru adalah forum, dengan mediasi forum individu bebas memilih informasi yang dibutuhkan dan forum juga sering menjadi titik awal dari aktivisme sosial ataupun politis yang biasa kita kenal sebagai aktivitas dunia online. Pada awalnya aktivisme online dianggap oleh mayoritas orang sebuah aktivitas yang semu, dimana mereka memandang
aktivitas online hanya berlangsung di dalam dunia maya dan tidak berdampak pada dunia offline (nyata). Tetapi apa yang terjadi pada timur tengah, dimana aktivisme politik kaum muda menggunakanmedia baru Facebook dan Twitter sebagai alat revolusi gerakan mereka. Sebagai contohnya dinamika politik mesir, dimana para demonstran menggunakan social media untuk mengunggah foto dan video ke dalam group Facebook maupun Twitter, salah satu phosting yang paling mendapat perhatian adalah “We Are All Khaled Said” muncul sebagai reaksi atas kematian Mohammad Khaled Said, hal ini mendapat sorotan dari public sehingga dinamika politik yang terjadi di mesir menjadi semakin tidak kondusif. Peristiwa tersebut memaksa pemerintah mesir untuk memutus jaringan internet pada saat itu juga pemerintah mendapat protes dari masyarakat mesir, hal ini menjadi sebuah indikasi dimana social media yang dilakukan didalam dunia online tidak lagi menjadi sebuah gerakan yang semu, tetapi dunia online dapat menjadi pemicu atau menjelma menjadi sebuah ancaman besar seperti yang terjadi pada rezim AlMubarak. Berangkat dari kerangka pemikiran gerakan social media dalam aktivisme politik di mesir, peneliti ingin melihat media baru sebagai ruang aktivisme sosial, politik maupun budaya. Forum di dalam social media menjelma menjadi sebuah ruang dalam menciptakan sebuah aktivisme, seperti halnya mengorganisasikan gerakan yang menglibatkan hubungan respirokal sesama pengguna social media lain, misalnya harus ada komunikasi seperti diskusi tentang strategi demonstrasi, kegiatan ini membutuhkan interaksi timbal –balik yang sifatnya dua arah,
sehingga interaksi yang terjadi di social media menggunakan konten forum atau group yang menjadi aspek sosiologis dalam teori ini. Sehingga kaitannya dengan penelitian ini, peneliti ingin melihat gadjah mada mengajar pada penggunaan social media dalam gerakan yang mereka lakukan, dalam gerakannya GMM menggunakan Facebook dan Twitter sebagai ruang aktivisme sosial mereka khususnya dalam bidang pendidikan, dengan cara meng-upload segala kegiatan mereka, dari mencari relawan sampai kegiatan yang telah mereka lakukan selama ini. 3. Gerakan Sosial Baru Gerakan sosial baru merupakan teori makro yang akan digunakan sebagai pisau bedah dalam penelitian ini, hal ini dikarenakan gerakan sosial baru lebih mengangkat tentang isu-isu yang terjadi di masyarakat yang menggambarkan resistensi suatu kaum / kelompok yang tidak hanya memperjuangkan isu sosial, politik dan ekonomi tetapi meluas mencakup tentang isu HAM dan lingkungan hidup. Pada dasarnya teori ini timbul karena semakin banyaknya keluhan oleh masyarakat terhadap realita sosial yang semakin merugikan dan meminggirkan mereka. Menurut Laclau dan Mouffe menganggap gerakan sosial baru sebagai awal pencarian atas kemandekan dari pendekatan Marxist20. Pandangan gerakan sosial baru muncul sebagai alternatif dari gerakan sosial lama atas pandangan marxist
20
Mansoer Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi sosial, Pergolakan Ideologi LSM Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, Hal.46.
tradisional yang selalu menekankan pada masalah perjuang kelas, yang terdikotomi menjadi kelas bourjois dan proletar. Teori gerakan sosial baru menurut Laclau dan Mouffe dapat dilihat sebagai institusi masyarakat sipil yang dipolitisasi, dan karena itu mendefinisikan ulang batas-batas politik institusional, Alberto Melluci memandang bahwa gerakan sosial baru sebagai cara baru dalam memahami dunia dan menentang aturan kultur yang mendominasi berdasarkan alasan simbolik. Sedangkan Charles Tilly berpendapat bahwa gerakan sosial upayaupaya mengadakan perubahan lewat interaksi yang mengandung perseteruan dan berkelanjutan diantara warganegara dan negara.21 Pada dasarnya pengertian gerakan sosial baru adalah gerakan sosial yang mendapatkan kesadaran baru akan pentingnya hak-hak yang harus di perjuangankan yang tidak hanya memperjuangkan suatu kelas saja tetapi dalam gerakan sosial baru ini lebih luas parhatiannya seperti ke isu politik, ekonomi, pendidikan, budaya maupun HAM. Mouffe mengatakan bahwa aktor penggerak dari gerakan sosial baru berasal dari 3 sektor utama, yaitu: 1. Kelas menengah 2. Unsur- unsur kelas menengah lama (petani, dan pemilik toko) dan
21
Astrid S Susanto-Sunarto, Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Dua Puluh Satu, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998, Hal.21.
3. Orang-orang yang menempati posisi pinggiran yang tidak terlalu terlibat dalam pasar kerja, seperti mahasiswa, ibu rumah tangga, dan pensiunan.22 Aktor penggerak dari gerakan sosial baru seperti yang disebutkan oleh Mouffe berasal dari golongan masyarakat kelas menengah keatas dan kaum intelektual. Kaum intelektual merupakan kelas menengah dalam status sosial masyarakat. Dalam tulisan ini peneliti ingin melihat kaum intelektual muda yang bergerak sebagai kelas menengah dalam status sosial masyarakat yang merespon tentang buruknya sistem pendidikan di indonesia yang khususnya terjadi di yogyakarta sehingga kelas sosial menengah ini membentuk gerakan yang tergabung dalam gerakan gadjah mada mengajar sebagai wadah untuk mencapai tujuan yaitu memperbaiki atau memfasilitasi mereka yang tidak terjamah maupun tidak memiliki akses dalam bidang pendidikan. Secara lebih detail peneliti ingin melihat gerakan sosial baru yang aktor penggeraknya adalah kelas sosial menengah yaitu kaum muda, dimana kaum muda disini adalah mahasiswa yang berkontribusi dalam gerakan GMM. Dalam menjalankan gerakannya GMM menggunakan media baru dengan cara mem-phosting kegiatan mereka untuk menarik perhatian public terhadap isu pendidikan. Dalam hal ini gerakan gadjah mada mengajar bukan melakukan perlawanan tapi lebih menekankan untuk melakukan kontribusi yang nyata dalam mendukung program pemerintah khususnya dalam bidang pendidikan, mahasiswa yang merupakan kaum intelektual sekaligus kelas menengah 22
Fadhillah Putra dkk (2006) dalam skripsi aktivisme gemkara-BP3KB dan pengaruhnya dalam mewujudkan kabupaten batubara, Novi Andrianthy, 2009.
dalam status social masyarakat mencoba untuk menutupi kekosongan ruang yang di tinggalkan oleh pemerintah melalui gerakan yang di bentuk. Penggerak dari gadjah mada mengajar kebanyakan adalah mahasiswa UGM yang dianggap sudah dapat berkontribusi dalam melakukan perubahan bagi masyarakat. 4. Metode Penelitian G.1 Pendekatanpenelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memahami fenomena yang terjadi di dalam gerakan gadjah mada mengajar, khususnya dalam menjelaskan mengenai aktivisme relawan mahasiswa dalam gerakan gadjah mada mengajar tersebut sehingga bagaimana peran social media dapat tersaji secara mendalam sesuai dengan pendekatan kualitatif yang bersifat menjelaskan secara deskriptif suatu fenomena yang sesuai dengan keadaan dilapangan. Pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah pendekatan deskriptif, untuk dapat memahami dan menggambarkan gerakan dengan menggunakan social media yang dilakukan oeh gadjah mada mengajar secara mendalam, pengertian penelitian deskriptif kualitatif menurut Hadari Nawawi dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan baik subyek maupun obyek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.23
23
Hadari Nawawi, 1987, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Hal.63.
G.2 Lokasi/subyek penelitian Penelitian ini dilakukan pada organisasi Gadjah Mada Mengajar, yang merupakan salah satu komunitas mahasiswa yang bergerak khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam pergerakannya GMM banyak memanfaatkan social media untuk me-share
kegiatan mereka dan mencari relawan yang bersedia
mengajar anak-anak yang kurang beruntung mendapatkan akses pendidikan, pada awalnya gadjah mada mengajar memfokuskan untuk dapat berkontribusi di daerah shelter gondang 2, Cangkringan dan dibantaran kali gajah wong tepatnya di papringan (belakang museum affandi)24 tetapi setelah berjalan beberapa tahun tempat kegiatan mereka pindah ke Kricak Kidul. Gerakan gadjah mada mengajar ini memanfaatkan social media dalam mencari relawan untuk ikut serta berpartisipasi dalam gerakannya dan memposting semua kegiatan mereka ke social media dengan tujuan masyarakat dapat melihat dan menilai fenomena dari kegiatan mereka, pemanfaatan social media ini lah yang menjadikan peneliti merasa ingin mengetahui lebih tentang aktivitas mahasiswa yang dipengaruhi oleh peran social media khususnya dalam gerakan gadjah mada mengajar. G.3. Metode pengumpulan data 1. Wawancaraonline(8 responden) Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi yang dilakukan secara langsung antara pewawancara dengan informan yang berguna untuk memperoleh data untuk penelitian yang akan dilakukan, dalam hal ini antara 24
http://www.gadjahmadamengajar.org/sambutan/
pewawancara (interviewer) dengan informan (obyek) saling bertatap muka secara langsung dan interviewer mengajukan pertanyaan kepada obyekmengenai permasalahan yang ingin diketahui, Maka interview ini dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak, yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan tujuan research (Kartono, 1980) melalui wawancara dapat membentuk deskripsi peneliti dari fenomena yang terjadi di lapangan dan dengan
menggunakan
metoda
wawancara
informan
diharapkan
dapat
mengeksplorasi pandangan-pandangan, pemikiran dan tingkah laku akan gagasan, situasi secara lebih mendalam. Dalam penelitian ini penulis lebih memilih menggunakan wawancara onlineuntuk mendapatkan data dari informan, berbeda dengan wawancara yang harus face to face dengan informan untuk memperoleh data, untuk wawancara online tidak perlu bertemu secara langsung untuk melakukan wawancara, jadi dapat di jelaskan bahwa wawancara onlineadalah bentuk komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung antara pewawancara dengan informan, pewawancara dan informan menggunakan social media sebagai media komunikasi dan juga di gunakan oleh pewawancara dalam pengumpulan data, jadi hasil laporan dari wawancara online ini adalah berupa screen capture dari chating yang dilakukan oleh pewawancara dengan informan sebagai sumber data bagi pewawancara. Dalam skripsi ini penulis mencoba menggunakan social media untuk melakukan wawancara online, hal ini bertujuan untuk memanfaatkan social media seperti apa yang telah dilakukan oleh gadjah mada mengajar dalam ekspansi gerakannya selama ini. Keuntungan wawancara onlinedapat memangkas jarak dan
waktu antara penulis dan informan, wawancara online dapat mengurangi rasa malu responden dan dapat membuat jawaban dari responden tersebut menjadi lebih spesifik dengan jawaban mereka, selain itu wawancara online ini tidak terkekang oleh waktu karena informan dapat menjawab pada waktu tepat untuk diri mereka sendiri, dan juga dapat mengambil waktu sebanyak yang mereka butuhkan
untuk
menjawab
pertanyaan.
Dalam
melakukan
wawancara
onlinepenulis telah memilih 8 responden yang terdiri dari pendiri GMM, pengurus GMM, dan relawan GMM yang menjadi obyek dari kegiatan Gadjah mada mengajar. Penulis mencoba mengungkapkan fakta yang terjadi melalui wawancara online yang mengarah pada gerakan Gadjah mada mengajar. Untuk menjaga arah pembicaraan yang akan dilakukan saat wawancara, yang saya gunakan adalah wawancara berstruktur, yaitu wawancara yang menggunakan interview guide sesuai dengan data yang ingin diperoleh sehingga pertanyaan yang akan diajukan menggunakan social media (chating) kepada obyek sesuai dengan topic yang di usung. 2. Pengumpulan Data sekunder Pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang berdasarkan pada sumberterpercaya seperti buku, jurnal, posthingan di social media dan artikel yang pada intinya untuk membandingkan antara data yang diperoleh dari metodeFGD dan interview, pengumpulan data seperti ini tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian karena untuk memperkuat hasil yang diperoleh peneliti. Dengan
menggunakan studi kepustakaan peneliti dapat juga menemukan teori-teori bahkan penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, hal tersebut dapat digunakan oleh peneliti untuk menambah informasi yang dibutuhkan. G.4. Teknik Analisis Data Dalam teknik analisis data yang lebih di tekankan pada penunjukan makna, proses, pola-pola dan deskripsi yang jelas. Sedangkan menurut Bogdan teknik analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan kerja yang menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah untuk dapat dijadikan satuan data yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan menemukan pola dan menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat di ceritakannya kepada orang lain. Dalam penelitian ini saya menggunakan analisis data model Miles dan Huberman dimana analisis data melewati langkah-langkah dari reduksi, penyajian data sampai penarikan kesimpulan. Sedangkan reduksi merupakan proses merangkum, memilah hal yang pokok, focus terhadap hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan begitu data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, yang akan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Dalam hal penyajian data dalam penelitian kualitatif biasanya dalam berupa text naratif, yang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dipahami melalui text naratif dan yang terakhir penarikan kesimpulan (Verifikasi) merupakan langkah terakhir dari sebuah penelitian yang mengharuskan peneliti menarik suatu makna dari data-data yang telah tersaji. Kesimpulan dapat
dituangkan dalam kalimat ringkas yang bisa mewakili semua makna yang terkandung dari data-data yang diperoleh sehingga pembaca dapat menangkap apa yang menjadi hasil dari sebuah penelitian.