BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Pendidikan nasional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh negara dengan mempertimbangkan sosiokultural, psikologis, ekonomi dan politik. Pendidikan tersebut ditujukan untuk membentuk ciri khusus atau watak bangsa yang berkepribadian nasional. Melalui proses pendidikan, suatu bangsa berusaha untuk mencapai kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang kehidupannya, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan, teknologi dan dalam bidang kehidupan budaya lainnya. Seiring pesatnya perkembangan kehidupan manusia pada era globalisasi dan informasi, muncul pula berbagai persoalan pendidikan seputar kehidupan sosial budaya. Hal itu disebabkan karena sekolah-sekolah tempat berlangsungnya pendidikan formal bagi para generasi muda penerus bangsa belum mampu menyatu dalam satu gerakan yang terencana, terarah, terpadu, sistematis, dan berkelanjutan dengan kehidupan masyarakat sekitar. Ilmu Pengetahuan Sosial bertugas mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif untuk perbaikan segala ketimpangan, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
1
| repository.upi.edu
2
sendiri maupun dalam masyarakat. Tujuan utama dari pengajaran studi sosial, sebagaimana yang dikemukakan Fenton (1967: 149), yaitu: 1. 2. 3.
Sosial studies prepare children to be good citizenship. Sosial studies teach children how to think. Sosial studies pass on the culture heritage.
Mata pelajaran IPS di SMP yang mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Permen nomor 22/2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1.
Mengenal konsep – konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2.
Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3.
Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai – nilai sosial dan kemanusiaan.
4.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat local, nasional, dan global.
Tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pembelajaran IPS di sekolah diselaraskan dengan maraknya permasalahan yang terjadi dalam masyarakat, termasuk di antaranya adalah untuk mengantisipasi permasalahan yang ditimbulkan oleh berkembangnya kebiasaan penyalahgunaan narkotika dalam masyarakat.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3
Melihat tujuan IPS yang dikemukakan oleh Fenton di atas, pendidikan IPS merupakan program pendidikan yang dibangun oleh dua disiplin ilmu yaitu ilmu pendidikan dan ilmu sosial. Menurut NCSS (Somantri, 2001: 73), IPS didefinisikan sebagai ”…the integrated study of sosial sciences nd humanities to promote civic competence. Within the school program, sosial studies provides coordinated, sistematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion and sociology as well as appropriate content from the humanities, mathematic and natural sciences. The primary purpose of sosial studies is to help young people develop the ability to make onformed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in a interdependent world”. Ini berarti pendidikan IPS mencakup kajian-kajian yaitu, pertama Sosial Studies Taught as Citizenship Transmission merupakan pendekatan yang paling luas dan diterima dalam pengajaran studi sosial. Salah satu kekuatan yang ingin ditumbuhkan ialah harga diri manusia. Nilai-nilai utama yang terkandung dalam pengajaran IPS juga menjadi tujuan dan pokok-pokok pikiran dalam pendidikan kewarganegaraan. Pembelajaran IPS diharapkan dapat membentuk karakter siswa menjadi warga negara yang baik, karena warga negara yang baik itu dipandang sangat berhubungan erat dengan daya tahan republik atau partisipasi dari tiap anak dalam kehidupan yang baik. Kedua Sosial Studies Taught as Sosial Science merupakan pendekatan terpadu yang disajikan menurut metode berpikir para ilmuan sosial, karena IPS berasal dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial. Berdasarkan hal itu pula IPS dikembangkan yaitu dengan melihat berbagai
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
4
persoalan yang ada dari kacamata ilmu-ilmu sosial yaitu ekonomi, sejarah, geograpi, antropologi, sosiologi, hukum, politik dan sosiologi, termasuk juga humaniora, matematika dan ilmu alam. Ketiga Sosial Studies Taught as Reflective Inquiry merupakan kebiasaan bertindak yaitu mengambil suatu informasi dan merefleksikannya menurut intepretasi sebagai kesimpulan yang benar. Reflective Inquiry adalah metode berpikir yang menekankan pada proses tahapan berpikir siswa sendiri dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik, sehingga pada akhirnya siswa mendapatkan suatu kesimpulan dari masalah-masalah yang timbul. Perubahan kehidupan sosial yang begitu cepat memberikan beberapa permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal itu disebabkan belum adanya kesiapan secara mental untuk menerima setiap perubahan yang terjadi itu. Di Kabupaten Indramayu sendiri masalah – masalah sosial yang sering kali terjadi dalam kehidupan masyarakatnya seperti tawuran, pesta minuman keras (miras), pergaulan bebas di antara pria dan wanita, persoalan tenaga kerja, dan perilaku penyalahgunaan narkotika. Dalam dua dasawarsa terakhir, Badan Narkotika Nasional mengungkapkan kasus penggunaan dan pengedaran narkotika secara illegal terjadi di seluruh dunia. Hal ini menunjukkan peningkatan tajam dan mewabah merasuki semua bangsa dan umat semua agama, serta telah mengambil banyak korban. Sekarang tidak satu pun bangsa atau umat yang bebas atau kebal terhadap penyalahgunaan narkotika. Narkotika telah terlanjur dikenal di kalangan masyarakat kita, dan tidak
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
5
ada lagi propinsi, kota atau kabupaten yang bebas dari penyalahgunaan narkotika tersebut. (Badan Narkotika Nasional 2004, hal : 2) Ketergantungan terhadap narkotika dapat
menimbulkan gangguan
kesehatan jasmani dan rohani, yang lebih jauh dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan sampai pada kematian sia-sia. Sebagai makhluk yang memiliki akal sehat dan keimanan, sepatutnya manusia mampu menghindari masuknya budaya narkotika dalam kehidupannya. Persoalan yang diakibatkan oleh berkembangnya budaya narkotika tersebut menjadi persoalan pendidikan, karena dengan memberikan pendidikan yang benar mengenai bahaya narkotika maka peserta didik akan terselamatkan dari penyalahgunaan narkotika. Fakta yang terjadi bahwa kebanyakan para pengguna narkotika di usia remaja putus sekolah, mereka mulai menyalahgunakan narkotika pada usia – usia sekolah. Di sinilah peran pembelajaran IPS untuk memberikan sumbangsih terhadap bahaya narkotika bagi dunia pendidikan. Dampak negatif akibat berkembangnya budaya narkotika ini sangatlah besar, antara lain beban biaya ekonomi (economy cost), biaya manusia (human cost) dan biaya sosial (social cost) yang sangat tinggi dan harus dipikul oleh individu yang bersangkutan, orang tua dan keluarganya serta oleh masyarakat pada umumnya. (Badan Narkotika Nasional 2004, hal : 3).
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
6
Seiring dengan bertambah pesatnya para pengguna narkotika di Indonesia, terlihat bahwa tidak ada satu tempat pun yang bersih dari penyebarannya. Semua tempat di negeri ini memiliki potensi yang sama untuk penyelewengan bagi para pengguna narkotika dan pengedarnya. Penyelewengan narkotika sudah merambah masuk kepada generasi muda, para pelajar-pelajar di sekolah, dari berbagai usia. Menyikapi hal tersebut, sudah sepatutnya orang tua, guru dan masyarakat ikut mewaspadai semakin berkembangnya penyelewengan narkotika di kalangan para pelajar. Di wilayah Kabupaten Indramayu sendiri, masyarakat yang tertangkap tangan menyalahgunakan narkotika dalam berbagai usia. Seperti tertera pada tabel yang diperoleh dari Polres Kabupaten Indramayu sebagai berikut : Tabel 1.1. Data Pengkonsumsi Narkotika di Kabupaten Indramayu Tahun 2009
No
Kecamatan
Konsumsi Narkotika
1
Indramayu
4
2
Haurgelis
3
3
Sindang
2
4
Arahan
2
5
Karangampel
2
6
Kandanghaur
2
7
Anjatan
2 Jumlah
(Sumber : Polres Indramayu th. 2009)
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
17
7
Dari Dinas Sosial Kabupaten Indramayu, diperoleh data upaya rehabilitasi bagi para pengguna narkotika kategori X, yaitu para pengguna yang telah berhenti memakai narkotika, yang sebagian besar adalah pelajar yang telah drop out. Adapun upaya rehabilitasi tersebut dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan quota yang diperoleh Dinas Sosial setiap tahunnya.
Pada tahun 2009-2010, dilakukan sebanyak dua kali pengiriman untuk merehabilitasi para pengguna narkotika yaitu : Tabel 1.2. Daftar pengiriman rehabilitasi narkotika dari beberapa kecamatan
Bulan
Jumlah
Kecamatan
Tujuan
Maret 2009
8 (L=2,P=6)
Indramayu, Sindang, Balongan
Lembang
Juni
2009
12 orang (L)
Indramayu, Losarang, Anjatan
Bogor
Januari 2010
14 orang (L)
Sindang, Sliyeg, Gabuswetan
Bogor
(Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Indramayu) Upaya rehabilitasi bagi para pengguna narkotika katagori X dari Dinas Sosial Kab. Indramayu ini, dengan mengirimkan para peserta untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan ke Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra di Lembang dan Panti Sosial Pamardi Putra Galih Pakuan Bogor. Sebagai persyaratan peserta pelatihan adalah usia 14-27 tahun. Bertolak dari fenomena tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan di sekolah dapat membekali peserta didik dengan pengenalan bahaya narkotika dalam upaya mencegah dan menanggulangi berkembangnya budaya narkotika dalam masyarakat terutama bagi para pelajar. Pendidikan
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
8
khususnya pembelajaran IPS diharapkan dapat memberikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan bagi siswa untuk menghindari dan bahkan keluar dari narkotika yang telah menjeratnya agar dapat menjalani kehidupannya dengan masa depan yang lebih baik.
B. FOKUS PENELITIAN DAN RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pokok-pokok pikiran dan batasan-batasan dalam latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka peneliti memfokuskan penelitian ini yaitu “Mengapa Terjadi Penyalahgunaan Narkotika sebagai Bentuk Penyimpangan Sosial di Kabupaten Indramayu”. Untuk memberikan gambaran yang lebih terperinci, peneliti menguraikan permasalahan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1.
Mengapa terjadi penyalahgunaan narkotika yang semakin berkembang di kalangan masyarakat Kabupaten Indramayu?
2.
Bagaimana usaha para pengguna untuk keluar dari ketergantungan narkotika?
3.
Bagaimanakah peranan Pendidikan IPS dapat memberikan pemahaman bahaya penyalahgunaan narkotika terhadap siswa di sekolah?
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
9
C.
TUJUAN PENELITIAN
Secara umum, penelititan ini bertujuan untuk mengkaji dan mengamati pelaksanaan pembelajaran IPS dalam kegiatan sosialisasi budaya narkotika yang telah dinyatakan menjadi musuh bagi masyarakat, bangsa dan negara, sehingga siswa memiliki kemampuan dalam menghindari dan keberanian untuk keluar dari jeratan bahaya narkotika, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Memperoleh
informasi
dan
data
yang
mendeskripsikan
terjadinya
penyalahgunaan narkotika yang semakin berkembang di kalangan masyarakat Kab Indramayu, yang meliputi latar belakang dan permasalahan yang terkait dengan kehidupan para pengguna narkotika. 2.
Mengetahui dan mendeskripsikan usaha dari para pengguna untuk keluar dari ketergantungan narkotika.
3.
Menganalisis pembelajaran IPS dalam memberikan pemahaman bahaya penyalahgunaan narkotika terhadap siswa di sekolah
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
10
E. MANFAAT PENELITIAN
Temuan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat : a. Menjadi studi yang bersifat aplikatif, memberikan sumbangan substansial bagi peningkatan mutu pendidikan IPS. b. Bermanfaat bagi guru untuk merencanakan materi pembelajaran IPS yang sesuai dengan kebutuhan siswa. c. Membangun pemahaman siswa dalam hal menyaring masuk dan berkembangnya budaya dalam masyarakat (sebagai filterisasi) sehingga mampu mengambil keputusan untuk memilih budaya yang positif dan sesuai bagi kehidupan mereka di masa depan. d. Memberikan sumbangan bagi pengambil kebijakan, lembaga diklat, sekolah maupun pengembangan pendidikan lainnya dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika dalam masyarakat. F. PARADIGMA Paradigma adalah istilah sebuah pandangan ilmiah dalam pemikiran filsuf ilmu Thomas Kuhn. Dia mendefinisikan Paradigma sebagai “Praktek yang mendefinisikan disiplin ilmiah pada beberapa poin dalam waktu.” Paradigma dalam pemikiran Thomas Kuhn adalah sesuatu yang berdasar budaya dan deskrit. Istilah paradigma ilmu pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn melalui bukunya yang berjudul ”The Structur of Science Revolution”. Kuhn
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
11
menjelaskan paradigma dalam dua pengertian. Di satu pihak paradigma berarti keseluruan konstelasi kepercayaan, nilai, teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu. Di pihak lain paradigma menunjukan sejenis unsur pemecahan teka-teki yang kongkrit yang jika digunakan sebagai model, pola, atau contoh dapat menggantikan kaidah-kaidah yang secara eksplisit sebagai menjadi dasar bagi pemecahan permasalahan dan teka-teki normal sains yang belum tuntas. Thomas Kuhn pertamakali menggunakannya dalam sains, menunjukkan bahwa penelitian ilmiah tidak menuju ke kebenaran. Penelitian ilmiah sangat tergantung pada dogma dan terikat pada teori yang lama. Dalam pemikiran Kuhn paradigma secara tidak langsung mempengaruhi proses ilmiah dalam empat cara dasar. 1.
Apa yang harus dipelajari dan diteliti
2.
Pertanyaan yang harus ditanyakan
3.
Struktur sebenarnya dan sifat dasar dari pertanyaan itu
4.
Bagaimana hasil dari riset apapun diinterpretasikan.
Sejak zaman purba manusia sudah mengenal dan menggunakan daun, ranting, biji, akar, bunga, atau getah dari tumbuhan tertentu yang mengandung bahan yang berkhasiat mengurangi rasa sakit, menghilangkan rasa letih, atau menimbulkan perubahan suasana batin dan perilaku. Tersedianya bahan tersebut merupakan bagian dari kemurahan Tuhan yang Maha Kuasa, yang menciptakan rasa sakit dan letih, pada waktu yang sama juga menyediakan bahan penawarnya. Akan tetapi, apabila bahan-bahan tersebut disalahgunakan pemakaiannya akan menyebabkan
ketergantungan.
Bahan-bahan
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
yang
dapat
menyebabkan
12
ketergantungan tersebut dinamakan narkotika. (Badan Narkotika Nasional 2004, hal : 1). Perkembangan zaman yang semakin modern menimbulkan persoalanpersoalan yang kompleks, termasuk persoalan yang berkembang dalam masyarakat yang lambat laun semakin berkembang menjadi semacam budaya / tradisi yang tanpa disadari memberikan dampak yang besar dalam kehidupan masyarakat secara umum. Salah satunya adalah trend narkotika yang semakin berkembang. Saat ini, banyak diberitakan adanya perilaku manusia yang dianggap tidak sesuai dengan aturan masyarakat pada umumnya. Beberapa perilaku itu oleh sebagian besar masyarakat dikatagorikan sebagai perilaku yang menyimpang, satu diantaranya adalah narkotika. Perilaku menyimpang itu pada akhirnya akan menyebabkan kegelisahan atau ketenteraman dalam masyarakat. Ketakutan, kemarahan, kejengkelan, dan kutukan jika terus-menerus dibiarkan akan menyebabkan goncangan atau masalah sosial. Dari berbagai data yang diperoleh tentang penyalahgunaan narkotika, terlihat keterlibatan generasi muda pada usia sekolah yang merupakan generasi penerus bangsa. Untuk itulah peneliti merasa perlu untuk melakukan pengamatan secara lebih mendalam seputar kehidupan para pengguna narkotika yang menjadi subjek dalam penelitian ini. Upaya-upaya apa saja yang seharusnya dilakukan oleh para pengguna untuk melepaskan diri dari cengkeraman ketergantungan narkotika termasuk di dalamnya melihat berbagai permasalahan penyimpangan
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
13
sosial yang saat ini marak berkembang dalam masyarakat kita, dikarenakan tidak kurangnya pemahaman masyarakat mengenai narkotika itu. Menyoroti upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika yang berkembang di kalangan masyarakat dewasa ini, perlu dilakukan semacam upaya pengenalan terlebih dahulu untuk mengantisipasi pengaruh buruk yang akan ditimbulkannya. Pembelajaran IPS yang diharapkan mampu mengantisipasi permasalahan penyimpangan sosial dalam hal penyalahgunaan narkotika ini hendaknya dapat dikemas sedemikian rupa mulai dari pemilihan materi pembelajaran sampai dengan penggunaan metode yang sesuai serta menyajikan media yang tepat. Pada akhirnya hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembelajaran IPS untuk dapat menjadi pengalaman belajar bagi siswa dalam mencapai tujuan-tujuannya, yaitu sebagai pedoman pemecahan berbagai masalah kehidupan yang akan dihadapi dengan mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya. Sehingga dengan demikian, permasalahan sosial yang begitu kompleks dapat disajikan sebagai sumber pembelajaran
yang
bermanfaat
baik
bagi
siswa
maupun
guru
yang
menyajikannya. Kuhn
mempercayai
bahwa
ilmu
pengetahuan
memiliki
periode
pengumpulan data dalam sebuah paradigma. Dalam perkembangan ilmu biasa sebuah ilmu pengetahuan mengalami perkembangan. Ketika Paradigma mengalami pergeseran maka itu disebut masa revolusioner. Paradigma mampu mengatasi anomali. Beberapa anomali masih dapat diatasi dalam sebuah
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
14
paradigma. Ketika sebuah paradigma tidak bisa dipertahankan maka para ilmuan bisa berpindah ke paradigma baru. Untuk memahami kerangka berpikir di atas, penelitian ini mengembangkan paradigma berpikir yang digambarkan melalui diagram berikut : Permasalahan Faktor Penyimpangan Penyebaran Sosial sebagai Penyalahgunaan Materi Narkotika Pembelajaran IPS
Penyimpangan Sosial Masyarakat
Pembelajaran IPS meliputi : metode media sumber
Usaha Mengatasi Ketergantungan Narkotika
Mantan Pengguna Narkotika
Pembelajaran IPS yang Berkarakter
Gambar 1.1 : Alur pengembangan paradigma berpikir berdasarkan kerangka pikiran penelitian. Adapun hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah : 1. Terjadinya penyalahgunaan narkotika di kalangan masyarakat Kabupaten Indramayu disebabkan karena peran keluarga, nilai – nilai agama, norma, peran aparat, lembaga pendidikan, yang masih kurang dalam hal menumbuhkan kepedulian mereka terhadap penyalahgunaan narkotika. Selain itu juga banyak faktor seperti geografis, demografis, sosial, ekonomi, politik, terutama dikarenakan tingkat pendidikan dan ekonomi penduduknya yang rendah
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
15
disamping ketidaktahuan masyarakat tentang narkotika diawal pemakaiannya yang dapat menyebabkan bencana, sehingga memberikan dampak negatif dan pada akhirnya berakibat fatal. Berkembangnya penyalahgunaan narkotika ini memberikan gejala myopia sosial, yaitu berpandangan dekat, tidak lagi memikirkan masa depan, tidak memiliki kepentingan dan perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik. 2. Bagi para pengguna narkotika tindakan yang harus dilakukan agar tidak sampai ketergantungan pemakaian narkotika adalah berhenti segera dan bertobat, walaupun hal itu bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan, sebab sugesti narkotika akan terus menghantui hingga pemakai menjadi pecandu. Ada dua faktor penting selain dari faktor ketersediaan narkotika itu sendiri yang dapat menjerumuskan para penggunanya yaitu faktor individu dan lingkungan. 3. Sebagai ilmu yang bersifat multidisipliner, Pendidikan IPS yang diperuntukkan bagi pembentukan karakter para siswa, hendaknya dapat memberikan pemahaman, kesadaran dan pengertian tentang bahaya narkotika secara terintegrasi, terpadu, terarah, terencana dan berkelanjutan, dengan menyajikan pembelajaran aktif untuk menumbuhkan sikap berpikir kritis pada siswa. Pemilihan materi, penyampaian metode serta penggunaan media yang tepat tentang fenomena perkembangan narkotika di kalangan masyarakat diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran IPS yang dapat mentransformasikan pemahaman terhadap narkotika bagi para siswa di sekolah.
Tengku Syarifah Soraya Tartila, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu