BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri siswa. Hal ini karena pendidikan menyediakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Melalui kemampuan itulah siswa dapat menyujudkan diri dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Demikian pula melalui kemampuannya siswa dapat turut berpartisipasi dalam membangun bangsa dan negara. Salah satu kemampuan siswa yang dikembangkan di sekolah adalah kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis sering diasosiasikan dengan aktifitas mental dalam memperoleh pengetahuan dan memecahkan masalah. Kemampuan berpikir kritis siswa berhubungan erat dengan kegiatan belajarnya (Surya, 1992). Pada saat belajar, siswa menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Sementara kemampuan berpikir kritis siswa sangat bergantung pada kualitas dan kuantitas hasil belajar yang diperolehnya. Terdapat beberapa jenis kemampuan berpikir, salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Menurut (Ennis, 2000), berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif yang dipokuskan apa yang diyakini dan dikerjakan. Rasional berarti memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti yang tepat,
1
2
aktual, cukup dan relevan. Sedangkan reflektif berarti mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati segala alternatif sebelum mengambil keputusan. Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap informasi atau data yang diperoleh (Olson, 1996). Kemampuan berpikir kritis juga merupakan kemampuan untuk membuat interpretasi, pertimbangan, dan kesimpulan yang objektif dan logis berdasarkan informasi tersebut (Kapel dan Dejnoska, 1991; Quina, 1989). Kemampuan berpikir kritis ini sangat diperlukan oleh siswa. Kemampuan berpikit kritis dapat menjadi bekal bagi siswa untuk menghadapi persaingan ditingkat dunia (Poedjiadi, 1999), dan memungkinkan untuk mengatasi ketidak pastian dimasa depan (Cabrera, 1992). Kemampuan berpikir kritis, menurut Ennis dan Norris (dalam Nitko, 1996:174), terdiri dari dua komponen yaitu: keterampilan kognitif dan disposisi berpikir kritis, keterampilan kognitif merupakan aspek-aspek intelektual yang digunakan dalam berpikir kritis, contohnya keterampilan mempokuskan pertanyaan, menganalisis argumen dan mempertimbangkan kredibilitas sumber, sedangkan disposisi merupakan kecenderungan atau kebiasaan untuk berpikir kritis dalam cara dan kondisi tertentu, yang termasuk disposisi perpikir kritis di antaranya ; berpikir terbuka dan berusaha mendapatkan informasi yang baik dan benar. Kemampuan berpikir kritis berpengaruh positif terhadap aspek kognisi dan afeksi siswa. Siswa yang berpikir kritis akan menjadikan penalaran sebagai landasan berpikir kritis, berani mengambil keputusan dan konsisten dengan
3
keputusan tersebut, Spliter (dalam Hanaswati, 2000:11), siswa yang berpikir kritis dapat menerima pendapat orang lain, berpikir jujur, dan bertindak tanpa pandang bulu, Siegal (dalam Thayer-Bacon, 1993:324), Hanaswati, (2000: 4), siswa yang berpikir kritis dapat menerima, menyeleksi dan memproses secara baik informasi yang datang kepadanya, demikian pula siswa yang berpikir kritis peka terhadap lingkungannya karena ia selalu memperhatikan seluruh situasi dan kondisi secara cermat dan teliti. Berpikir kritis, menurut (Poedjiadi, 1999), erat kaitannya dengan keterampilan memecahkan masalah, sebagai implikasinya agar dapat berpikir kritis, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk memecahkan masalah. Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, Zohar, Weiberger dan Tamir (1994), menyarankan agar pembelajaran berpusat pada siswa (student-centered). Dikatakan ”Student –centered classroom appears to set the condition thet promote the developmen of critical thinking”. Pada pembelajaran ini guru memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertindak kepada siswa dalam mengalami pengetahuan dan memecahkan masalahnya, guru tidak lagi mendoktrin siswa dalam menyelesaikan masalah hanya dengan cara yang telah diajarkannya, tetapi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari cara-cara yang baru, siswa diberi kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dengan jalan menkontruksinya sendiri, tidak menunggu pemberian dari guru saja (Wakefield, 1998), selain itu dalam pembelajaran ini siswa dapat leluasa berinteraksi dengan sesamanya, interaksi itu dapat mendorong mereka untuk berbagi pendapat,
4
memperkaya pengetahuan dan menghindari hambatan sosial yang mungkin menghambat proses berpikir kritisnya. Berdasarkan uraian diatas dalam pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial), yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah pembelajaran IPS yang memberikan keleluasaan berpikir kritis kepada siswa, yang pembelajaran tersebut berpusat pada siswa. Peran guru dalam pembelajaran ini tidak hanya sebagai penyampai informasi saja, melainkan menjadi fasilitator, motivator dan pembimbing yang akan memberikan kesempatan berkembangnya kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran IPS dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dari hasil penelitian (Sutisyana, 1997), menemukan bahwa selama pembelajaran didominasi oleh guru melalui pendekatan ceramah dan ekspositori, guru jarang mengajak siswa untuk menganalisis secara mendalam tentang suatu konsep dan jarang mendorong siswa menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Temuan lain dikemukakan oleh (Zariah, 2003), dalam pembelajaran selama ini, siswa hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara alternatif sendiri dalam memecahkan suatu masalah, dengan kata lain, siswa selalu menggunakan metode penyelesaian yang diajarkan guru. Dari kedua temuan tersebut, tampak bahwa pembelajaran IPS yang diselenggarakan oleh guru belum memberikan keleluasaan berpikir, sehingga dapat dikatakan bahwa selama ini pembelajaran IPS kurang mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa secara optimal. Kondisi pembelajaran seperti ini
5
perlu diperbaiki mengingat peningkatan kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan yang diajarkan di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu digunakan alternatif pembelajaran yang lebih inovatif. Salah satu sistem yang diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar adalah dengan menerapkan pendekatan Open-ended (Shimada, 1997). Pendekatan Open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih menekankan pada upaya siswa untuk sampai pada jawaban dari pada kebenaran atau ketepatan jawaban semata, siswa dihadapkan pada suatu masalah memiliki jawaban yang benar lebih dari satu, guru tidak membatasi cara penyelesaian siswa, bahkan sebaliknya guru memberikan keleluasaan untuk mencari dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah. Dengan demikian untuk menjawab permasalahan, sebagai tindak lanjut perlu dilakukan penelitian untuk melihat peningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa, salah satu alternatif adalah dengan menggunakan pendekatan Open-ended dalam pembelajaran IPS, yaitu pada siswa kelas IV Sekolah Dasar, dari sisi perkembangan kemampuan sosial, siswa sudah mampu menjalin hubungan dengan teman sebaya karena pada usia tersebut ikatan sebaya sangat kuat. Pada tingkat tersebut siswa sudah mendapatkan pelajaran IPS selama setahun sehingga dipandang cukup memiliki dasar umum pengetahuan berpikir kritis, bersikap, dan keterampilan sosial. Mengingat pentingnya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa maka penulis mengangkatnya dalam penelitian.
6
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Pendekatan Open-ended dalam pembelajan IPS dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam pertanyaanpertanyaan penelitian berikut. 1.
Apakah
implementasi
pendekatan
Open-ended
dapat
meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SD? 2.
Apakah implementasi pendekatan Open-ended dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SD?
3.
Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan Open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hal berikut ini: 1.
Mengetahui dan menganalisis implementasi pendekatan Open-ended terhadap kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS kelas IV SD.
2.
Mengetahui dan menganalisis implementasi pendekatan Open-ended terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SD.
3.
Mengetahui proses pembelajaran menggunakan pendekatan Open-ended untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.
7
D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapakan akan memperoleh manfaat, baik secara teoritis maupun praktis: 1.
Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis pada lembaga-lembaga pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa Sekolah Dasar.
2.
Secara praktis a. Bagi guru, proses belajar mengajar IPS tidak lagi monoton dan ditemukan strategi pembelajaran yang tepat, bersifat kreatif tidak konvensional, b. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru SD dalam mencari alternatif cara pembelajaran untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses belajar mengajar. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memotivasi guru dalam memodifikasi cara mengajarnya. c. Bagi siswa, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat, keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan dan saran meningkat sehingga hasil belajar siswa dalam mata pelajarn IPS meningkat. d. Bagi kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam menentukan kebijakan tentang cara pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran IPS di berbagai jenjang pendidikan umumnya, dan Sekolah Dasar khususnya.
8
e. Bagi peneliti sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu dasar dan masukan dalam mengembangkan penelitian pendekatan Open-ended selanjutnya. f. Selanjutnya membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan untuk peningkatan hasil belajar mereka. E. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang terdiri dari tiga variabel yaitu satu variabel bebas dan dua variabel terikat. Variabel bebas (X) adalah pendekatan Open-ended dan variabel terikat (Y1) yaitu berpikir kritis dan (Y2) hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini diperjelas dengan kerangka pikir sebagai berikut: Gambar 1.1 Y1 Berpikir Kritis X Pendekatan Open-ended Y2 Hasil Belajar
Analisis terhadap hubungan antara variabel bebas dan terikat ini akan diuji melalui uji statistik.
9
2. Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan sebagai berikut. 1.
Dalam Pendekatan Open-ended guru memberikan permasalahan kepada siswa yang solusinya atau jawabannya tidak perlu ditentukan hanya satu jalan/ jawaban yang betul. Guru harus memanfaatkan keberagaman cara atau prosedur untuk menyelesaikan masalah untuk memberi pengalaman siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan cara berpikir kritis yang telah diperoleh sebelumnya.
2.
Berpikir Kritis dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir siswa sekolah dasar. Siswa secara beralasan dan pertimbangan mendalam
yang dapat membantu dalam membuat, mengevaluasi,
mengambil, dan memperkuat suatu keputusan atau kesimpulan tentang pembelajaran
yang
dihadapinya,
yang
meliputi
kemampuan
mengidentifikasi relevansi, merumuskan masalah ke dalam pembelajaran 3.
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
4.
Pembelajaran Konvensional adalah metode ceramah yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran.
10
F. Asumsi dan Hipotesis 1.
Asumsi Penelitian ini didasarkan atas asumsi bahwa pendekatan Open-ended
mendorong siswa untuk belajar baik individu maupun secara bersama dalam kelompok, menghargai keragaman berpikir dan saling mendorong untuk berprestasi bersama. 2.
Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Terdapat peningkatan dalam berpikir kritis belajar IPS antara siswa yang belajarnya memperoleh pendekatan Open-ended dibandingkan dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Terdapat peningkatan dalam hasil belajar IPS antara siswa yang belajaranya memperoleh pendekatan Open-ended dibandingkan dengan siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional.