BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Pendidikan matematika diajarkan tingkat dasar hingga tingkat menengah
atas, karena itu pendidikan matematika mempunyai potensi yang sangat besar untuk memainkan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini dapat terwujud jika pendidikan matematika mampu melahirkan peserta didik yang cakap dalam matematika dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Kualitas sumber daya manusia seperti ini menjamin keberhasilan upaya penguasaan mengatasi masalah untuk pembangunan di Indonesia. Dalam kenyataan pencapain Standar Ujian Nasional yang diselenggarakan secara nasional oleh pemerintah yang terjadi di SMA adalah masih rendahnya hasil belajar matematika siswa, ini dapat ditunjukkan dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA lima tahun ke belakang sampai tahun 2008. Pada tahun 2003 yang lalu dengan batas nilai kelulusan rata-rata 3,01 secara nasional belum 100% siswa lulus, bahkan ada sekolah yang 30% siswanya tidak lulus (Siskandar, 2004: 1). Demikian pula pada tahun 2004 dan 2005, untuk pelajaran matematika dengan batas nilai kelulusan 4,01 juga belum 100% siswa lulus secara nasional. Walaupun angka tidak lulus relatif kecil, namun batas 4,01 bukanlah tingkat penguasaan atau ketuntasan yang memadai, sebab di bawah angka 6 dari rentang
2
1 – 10 (Sabandar, 2008: 3). Pada tahun 2006, batas kelulusan untuk mata uji matematika dinaikkan menjadi 4,26. Pada tahun 2007 tingkat kelulusan sebesar 93% untuk standar kelulusan 5,00. Tetapi pada tahun 2008 tingkat kelulusan menurun sebesar 88,55% untuk standar kelulusan 5,25. Untuk mata uji matematika rata-rata nilainya masih di bawah angka 6,00 yang dicapai siswa secara
nasional
(http://www.depdiknas.go.id).
Rendahnya
hasil
belajar
matematika, dimungkinkan karena masih rendahnya kemampuan penalaran matematis dan komunikasi matematis siswa (Sumarmo , 1987: 34). Demikian juga yang terjadi di wilayah propinsi Jawa Barat termasuk salah satunya di kota Bandung. Melalui studi pendahuluan, penulis mengamati dan memberikan tes tentang pokok bahasan turunan pada soal cara menggambarkan fungsi grafik yang pangkatnya lebih dari dua pada siswa kelas XI di beberapa SMA Negeri di kota Bandung yaitu SMAN 7, SMAN 12, SMAN 14, SMAN 16, SMAN 21, SMAN 22, SMAN 23 dan SMAN 25 ternyata hasil kurang bagus dan siswa merasa kesulitan, salah satu materi turunan mengenai menggambar fungsi grafik yang koefisiennya pangkatnya lebih dari dua dan yang dapat mengatasinya adalah mengoptimalkan sumber daya manusianya. Salah satu sumber daya yang harus ditingkatkan yaitu guru karena memegang peranan penting dalam dunia pendidikan oleh karena itu guru perlu mempersiapkan dan mengatur strategi penyampaian materi. Hal ini dilakukan selain untuk mempersiapkan pedoman bagi guru dalam penyampaian materi, juga agar setiap langkah kegiatan pencapaian kompetensi untuk siswa dapat dilakukan secara bertahap, sehingga diperoleh hasil pembelajaran matematika yang optimal.
3
Untuk melaksanakan pembelajaran matematika seperti di atas, diperlukan beberapa kecakapan guru untuk memilihkan suatu model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu. Sehingga pembelajaran tersebut dapat merangsang siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian siswa mampu menyelesaikan berbagai permasalahan baik dalam pelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika seperti penerapan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika dapat dikembangkan secara lebih baik. Hasil penelitian yang dilakukan The National Assesment of Educational Progress (NAEP) (dalam Suherman, 2001: 84) menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal kreatif pemecahan masalah menurun drastis manakala setting (konteks) permasalahannya diganti dengan hal yang tidak dikenal siswa, walaupun permasalahan matematikanya tetap sama. Dalam hubungannya dengan hal di atas, perlu dikembangkan model pembelajaran matematika yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan teknologi dan tuntutan era globalisasi dan kurikulum, diantaranya dengan model Creative Problem Solving (CPS)
4
berbasis teknologi dalam pembelajaran matematika. Peneliti akan mencoba salah satu metode alternatif yang dapat digunakan sehingga prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. Metode yang dimaksud adalah pendekatan dengan Creative Problem Solving (CPS). Dalam Creative Problem Solving (CPS) pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan ketrampilan kreatif pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan ketrampilan (Pepkin, 2004: 1). Dengan menggunakan pembelajaran ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan motivasi siswa dalam mempelajari matematika, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Dengan demikian diharapkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Dalam pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS) ini siswa dituntut aktif sehingga dalam pembelajaran siswa mampu mengeluarkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki untuk kreatif memecahkan masalah yang belum mereka temui. Aktif berarti siswa banyak melakukan aktivitas selama proses belajar berlangsung, karena dalam pembelajaran model Creative Problem Solving (CPS) ada beberapa tahapan yang harus dilalui siswa selama dalam proses pembelajaran yang meliputi klarifikasi masalah, pengungkapan pendapat, evaluasi dan pemilihan serta implementasi. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Bertanya pada teman saat diskusi, berani mengemukakan pendapat, dan aktivitas lainnya baik secara mental, fisik, dan sosial sehingga siswa dapat menggunakan berbagai cara sesuai
5
dengan daya kreatif mereka untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga sebagian tujuan pembelajaran matematika terpenuhi. Media pembelajaran juga diperlukan dalam proses belajar mengajar. Dengan media, pesan yang terkandung dalam pembelajaran dituangkan dalam komunikasi verbal (kata-kata dan tulisan) dan non verbal (gambar visual). Media pembelajaran sangat bermanfaat agar penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar, pembelajaran dapat lebih menarik, meningkatkan interaktif siswa dalam menerapkan teori belajar, mempersingkat waktu pembelajaran dan kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran, seperti tape recorder, film, slide, gambar, televisi, komputer, dan lainnya. Komputer yang berakses internet program GeoGebra merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menyajikan penyampaian materi lebih terorganisasi, bersemangat serta memudahkan guru dan siswa untuk melakukan proses belajar mengajar. Selain dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, penggunaan komputer yang berakses internet program GeoGebra dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar meningkatkan proses hasil belajar, serta dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan efisien. Program GeoGebra diciptakan oleh Markus Hohenwarter pada 2001/2002 di Austria
6
dikembangkan di
USA. Program GeoGebra adalah program yang bersifat
dinamis dan interaktif untuk mendukung pembelajaran dan penyelesaian persoalan matematika khususnya geometri, aljabar, dan kalkulus. Sebagai sistem geometri dinamik, konstruksi pada GeoGebra dapat dilakukan dengan titik, vektor, ruas garis, garis, irisan kerucut, menggambar fungsi grafik yang pangkatnya lebih dari dua. Program dapat digunakan secara gratis terutama untuk siswa, guru, dan orang tua. Sehingga model pembelajaran yang dapat memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran matematika tersebut yaitu dimungkinkan dengan pendekatan Creative Problem Solving (CPS) melalui media GeoGebra. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tantang “Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis dengan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) melalui Media GeoGebra di Kota Bandung Propinsi Jawa Barat”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
yang
telah
diuraikan
diatas
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1.
Apakah peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan pendekatan CPS melalui media GeoGebra lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.
2.
Apakah ada asosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang belajar dengan GeoGebra.
pendekatan CPS melalui media
7
3.
Bagaimana sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CPS melalui media GeoGebra.
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini maksud dan tujuan untuk mengetahui terdapat
atau tidaknya peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi
matematis
siswa dengan pendekatan Creative Problem Solving melalui media GeoGebra. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menelaah: 1.
Membandingkan
peningkatan
kemampuan penalaran dan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan
pendekatan
CPS melalui media
GeoGebra dengan siswa yang belajar pembelajaran biasa. 2.
Mengetahui asosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan CPS melalui media GeoGebra dengan pembelajaran biasa.
3.
Mengetahui sikap siswa terhadap pendekatan CPS melalui media GeoGebra.
4.
Mengetahui aktivitas selama proses belajar mengajar yang belajar pendekatan CPS melalui media GeoGebra.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1.
Penelitian ini memberikan alternatif yang dapat digunakan di kelas khususnya dalam usaha meningkatkan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa melalui pendekatan CPS melalui media
8
GeoGebra. 2.
Penelitian ini memberikan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan di kelas khususnya dalam usaha meningkatkan mutu Sekolah Menengah Atas Negeri di kota Bandung dengan pendekatan CPS melalui media GeoGebra.
1.5
Definisi Operasional Untuk memperoleh kesamaan persepsi tentang istilah yang digunakan dalam
penelitian ini maka perlu dijelaskan dalam sebuah definisi operasional istilah, yaitu: 1.5.1 Kemampuan Penalaran Matematis Kemampuan penalaran matematis yang dimaksud dalam penelitian
ini
adalah kemampuan yang meliputi: 1.
Menjelaskan dan mengunakan fakta, sifat dan hubungan matematika.
2.
Memperkirakan jawaban dan proses solusi.
3.
Menguji konjektur dan memberikan lawan contoh.
4.
Menarik analogi.
5.
Membuktikan secara langsung.
1.5.2 Kemampuan Komunikasi Matematis Kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang meliputi: 1.
Merumuskan definisi matematika dan membuat generalisasi yang ditemui melalui investigasi.
2.
Menulisan sajian matematika dengan pengertian matematika.
9
3.
Menggunakan kosakata atau bahasa, notasi struktur secara matematika dan menyajikan ide menggambarkan hubungan pembuatan model.
4.
Memahami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan secara lisan dalam tulisan atau dalam bentuk visual.
5.
Menghasilkan dan menyajikan argumen yang meyakinkan.
1.5.3 Peningkatan Peningkatan yang dimaksud adalah peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa, yang ditinjau berdasarkan gain ternormalisasi dari perolehan skor pretes dan postes siswa.
1.5.4 Sikap Positif Sikap positif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perubahan sikap siswa ke arah yang lebih baik dengan cara membandingkan rata-rata skor sikap siswa hasil angket dengan merata-ratakan skor semua option untuk setiap item.
1.5.5 Pendekatan Creative Problem Solving (CPS) Kemampuan pendekatan CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui tehnik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan CPS artinya permasalahan dengan pemecahan berbagi cara dan solusinya juga bisa beragam. Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisionilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi, interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa diharapkan untuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan kreatif
10
dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada hasil yang akan membentuk pola pikir, keterpasungan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontektual kaya makna secara matematik, kembangkan permasalahan sesuai dengan kemampuan, berpikir siswa, kaitkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi,
presentasi dan
diskusi.
1.5.6 Media GeoGebra Media yang dipilih adalah menggunakan tehnologi komputer yang berakses internet yang program diambil online biar mudah dan memanfatkan labotarium komputer yang telah tersedia juga telah terakses dengan internet, meskipun dengan program yang tersedia GeoGebra Seri 3.2 bisa juga diunduh dengan gratis ataupun bisa dibeli.
1.6
Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan
diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang belajar
11
menggunakan pendekatan CPS melalui media GeoGebra lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa. 2.
Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan CPS melalui media GeoGebra lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.
3.
Terdapat asosiasi antara kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan pendekatan CPS melalui media GeoGebra dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa.