1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik dengan peserta didik dalam upaya membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-tujuan pendidikan itu berkenaan dengan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan pelajaran ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-alat dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum.1 Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus menyampaikan atau mengajarkan sesuatu bahan kepada murid. Bahan itu biasanya meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap dan norma atau nilai-nilai yang diharapkan, dimiliki dan diamalkan.2 Bahan pelajaran yang diberikan dirasakan kegunaannya bagi siswa apabila bisa dipraktekkan dalam kehidupannya. Artinya memiliki nilai praktis bagi siswa, sudah barang tentu nilai praktis tersebut sesuai dengan tingkat
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 3. 2 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN di Jakarta, Metode Pengajaran Agama Islam, (TT: TP, 1983), 206.
1
2
dan kemampuan anak didik.3 Bahan belajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian oleh guru. Dengan bahan itu para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar.4 Bahan ajar tersebut memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.5 Oleh karena itu untuk mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajar. Pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas empat mata pelajaran yaitu Al-Qur’an-hadits, aqidah akhlak, fiqih, dan sejarah kebudayaan Islam. Masing-masing mata pelajaran tersebut memiliki karakteristik sendirisendiri. Al-Qur’an hadits menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Aspek aqidah akhlak menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan keyakinan atau keimanan yang benar serta menghayati dengan mengamalkan nilai-nilai al-asma’ al-husna, aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fiqih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang baik dan benar, sedangkan aspek sejarah kebudayaan Islam menekankan pada
3
Nana Sudjiono, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru, 1991), 38. 4 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 51. 5 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 173.
3
kemampuan mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Sejarah merupakan catatan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dengan belajar sejarah, dalam hal ini sejarah kebudayaan atau peradaban Islam berarti mengenal kembali segala peristiwa yang terjadi dan dialami umat Islam baik berupa perkembangan, kemajuan maupun kemundurannya. Sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme, tapi lebih dari itu merupakan refleksi histories. Dengan kata lain belajar sejarah keberhasilan dan kesuksesan di masa silam dapat memberikan semangat (back projecting theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejayaan peradaban baru. Begitu juga Al-Qur’an telah memberikan semangat bahwa sejarah atau kisah-kisah terdahulu merupakan ibrah bagi kita semua.6 Berdasarkan penjajagan awal di lapangan, di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo saat kegiatan belajar mengajar sejarah kebudayaan Islam berlangsung masih terdapat kekurangan. Di antaranya siswa ada yang mengantuk, ramai, melamun dan malu untuk bertanya. Hal ini mengakibatkan siswa sulit menjelaskan kembali (mereview) pelajaran yang baru disampaikan,
6
2004), 1.
padahal
materi
sejarah
kebudayaan
Islam
membutuhkan
Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama,
4
pemahaman dan konsentrasi yang lebih dibandingkan dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang lainnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan kegiatan belajar mengajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menghadapi kendala, antara lain: waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan penting, sehinga menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda dengan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya. Kendala lainnya adalah kurangnya guru mata pelajaran SKI dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai sejarah Islam terdahulu dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar, minimnya berbagai sarana prasarana dan penguasaan dalam penyampaian materi.7 Kendala-kendala tersebut menyebabkan hasil yang dicapai siswa tidak maksimal padahal bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar karena memang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa.8 Dengan materi atau bahan ajar tersebut dapat membantu siswa untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Oleh karena itu guru khususnya atau pengembang kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh
7
Hasil observasi di MTs TERPADU Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo Rabu, 25 Februari 2009 pukul 09.30. 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 104.
5
mana sumber bahan ajar yang digunakan itu harus sesuai dengan pencapaian tujuan belajar. Jelaslah bahwa sumber bahan ajar itu merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan. Alat yang digunakan oleh guru dan murid untuk tujuan yang suci yaitu untuk pembentukan pribadi yang mulia. Hal itu dapat dicapai bila bahan pelajaran yang dipelajari disajikan dengan cara yang wajar, dengan memperhatikan faktor murid dan situasi. Bahan dipelajari secara wajar bila murid mengolah bahan itu melalui proses penemuan, berfikir kreatif, kerja sama dan merealisasikan kemampuan diri sendiri.9 Dalam survey pendahuluan yang peneliti lakukan, peneliti menemukan bahwa guru MTs Terpadu Hudatul Muna juga mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, dengan menggunakan kitab Siroh Nabawi. Menggunakan kitab Siroh Nabawi sebagai bahan ajar ini berbeda dengan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan lainnya. Hal itu menarik untuk diteliti, bagaimana guru mata pelajaran SKI tersebut mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI? Apakah sudah sesuai dengan tujuan penyusunan bahan ajar, yaitu untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam SK dan KD? Berdasarkan persoalan-persoalan di atas, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul : “UPAYA GURU PAI DALAM MENGEMBANGKAN SUMBER BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DI MTs TERPADU HUDATUL MUNA 2 JENES PONOROGO”. 9
Proyek Pembinaan, Metode……., 206.
6
B. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, perlu adanya fokus penelitian karena terbatasnya waktu dan sarana-prasarana, maka dalam hal ini peneliti fokus masalah pada kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI dalam mengembangkan sumber bahan ajar dan cara penyelesaiannya serta langkah-langkah yang dilakukan guru mata pelajaran SKI dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah penelitian di atas, maka timbul permasalahan yang menjadi dasar pertimbangan dari penelitian ini, masalah ini penulis merumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo? 2. Apa permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar, serta cara penyelesaiannya? 3. Bagaimanakah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar?
7
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan secara jelas kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar, serta cara penyelesaiannya. 3. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar. E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk penulis dan pembaca yaitu: 1. Manfaat Teoritis Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan khazanah keilmuan dalam pendidikan Agama Islam yang dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan pendorong dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan di lembaga pendidikan tersebut, serta
8
untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam pengambilan kebijakan. b.Bagi Guru Diharapkan menjadi masukan bagi guru agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, yang berkaitan dengan KBM, sehingga dapat mengantarkan peserta didik dalam pengembangan profesi yang dimiliki. c. Bagi Peneliti Penelitian ini selain secara formal sebagai syarat menempuh sarjana strata S1, juga untuk mengembangkan intelektual yang telah diperoleh selama ini. F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam
penelitian
ini
digunakan
metode
penelitian
dengan
pendekatan kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.10
10
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang mengehasilkan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 3.
9
Ada 6 (enam) macam metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu etnografi, studi kasus, teori grounded, penelitian interaktif, penelitian ekologikal dan penelitian masa depan.11 Melihat lokasi dan bahan yang hendak diteliti, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field riset) sedangkan jenisnya adalah studi kasus yaitu suatu deskripsi intensif dan analisis fenomena tertentu atau sosial individu, kelompok, instansi atau masyarakat. Studi kasus dapat digunakan secara tepat dalam banyak bidang. Disamping itu merupakan penyelidikan secara rinci satu setting, satu subyek tunggal, satu kumpulan dokumen atau satu kejadian tertentu.12 Studi kasus dalam penelitian ini yaitu mengungkap Upaya Guru PAI dalam Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo. 2.
Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.13 Dengan demikian peneliti sebagai instrumen kunci, partisipan penuh di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi dan melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan.
11 12
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN Press, 2008), 50. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), 64.
13
Moloeng, Metode….., 117.
10
3.
Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil letak penelitian di MTs TERPADU HUDATUL MUNA 2 JENES PONOROGO yang sekaligus sebagai pusat penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu lembaga pendidikan madrasah stanawiyah. Pemilihan lembaga ini dikarenakan ada kesesuaian dengan topik yang peneliti maksud yaitu mengenai pengembangan sumber bahan ajar. Dari hasil observasi yang penulis lakukan pada tanggal 23 Februari 2009 lokasi MTs TERPADU HUDATUL MUNA 2 JENES PONOROGO berada di jalan Yos Sudarso 2B Jenes Ponorogo, dengan batas-batas sebagai berikut:
4.
1. Sebelah utara
: kelurahan Kauman
2. Sebelah selatan
: kelurahan Paju
3. Sebelah barat
: kelurahan Paju
4. Sebelah timur
: kelurahan Kunden.
Sumber Data Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen data lainnya. Dengan demikian sumber data penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan
11
sebagai sumber data utama. Sedangkan sumber data tertulis dan statistik adalah sebagai sumber data tambahan.14 Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti memanfaatkan dua sumber data, yaitu: a. Manusia, meliputi: •
Wawancara dengan kepala sekolah Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo.
•
Wawancara dengan Wakka kurikulum Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo.
•
Wawancara dengan guru mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo.
•
Wawancara dengan siswa Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo.
•
Observasi dalam kegiatan pembelajaran SKI.
b. Non manusia meliputi dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian, misalnya: foto, catatan tertulis, bahan-bahan lain yang berhubungan dengan penelitian. 5.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif fenomena dapat dimengerti maknanya secara baik, apabila dilakukan 14
Moleong, Metode….., 112.
12
interaksi dengan subyek melalui wawancara mendalam dan diobservasi pada latar, di mana fenomena tersebut berlangsung. Di samping itu, untuk melengkapi data diperlukan dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis oleh atau tentang subyek). 1. Teknik Wawancara Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Maksud digunakannya wawancara antara lain adalah (a) menkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain; (b) merekonstruksi kebulatankebulatan
demikian
sebagai
yang
dialami
masa
lalu;
(c)
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; (d) memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik manusia maupun bukan manusia; dan (e) memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.15 Teknik ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam tentang pengembangan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Ponorogo. Peneliti melakukan wawancara dengan guru mengenai kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI dalam mengembangkan sumber 15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 206.
13
bahan ajar dan cara penyelesaiannya serta
langkah-langkah yang
dilakukan guru mata pelajaran SKI dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI, sedangkan wawancara dengan siswa untuk mendapatkan data tentang hasil dari pengembangan sumber bahan ajar setelah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran SKI. Hasil wawancara dari masing-masing informan tersebut ditulis lengkap dengan kode-kode dalam transkip wawancara. Tulisan lengkap dari wawancara ini dinamakan transkip wawancara. 2. Teknik Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diselidiki misalnya peristiwa tersebut diawali melalui film atau rangkaian foto. Hal-hal yang perlu diperlukan oleh orang melakukan observasi agar penggunaan teknik ini dapat menghimpun data secara efektif berikut ini: (1) pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai obyek yang akan diobservasi, (2) pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian, (3) penentuan cara dan alat yang digunakan dalam mencatat
14
pengamatan data, (4) penentuan kategori pendapatan gejala yang diamatik, (5) pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dikritis, (6) pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi, (7) pemilikan pengetahuan dan keterampilan terhadap alat dan cara mencatat hasil.16 Adapun data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik ini adalah kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, pengembangan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, pelaksanaan proses belajar mengajar SKI di kelas, dan selain itu observasi yang diamati adalah letak geografis MTs Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo. 3. Teknik Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.17 Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, mengingat: (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dan dianalisis kembali
16 17
Tim Penyusun Ka-Prodi Tarbiyah, Metode Penelitian (Ponorogo: STAIN Press, 2008) 2. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 181.
15
tanpa mengalami perubahan; (3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yng kaya, secara kontekstual relevan dan mendasar dalam konteksnya; (4) sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format transkip dokumentasi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejarah, visi dan misi struktur organisasi, sarana dan prasarana di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo. 6.
Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif,18 mengikuti konsep yang diberikan Miles & Hiberman dan Spradley. Miles & Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai penuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction, data display dan conclution.
18
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Lihat dalam Tim Penyusun Ka-Prodi Tarbiyah, Metode Penelitian (Ponorogo: STAIN Press, 2008), 3.
16
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Reduksi Data Kesimpulan
Keterangan: a. Data reduction, mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuat kategori. Dalam penelitian ini setelah seluruh data yang berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI terkumpul, maka akan memudahkan melakukan analisis data-data yang masih kompleks tersebut dipilih dan difokuskan sehingga menjadi lebih sederhana. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. b. Data display, setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat.
17
Setelah seluruh data tentang upaya guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI terkumpul dan melalui proses reduksi data, maka data tersebut disusun secara sistematis aagar lebih dipahami. c. Conclusion, langkah ketiga yaitu mengambil kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian ini mengungkap temuan berupa hasil deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih kurang jelas dan apa adanya kemudian diteliti menjadi lebih jelas dan diambil kesimpulan. Kesimpulan ini untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan di awal.19 7.
Pengecekan Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas).20 Derajat kepercayaan
keabsahan
data
(kredebilitas
data)
dapat
diadakan
pengecekan dengan teknik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Ketekunan pengamatan adalah menemukan ciri-ciri dan unsurunsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan dan isu yang sedang dicari.21 Ketekunan ini dilaksanakan peneliti dengan cara mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap halhal yang berhubungan dengan upaya guru PAI dalam mengembangkan
19
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), 92-99. Moleong, Metode……., 171. 21 Ibid, 177. 20
18
sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.22 Perpanjangan
keikutsertaan
peneliti
akan
memungkinkan
peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Karena dengan keikutsertaan yang diperpanjang, peneliti akan lebih memahami kondisi di lokasi penelitian dan dapat menguji ketidak benaran informasi yang ada. 8.
Tahapan-Tahapan Penelitian Dalam proses pelaksanaan penelitian peneliti melalui tahapantahapan penelitian sebagai berikut : 1. Tahap Pra Lapangan, dalam tahap ini peneliti melakukan serangkaian kegiatan yaitu : Menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. 2. Tahap Pekerjaan Lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.
22
Ibid, 178.
19
3. Tahap Analisis Data Dalam tahap ini, peneliti melakukan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Pekerjaan
mengorganisasikan
data,
analisis
ini
menjabarkannya
meliputi: ke
dalam
mengatur, unit-unit,
melakukan sintesa, memilih mana yang penting dan membuat kesimpulan. 4. Tahap Penulisan Laporan, pada tahap ini peneliti menuangkan hasil penelitian ke dalam suatu bentuk laporan penelitian yang sistematis sehingga dapat difahami dan diikuti alurnya oleh pembaca..
G. Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam penelitian terdiri dari 5 Bab dan masing-masing bab saling berkaitan erat yang merupakan kesatuan yang utuh, yaitu: Bab I berisi pendahuluan. Pada bab ini diberikan penjelasan tentang gambaran umum penelitian. Sedang penyusunannya terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan yang terakhir sistematika pembahasan. Bab II berisi landasan teori, bab ini berfungsi untuk mengetengahkan kerangka acuan teori yang dipergunakan sebagai landasan melakukan penelitian
20
yang terdiri dari pengertian bahan ajar, jenis-jenis bahan ajar, sumber bahan ajar, manfaat dan tujuan penyusunan bahan ajar, pengertian sejarah kebudayaan Islam, tujuan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di MTs, ruang lingkup sejarah kebudayaan Islam di MTs, standar kompetensi lulusan, PERMENDIKNAS nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, serta langkah-langkah dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI. Disamping memanfaatkan teori yang relevan untuk menjelaskan fenomena pada situasi sosial. Bab III berisi temuan penelitian. Bab ini memaparkan tentang temuan penelitian di lapangan yang meliputi bagaimana kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, apa permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar serta cara penyelesaiannya, dan apa langkah-langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar. Bab IV berisi analisis, bab ini menganalisis data dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di Madrasah Tsanawiyah yang meliputi kondisi obyektif sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, permasalahan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya serta langkah-langkah yang dilakukan dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, sehingga diketahui
21
apakah upaya Guru PAI dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI tersebut sesuai dengan tujuan penyusunan bahan ajar. Bab V berisi penutup, dimaksudkan untuk memudahkan bagi pembaca yang mengambil intisari dari skripsi yang berisikan kesimpulan dan saran
22
BAB II TEHNIK PENGEMBANGAN SUMBER BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)
A. Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Dalam proses interaksi belajar mengajar, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak didik. Sedangkan anak didik adalah subyek yang menerima ilmu pengetahuan dari guru. Ilmu pengetahuan adalah alat yang sangat penting dalam proses itu. Tanpa ilmu pengetahuan proses itu tidak akan berlangsung, sebab ilmu pengetahuan adalah substansi proses belajar mengajar. Dengan demikian, ilmu pengetahuan berfungsi untuk mencapai tujun pengajaran. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari, bahwa ilmu pengetahuan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pengajaran. Hal ini berarti guru harus menguasai bahan ajar sebelum mengajar. Bahkan lebih jauh lagi, guru yang tidak menguasai bahan ajar akan menemui kesulitan mengelola interaksi belajar mengajar.23 Oleh karena itu, sebelum melaksanakan proses pembelajaran maka seorang guru berkewajiban membuat dan menyediakan materi pembelajaran. Materi atau bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang
23
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), 66.
22
23
memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikatorindikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. 1. Pengertian Bahan Ajar Salah satu komponen dalam perencanaan pengajaran yang dibuat oleh guru adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar karena memang bahan ajar itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa. Bahan ajar didefinisikan oleh Abdul Majid sebagai: segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan tersebut bisa disebut bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.24 Sementara Nasar mendefinisikan materi pembelajaran atau bahan ajar adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai siswa, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap melalui kegiatan pembelajaran agar dapat menjadi kompeten.25 Sedangkan Mimin Haryati mendefinisikan bahan ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan
24
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 174. 25 Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “SISKO” 2006 (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2006), 19.
24
perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar.26 Dari tiga pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan bahan ajar adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai oleh siswa, baik berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar tersebut bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan, antara lain: a. Validitas atau tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji kebenarannya. b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi yang diberikan harus relevan dengan keadaan dan kebutuhan peserta didik.
26
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), 10.
25
c. Relevansi dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan aspek kelayakannya terhadap pemanfaatannya bahan ajar dan kondisi setempat. d. Kemenarikan, menarik disini bukan hanya sekedar menarik perhatian peserta didik pada saatmempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar disekolah. e. Kepuasan, kepuasan yang dimaksud merupakan hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya.27 Oleh karena itu, materi pembelajaran yang dipilih haruslah yang dapat memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Dengan cara tersebut siswa terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi.28 Jelaslah, bahwa materi pelajaran merupakan hal yang sangat penting sebagai sarana yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi peserta didik.
27
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007), 138-140. 28 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), 94.
26
2. Jenis-jenis Bahan Ajar Bahan ajar merupakan substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan ajar proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang akan mengajar harus memiliki dan menguasai bahan ajar yang akan disampaikan pada peserta didik.29 Secara garis besar bahan ajar ini berisikan tentang pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan minat atau sikap (afektif) yang harus dipelajari dan dikuasai siswa untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan jenis, ruang lingkup, urutan dan perlakuannya. Jenis bahan ajar perlu diidentifikasikan dengan tepat. Setiap jenis materi bahan ajar memerlukan media, metode dan teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalaman suatu materi pokok (essensial) agar diperhatikan sehingga bahan ajar tersebut tidak kurang dan tidak lebih. Urutan (sequence) bahan ajar harus diperhatikan agar proses pembelajaran menjadi runtut (hirarkis). Selain itu juga perlakuan terhadap bahan ajar perlu dipilih dengan tepat sehingga bahan ajar bias diidentifikasi (materi apa saja yang perlu dihapal, dipahami dan diaplikasikan). Perlakuan ini diperlukan agar seorang guru tidak salah dalam menyampaikan bahan ajar tersebut kepada siswa.
29
Syaiful Bahri Djamaroh, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), 50.
27
Jenis-jenis bahan ajar tersebut, antara lain: a. Bahan ajar aspek kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat jenis antara lain: 1) Fakta adalah asosiasi antara objek, peristiwa atau simbol yang ada atau mungkin ada dalam lingkungan nyata atau imajinasi. Bahan ajar jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, dan lain sebagainya. 2) Konsep adalah sekelompok objek atau peristiwa atau symbol yang memiliki karakteristik umum yang sama dan diidentifikasidengan nama yang sama, misalnya konsep tentang manusia, hari akhir, surga dan neraka. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakikat inti isi. 3) Prinsip adalah hubungan sebab akibat antara konsep. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, dan paradigma. 4) Prosedur
adalah
urutan
langkah
untuk
mencapai
suatu
tujuan,
memecahkan masalah tertentu, atau membuat sesuatu.30 b. Bahan ajar aspek afektif meliputi pemberian respon, semangat atau motivasi belajar, penerimaan (apresiasi), internalisasi dan penilaian. c. Bahan ajar aspek psikomotorik meliputi gerakan awal, semi rutin dan rutin.31 Bahan ajar yang akan diajarkan perlu di identifikasi apakah termasuk fakta, konsep, prinsip, prosedural atau gabungan lebih dari satu jenis bahan ajar. 30
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 125. 31 Haryati, Model dan Teknik Penilaian, 11.
28
Dengan mengidentifikasi jenis-jenis yang harus dipelajari siswa, maka guru akan mendapat kemudahan dalam mengajarkannya. Selain jenis bahan ajar, ruang lingkup atau kedalaman suatu materi pokok (essensi) juga harus diperhatikan sehingga bahan ajar tersebut tidak kurang dan tidak lebih. Materi pokok dan uraian materi pokok merupakan butir-butir bahan ajar yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok antara lain: a. Prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. b. Prinsip konsisten, yaitu adanya keajekan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi. c. Prinsip adukasi, yaitu adanya kecakupan materi ajar yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan.32 Materi pokok ini sebenarnya telah ditentukan oleh Depdiknas. Materi pokok ini digunakan sebagai bahan dalam menyusun bahan ajar. Selanjutnya, urutan (sekuens) bahan ajar juga harus diperhatikan agar proses pembelajaran menjadi runtut (hierarkis). Ada beberapa cara untuk menyusun sekuens bahan ajar, yaitu:
32
Ibid., 9.
29
a. Sekuens kronologis. Untuk menyusun bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunakan urutan kronologis. Misalnya, peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan histories, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya. b. Sekuens kausal. Sekuens kausal berhubungan dengan urutan kronologis. Siswa dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu dari pada sesuatu peristiwa atau situasi lain. Dengan begitu siswa akan menemukan akibatnya. c. Sekuens structural. Bagian-bagian bahan ajar suatu bidang studi telah mempunyaistruktur tertentu. Penyusunan sekuens bahan ajar bidang studi tersebut perlu disesuaikan dengan strukturnya. d. Sekuens logis dan psikologis. Menurut urutan logis bahan ajar dimulai dari bagian menuju pada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks,tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada yang sederhana. e. Sekuens spiral. Bahan ajar dipusatkan pada topik atau pokok bahan tertentu. Dari topik atau pokok tersebut bahan diperluas dan diperdalam. f. Rangkaian ke belakang. Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur kebelakang. g. Sekuens berdasarkan hierarki belajar. Dengan prosedur sebagai berikut: tujuan-tujuan utama pembelajaran dianalisis, kemudian dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan-tujuan belajar tersebut. Hierarki
30
tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai siswa, berturut-turut sampai perilaku terakhir.33 Berbagai cara dapat digunakan untuk menentukan bahan ajar. Cara yang dipilih banyak bergantung pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh mereka yang menentukan kurikulum. Jika mereka berpendirian bahwa sekolah harus menyampaikan kebudayaan masa lampau yang diwariskan oleh nenek moyang, maka mereka akan mencari unsur-unsur dari kebudayan itu yang dianggap penting bagi perkembangan anak-anak. Jadi serasi tidaknya bahan ajar bergantung pada tujuan yang ingin dicapai.34 Selain jenis, ruang lingkup dan sekuens bahan ajar yang harus diperhatikan guru dalam menyusun bahan ajar adalah perlakuan terhadap bahan ajar perlu dipilih dengan tepat sehingga bahan ajar bisa diidentifikasi (materi apa saja yang perlu dihapal, dipahami dan diaplikasikan). Dengan mengidentifikasi jenis-jenis bahan bahan ajar yang akan akan diajarkan maka seorang guru akan mendapat kemudahan dalam tata cara mengajarkan bahan ajar kepada siswa. Sebab setiap jenis bahan ajar yang diajarkan memerlukan strategi pembelajaran, media dan sistem penilaian yang berbeda-beda. Misalnya metode mengajarkan materi fakta yaitu dengan menggunakan metode hapalan beberapa fakta dengan menghubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. Perlakuan ini
33
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), 105-107. 34 S. Nasution, Azas-Azas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 236-237.
31
diperlukan agar seorang guru tidak salah dalam menyampaikan bahan ajar tersebut kepada siswa. 3. Sumber Bahan Ajar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Salah satu keuntungan yang bisa diraih guru dengan kurikulum ini adalah keleluasaan guru dalam memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya. Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi peserta didik dengan menyediakan aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan sumber bahan ajar.35 Sumber bahan ajar merupakan rujukan , referensi atau literatur yang digunakan, baik untuk menyusun silabus maupun buku yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Sumber bahan ajar ini digunakan agar dalam menyusun silabus terhindar dari kesalahan konsep. Menurut Abdul Majid, sumber bahan ajar secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu: a. Bahan ajar cetak antara lain handout36, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet37, wallchart38, dan foto atau gambar.
35
Susilo, Kurikulum, 96. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan siswa. 37 Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan atau dijahit. 36
32
b. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset dan radio. c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video atau film, orang atau narasumber. d. Bahan ajar interaktif yaitu multimedia yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih media.39 Sementara Mimin Haryati menjelaskan bahwa untuk menentukan sumber atau referensi dalam menyusun bahan ajar, dapat dilakukan dengan cara mencari informasi dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Sumber yang dapat digunakan antara lain: a. Buku teks. b. Laporan hasil penelitian. c. Jurnal. d. Majalah ilmiah. e. Para ahli bidang studi. f. Buku kurikulum g. Media masa yang terbit berkala. h. Audio visual seperti TV, video, VCD, kaset dan lain sebagainya. i. Internet. j. Lingkungan alam dan sosial.40
38
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus atau proses atau grafik yang menunjukkan posisi tertentu. 39 Majid, Perencanaan Pembelajaran, 61. 40 Haryati, Model dan Teknik Penilaian, 12.
33
Dengan berbagai sumber bahan ajar di atas, yang perlu diingat dalam mengembangkan sumber bahan ajar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah buku-buku atau referensi lainnya yang merupakan bahan rujukan. Artinya tidak tepat jika dalam proses kegiatan belajar, materi yang diajarkan hanya tergantung kepada buku teks dan dianggap sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Karena mengajar bukan hanya menyelesaikan materi dalam satu buku, tetapi membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu seorang guru harus menggunakan banyak referensi sebagai bahan rujukan.
4. Manfaat dan Tujuan Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Telah dijelaskan di atas bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: a. Petunjuk belajar ( petunjuk untuk guru maupun siswa). b. Kompetensi yang akan dicapai. c. Informasi pendukung. d. Petunjuk kerja, dapat berupa lembar kerja (LK). e. Evaluasi.41 Sedangkan manfaat pengembangan sumber bahan ajar bagi guru adalah: a. Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. 41
Majid, Perencanaan Pembelajaran, 60.
34
b. Tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh. c. Memperkaya pengetahuan karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi. d. Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menyusun bahan ajar.42 Manfaat pengembangan sumber bahan ajar bagi peserta didik adalah: a. Kegiatan pembelajaran lebih menarik. b. Kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru. c. Mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasai.43 Sumber Bahan ajar dikembangkan dengan tujuan untuk: a. Menyediakan sumber bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik. b. Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu. c. Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. d. Agar kegiatan pembelajaran lebih menarik. e. Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar.44
42
Purwanto.”Pengembangan Bahan Ajar.”Bintek KTSP 2009. (Online) http://infopendidikankita.blogspot.com/2009/04/pengembangan-bahan-ajar.html, diakses 29 Mei 2009. 43 Ibid. 44 Majid, perencanaan pembelajaran, 60.
35
B. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) 1. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, yang menurut bahasa berarti ketentuan masa. Sedangkan menurut istilah berarti keterangan yang telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada.45 Sejarah merupakan catatan peristiwa yang terjadi di masa lampau. Dengan belajar sejarah, dalam hal ini sejarah kebudayaan Islam berarti mengenal kembali segala peristiwa yang terjadi dan dialami umat Islam baik berupa perkembangan, kemajuan maupun kemundurannya. Sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme, tapi lebih dari itu merupakan refleksi histories. Dengan kata lain belajar sejarah keberhasilan dan kesuksesan di masa silam dapat memberikan semangat (back projecting theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejayaan peradaban baru. Begitu juga Al-Qur’an telah memberikan semangat bahwa sejarah atau kisah-kisah terdahulu merupakan ibrah dan teladan bagi kita semua.46 Sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah swt. di bawah ini:
(٢١ ابiRj )ا.... Nٌ Pَ Q َR َ ٌةTَ V ْ ُأZ ِ لا ِ ْTV ُ `ْ _^ َرaُ bَ ن َ dَْ آfَgbَ
45
Zuhairin et. al., Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1986), 1. 46 Mansur, Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004), 1.
36
Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagi kamu sekalian. (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuatbuat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS. Yusuf: 111). Jadi, sejarah kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowledge tetapi juga merupakan pendidikan nilai (value education). Oleh karena itu peranan dan efektifitas pendidikan agama di madrasah sebagai landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mutlak harus ditingkatkan, karena asumsinya jika pendidikan agama Islam yang meliputi aqidah akhlaq, Qur’an hadits, fiqih, sejarah kebudayaan Islam (SKI) dan bahasa Arab yang dijadikan landasan dalam pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik maka kehidupan masyarakat akan menjadi lebih baik.
37
2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) a. Fungsi Setidaknya ada kurang lebih tiga fungsi dari pembelajaran SKI antara lain: 1) Fungsi keilmuan. Melalui sejarah siswa dapat memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam serta kebudayaannya. 2) Fungsi edukatif. Dengan sejarah dapat menegaskan kepada siswa tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip sikap hidup yang luhur serta Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. 3) Fungsi transformasi. Sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam merancang trasformasi masyarakat.47 b. Tujuan Sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam di lingkungan madrasah, pelajaran SKI di Mts mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang sejarah agama Islam dan kebudayaan Islam,agar siswa dapat memberikan konsep yang obyektif dan sistematis dalam prespektif sejarah.
47
Departemen Agama RI, Standar Isi Madrasah Aliyah (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006), 51.
38
2) Mengambil ibrah atau hikmah, nilai dan makna yang terdapat dalam sejarah. 3) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang buruk, berdasarkan cermatannya terhadap fakta sejarah yang ada. 4) Membekali siswa untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokohtokoh teladan sehingga membentuk kepribadian yang luhur.48 Melihat fungsi dan tujuan pembelajaran SKI di atas, sangtlah penting mempelajari SKI karena SKI di Mts merupakan bagian yang integral dalam PAI. Memang SKI bukan satu-satunya faktor yang menentukan watak dan kepribadian siswa, akan tetapi secara subtansial makna pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilainilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari. 3. Ruang-Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam Dalam kurikulum, SKI dipahami sebagai sejarah tentang agama Islam dan kebudayaannya (history of Islam and Islamic culture). Oleh karena itu, kurikulum ini tidak saja menampilkan sejarah kekuasaan atau sejarah raja-raja, tetapi juga sejarah perkembangan ilmu agama, science dan teknologi dalam Islam. Aktor sejarah yang diangkat tidak saja Nabi, sahabat dan raja, akan tetapi dilengkapi
48
Ibid., 53.
39
ulama-ulama,intelektual dan filsafat. Faktor sosial akan dimunculkan guna menyempurnakan pemahaman siswa tentang SKI.49 Kurikulum SKI dirancang secara sistematis berdasarkan peristiwa dan periode sejarah yang ada sebagai berikut: 1) Ditingkat Madrasah Ibtida’iyah, dikaji tentang sejarah Rosulullah saw. dan alKhulafa’ur-Rosyidin. 2) Ditingkat Madrasah Tsanawiyah, dikaji tantang Daulat Umayyah dan Abbasiyah. 3) Ditingkat Madrasah Aliyah, dikaji tentang Daulat Umayyah II, gerakan pembaharuan dan sejarah peradaban Islam di Indonesia. Cakupan materi di atas merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu setiap aspeknya dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi: 1) Keimanan, yang memberikan peluang kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman adanya Allah swt. sebagai sumber kehidupan. 2) Pengalaman, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman keyakinan aqidah dan akhlaq dalam menghadapi tugas-yugas dan masalah dalam kehidupan. 3) Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi masalah kehidupan. 49
Ibid., 54.
40
4) Rasional, usaha memberikan peranan kepada rasio (akal) siswa dalam memahami dan membedakan berbagai materi dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan sehari-hari. 5) Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) siswa dalam arti luas. 6) Fungsional, menyajikan materi SKI dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. 7) Keteladanan, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan sebagai cerminan dari manusia yang memiliki keyakinan tauhid yang teguh dan berperilaku mulia.50 4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran SKI. 1) Meningkatkan pengenalan dan kemampuan mengambil ibrah terhadap peristiwa penting sejarah kebudayaan Islam mulai perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad saw dan para Khulafaurrasyidin, Bani Umaiyah, Abbasiyah, Al-Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia. 2) Mengapresiasikan fakta dan makna peristiwa-peristiwa bersejarah dan mengaitkannya dengan fenomena kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi dan iptek. 3) Meneladani nilai-nilai dan tokoh-tokoh yang berprestasi dalam peristiwa bersejarah.51 50
Ibid.
41
C. PERMENDIKNAS Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa untuk standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, penembangan pribadi dan profesionalisme.52 Standar kompetensi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Di antara standar kompetensi guru tersebut antara lain: 1. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
51
52
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam (Semarang: Toha putra, 2004), 1. Mulyasa, Standar Kompetensi, 26.
42
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.53 Kompetensi guru diperlukan untuk menjalankan fungsi profesi. Profesi menuntut kemampuan membuat keputusan atau kebijakan yang tepat. Kompetensi guru tersebut bukan sekedar mempelajari ketrampilan-ketrampilan mengajar tertentu, tetapi merupakan penggabungan dan aplikasi suatu ketrampilan dan pengetahuan yang saling bertautan dalam bentuk perilaku nyata. Perilaku pendidikan tersebut harus ditunjang oleh aspek-aspek lain seperti bahan ajar yang dikuasai, teori-teori kependidikan, serta kemampuan mengambil
keputusan
yang situasional
berdasarkan
nilai,
sikap
dan
kepribadian.54
D. Langkah-langkah dalam Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yaitu terkait dengan adanya standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
53 54
Modul PERMENDIKNAS, 22-23. Mulyasa, Standar Kompetensi, 31.
43
menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian
hasil
pembelajaran,
dan
pengawasan
proses
pembelajaran.55 Tujuan siswa belajar bukan hanya sekedar menguasai pengetahuan, tetapi melalui belajar siswa menyiapkan masa depannya yang akan datang. Untuk itu dalam belajar diperlukan bukan hanya penguasaan ketrampilan-ketrampilan saja tetapi
juga
bagaimana
mentransfer
ketrampilan-ketrmpilan
itu
untuk
kehidupannya kelak dikemudian hari. Selain itu juga transfer belajar dalam bentuk prinsib-prinsip dan sikap yang berguna bagi siswa kelak dalam menghadapi berbagai masalah hidup dan kehidupan. Untuk itu ia perlu mempelajari tidak hanya ketrampilan, tetapi juga ide-ide yang bersifat umum dan ini merupakan inti dari proses belajar mengajar dan ini tergantung pada tingkat penguasaan struktur dan isi bahan ajar serta bagaiman itu dapat diaplikasikan kepada berbagai masalah baru. Untuk kepentingan di atas perlu diperhatikan bagaimana menyusun kurikulum yang akan diajarkan guru agar siswa yang belajar dapat merefleksikan dalam kehidupannya.56 Untuk kepentingan ini tugas guru adalah bagaimana memilih dan meramu bahan ajar serta sumber bahan ajar yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar.
55
Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL ( Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 181. Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 130. 56
44
Dalam perencanaan pembelajaran mata pelajaran SKI, persiapan yang dilakukan seorang guru adalah: a. Menyiapkan materi pembelajaran SKI. Dalam
menetapkan
dan
mengembangkan
materi
perlu
memperhatikan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), model pengembangan silabus mata pelajaran SKI, serta pengalaman belajar yang ingin diciptakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian, ketepatan situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru, tingkat perkembangan peserta didik dan fasilitas. b. Menentukan metode pembelajaran SKI. Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.57 Guru dalam menggunakan metode pembelajaran haruslah bervariasai, agar proses pembelajaran mata pelajaran SKI ini terasa menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga dengan upaya seperti itu siswa lebihcepat memahami materinya. Karena pada dasarnya peserta didik satu dengan yang lainnya mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
57
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), 26.
45
c. Menyusun langkah-langkah pembelajaran SKI. 1) Kegiatan awal. Kegiatan awal berfungsi untuk mengantar dan mempersiapkan siswa dalam menerima pembelajaran SKI. Jenis kegiatan pembuka dapat bermacam-macam, tapi umumnya bersifat memotifasi siswa dalam menerima pembelajaran, mengingatkan dan mengaitkan pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran sekarang, atau menjajaki ketersediaan pengetahuan prasyarat. 2) Kegiatan inti. Kegiatan inti merupakan pemberian materi kepada peserta didik pada saat inilah proses penanaman pengetahuan, sikap dan keterampilan akan dipupuk pada diri peserta didik. 3) Kegiatan penutup. Kegiatan penutup bergantung pada proses pembelajaran yang telah berlangsung. Umumnya kegiatan penutup berupa review pokok-pokok yang telah dipelajari, pemberian rangkuman, menarik kesimpulan dari proses pengolahan informasi yang telah dilakukan, tanya jawab untuk mengidentifikasikan bagian-bagian yang belum dikuasai siswa.58 d. Menyiapkan sumber belajar pembelajarn SKI. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan siswa dalam proses belajar untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan atau 58
Nasar, Merancang Pembelajaran, 46.
46
sikap yamg sedang dipelajari. Sumber belajar bisa terdapat di sekolah maupun di rumah, dalam bentuk benda alam atau buatan, dua dimensi maupun tiga dimensi, benda cetak maupun audio visual, manusia, pengalaman dan proses sosial.59 e. Menyiapkan media pembelajaran SKI. Pada mata pelajar SKI ini media yang bisa digunakan adalah pemutaran kaset video yang bisa disaksikan oleh siswa sehingga siswa lebih menghayati makna dan cerita tersebut. f. Penilaian tindak lanjut mpembelajaran SKI. Penilaian atau evaluasi merupakan sutu komponen kurikulum karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.60
Dengan
evaluasi
semua
rangkaian
kegiatan
untuk
memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta
didik
yang
dilakukan
secara
sistematis
dan
berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan. Pengamatan kerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek, penggunaan portofolio dan penilaian diri pada mata pelajaran SKI lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku dan
59 60
Ibid., 36. Hamalik, Kurikulum, 29.
47
menumbuh kembangkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan dan pengalam peserta didik untuk menjadi manusia yang terus berkembang ke-imanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt.61 Bahan ajar adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa bahan ajar proses belajar mengajar tidak mungkin akan berjalan. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru berkewajiban membuat dan menyediakan bahan ajar. Langkah-langkah dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah: a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Hal ini diperlukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbedabeda dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga harus ditentukan apakah aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Menyiapkan materi pelajaran yang berisi pokok-pokok isi materi yang harus dipelajari siswa sebagai sarana pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar dan indicator hasil belajar. c. Bahan ajar perlu dirinci atau diuraikan batasan dan ruang lingkupnya baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, kemudian diurutkan dan ditunjukkan 61
Majid, 193.
48
keterkaitan antar isi materi yang dipelajari dengan nilai fungsi belajar sejarah kebudayaan Islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai tingkat perkembangan siswa. d. Identifikasi jenis-jenis bahan ajar. Dengan mengidentifikasikan jenis-jenis materi yang akan diajarkan maka seorang guru akan mendapat kemudahan dalam tata cara mengajarkan bahan ajar kepada siswa. e. Sumber bahan ajar sejarah kebudayaan Islam dapat diperoleh dari Al-Qur’an, Hadits, kitab-kitab sejarah, buku teks,media masa, VCD, video, radio, tape, internet, para ahli bidang studi,lingkungan alam dan sosial. f. Persiapan materi dibuat per satuan waktu dalam Silabus Pembelajaran (SP) dan per satuan pembelajaran dalam program Rencana Pembelajaran (RP). g. Penguasaan bahan ajar dilakukan melalui pola kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. h. Penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar perlu dilakukan secara terus menerus.62 Dengan mengacu pada langkah-langkah di atas akan memudahkan guru dalam menyusun bahan ajar mata pelajaran SKI. Selain itu dalam menentukan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI guru hendaknya menggunakan banyak referensi sebagai bahan rujukan.
62
Darwyan Syah et. al., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Gaung Persada press,2007),117-118.
49
BAB III UPAYA GURU PAI MENGEMBANGKAN SUMBER BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DI MTS TERPADU HUDATUL MUNA 2 JENES PONOROGO
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo Mts Terpadu Hudatul Muna 2 merupakan pendidikan formal setingkat SLTP yang berciri khas agama yang berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Hudatul Muna Jenes. Pondok pesantren Hudatul Muna berdiri pada tanggal 12 Syawal 1964 H yang didirikan oleh K.H. Qomaruddin Mufti. Beliau lahir di Kembang Sawit, Kebonsari, Delopo, Madiun pada tahun 1936 M, dari seorang ayah bernama K.H. Mufti, sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Subulul Huda, Kembang Sawit dan Ibu bernama Nyai Sringatun. Tahun 1944 beliau masuk Sekolah Rakyat (SR) III pagi (SD) di Kembang Sawit. Bersamaan itu pula beliau sekolah di Madrasah Diniyah Ngujur Kembang Sawit. Pada tahun 1953, beliau masuk Madrasah Tsanawiyah Kembang Sawit dan tamat pada tahun 1956 M. setelah itu beliau melanjutkan mondok ke Ponpes Al Hidayah Sodetan Lasem yang diasuh oleh Al Magfurlah K.H. Maksum. Tahun 1962, K.H. Qomaruddin Mufti boyong ke Kembang Sawit dan pada tanggal 28 April 1964 menikah dengan Nyai Saudah Binti K.H. Thoyyib, Jenes Ponorogo. 49
50
Setelah menikah dengan ibu Nyai Saudah, beliau boyong dari tanah kelahirannya ke Jenes. Dan pada tanggal 12 Syawal 1964 berdirilah Pondok Pesantren Hudatul Muna dan Madrasah Miftahul Huda di Jenes, tepatnya di jalan Yos Sudarso 2 B jenes Ponorogo. Genap usia 53 tahun, Tepatnya tanggal 20 Januari 1989 beliau meninggal dunia dan selang beberapa bulan meninggalnya K.H. Qomaruddin Mufti akhirnya kepemimpinan pondok diganti adik iparnya yaitu K.H. Masduqi Thoyyib. Pada waktu itu beliau masih menggunakan metode pendidikan Ulama Salaf. Tingkat pendidikan meliputi: Ibtida’, Tsanawiyah dan aliyah. Pada tahun 2000, K.H. Masduqi Thoyyib meninggal dunia . Sepeninggal beliau, pondok pesantren Hudatul Muna terpecah menjadi dua, yang sebelah selatan dipegang oleh K.H. Abdul Qodir sedangkan sebelah utara dipegang oleh K.H. Munirul Janani, S.Pd.I. walaupun pondok sudah terbagi menjadi dua, tetapi keduanya sepakat memilih K.H. Masykuri Thoyyib untuk menjabat sebagai pelindung pondok pesantren Hudatul Muna. Pada bulan Juli 2002, pondok utara beralih nama menjadi Hudatul Muna 2 dan pondok selatan bernama Hudatul Muna 1. Pencetus nama Madrasah tersebut adalah Ibu Siti Roudlotun Ni’mah putri ketiga dari K.H. Qomaruddin Mufti.63 Lembaga pendidikan yang dikelola di Pondok Pesantren Hudatul Muna 2 antara lain:
63
1-7.
Ponpes Hudatul Muna, Sekilas Manaqib K.H. Qomaruddin Mufti (Ponorogo: TP, 2008),
51
a. Madrasah Diniyah yaitu program pendidikan agama sistem salaf dengan menekankan pendidikan akhlaq, aqidah, fiqih, nahwu shorof dan ubudiyah. b. Madrasah Tsanawiyah Terpadu dan Madrasah Aliyah Terpadu Hudatul Muna. Kedua madrasah ini berdiri pada bulan Juni 2002 dengan menggunakan kurikulum terpadu yaitu pendidikan salaf berkurikulum Departemen Agama. c. SMK Teknik Informatika program keahlian teknik computer dan jaringan. Sekolah kejuruan ini pelaksanaannya dimulai pada tahun ajaran 2005/2006. SMK yang memakai kurikulum diknas ini, merupakan kerjasama antara lembaga pendidikan Ponpes Hudatul Muna 2 dengan SMK N 1 Jenangan Ponorogo. d. Madrasah Murottilil Al-Qur’an, madrasah ini mengkhususkan perbaikan dan pembetulan bacaan Al-Qur’an dari segi makhroj dan tajwidnya.64 2. Letak Geografis Keberadaan lembaga pendidikan pada suatu tempat yang menguntungkan adalah merupakan salah satu faktor yang mendukung bagi kelancaran proses pendidikan dan pengajaran. Hal ini diantaranya dapat diperoleh dari letak geografis gedung sekolah yang menguntungkan. Mts Terpadu Hudatul Muna 2 merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang penulis jadikan sebagai obyek penelitian yang terletak di kelurahan Brotonegaran kecamatan kota Ponorogo Jawa Timur dengan batas-batasnya adalah: 64
Lihat transkip wawancara nomor: 01/1-W/1-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
52
5. Sebelah utara
: kelurahan Kauman
6. Sebelah selatan
: kelurahan Paju
7. Sebelah barat
: kelurahan Paju
8. Sebelah timur
: kelurahan Kunden.65
Komplek Mts Terpadu Hudatul Muna 2 ini terletak di kelurahan Brotonegaran 500 m di sebelah selatan Aloon-aloon Ponorogo. 3. Visi, Misi dan Tujuan Sebagai suatu lembaga pendidikan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan perkembangan dalam upaya mewujudkan kemandirian sekolah Mts Terpadu Hudatul Muna 2 merumuskan visi, misi dan tujuannya, sebagai berikut: a. Visi Mts Terpadu Hudatul Muna 2 adalah: ”Terbentuknya Muslim Yang Bertaqwa Kepada Allah SWT, Berbudi Luhur, Cerdas, Berpengetahuan Luas, Terampil, Bertanggung Jawab, Berguna Bagi Agama, Nusa Dan Bangsa”. b. Misi Mts Terpadu Hudatul Muna 2 adalah: 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki. 2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
65
Lihat transkip dokumentasi nomor 01/D/4-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
53
3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat berkembang secara optimal. 4) Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 5) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam dan budaya bangsa sehingga terbangun siswa yang kompeten dan berakhlak mulia. 6) Mendorong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak tinggi, dan bertaqwa pada pada Allah S.W.T. c. Tujuan Mts Terpadu Hudatul Muna 2 adalah: Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, tujuan MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo adalah sebagai berikut: 1) Membentuk siswa yang berkembang secara optimal dan berakhlaqul Karimah. 2) Mewujudkan terbentuknya madrasah mandiri. 3) Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. 4) Tercapainya program-program madrasah 5) Terlaksananya kehidupan sekolah yang Islami. 6) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlakul karimah, dan bertaqwa pada Allah SWT.66
66
Lihat transkip dokumentasi nomor 02/D/4-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
54
4. Struktur Organisasi Di dalam suatu lembaga pendidikan perlu adanya penataan kestrukturan untuk mempermudah pembagian tugas dalam suatu organisasi. Demikian juga dalam sekolah setiap lembaga pendidikan yang memiliki siswa ideal dengan pemetaan struktur administrasi yang dinamis. Maka kegiatan dan pengelolaan sekolah dapat beroperasi secara struktural dengan pembidangan yang disepakati bersama. Dengan adanya struktur di sekolah, kewenangan masing-masing unit kerja saling bekerja kerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Adapun struktur organisasi Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dapat dilihat di lampiran nomor 03/D/4-V/2009.67 5. Keadaan Guru dan Siswa Guru adalah pendidik yang bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar serta berkewajiban membimbing dan mengarahkan anak didik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk saat ini di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo telah memiliki 20 guru dan 4 staf tata usaha. Untuk kesemuanya telah memadai sebagai tenaga pendidik dan tenaga personalia yang profesional.
67
Lihat transkip dokumentasi nomor 03/D/4-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
55
Mengenai jumlah siswa Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, sesuai dengan perincian menurut jenjang pendidikan sebagai berikut: Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
Jumlah
26
27
34
87
6. Kurikulum Pengelolaan struktur kurikulum di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, sebagai salah satu lembaga pendidikan madrasah tsanawiyah, melaksanakan pembelajaran per minggu 43 jam pelajaran untuk kelas VII, VIII dan IX sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi. selanjutnya perlu juga ditegaskan, bahwa: a. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit b. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38 minggu. Di madrasah terdapat program intra kurikuler dan juga ekstra kurikuler yang dikembangkan dalam program pengembangan diri. Waktu belajar di Madrasah dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.45 WIB selama 6 hari dari hari Senin hingga Kamis. Hari jumat libur sedangkan khusus hari Ahad selesai pelajaran pukul 12.00 WIB, dan dilanjutkan Kegiatan Ekstrakurikuler yaitu Muhadloroh.68
68
Lihat transkip dokumentasi nomor 04/D/4-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
56
7. Sarana Prasarana Fasilitas pada suatu lembaga pendidikan adalah mutlak harus ada dan harus memenuhi kebutuhan pendidikan. Fasilitas berfungsi untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar sehingga siswa yang belajar dapat mendapatkan ilmu sesuai yang diharapkan oleh pihak lembaga maupun siswa sendiri. Adapun sarana prasarana yang ada di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dapat dilihat dalam lampiran hasil penelitian.69
B. Deskripsi Data Khusus 1. Kondisi Obyektif Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo Untuk mensukseskan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), berbagai cara dapat ditempuh. Penentuan bahan ajar adalah salah satu wujudnya. Bahan ajar adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai oleh siswa, baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap melalui kegiatan pembelajaran agar dapat menjadi kompeten. Sehingga bahan ajar merupakan unsur inti yang ada dalam proses belajar mengajar, karena jika dalam pembelajaran tidak terdapat bahan ajar maka tidak akan terlaksana apa yang dinamakan proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus 69
Lihat transkip dokumentasi nomor 05/D/4-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
57
dipersiapkan oleh guru, walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan. Namun demikian, guru tetap diharapkan mampu menyusun perencanaan yang lebih sempurna, sesuai kebutuhan siswa. Sehingga semua siswa dapat mengikuti proses kegiatan belajar sesuai harapan dan siswa bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan oleh guru. Adapun untuk meningkatkan mutu pendidikan di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo telah diterapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Ibu Zahrotun Nisa’ selaku Waka Kurikulum: “Untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satunya adalah perubahan kurikulum. Maka dari itu mulai tahun ajaran 2007/2008 di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 menerapkan KTSP. Di mana salah satu penerapan dari KTSP adalah penyusunan RPP yang dibebankan kepada guru mata pelajaran. Untuk itu guru dituntut kompeten dalam bidangnya masingmasing apalagi dalam mengembangkan sumber bahan ajarnya harus sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator hasil belajar.”70 Adapun kondisi sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Ali Makhruz selaku guru SKI kelas VII dan VIII: “Sebenarnya masih seperti dulu cuma karena sekarang kurikulum di sini menggunakan KTSP jadi guru diberi tanggung jawab untuk membuat rencana pembelajaran, sedangkan untuk materi pokok SKI sudah ditentukan oleh PERMENAG, guru tinggal menjabarkannya dan mengembangkan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang diajarkan.”71 70
71
Lihat transkip wawancara nomor 02/2-W/F-1/5-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. Lihat transkip wawancara nomor 08/4-W/F-1/17-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
58
Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I selaku guru mata pelajaran SKI kelas IX yang mengatakan: “Kondisi bahan ajar mata pelajaran SKI disini sebenarnya masih seperti dulu, yaitu guru menyusun materi pokok ke dalam silabus dan dijabarkan poin-poinnya dalam RPP sesuai SK, KD dan indikator yang ada. Selain itu dengan mengembangkan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang telah di susun.”72 Sedangkan penggunaan sumber bahan ajar yang dilakukan oleh Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I, adalah: “Yang pernah saya lakukan adalah pada aspek tarikh bersumber pada penayangan film sejarah Islam terdahulu mengenai peran dan sebagainya. Selain itu apabila ada materi tentang letak negara bersejarah maupun kotanya saya biasanya menjelaskan dengan membawa peta ke dalam kelas. Dengan begitu siswa bisa lebih memahaminya.”73 Sedangkan Bapak Ali Makhruz menggunakan sumber bahan ajar yang berbeda. Menurutnya: “Yang sering saya gunakan adalah buku paket, LKS dan kitab-kitab yang lain yang berkaitan dengan sejarah Islam seperti kitap Siroh Nabawi.”74
2. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Guru Mata Pelajaran SKI Di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo Dalam Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI Serta Cara Penyelesaiannya Apabila seorang guru akan mengajarkan bahan ajar mengenai setiap pokok atau satuan bahasan kepada peserta didik, maka guru harus terlebih 72
Lihat transkip wawancara nomor 04/3-W/F-1/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. Lihat transkip wawancara nomor 08/3-W/F-1/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. 74 Lihat traskip wawancara nomor 07/4-W/F-1/17-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. 73
59
dahulu mengadakan perencanaan pembelajaran dan persiapan yang matang. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Akan tetapi dalam perencanaan dan persiapan itu terkadang menghadapi permasalahan, sehingga mengganggu proses belajar mengajar dengan tujuan yang telah ditetapkan. Adapun permasalahan yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI adalah sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I selaku guru SKI kelas IX: “Permasalahan yang dialami dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah faktor peralatan yang minim, buku paket yang kurang mencukupi untuk setiap siswa, sulit menemukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi SKI yang akan diajarkan dan kurangnya penguasaan teknologi informasi.”75 Selain permasalahan-permasalahan di atas Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I juga menambahkan, dengan mengatakan: “Biasanya kesulitan dalam menentukan materi atau bahan ajar mata pelajaran SKI yang sesuai dengan SK, KD dan indikator hasil pencapaian belajar. Selain itu juga karena alokasi waktu untuk mata pelajaran SKI hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu padahal materi sejarah kebudayaan Islam itu sangat banyak dan memerlukan pemahaman dan konsentrasi yang lebih dibandingkan dengan mata pelajaran PAI yang lainnya.”76
75 76
Lihat transkip wawancara nomor 05/3-W/F-2/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. Lihat transkip wawancara nomor 05/3-W/F-2/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
60
Dari keterangan wawancara di atas dapat di ketahui bahwa permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah karena faktor peralatan yang minim, buku paket SKI yang terbatas, alokasi waktu yang sedikit, sulit menemukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi SKI dan kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi. Selain dari keterangan di atas, Bapak Ali Makhfuz juga mempertegas dengan mengatakan: “Permasalahan dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah karena sarana prasarana di sini masih sangat minim sehingga sarana yang dibutuhkan sulit untuk menemukannya, kesulitan menemukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi SKI yang akan diajarkan, kurangnya penguasaan teknologi. Selain itu karena untuk mata pelajaran SKI ini hanya mendapatkan alokasi waktu 2 jam pelajaran dalam seminggunya, jadi kami sangat kesulitan dalam pembagian waktu, padahal untuk mata pelajaran SKI ini pembahasannya sangat banyak.”77 Disamping masalah-masalah di atas juga terdapat masalah yang timbul dari diri siswa itu sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ali Makhfuz, bahwa: “Ketika guru sudah mengembangkan sumber bahan ajar dengan baik, pada saat proses pembelajaran siswa belum mampu memahami materi yang sudah disampaikan. Misalnya guru menggunakan metode kerja kelompok dengan bahan ajar berupa materi yang diambil dari buku paket dan LKS, akan tetapi setelah memakai metode tersebut di akhir pembelajaran siswa belum mampu memahami poin-poin penting yang ada dalam materi. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa guru perlu mengevaluasi dan mengubah strategi atau metode dan mencari bahan ajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.”78
77
Lihat transkip wawancara nomor 08/4-W/F-2/17-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
78
Lihat transkip wawancara nomor 08/4-W/F-2/17-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
61
Dalam menghadapi segala permasalahan di atas, dari pihak sekolah berusaha untuk mengatasinya. Seperti yang dijelaskan oleh Ibu Zahrotun Nisa’ sebagai berikut: “Setiap tahunnya berusaha untuk menambah sarana prasarana, kepala sekolah juga selalu ikut andil dalam menasehati guru untuk selalu kompeten dalam bidangnya masing-masing dengan mengadakan musyawarah bersama untuk meningkatkan kinerja guru yang lebih professional dan guru-guru di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Ponorogo juga sering mengikuti workshop di lembaga-lembaga pendidikan mengenai peningkatan mutu pendidikan.”79 Selain itu, Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I dalam menghadapi permasalahpermasalahan dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah menyusun perencanaan pembelajaran jauh-jauh hari, sebagaimana yang diungkapkannya berikut: “Kami jauh-jauh hari menyusun perencanaan pembelajaran dengan persiapan yang sangat matang. Karena kami harus sudah memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Yaitu kompetensi dasar yang fungsinya untuk mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik, indikator untuk mengetahui keberhasilan dalam pembentukan kompetensi pada peserta didik, dan penilaian untuk mengukur seberapa besar kompetensi yang ada pada peserta didik dan untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan oleh seorang guru bila kompetensi dasarnya belum tercapai.”80
79 80
Lihat transkip wawancara nomor 03/2-W/F-2/5-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. Lihat transkip wawancara nomor 06/3-W/F-3/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
62
3. Langkah-langkah yang Dilakukan oleh Guru Mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI Mengajar merupakan pekerjaan akademis dan professional. Namun anehnya, banyak para pengajar yang tidak mencerminkan kedua karakteristik pekerjaannya, mereka masuk kelas tanpa mempersiapkan perencanaan sama sekali, karena dianggap bahwa mengajar merupakan pekerjaan rutin yang setiap tahun dikerjakan dengan karakter murid yang setiap tahun sama, serta kurikulum serta bahan ajar yang sama pula. Dengan demikian para guru tersebut mengajar sesuai yang diingat, tanpa melihat tingkat kompetensi anak saat akan memulai mengajar, karena tidak memiliki ukuran hasil evaluasi hari-hari sebelumnya,
dan
mengajar
sesuai
dengan
rasa
keguruannya
tanpa
memperhatikan apa yang diperlukan siswa untuk dipelajari hari itu. Namun semua kenyataan itu tidak sama dengan kondisi yang ada di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, karena di Mts ini setiap guru yang akan mengajar harus merancang rencana pembelajaran, serta mengembangkan sumber bahan ajar sebelum kegiatan pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I tentang persiapan sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung: “Mempersiapkan segala perencanaan pembelajaran dengan matang. Kemudian pendalaman materi sebelum pembelajaran sangat penting, karena kami harus memperdalam dan memahami SKI yang akan disampaikan. Maka dari itu sumber bahan ajar yang memadai akan mempermudah kami dalam mengembangkan sumber bahan ajar. Dengan
63
buku-buku dan alat yang menunjang akan mempermudah kami untuk menyampaikan bahan ajar yang akan diajarkan nantinya. Jadi selain bahan ajar dan sumber bahan ajar, kami juga harus mempunyai pengetahuan yang luas.”81 Adapun langkah-langkah guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI dapat diketahui dari hasil wawancara dengan Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I., yang mengatakan: “Untuk mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, pertama adalah mengetahui dulu SK, KD dan indikatornya, kemudian mengidentifikasi materi itu apakah termasuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, kemudian materi tersebut disusun dan disesuaikan SK, KD dan indikatornya. Setelah itu mencari dan menentukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang diajarkan.”82 Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan Bapak Ali Makhfuz dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI, adalah: “Melihat dulu SK, KD dan indikatornya kemudian materi pokoknya, sehingga dengan melihat itu bisa diketahui materi tersebut termasuk materi aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Setelah itu ditentukan juga sumber bahan ajar yang relevan. Dan biasanya saya menggunakan sumber bahan ajar dari buku paket, LKS dan kitab-kitab yang lain yang berkenaan dengan sejarah Islam seperti kitab Siroh Nabawi.”83 Langkah-langkah yang dilakukan oleh Guru mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI adalah mengidentifikasikan dulu SK, KD dan indikatornya, kemudian mengidentifikasikan materi pokok yang akan diajarkan itu apakah termasuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Setelah itu 81
Lihat transkip wawancara nomor 06/3-W/F-3/8-V/2009dalam lampiran skripsi ini.
82
Lihat transkip wawancara nomor 07/3-W/F-3/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
83
Lihat transkip wawancara nomor 09/4-W/F-3/17-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
64
menentukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang akan diajarkan. Karena standar materi pokok telah ditetapkan secara nasional, maka materi pokok tinggal disalin dari buku Standar Kompetensi mata pelajaran. Sementara tugas guru adalah memberikan jabaran materi pokok tersebut ke dalam uraian materi pokok sekaligus memberikan arah serta cakupan materi pembelajaran. Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran seorang guru juga menggunakan sumber bahan ajar yang memadai demi keberhasilan proses pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Ali Makhfuz: “Kami dalam proses pembelajaran mata pelajaran SKI selain menggunakan buku paket dan LKS, kami juga menggunakan buku penunjang lainnya seperti kitab siroh nabawi.”84 Dengan buku-buku penunjang di atas, peserta didik diharapkan mampu untuk menerima pelajaran dengan mudah. Begitu juga bagi pendidik, tidak merasa kesulitan dalam menyampaikan materi pelajaran karena telah dipersiapkan secara matang sebelum proses belajar mengajar terlaksana. Setelah sumber-sumber bahan ajar terpenuhi, maka yang perlu dipersiapkan oleh guru adalah metode yang sesuai dengan materi pembelajaran SKI, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Adapun metode yang sering digunakan di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo adalah ceramah,
84
Lihat transkip wawancara nomor 09/4-W/F-3/17-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
65
diskusi, metode kisah, metode suri teladan, dan tanya jawab. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I, berikut: “Yang perlu dipersiapkan oleh guru adalah metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Biasanya untuk materi pelajaran SKI, metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, diskusi, metode kisah, metode suri tauladan, dan tanya jawab. Dengan metode yang bervariasi akan mempermudah siswa untuk menerima pelajaran. Jadi proses belajar mengajar terasa menyenangkan.”85 Selain pendapat dari guru mata pelajaran SKI di atas, juga terdapat pengakuan dari siswa mengenai proses pembelajaran SKI. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Salamatus Zahro' murid kelas VII di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, bahwa: “Dengan guru menyusun bahan ajar mata pelajaran SKI, materi yang disampaikannya tidak keluar dari pembahasan yang akan dipelajari. Dan dengan menggunakan berbagai sumber bahan ajar dan metode yang bervariasi proses pembelajaran mata pelajaran SKI menjadi menarik dan tidak membosankan.”86 Selain itu, juga diungkapkan oleh Anto murid kelas IX di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, bahwa: “Saat kegiatan pembelajaran SKI, guru selain menggunakan buku paket dan LKS juga menggunakan kitab Siroh Nabawi. Sehingga kami tidak hanya mendapatkan pengetahuan dari satu sumber bahan ajar melainkan dari berbagai sumber rujukan.”87 Selain dari keterangan di atas, dari observasi yang penulis lakukan pada saat pembelajaran, setelah guru menyusun bahan ajar mata pelajaran SKI
85
Lihat traskip wawancara nomor 07/3-W/F-3/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. Lihat transkip wawancara nomor 10/5-W/F-3/28-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. 87 Lihat transkip wawancara nomor 11/6-W/F-3/10-XII/2009 dalam lampiran skripsi ini. 86
66
kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, kegiatan pembelajaran tampak menarik dan tidak membosankan yang dapat dilihat dalam transkip observasi.88 Dalam persiapan perencanaan pembelajaran selain bahan ajar, sumber bahan ajar dan metode pembelajaran, yang perlu dipersiapkan lagi adalah penilaian atau evaluasi sebagai hasil dari proses belajar mengajar. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan. Pengamatan kerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek, penggunaan portofolio dan penilaian diri pada mata pelajaran SKI lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku dan menumbuh kembangkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan
pengetahuan,
penghayatan,
pengalaman,
pembiasaan
dan
pengalam peserta didik untuk menjadi manusia yang terus berkembang ke-imanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Hidayatu Anwaroti, S.Pd.I, berikut: “Penilaian dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan. Penilaian diri pada mata pelajaran SKI lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku dan menumbuh kembangkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah yang biasanya di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo ini dalam seminggunya mengadakan latihan pidato dalam kegiatan muhadhoroh.”89
88 89
Lihat transkip observasi nomor 01/O/F-4/28-V/2009 dalam lampiran skripsi ini. Lihat traskip wawancara nomor 07/3-W/F-3/8-V/2009 dalam lampiran skripsi ini.
67
Dalam persiapan penyusunan rencana pembelajaran seorang guru harus mempersiapkan materi pembelajaran atau bahan ajar, kemudian sumber bahan ajar, dan metode pembelajaran. Disamping itu, guru juga harus mempersiapkan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disampaikan.
BAB IV
68
ANALISIS DATA DALAM UPAYA GURU PAI MENGEMBANGKAN SUMBER BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI) DI MTs TERPADU HUDATUL MUNA 2 JENES PONOROGO
Setelah penulis mengumpulkan data yang diperoleh dalam penelitian melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi, penulis memaparkan data apa adanya sehingga memperoleh temuan-temuan penelitian. Dari data-data tersebut selanjutnya peneliti menganalisis sebagai berikut:
A. Kondisi Obyektif Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. Salah satu keuntungan yang bisa diraih guru dengan kurikulum ini adalah keleluasaan guru dalam memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan minatnya. Guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi peserta didik dengan menyediakan aneka ragam kegiatan belajar mengajar dan mengembangkan sumber bahan ajar. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis mengenai kondisi sumber bahan ajar68mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul
69
Muna 2 Jenes Ponorogo sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana guru diberi tanggung jawab untuk membuat perencanaan pembelajaran, sedangkan untuk materi pokok SKI sudah ditentukan oleh PERMENAG, guru tinggal menjabarkannya dan mengembangkan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang diajarkan. Dalam bab II telah dijelaskan bahwa bahan ajar adalah segala sesuatu yang hendak dipelajari dan dikuasai oleh siswa, baik berupa pengetahuan, ketrampilan dan sikap sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar tersebut bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis. Sebagaimana pendapat Muhammad Joko Susilo bahwa aspek bahan ajar mencakup bahan ajar aspek kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedural. Kemudian bahan ajar aspek afektif meliputi pemberian respon, semangat atau motivasi belajar, penerimaan (apresiasi), internalisasi dan penilaian. Dan bahan ajar aspek psikomotorik meliputi gerakan awal, semi rutin dan rutin. Dari deskripsi data pada bab III dapat diketahui bahwa dalam penggunaan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo selain buku paket dan LKS juga menggunakan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang akan diajarkan, seperti peta, globe, CD tentang film sejarah Islam terdahulu, dan kitab-kitab yang lain yang berkaitan dengan sejarah Islam seperti kitab siroh nabawi.
70
Sebagaimana pendapat Mimin Haryati bahwa yang perlu diingat dalam mengembangkan sumber bahan ajar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah buku-buku atau referensi lainnya yang merupakan bahan rujukan. Artinya tidak tepat jika dalam proses kegiatan belajar, materi yang diajarkan hanya tergantung kepada buku teks dan dianggap sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Karena mengajar bukan hanya menyelesaikan materi dalam satu buku, tetapi membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu seorang guru harus menggunakan banyak referensi sebagai bahan rujukan. Dari keterangan-keterangan di atas berdasarkan teori yang ada dan deskripsi data yang penulis dapatkan, penulis dapat menganalisis bahwa kondisi sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana guru diberi tanggung jawab untuk membuat perencanaan pembelajaran, sedangkan untuk materi pokok mata pelajaran SKI telah ditentukan oleh PERMENAG, guru tinggal menjabarkannya dan mengembangkan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang diajarkannya. Sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo sendiri terdiri dari bahan ajar cetak dan bahan ajar pandang dengar, seperti: buku paket, LKS, peta, globe, CD tentang film sejarah Islam terdahulu, dan kitab-kitab yang lain yang berkaitan dengan sejarah Islam seperti kitab siroh nabawi.
71
B. Permasalahan Yang Dihadapi Oleh Guru Mata Pelajaran SKI Di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo Dalam Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI Serta Cara Penyelesaiannya Apabila seorang guru akan mengajarkan bahan ajar mengenai setiap pokok atau satuan bahasan kepada peserta didik, maka guru harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pembelajaran dan persiapan yang matang. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan baik. Akan tetapi dalam perencanaan dan persiapan itu terkadang menghadapi permasalahan, sehingga mengganggu proses belajar mengajar dengan tujuan yang telah ditetapkan. Telah diungkapkan pada bab III bahwa masalah-masalah yang dihadapi oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI adalah bervariasi. Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih dan menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebagaimana pendapat Mimin Haryati bahwa kriteria dalam memilih bahan ajar yaitu harus relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar yang dipilih dan diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa hendaknya materi tersebut benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.
72
Oleh karena itu, masalah yang sering dihadapi guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo ini dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih dan menentukan materi SKI atau bahan ajar SKI yang tepat sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi dalam kegiatan pembelajaran. Masalah penting lainnya dalam pengembangan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI disebabkan karena terbatasnya sarana dan prasarana sebagai sumber bahan ajar. Sehingga guru mata pelajaran SKI tidak hanya menggunakan buku paket dan LKS saja, melainkan mencari bahan rujukan sebagai referensi. Sebagaimana pendapat Mimin Haryati bahwa dalam menyusun bahan ajar pada Tingkat Satuan Pendidikan adalah buku-buku atau referensi lainnya yang merupakan bahan rujukan. Artinya tidak tepat jika dalam proses kegiatan belajar, materi yang diajarkan hanya tergantung kepada buku teks dan dianggap sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Karena mengajar bukan hanya menyelesaikan materi dalam satu buku, tetapi membantu siswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu seorang guru harus menggunakan banyak referensi sebagai bahan rujukan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa untuk standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
73
Standar kompetensi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Di antara standar kompetensi guru tersebut antara lain: 6. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 7. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 8. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 9. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. a. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri Oleh karena itu, untuk menghadapi permasalahan dalam pengembangan sumber bahan ajar, dari pihak sekolahpun juga berusaha untuk mengatasinya. Setiap tahunnya berusaha untuk menambah sarana prasarana seperti computer dan buku paket, kepala sekolah juga selalu ikut andil dalam menasehati guru untuk selalu
kompeten
dalam
bidangnya
masing-masing dengan
mengadakan
musyawarah bersama untuk meningkatkan kinerja guru yang lebih professional dan guru-guru di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Ponorogo juga sering mengikuti workshop di lembaga-lembaga pendidikan mengenai peningkatan mutu pendidikan. Akan tetapi di samping masalah minimnya sarana prasarana, masalah juga sering disebabkan oleh peserta didik. Yaitu Ketika guru sudah menyusun bahan
74
ajar dengan baik, pada saat proses pembelajaran siswa belum mampu memahami materi yang sudah disampaikan. Misalnya guru menggunakan metode kerja kelompok dengan bahan ajar berupa materi yang diambil dari buku paket dan LKS, akan tetapi setelah memakai metode tersebut di akhir pembelajaran siswa belum mampu memahami poin-poin penting yang ada dalam materi. Maka dari sini dapat disimpulkan bahwa guru perlu mengevaluasi dan mengubah strategi atau metode dan mencari bahan ajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi. Sebagaimana pendapat Darwyan Syah bahwa penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar perlu dilakukan secara terus menerus. Dari keterangan-keterangan di atas berdasarkan teori yang ada dan deskripsi data yang penulis dapat, penulis dapat menganalisis bahwa masalah-masalah yang dihadapi guru mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Ponorogo dalam pengembangan sumber bahan ajar dan cara penyelesaiannya adalah bervariasi. Masalah yang dihadapi guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah memilih dan menentukan materi SKI atau bahan ajar SKI yang tepat sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kurangnya sarana prasarana, dan masalah yang timbul pada peserta didik yang kurang bisa memahami materi, serta sumber bahan ajar yang kurang memadai. Maka dari itu guru berusaha mengatasi masalah-masalah tersebut dengan tidak hanya menggunakan buku paket dan LKS saja tetapi menggunakan banyak referensi sebagai bahan rujukan, menambah sarana prasarana, mengadakan musyawaroh bersama untuk meningkatkan kinerja guru, dan mengikuti workshop di lembaga-
75
lembaga pendidikan. Sikap yang diambil guru dalam menghadapi permasalahan tersebut sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
C. Langkah-langkah yang Dilakukan oleh Guru Mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam Mengembangkan Sumber Bahan Ajar Mata Pelajaran SKI Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yaitu terkait dengan adanya standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian
hasil
pembelajaran,
dan
pengawasan
proses
pembelajaran. Dalam melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan yang harus dipelajari oleh siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
76
Dalam deskripsi data pada bab III dapat diketahui langkah-langkah yang dilakukan guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI adalah, pertama mengetahui dulu SK, KD dan indikatornya, kemudian mengidentifikasi materi itu apakah termasuk aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, kemudian materi tersebut disusun dan disesuaikan SK, KD dan indikatornya. Setelah itu mencari dan menentukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang di ajarkan. Sebelum
menentukan
materi
pembelajarn
terlebih
dahulu
perlu
diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari dan dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Setiap aspek standar kompetensi tersebut
memerlukan
bahan
ajar
yang
berbeda-beda
untuk
membantu
pencapaiannya. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajarn atau bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat jenis bahan ajar. Sebagaimana pendapat Muhammad Joko Susilo, bahwa jenis-jenis bahan ajar dapat dibedakan menjadi: bahan ajar aspek kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat yaitu fakta, konsep, prinsip dan prosedural. Kemudian bahan ajar aspek afektif meliputi pemberian respon, semangat atau motivasi belajar, penerimaan
77
(apresiasi), internalisasi dan penilaian. Dan bahan ajar aspek psikomotorik meliputi gerakan awal, semi rutin dan rutin. Oleh karena itu, materi pembelajaran yang dipilih haruslah yang dapat memberikan kecakapan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Dengan cara tersebut siswa terhindar dari materi-materi yang tidak menunjang pencapaian kompetensi. Jadi, mengajar mata pelajaran SKI tidak semata-mata menyampaikan isi materi pembelajaran akan tetapi harus menjabarkan materi atau perluasan dan pengayaan agar siswa tidak sekedar mengetahi pengertiannya saja tetapi menanamkan pada diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari harus benar-benar mereka yakini dan mereka biasakan dalam pengalaman sehari-hari. Jadi di sini guru mata pelajaran SKI dituntut untuk mampu menanamkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid) dan akhlaqul karimah, serta membekali siswa untuk membentuk kepribadiannya berdasarkan tokoh-tokoh teladan sehingga membentuk kepribadian yang luhur. Dari deskripsi data bab III, langkah guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI selanjutnya adalah dengan cara menentukan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi pembelajaran SKI. Jadi guru berupaya untuk mengembangkan referensi atau rujukan dari buku ataupun kitab lain yang mendukung proses pembelajaran.
78
Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, tetapi yang digunakan dalam pembelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, adalah: a. Bahan ajar cetak antara lain, buku paket, modul, lembar kerja siswa, globe, peta, dan kitab siroh nabawi. b. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video atau film, orang atau narasumber. Setelah
sumber-sumber bahan
ajar terpenuhi,
maka
yang perlu
dipersiapkan oleh guru adalah metode yang sesuai dengan materi pembelajaran SKI, sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai. Adapun metode yang sering digunakan di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo adalah ceramah, diskusi, metode kisah, metode suri teladan, dan tanya jawab. Sebagaimana pendapat Oemar Hamalik bahwa, metode merupakan cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Guru dalam menggunakan metode pembelajaran haruslah bervariasai,
agar
proses
pembelajaran
mata
pelajaran
SKI ini
terasa
menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga dengan upaya seperti itu siswa lebihcepat memahami materinya. Karena pada dasarnya peserta didik satu dengan yang lainnya mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Setelah rencana mengajar tersusun dengan baik, guru melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai rencana tersebut. Hal yang paling penting untuk diperhatikan dalam proses belajar mengajar ini adalah interaksi yang efektif
79
anatara guru, siswa, dan sumber bahan ajar lainnya sehingga menjamin terjadinya pengalaman belajar yang mengarah ke penguasaan kompetensi oleh siswa. Untuk mengetahui ketercapaian kompetensi dimaksud, guru harus melakukan penilaian secara terarah dan terprogram. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan. Pengamatan kerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek, penggunaan portofolio dan penilaian diri pada mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku dan menumbuh kembangkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (tauhid)
dan
pengembangan
akhlaqul
karimah
pengetahuan,
melalui
penghayatan,
pemberian,
pemupukan,
dan
pengalaman,
pembiasaan
dan
pengalam peserta didik untuk menjadi manusia yang terus berkembang ke-imanan dan ketaqwaannya kepada Allah swt. Dari keterangan-keterangan di atas berdasarkan teori yang ada dan deskripsi data yang penulis dapat, penulis dapat menganalisis bahwa langkah-langkah yang dilakukan oleh guru mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Dimana guru menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang sesuai dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi jenis-jenis
materi,
mengembangkan
referensi
atau
sumber bahan
ajar,
80
menggunakan metode yang bervariasi, dan mengembangkan evaluasi sesuai dengan KTSP.
81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Kondisi sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo, sudah sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dimana guru diberi tanggung jawab untuk membuat perencanaan pembelajaran, sedangkan untuk materi pokok mata pelajaran SKI telah ditentukan oleh PERMENAG, guru tinggal menjabarkannya dan mengembangkan sumber bahan ajar yang relevan dengan materi yang diajarkannya. Sumber bahan ajar mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo sendiri terdiri dari bahan ajar cetak dan bahan ajar pandang dengar, seperti: buku paket, LKS, peta, globe, CD tentang film sejarah Islam terdahulu, dan kitab-kitab yang lain yang berkaitan dengan sejarah Islam seperti kitab siroh nabawi. 2. Masalah-masalah yang dihadapi guru mata pelajaran SKI di Mts Terpadu Hudatul Muna 2 Ponorogo dalam pengembangan sumber bahan ajar dan cara penyelesaiannya adalah bervariasi. Masalah yang dihadapi guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar adalah memilih dan menentukan materi SKI atau bahan ajar SKI yang tepat sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kurangnya sarana prasarana, dan masalah yang timbul pada peserta didik yang kurang bisa memahami materi, serta sumber bahan
81
82
ajar yang kurang memadai. Maka dari itu guru berusaha mengatasi masalahmasalah tersebut dengan tidak hanya menggunakan buku paket dan LKS saja tetapi menggunakan banyak referensi sebagai bahan rujukan, menambah sarana prasarana, mengadakan musyawaroh bersama untuk meningkatkan kinerja guru, dan mengikuti workshop di lembaga-lembaga pendidikan. Sikap yang diambil guru dalam menghadapi permasalahan tersebut sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. 3. Langkah-langkah yang Dilakukan oleh Guru Mata pelajaran SKI di MTs Terpadu Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo dalam mengembangkan sumber bahan ajar mata pelajaran SKI sudah sesuai dengan PERMENDIKNAS nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Dimana guru menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang sesuai dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar, mengidentifikasi jenis-jenis materi, mengembangkan referensi atau sumber bahan ajar, menggunakan metode yang bervariasi, dan mengembangkan evaluasi sesuai dengan KTSP. B. Saran-saran 1. Untuk memaksimalkan upaya penyusunan bahan ajar, guru diharapkan memahami jenis, ruang lingkup, urutan dan perlakuan terhadap materi pembelajaran atau bahan ajar, serta mampu memilih dan menggunakan sumber bahan ajar yang tepat dengan materi.
83
2. Adanya kendala-kendala dalam pengembangan sumber bahan ajar hendaknya tidak menjadikan beban bagi guru dalam mengajar. Guru harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengantarkan peserta didik dalam mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. 3. Untuk mensukseskan hasil pengembangan sumber bahan ajar hendaknya guru mampu menjabarkan materi sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Selain itu, guru diharapkan mampu mengembangkan sumber bahan ajar dan melakukan penilaian kesesuaian materi dengan hasil belajar secara terus menerus.
84
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka Cipta, 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Departemen Agama RI. Standar Isi Madrasah Aliyah. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Djamaroh, Syaiful Bahri & Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996.1994. Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Haryati, Mimin. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press, 2007. Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Majid, Abdul & Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004. Mansur. Peradaban Islam Dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004. Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007. Nasar, Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “SISKO” 2006. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2006. Nasution, S. Azas-Azas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2001.
85
Permendiknas 2006 tentang SI dan SKL. Jakarta: Sinar Grafika, 2006. Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN di Jakarta. Metode Pengajaran Agama Islam. TT: TP, 1983. Purwanto.”Pengembangan Bahan Ajar.”Bintek KTSP 2009. (Online) http://infopendidikankita.blogspot.com/2009/04/pengembangan-bahanajar.html, diakses 29 Mei 2009. Slameto. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Sudjiono, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru, 1991. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. _ _ _ _ _ _ _ Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997. Susilo, Muhammad Joko. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Syah, Darwyan. et. al. Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Gaung Persada press,2007. Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Ponorogo: STAIN Press, 2008. Tim Penyusun Ka-Prodi Tarbiyah, Metode Penelitian. Ponorogo: STAIN Press, 2008. Zuhairin et. al. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, 1986.
86
PEDOMAN WAWANCARA
A. Wawancara dengan Kepala Sekolah 1. Lembaga apa saja yang dikelola di lembaga Pondok Pesantren Hudatul Muna 2 Jenes Ponorogo? B. Wawancara dengan Waka Kurikulum 1. Bagaimana kondisi obyektif sumber bahan ajar SKI? 2. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI? C. Wawancara dengan guru mata pelajaran SKI 1. Bagaimana kondisi obyektif sumber bahan ajar SKI? 2. Permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh guru dalam mengembangkan sumber bahan ajar SKI? 3. Bagaimanakah persiapan sebelum proses belajar mengajar? 4. Bagaimana
langkah-langkah
yang
dilakukan
oleh
guru
dalam
mengembangkan sumber bahan ajar SKI? D. Wawancara dengan siswa 1. Manfaat apa yang dirasakan ketika guru menggunakan berbagai sumber bahan ajar ke dalam kelas? 2. Metode apa saja yang digunakan guru dalam menyampaikan materi SKI?