BAB I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman penghasil beras yang menjadi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Padi di Indonesia memiliki bentuk dan warna beras yang beragam antara lain beras putih, beras merah dan beras hitam yang berasal dari berbagai varietas. Padi yang berasnya berwarna merah (padi beras merah) kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan padi yang berasnya berwarna putih (padi beras putih). Sampai saat ini belum banyak tersedia varietas unggul padi beras merah. Dua kultivar padi beras merah yang telah diketahui sebagai varietas unggul yaitu varietas Bahbutong yang dilepas tahun 1985 dan kultivar tersebut tidak meluas pengembangannya (Suliartini et al., 2011) dan kultivar kedua adalah varietas Sregeng Handayani yang dilepas tahun 2008 namun hanya sebagai varietas unggul lokal Gunung Kidul Yogyakarta (Kristamtini, 2009). Perkembangan pengetahuan dan peningkatan taraf hidup masyarakat disertai kesadaran akan pentingnya kesehatan menyebabkan sebagian masyarakat mulai mengkonsumsi nasi beras merah. Hal ini karena nasi beras merah memiliki keistimewaan dan keunikan di dalam rasa maupun kandungan gizi atau vitamin. Ling et al. (2001) menyatakan bahwa konsumsi beras merah dapat mencegah penyakit atherosklerosis karena beras merah mengandung senyawa yang dapat meningkatkan antioksidan seperti asam amino, asam nikotinat, riboflavin dan berbagai mineral. Pigmen warna merah menunjukkan bahwa beras merah 1
2
mengandung senyawa fenol yaitu antosianin yang juga berperan sebagai antioksidan (Iqbal et al., 2005; Zhang et al., 2006; Yawadio et al., 2007). Banyaknya potensi yang dimiliki beras merah sebagai sumber karbohidrat rendah kalori bernutrisi dan berkasiat obat dan masih terbatasnya budidaya padi beras merah menyebabkan harga beras merah relatif lebih tinggi dipasaran dibandingkan dengan harga beras putih. Hal ini juga berkaitan dengan semakin meningkatnya penggunaan berah merah sebagai bahan industri pangan maupun jamu dan obat tradisional (Lalel et al., 2009). Fenomena ini menjadi salah satu peluang untuk pengembangan budidaya dan peningkatan produktifitas padi merah. Padi ‘Cempo Merah’ merupakan salah satu dari lima kultivar padi merah lokal Propinsi DIY. Padi ini memiliki kelebihan yaitu rasanya paling pulen, memenuhi standar mutu Bulog dengan persentase beras kapur < 3% yaitu 2,46% dan hasil gabah kering panen tertinggi dibandingkan varietas lainnya (Kristamtini dan Purwaningsih, 2009). Dengan potensi yang dimiliki padi ‘Cempo Merah’ maka pengembangan budidaya padi ‘Cempo Merah’ perlu dilakukan dan ditingkatkan. Padi ‘Cempo Merah’ biasanya dibudidayakan dilahan
sawah di daerah
Sleman Yogyakarta. Budidaya padi ‘Cempo Merah’ pada dusun Duwetsari, Pakem, Kabupaten Sleman mengalami peningkatan dari 6.000 m2 pada tahun 2006 menjadi 15.900 m2 pada awal tahun 2007 (Kristamtini et al., 2007). Respon adaptif padi ‘Cempo Merah’ pada lahan kering atau metode penanaman dengan sistem gogo rancah belum dilakukan. Penanaman padi ‘Cempo Merah’ pada lahan
3
kering perlu dikaji sebagai upaya pengembangan budidaya padi ‘Cempo Merah’ mengingat daerah budidaya padi di DIY maupun di luar DIY tidak semuanya memiliki ketersediaan air yang cukup, seperti lahan pertanian di daerah Gunung Kidul Yogyakarta yang relatif memiliki lahan kering. Kunci keberhasilan pengelolaan dan budidaya padi pada lahan kering adalah mempertahankan atau meningkatkan kandungan bahan organik tanah dengan pemberian pupuk organik dan unsur hara yang berperan untuk memperbaiki pertumbuhan tanaman dan mendukung tanaman untuk mengatasi berbagai stres baik biotik maupun abiotik ( Kristamtini dan Purwaningsih, 2009). Silika merupakan salah satu
unsur fungsional yang memiliki peran
penting dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman khususnya kelompok famili Gramineae seperti padi. Ma et al. (2001) menyatakan bahwa
silika dapat
meningkatkan fotosintesis, meningkatkan ketahanan tumbuhan terhadap serangan hama dan penyakit, menurunkan toksisitas mineral, meningkatkan keseimbangan penyerapan hara dan meningkatkan toleransi terhadap cekaman kekeringan. Dengan demikian, untuk meningkatkan potensi dan pengembangan budidaya padi ‘Cempo Merah’, perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap potensi adaptif padi ‘Cempo Merah’ yang biasa ditanam di lahan sawah terhadap lahan kering dengan memanfaatkan silika yang merupakan hara fungsional untuk peningkatan pertumbuhan tanaman Gramineae pada kondisi ketersediaan air terbatas.
4
B. PERMASALAHAN Adapun permasalahan pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah respon fisiologis padi ‘Cempo Merah’ terhadap pemberian kalsium silikat pada ketersediaan air rendah? 2. Bagaimanakah respon anatomis dan hubungan densitas sel silika epidermis batang terhadap ketahanan batang padi ‘Cempo Merah’ pada ketersediaan air rendah? 3. Bagaimanakah pengaruh peningkatan dosis kalsium silikat terhadap hasil padi ‘Cempo Merah’ pada ketersediaan air rendah? 4. Bagaimanakah efektifitas pemberian kalsium silikat terhadap hasil padi ‘Cempo Merah’ pada tanah Inseptisol Patuk, Gunungkidul pada ketersediaan air rendah?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis respon fisiologis padi ‘Cempo Merah’ terhadap pemberian kalsium silikat pada ketersediaan air rendah. 2. Menganalisis respon anatomis dan hubungan densitas sel silika epidermis batang terhadap
ketahanan padi ‘Cempo Merah’ pada
ketersediaan air
rendah. 3. Menganalisis pengaruh peningkatan dosis kalsium silikat terhadap hasil padi ‘Cempo Merah’ pada ketersediaan air rendah.
5
4. Mengetahui efektifitas pemberian kalsium silikat terhadap hasil padi ‘Cempo Merah’ pada tanah Inseptisol Patuk, Gunung Kidul pada ketersediaan air rendah? Manfaat dari penelitian ini adalah diperoleh informasi
mengenai
kemampuan adaptasi padi ‘Cempo Merah’ yang ditanam pada kondisi kekeringan serta pemberian kadar kalsium silikat yang tepat
terhadap pertumbuhan,
ketahanan batang dan hasil padi ‘Cempo Merah’, efektifitas pemberian kalsium silikat pada tanah inseptisol, Patuk, Gunungkidul sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk peningkatan dan pengembangan budidaya padi ‘Cempo Merah’ pada lahan kering.
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN Ruang lingkup penelitian ini membahas respon fisiologis dan anatomis padi ‘Cempo Merah’ terhadap pemberian kalsium silikat pada ketersediaan air berbeda, antara lain tinggi, jumlah daun, jumlah anakan produktif, kadar klorofil, kadar prolin, biomassa tanaman, rasio tajuk akar, kadar silika, serapan silika dan densitas silika epidermis batang; efektifitas pemberian kalsium silikat pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan, ketahanan batang tanaman dan hasil padi ‘Cempo Merah’ pada ketersediaan air berbeda serta efektifitas pemberian kalsium silikat pada tanah Inseptisol, Patuk, Gunung Kidul, Yogyakarta.