BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU Sisdiknas Pasal 1 ayat 1 menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran seiring dengan perkembangan individu, agar individu secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pendidikan formal yang dijalani sebagai proses belajar memiliki tahapan yang harus dilalui. Tahap tersebut diantaranya sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengaha atas atau sekolah menengah kejuruan, dan perguruan tinggi. Untuk menghadapi dunia kerja, minimal seseorang harus menempuh jenjang pendidikan sampai sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan. Dalam pelaksanaan proses pendidikan tersebut, hampir semua kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, dan sikap berkembang karena belajar. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari perubahan belajar yang dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dalam proses belajar. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang di pengaruhi faktor dari dalam individu dan di luar individu. Proses disini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar, maka seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat
disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tidak berilmu menjadi berilmu (Syaiful, 2011 : 175) Tinggi dan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, motivasi,dan kreativitas sedangkan faktor eksternal meliputi fasilitas dan lingkungan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu konsep diri. Konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri yang meliputi presepsi seseorang tentang diri, perasaan keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya (Atwater dalam Desmita, 2009: 163). Setiap siswa mempunyai konsep diri yang berbeda-beda yang dapat dipengaruhi oleh sifat seseorang, alam sekitar, keadaan jasmani dan umur manusia. Ada dua macam konsep diri, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri penting sekali diperhatikan, sebab konsep diri merupakan penentu tingkah laku seseorang dan pandangan terhadap diri sendiri yang merupakan dasar dari semua tingkah laku dalam pembelajaran tetapi bila siswa mempunyai konsep diri yang rendah atau negatif, siswa akan menjadi kurang percaya diri, mudah putus asa, merasa bodoh, tidak bisa memecahkan masalah, takut salah, dam kurang membangun relasi yang baik anatara teman dalam kelas dan di lingkungan sekolah sehingga mempengaruhi hasil belajar di sekolah menjadi kurang baik. Konsep diri yang baik penting dimiliki oleh setiap siswa karena dengan konsep diri yang baik akan memudahkan siswa belajar dengan penuh percaya diri, terarah, dapat memecahkan masalah, serta membina hubungan yang baik antara temannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ola Yan, bahwa konsep diri siswa berada pada kriteria interprestasi skor sangat baik dengan rata-rata 85,77%. Hal ini terlihat dari interprestasi skor konsep diri siswa yang berada pada kriteria baik dan sangat baik. Menurut hasil observasi di SMA Kristen 1 Kupang masih banyak siswa yang mempunyai konsep diri rendah contohnya masih banyak siswa yang tidak aktif dalam mengikuti pelajaran, ada yang sering menyendiri, rendah diri dan kurang percaya diri. Selain lingkungan Konsep diri, kepribadian juga mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar. Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah harus memperhatikan karakteristik dasar atau tipe kepribadian siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Pada dasarnya kepribadian siswa itu berlainan satu sama lain, dan demi suksesnya usaha pendidikan hal ini harus dikenal oleh pendidik. Pendidik perlu mengenal bagaimana struktur kepribadian siswa, bagaimana dinamikanya, dan bagaimana kepribadian yang demikian itu terbentuk. Di samping itu pengetahuan mengenai tipe-tipe kepribadian siswa adalah sangat berguna dipandang dari segi praktis dan demi suksesnya usaha untuk mendidik mereka guru perlu mengenal kepribadian siswa (Suryabrata, 1987: 6 dan 77). Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru sebelum pelaksanaan pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai model pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa dapat menyerap ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Selain model pembelajaran, cara pengelolaan kelas yang baik juga menjadi pendukung suksesnya proses pembelajaran. Permasalahan ini merupakan permasalahan yang masih sering ditemui di berbagai kelas serta mata pelajaran dan merupakan permasalahan yang harus diselesaikan dengan meningkatkan kemampuan guru untuk dapat melakukan perencanaan
pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran dengan menyenangkan yang sesuai dengan tipe Kepribadian siswa (Wulan Sari, 2012 : 34) Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Kristen 1 Kupang, guru sering mengalami kendala pada saat mengajar di kelas, karena walaupun guru telah mempersiapkan diri dengan baik untuk mengajar di kelas, tetapi banyak siswa yang belum siap untuk menerima pelajaran. mereka cenderung sibuk dengan urusan mereka masing-masing tanpa menghiraukan guru yang ada di kelas. Hal ini merupakan salah satu masalah yang membuat guru kewalahan dalam mengelola kelas. Pada saat pembelajaran siswa juga kurang membangun pengetahuan dalam diri, berinisiatif untuk mencari dan menemukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari, kurang bertanya, dan belum semua siswa mmembentuk kelompok untuk berdiskusi. Kimia merupakan salah satu bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah, termasuk di SMA Kristen 1 Kupang. Tujuan pembelajaran kimia itu sendiri adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah kimia. Dalam pembelajaran kimia seharusnya siswa aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal atau permasalahan kimia. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar yaitu penguasan materi. Salah satu materi pokok yang dipelajari yaitu Hidrolisis garam. Hidrolisis garam merupakan salah satu topik pembelajaran kimia yang diberikan pada siswa SMA/MA kelas XI semester genap. Senyawa garam merupakan elektrolit kuat. Ketika garam dilarutkan dalam air akan terurai menjadi kation dan anionnya. Ion-ion ini dapat bereaksi dengan air seperti halnya suatu
asam atau basa dan dikatakan bahwa garam mengalami hidrolisis. Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI IPA pada SMA Kristen 1 Kupang bahwa materi Hidrolisis garam dianggap sulit karena materi ini identik dengan banyaknya rumus dan persamaan reaksi serta aplikasinya dalam kehidupan sehari – hari kurang diketahui siswa menjadi penyebab siswa tidak tertarik dengan materi tersebut. Siswa menjadi pasif dalam pembelajaran daripada mencari dan mengkonstuksi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan, sehingga cenderung menunggu transfer pengetahuan dari guru dengan demikian siswa memiliki pengetahuan yang minim dan kurang tertanam secara mendalam dalam pikiran yang mengakibatkan hasil belajar yang diperoleh rendah, akibatnya siswa kurang bersemangat untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi dan berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa Rendahnya hasil belajar siswa terhadap materi pokok Hidrolisis Garam dibuktikan dengan nilai ulangan rata-rata siswa kelas XI IPA2 pada tahun ajaran 2013/2014 mencapai 69,48. Nilai tersebut masih jauh dari Standar Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah yaitu 75 (Sumber: SMA Kristen1 Kupang)
No 1 2 3
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Hidrolisis Garam Semester Genap Siswa Kelas XI IPA2 SMA Kristen 1 Kupang Nilai Rata-Rata hidrolisis garam Jumlah Tahun Siswa Ajaran Jumlah Skor Rata-Rata 2011-2012 2012-2013 2013-2014
20 23 24
1365 1397 1453
68 60 60
Sumber : Administrasi Nilai Siswa SMA Kristen 1 Kupang 2011-2014
Untuk Meningkatkan hasil belajar Siswa, konsep kimia harus diajarkan melalui berbagai model pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran kimia, yaitu siswa
mampu memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya serta penerapannya dalam
kehidupan
sehari-hari.
Dengan
demikian,
pengetahuan
(aspek
kognitif),
keterampilan (aspek psikomotorik), dan nilai sikap (aspek afektif) siswa diharapkan dapat berkembang dengan baik dan seimbang. Pemilihan materi yang tidak sesuai dengan model yang diterapkan juga sangat mempengaruhi motivasi belajar dan pola pikir siswa yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu peneliti memilih materi Hidrolisis Garam karena peniliti melihat materi ini cocok diajarkan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang mana siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah – masalah yang kompleks. Salah satu tipe dalam pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Model Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang dihadapinya. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan bahwa dalam setiap proses pembelajaran siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, dalam hal ini pembelajaran tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan pengetahuan sebanyak mungkin tetapi lebih pada bagaimana proses mendapatkan pengetahuan tersebut sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi diantara siswa. Interaksi dan komunikasi yang berkualitas ini dapat memotivasi belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Slavin menyatakan bahwa: 1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, 2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kualitas pembelajaran. (Rusman, 2012 : 205). Berdasarkan deskripsi yang dikemukakan pada latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan
penelitian
dengan
judul
“PENGARUH
KONSEP
DIRI
DAN
KEPRIBADIAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
STAD
(STUDENT
TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION) PADA MATERI POKOK HIDROLISIS GARAM SISWA KELAS XI IPA2 SMA KRISTEN 1 KUPANG TAHUN AJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? Permasalahan umum di atas didasarkan pada: a. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? b. Bagaimana ketuntasan indikator dalam pembelajaran kimia dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? c. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran kimia dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? 2. Bagaimana konsep diri siswa Kelas XI IPA2 SMA Kristen 1 Kupang Tahun Pelajaran 2014/2015 ? 3. Bagaimana Kepribadian siswa Kelas XI IPA2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2014/2015 ? 4 a. Adakah hubungan konsep diri terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada
Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IP2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? b. Adakah hubungan kepribadian siswa terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? c. Adakah hubungan konsep diri dan kepribadian terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? 5 a. Adakah pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? b. Adakah pengaruh Kepribadian terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? c. Adakah pengaruh konsep diri dan Kepribadian terhadap hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015? Tujuan umum di atas didasar pada tujuan khusus yakni untuk: a. Untuk mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. b. Untuk mendeskripsikan ketuntasan indikator
dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. c. Untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa dengan menggunakan
Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui konsep diri siswa Kelas XI IPA2
SMA Kristen Kupang tahun
pelajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui Kepribadian siswa Kelas XI IPA2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2014/2015.
4. a. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan konsep diri siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kepribadian siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. c. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara konsep diri dan kepribadian terhadap hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. 5 a.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh konsep diri siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Kepribadian siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015. c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara konsep diri dan Kepribadian siswa terhadap hasil belajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Division) Pada Materi Pokok Hidrolisis Garam Siswa Kelas XI IPA2 Sma Kristen 1 Kupang Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi guru dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran dalam proses belajar mengajar. 2. Bagi siswa dapat mengetahui tipe kepribadian siswa dan konsep diri untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, melatih keterampilan siswa, dan dapat meningkatkan hasil belajar kimia 3. Bagi peneliti Agar peneliti juga memiliki pengetahuan yang luas tentang model pembelajaran Kooperatif Tipe Stad (Student Teams Achievement Division) dan memiliki keterampilan untuk menerapkan pendekatan khususnya dalam pengajaran kimia serta menambah wawasan dan pengalaman serta membantu menyumbangkan dalam memecahkan masalah pembelajaran kimia. 4. Bagi pembaca memberikan informasi tentang pengaruh tipe kepribadian siswa terhadap hasil belajar dan pemahaman konsep siswa kelas XI IPA pada pokok bahasan Hidrolisis garam. E. Batasan Penelitian Adapun yang menjadi batasan penelitian ini diantaranya:
1. Penelitian ini dilakukan di SMA Kristen 1 Kupang. 2. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI MIA2 SMA Kristen 1 Kupang tahun pelajaran 2014/2015. 3. Hasil belajar siswa yang dilihat dari aspek kognitif C2 (pemahaman), C3 (aplikasi), C4 (analisis), dan C5 (sintesis) aspek psikomotor dan aspek afektif. 4. Model pembelajaran yang digunakan adalah Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) 5. Materi pokok yang digunakan adalah Hidrolisis Garam F. Batasan Istilah Adapun maksud dari bagian ini adalah untuk memberi batasan istilah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini guna untuk meminimalisir adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan penelitian ini. Maka dari itu, peneliti terdorong untuk menjelaskan secara garis besar point-point penting yang peneliti gunakan seperti : 1.
Pengaruh Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1982:731) pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, atau benda) yang berkuasa.
2.
Konsep Diri Konsep diri merupakan bagian yang penting dalam perkembangan kepribadian. Seperti dikemukakan oleh rogers (dalam Syamsul, 2010 : 121 ) abahwa konsep kepribadian yang paling utama adalah diri. Diri (self ) berisi ide-ide,persepsi-persepsi dan nilai-nilai yang mencakup kesadaran tentang diri-sendiri. Konsep diri merupakan representasi diri yang mencakup identitas diri yakni karakteristik personal, pengamanan, peran, dan status sosial.(Thalib, 2010 : 121)
3. Kepribadian Kepribadian merupakan sifat sesungguhnya yang tercermin pada sikap seseorang atau bagian dari diri manusia yang hakiki dan sangat unik karena memiliki kecenderungan untuk merespon sesuatu (Alwisol, 2010 : 2) 4. Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2012 : 202) 5. STAD (Student Teams Achievement Division) STAD
merupakan
salah
satu
model
pembelajaran
kooperatif
dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4 - 5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok (Trianto, 2007:5) 6. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.(Jihad 2014 : 14)