BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut peraturan Walikota Yogyakarta No. 6 Tahun 2014, Taman Pintar Yogyakarta yang selanjutnya disebut Taman Pintar adalah wahana ilmu pengetahuan yang dibangun dengan konsep pengembangan kawasan yang terencana, terintegrasi dan berbasis teknologi dalam rangka memberikan ruangan berekspresi dan memfasilitasi tumbuh kembang anak-anak dalam suasana pendidikan yang menyenangkan. Lokasi Taman Pintar yang strategis, yakni berada di kawasan Nol kilometer kota Yogyakarta, selalu dikunjungi oleh wisatawan setiap harinya. Benteng Vrederbugh, Monumen Serangan Umum Satu Maret, pusat buku Shopping, pasar Beringharjo, kawasan Malioboro, dan Taman Budaya merupakan beberapa objek wisata yang berada di sekitar Taman Pintar. Kawasan ini dapat dikategorikan sebagai theme-park yang dibangun pemerintah di lahan seluas 12.000m2 dengan harapan untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan sejak dini dan memperdalam pemahaman materi yang telah diterima di pendidikan formal. Hingga tahun 2013, beberapa zona yang dapat diakses oleh wisatawan dengan balutan edukasi di Taman Pintar. Zona tersebut ialah, zona playground, zona Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), zona Gedung Oval (alat peraga edukasi sains), zona Gedung Memorabilia (alat peraga sejarah), dan yang terbaru zona planetarium.
1
Data statistik yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Yogyakarta bahwa Taman Pintar menjadi objek wisata utama tujuan wisatawan di Kota Yogyakarta disusul kebun binatang Gembira Loka dan Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Taman Pintar mengalami peningkatan jumlah kunjungan yang signifikan pada awal pembukaannya, dari 6.012 pengunjung (2008) meningkat menjadi 1.085.538 pengunjung (2009), 1.127.864 pengunjung (2010), 1.128.058 pengunjung (2011), dan 932.705 pengunjung (2012) (Data Statistik Pariwisata DIY 2012). Konsistensi tingkat kunjungan wisatawan di angka satu juta menggambarkan bahwa kondisi Taman Pintar yang sudah mengalami stagnasi. Dinamika kunjungan wisatawan selama empat tahun pasca dibukanya objek wisata ini menunjukkan peningkatan yang positif. Namun, terjadi penurunan jumlah pada tahun 2012. Penurunan ini tidak terlalu berarti. Akan tetapi, penurunan kunjungan tersebut dapat diperbaiki pada tahun 2013. Hal tersebut diutarakan oleh pengelola Taman Pintar, yakni : Tingkat kunjungan di Taman Pintar Yogyakarta akhirnya menembus angka di atas sejuta orang selama tahun 2013. Dari target kunjungan 929.056 orang, terealisasi 114,86 persen atau 1.067.166 orang. Raihan tersebut memacu pengelola untuk melakukan inovasi zona edukasi. ... Yunianto menambahkan, total zona edukasi yang dimiliki mencapai 47 unit. Tahun 2013 lalu sedikitnya ada empat zona baru, yakni Zona Standar Nasional Indonesia, Zona Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Zona Robotik serta Zona Fisika. Sedangkan zona baru yang akan dibangun tahun ini juga terkait dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Terkait dengan target kunjungan selama ini, imbuhnya, pengelola menargetkan 909 ribu orang. Menurut Yunianto, target tersebut disesuaikan dengan kapasitas maksimal yang tersedia di Taman Pintar. "Bisa saja kami menargetkan di atas satu juta orang. Tapi luasan Taman Pintar tiap tahun tidak ada perluasan. Padahal tingkat kunjungan sangat tinggi," imbuhnya. Secara ideal, tingkat kunjungan per hari maksimal tiga ribu orang. Sementara realisasinya saat musim libur selalu diatas 2
kapasitas maksimal. Yunianto mengakui, kondisi tersebut membuat kenyamanan pengunjung terganggu lantaran berdesak-desakan. (http://krjogja.com/read/200355/wow-selama-2013-taman-pintartembus-1-juta-pengunjung.kr Kamis, 9 Januari 2014) Tingginya minat wisatawan untuk mengunjungi Taman Pintar tidak seimbang dengan luasan kawasan yang terbatas. Penambahan wahana dan objek di kawasan berimplikasi terhadap berkurangnya ruang sirkulasi dan ruang gerak bagi pengunjung. Kepadatan kunjungan terjadi. Padahal, rata-rata kunjungan wisatawan tiap hari lebih dari 3.000 pengunjung.
1.1.1 Taman Pintardan Daya Dukung Kawasan WTO (2004b) mengatakan bahwa daya dukung dalam pariwisata berusaha untuk mengidentifikasi nilai maksimum dari infrastruktur yang digunakan dan terkait dengan pengunjung yang dapat ditampung di tempat tersebut sebelum ‘nilai’ tempat tersebut berkurang ke tingkat yang tidak dapat diterima. Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa apabila nilai maksimum tersebut telah terlampaui, maka akan terjadi dampak sebagai akibat dari terbatasnya ruang gerak wisatawan. Selain itu, kenyamanan wisatawan selama melakukan kunjungan akan terganggu. Pengunjung yang datang ke Taman Pintar berasal dari dalam dan luar kota Yogyakarta. Jumlah pengunjung akan meningkat pada akhir pekan. Walaupun pengunjung Taman Pintar didominasi oleh anak-anak, namun
kedatangan
mereka
tidak
sendiri.
Kedatangan
mereka
diikuti/didampingi oleh anggota keluarga/orang dewasa yang menemani
3
maupun berkeinginan mengunjungi objek wisata lain setelah/sebelum dari Taman Pintar. Kuantitas pengunjung di Taman Pintar sudah cukup sulit untuk dipaksakan naik karena luas tempat wisata yang terbatas. Taman Pintar dibangun di lahan seluas 1,2 hektar. Jumlah ideal pengunjung di Taman Pintar adalah 3.000 hingga 4.000 orang per hari, namun jumlah pengunjung bisa meningkat empat hingga lima kali lipat saat libur panjang sehingga dalam satu tahun ada sekitar satu juta orang yang datang ke tempat wisata itu. (http://antarayogya.com/berita/320992/taman-pintar-lakukanpenyesuaian-tarif-tiket-masuk Selasa, 25 Maret 2014 13:00 WIB) Berdasarkan fakta yang dituturkan Kepala Pengelola Taman Pintar, Taman Pintar hanya mampu menampung rata-rata 3.000 pengunjung setiap harinya. Tingkat kunjungan akan meningkat pada saat libur dengan jumlah pengunjung berkisar antara 12.000 hingga 20.000 pengunjung. Taman Pintar dapat dikatakan padat pengunjung di lahan seluas 12.000m2. 1.1.2 Taman Pintar dan Manajemen Pengunjung Manajemen pengunjung di bidang pariwisata menurut Hall dan McArthur (1993) dalam Ratnadewi (2005) adalah pengelolaan pengunjung ke suatu objek wisata baik alam maupun budaya yang diarahkan kepada upaya untuk memaksimalkan kualitas pengalaman kunjungan dan meminimalkan dampak negatif kunjungan terhadap kualitas fisik lingkungan objek wisata. Namun objek wisata tidak hanya sebatas alam maupun budaya. Bangunan yang dibuat oleh manusia dengan tujuan awal sebagai objek wisata maupun tidak, merupakan bagian dari objek wisata (atraksi). Fakta di lapangan menunjukkan
4
bahwa, wisatawan yang berkunjung ke Kota Yogyakarta lebih banyak mengunjungi objek wisata buatan daripada objek wisata budaya maupun alam. El-Barmelgy (2013) berpendapat bahwa tujuan manajemen pengunjung merupakan upaya memberikan perlindungan yang lebih tinggi terhadap sumber daya apabila diperlukan. Kunci dari manajemen pengunjung ialah perlindungan terhadap sumber daya (konservasi). Terkait dengan sumber daya pariwisata, upaya untuk melindungi sumber daya pariwisata dan mengurangi dampak akibat kegiatan pariwisata dapat dilakukan dengan cara pengendalian dan kesadaran. Pengendalian jumlah pengunjung serta memberikan kesadaran dan pemahaman mengenai konservasi kepada pengunjung terhadap objek yang berada dalam atraksi. Konsep manajemen pengunjung dalam pelaksanaanya dapat dilakukan dengan cara pengendalian jumlah pengunjung, mencoba untuk memodifikasi perilaku pengunjung, dan juga memodifikasi sumber daya pariwisata (Mason, 2005). Tingginya tingkat kunjungan dan terbatasnya luasan ruang berdampak terhadap terganggunya kenyamanan pengunjung. Pihak pengelola telah berupaya untuk melakukan pembenahan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dan mengendalikan tingkat kunjungan ialah dengan menaikkan tarif tiket. Kenaikan tarif tiket ini tidak hanya dipandang dari sisi pendapatan, namun sebagai alat kontrol
5
untuk memberikan kenyamanan yang lebih kepada pengunjung. Berikut merupakan pernyataan pengelola Taman Pintar: "Kenaikan tarif tiket dilakukan untuk menyesuaikan target pendapatan tahun ini dan sudah lima tahun tidak ada kenaikan tarif di Taman Pintar," kata Kepala Kantor Pengelola Taman Pintar Yunianto Dwi Sutono di Yogyakarta, Selasa. Kenaikan tarif tiket tersebut diatur melalui Peraturan Wali Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2014 yang disahkan pada 28 Februari dan peraturan tersebut dinyatakan berlaku sejak ditetapkan. (http://antarayogya.com/berita/320992/taman-pintar-lakukanpenyesuaian-tarif-tiket-masuk Selasa, 25 Maret 2014 13:00 WIB) Dalam konteks situasi sosial yang terjadi (dalam hal ini ialah pengunjung yang sedang beraktivitas, berinteraksi sosial antar pengunjung dan berinteraksi dengan objek yang menjadi atraksi di Taman Pintar) akan mencari titik keseimbangan antara permintaan oleh pengunjung dan penawaran yang diberikan oleh Taman Pintar. Ekstensifikasi tidak dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan keterbatasan lahan di Taman Pintar yang dapat mempengaruhi tingkat kunjungan yang terjadi disana dan menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu keberlanjutan Taman Pintar. Ini bukanlah hal yang mudah untuk mengatur dan mengarahkan hampir 3.000 pengunjung setiap hari (pada waktu libur bisa mencapai 12.000 hingga 20.000 pengunjung) di kawasan dengan luas 12.000m2. Kepadatan, ketidak puasan, keterbatasan ruang gerak pengunjung, berkurangnya nilai pengalaman pengunjung, serta terjadinya penurunan daya dukung dapat disebabkan oleh tingginya tingkat kunjungan yang terjadi di Taman Pintar. Kenyataan yang terjadi di lapangan ialah, terjadinya antrian pada saat penggunaan alat peraga, terjadinya tabrakan 6
arus pengunjung di beberapa ruas, disorientasi kunjungan wisatawan, bahkan terdapat wisatawan hanya mengikuti alur perjalanan yang telah dibuat oleh pengelola tanpa menikmati wahana yang berada di dalam kawasan pada waktu-waktu tertentu. Pihak pengelola Taman Pintar telah mengetahui bahwa kepadatan pengunjung berpengaruh terhadap daya dukung fisik kawasan. Apalagi kunjungan yang terjadi pada musim libur dan akhir pekan. Pihak pengelola sudah menerapkan beberapa metode untuk mengatur dan mengontrol jumlah pengunjung yang datang ke Taman Pintar. Hal tersebut merupakan bagian dari konsep manajemen pengunjung. Namun apakah metode yang telah diterapkan saat ini dapat mengatur/mengontrol pengunjung, atau diperlukan serangkaian metode untuk mengatur dan mengontrol pengunjung sehingga pengalaaman dari kunjungan wisatawan bertambah dan dampak kunjungan berkurang.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, sebagai objek wisata buatan yang memuat nilai-nilai pendidikan, keberadaan Taman Pintar yang menjadi objek wisata unggulan di kota Yogyakarta telah mengalami kelebihan daya tampung (over carriying capacity). Keadaan semakin memburuk pada saat hari libur dan akhir pekan. Jumlah kunjungan akan meningkat empat hingga lima kali lipat dari hari-hari biasa. Banyaknya jumlah wisatawan yang berkunjung (terutama pada saat hari libur dan akhir pekan) dan terbatasnya
7
lahan untuk pengembangan objek wisata dapat mempengaruhi kualitas pengalaman kunjungan yang dilakukan oleh pengunjung. Melihat realitas yang terjadi di lapangan, untuk tetap menjaga eksistensi Taman Pintar sebagai objek wisata unggulan kota Yogyakarta, perlu dilakukan penelitian permasalahan yang fokus terhadap manajemen pengunjung di Taman Pintar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh pengunjung di ruang yang terbatas serta meningkatkan kualitas pengalaman kunjungan yang dialami oleh pengunjung.
1.3 Pertanyaan Penelitian 1.
Bagaimana manajemen pengunjung di Taman Pintar?
2.
Apakah manajemen pengunjung yang diterapkan di Taman Pintar mampu mengatasi persoalan daya dukung pengunjung di kawasan tersebut? Bagaimana caranya?
1.4 Tujuan Penelititan 1.
Mengetahui manajemen pengunjung untuk objek wisata buatan Taman Pintar yang dilihat dari perspektif kunjungan dan keruangan yang dibantu dengan komponen pariwisata pembentuk manajemen pengunjung di Taman Pintar.
2.
Mengetahui apakah manajemen yang diberlakukan dapat mengatasi kepadatan/persoalan daya dukung pengunjung dan menyusun konsep manajemen pengunjung yang dapat diterapkan di Taman Pintar.
8
1.5 Sasaran Penelititan 1.
Mengetahui manajemen pengunjung di Taman Pintar dari perspektif keruangan dan kunjungan.
2.
Menyusun konsep manajemen pengunjung yang dapat diterapkan di Taman Pintar untuk meningkatkan jumlah dan kualitas kunjungan wisatawan dan mengurangi dampak akibat dari kunjungan di Taman Pintar.
1.6 Batasan Penelitian 1. Penelitian ini hanya fokus dan membahas mengenai manjemen pengunjung (visitor management) yang akan diterapkan di atraksi buatan yakni Taman Pintar. 2. Parameter pembentuk konsep manajemen pengunjung cukup banyak. Parameter pembentuk manajemen pengunjung yang digunakan akan diuraikan pada bab berikutnya. Pembahasan konsep manajemen pengunjung (visitor management) tidak dikorelasikan dengan atraksi pengunjunng (visitor attraction) maupun manajemen atraksi (attraction management).
1.7 Manfaat Penelitian 1.
Bagi ilmu pengetahuan atau kalangan akademisi, memberi wawasan mengenai manajemen pengunjung di bidang pariwisata.
2.
Bagi pengelola destinasi, memberi wawasan sebagai bahan evaluasi untuk pengembangan manajemen pengunjung di Taman Pintar. 9
1.8 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian yang dimaksudkan ialah penelitian terdahulu di bidang kepariwisataan yang memiliki kesamaan fokus mengenai manajemen pengunjung ataupun kesamaan lokasi yakni penelitian berada di Taman Pintar Yogyakarta. Tabel 1.1.Keaslian penelitian No
1
2
3
Nama Peneliti
Tahun
5
Aspek yang Diteliti
Pengelolaan Tinggalan Budaya Melalui
Persepsi wisatawan
dewi
Pendekatan Visitor Management (studi kasus Candi Borobudur)
Elyas
Persepsi Pengunjung terhadap Objek Taman Pintar di Kota Yogyakarta
terhadap kualitas pengalaman kunjungan Persepsi wisatawan terhadap pelayanan fasilitas publik kota
Enny Ratna-
Ries Hartadi
2005
2008
Pola Kunjungan
2009
Mira 4
Judul
Hafizhah Tanjung Moh. Nur Dita Nugroho
2012
Wisatawan di Desa Candirejo Borobudur Manajemen pengunjung (Visitor Management) Sebagai Pendekatan Pengembangan Kawasan Tamansari Yogyakarta Manajemen pengunjung
2015
di Taman Pintar Yogyakarta
Lokasi
Metode
Kabupaten
Deskriptif
Magelang
kuantitatif
Taman
Deskriptif kuantitatif dan kualitatif
Pintar Yogyakarta Desa Candirejo,
Deskriptif
wisatawan
Kabupaten Magelang
Kualitatif
Pengembangan kawasan
Kota Yogyakarta
Pola
kunjungan
Deskriptif (Kuantitatif dan kualitatif)
Manajemen pengunjung (ruang dan kunjungan)
Kota Yogyakarta
Deskriptif
Sumber: Analisis, 2014
10