BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Menurut
Fernando
Pasaribu
dalam
tulisannya
Pengukuran
dan
Pengendalian Biaya Mutu dan Produktivitas (rowlandpasaribu.wordpress.com, 2013:2), dikatakan bahwa era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini menuntut setiap perusahaan untuk dapat ikut serta dalam persaingan. Ia menambahkan bahwa salah satu usaha yang umum dilakukan perusahaan agar dapat bersaing adalah dengan meningkatkan kualitas hasil produksinya, maka dengan hasil produksi yang berkualitas diharapkan para pelanggan/konsumen akan tertarik dan membeli hasil produksi yang ditawarkan oleh perusahaan. Hansen dan Mowen (2006:269) mendeskripsikan bahwa kualitas adalah derajat atau tingkat kesempurnaan, dalam hal ini kualitas merupakan ukuran relatif dari kebaikan. Lebih lanjut Hansen dan Mowen (2006:269) memaparkan bahwa secara operasional, produk atau jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan melalui atribut-atribut kualitas atau sering disebut dengan dimensi kualitas. Hansen dan Mowen (2006:269) mengklasifikasikan delapan dimensi kualitas, yaitu kinerja (performance), estetika (aesthetic), kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability), fitur (feature), keandalan (reliability), tahan lama (durability), kualitas kesesuaian (quality of conformance) dan kecocokan penggunaan (fitness for use).
1
2
Untuk mencapai produk yang berkualitas, perusahaan harus selalu melakukan pengawasan dan peningkatan terhadap kualitas produknya, sehingga akan diperoleh hasil akhir yang optimal (rowlandpasaribu.wordpress.com, page 2).
Fernando
Pasaribu
(rowlandpasaribu.wordpress.com,
2013:2)
juga
mengungkapkan bahwa kualitas yang meningkat akan mengurangi terjadinya produk rusak sehingga mengakibatkan biaya-biaya yang terus menurun dan pada akhirnya meningkatkan laba. Ia menyimpulkan bahwa definisi biaya kualitas adalah biaya yang dikeluarkan dalam kaitannya dengan usaha peningkatan kualitas produk. Biaya kualitas adalah biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi karena kualitas yang buruk (Fandy Tjiptono & Anastasia Diana, 2003:11). Jadi menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (2003:11), biaya kualitas adalah biaya yang berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan kerusakan. Juran (1988:10) mengelompokkan biaya kualitas menjadi empat golongan, yaitu biaya pencegahan (prevention costs), biaya deteksi/penilaian (appraisal costs), biaya kegagalan internal (internal failure costs) dan biaya kegagalan eksternal (external failure costs). Hansen dan Mowen (2005:7) mengungkapkan peningkatan biaya pencegahan dan biaya penilaian menunjukkan jumlah unit produk rusak menurun dan sebaliknya penurunan biaya pencegahan dan biaya penilaian menunjukkan jumlah unit produk rusak meningkat. Hansen dan Mowen (2005:7) memaparkan lebih lanjut bahwa biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal naik jika jumlah unit produk rusak meningkat dan sebaliknya biaya kegagalan internal
3
dan biaya kegagalan eksternal turun jika jumlah unit produk rusak turun. Penjelasan Hansen dan Mowen (2005:7) tersebut menunjukkan bahwa biaya pencegahan dan biaya penilaian berpengaruh terhadap produk rusak sedangkan biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal dipengaruhi oleh unit produk rusak. Menurut Feigenbaum (1992:56) kenaikan dalam biaya pencegahan mengakibatkan turunnya produk rusak, yang pada gilirannya mempunyai efek positif pada biaya penilaian, karena turunnya produk rusak berarti menurunnya kebutuhan akan aktivitas-aktivitas pemeriksaan dan pengujian yang rutin. Dari pendapat Feigenbaum (1992:56) dapat dipahami bahwa biaya pencegahan berpengaruh negatif terhadap produk rusak sedangkan biaya penilaian berpengaruh positif terhadap produk rusak. Hal ini dikarenakan biaya pencegahan dan biaya penilaian dikeluarkan sebelum terjadinya produk rusak sehingga dapat mempengaruhi besarnya jumlah produk rusak. Dengan demikian, biaya kualitas dapat dipakai oleh perusahaan sebagai pengukur keberhasilan program perbaikan kualitas (Gaspersz, 2005:34). Menurut Gaspersz (2005:34), hal ini berkaitan dengan kebutuhan perusahaan yang harus selalu memantau dan melaporkan kemajuan dari program perbaikan tersebut. Gaspersz (2005:34) juga mengungkapkan bahwa apabila suatu perusahaan ingin melakukan program perbaikan kualitas, maka perusahaan harus mengidentifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan pada masing-masing dari keempat kategori biaya dalam sistem pengendalian kualitas.
4
Untuk kepentingan tersebut di atas, suatu perusahaan membutuhkan informasi akuntansi yang memadai yang dapat menyajikan suatu laporan biaya kualitas yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan manajemen. Feigenbaum (1992:56) menyatakan bahwa informasi yang ada dalam laporan biaya kualitas secara garis besar memberikan manfaat (1) Sebagai alat untuk mengukur kinerja (2) Sebagai alat analisis mutu proses (3) Sebagai alat pemrograman (4) Sebagai alat penganggaran yaitu untuk membuat anggaran pengeluaran dalam mencapai program pengendali mutu (5) Sebagai alat peramal yaitu untuk mengevaluasi dan menjamin prestasi produk dalam memenuhi persaingan pasar. Statement of Financial Accounting Concept No. 2, Financial Accounting Standards Board mendefinisikan akuntansi sebagai sistem informasi (Romney dan Steinbart, 2004:4). Romney dan Steinbart (2004:4) memaparkan lebih lanjut bahwa dalam standar akuntansi keuangan tersebut juga disebutkan bahwa tujuan utama akuntansi adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi para pengambil keputusan. Fungsi akuntansi memainkan peranan penting sebagai pemasok informasi keuangan bagi organisasi (Hall, 2011:3). PT Salim Ivomas Pratama Tbk (PT SIMP) merupakan perusahaan agribisnis yang terintegrasi secara vertikal. Kegiatan utama mencakup seluruh mata rantai pasokan dari penelitian dan pengembangan, pemuliaan benih, budidaya dan pengolahan kelapa sawit, dan juga penyulingan, branding dan pemasaran minyak goreng, margarin, lemak nabati dan produk turunan kelapa sawit lainnya.
5
PT SIMP percaya bahwa operasional agribisnis yang terintegrasi memberikan bisnis model yang resilien dengan skala ekonomis yang signifikan dan biaya yang kompetitif. Hal ini akan meningkatkan nilai saing PT SIMP. PT SIMP terbagi menjadi dua divisi, yaitu divisi perkebunan dan divisi minyak dan lemak nabati. Produk utama dari divisi perkebunan PT SIMP adalah minyak sawit atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) yang nantinya akan didistribusikan sebagai bahan baku oleh divisi minyak dan lemak nabati untuk menghasilkan minyak goreng, shortening dan margarin dengan brand: “Bimoli”, “Bimoli Spesial”, “Delima”, “Happy Salad Oil” and “Mahakam” untuk minyak goreng dan “Simas Palmia ” dan “Amanda” untuk konsumer margarin. Margarin dan lemak nabati untuk industri dijual dengan merek “Palmia”, “Simas” dan “Amanda”. Persaingan global yang semakin tinggi menuntut adanya standar produksi yang berkualitas tinggi pula. Oleh karena itu, proses pengendalian kualitas merupakan bagian penting dalam bisnis PT SIMP. Untuk menjaga kualitas dan menghindari kegagalan produk, PT SIMP telah memiliki unit riset dan pengembangan sebagai sarana pengendalian kualitas yang kontinyu dimulai dari penelitian dan pengembangan, pemuliaan benih, dan pembudidayaan bibit unggul. Namun demikian, PT SIMP belum sepenuhnya melakukan pengukuran terhadap biaya kualitas secara menyeluruh yang ditimbulkan dalam produksi minyak sawit/CPO. Sebagai perusahaan yang mengutamakan kualitas produk yang tinggi, PT SIMP sangat perlu memperhatikan biaya kualitas yang timbul untuk menjaga standar mutu produknya. Seperti yang diungkapkan oleh Hansen
6
dan Mowen (2006:8), biaya kualitas dapat digunakan oleh manajemen, dalam hal ini manajemen PT SIMP, untuk melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk yang dihasilkan. Pelaporan dan pengukuran kinerja kualitas memegang peranan yang sangat penting untuk mengetahui efektivitas kegiatan produksi yang telah dijalankan. Penyajian informasi biaya kualitas yang akurat dan andal sangat dibutuhkan guna mencapai perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan manajemen yang tepat. Hal ini sejalan dengan visi dan misi PT SIMP yang hanya ingin menghasilkan minyak sawit berkualitas dari perkebunan yang dimilikinya. Pencatatan biaya kualitas aktual secara rinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan penting bagi manajemen: (1) catatan tersebut mengungkapkan
besarnya
biaya
kualitas
dalam
setiap
kategori,
yang
memungkinkan para manajer menilai dampak keuntungannya; (2) catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori yang memungkinkan para manajer menilai kepentingan relatif dari masing-masing kategori (Hansen dan Mowen, 2006:11). Hansen dan Mowen (2005:8) mengelompokkan biaya-biaya kualitas ke dalam empat kategori, yaitu: (1) Biaya pencegahan (Prevention Costs), (2) Biaya penilaian (Appraisal Costs), (3) Biaya kegagalan internal (Internal Failure Costs), dan (4) Biaya kegagalan eskternal (External Failure Costs). Hansen dan Mowen menjelaskan bahwa biaya pencegahan terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan, sedangkan biaya penilaian terjadi untuk
7
menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Hansen dan Mowen lebih lanjut menjelaskan bahwa biaya kegagalan internal terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan, sedangkan biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk atau jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan kepada pelanggan. Berdasarkan deskripsi di atas, biaya pencegahan yang ditimbulkan oleh PT SIMP meliputi biaya pemuliaan benih, biaya pembudidayaan bibit unggul, biaya pemupukan, dan biaya pemeliharaan tanaman. Sedangkan biaya penilaian yang dikeluarkan oleh PT SIMP meliputi biaya pengujian laboratorium untuk menilai kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Pembusukan tandan buah segar merupakan biaya kegagalan internal. Sedangkan penurunan harga minyak sawit karena tingkat keasaman yang tinggi merupakan biaya kegagalan internal. Penyajian informasi akuntansi mengenai semua biaya kualitas yang dikeluarkan oleh PT SIMP pastinya akan sangat bermanfaat bagi manajemen untuk perencanaan dan pengambilan keputusan kedepan. Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan
judul:
“PEMODELAN
INFORMASI
AKUNTANSI
BIAYA
KUALITAS (Studi Kasus pada PT Salim Ivomas Pratama Tbk. & Subsidiaries)”.
8
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: Bagaimanakah model pelaporan serta penilaian biaya kualitas PT Salim Ivomas Pratama Tbk. & Subsidiaries ?
C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.
Tujuan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai
melalui penelitian ini untuk menyediakan model pelaporan serta penilaian biaya kualitas yang ditimbulkan yang bermanfaat untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya kualitas bagi manajemen PT SIMP.
2.
Kontribusi Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif: a.
Bagi Penulis Menambah dan memperluas pengetahuan penulis perihal penerapan
biaya kualitas dan manfaatnya bagi perbaikan kualitas produk secara kontinyu.
9
b. Bagi Pembaca Memberikan informasi dan masukan khususnya bagi manajemen PT Salim Ivomas Pratama Tbk untuk kepentingan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.
c.
Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai
berikut: 1) Kontribusi praktik, bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi atau model untuk diterapkan di praktik nyata atau untuk memperbaiki praktik yang ada dengan lebih baik. 2) Kontribusi kebijakan, bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan lebih luas bagi regulator yang berperan dalam pengambilan kebijakan untuk kepentingan publik atau perusahaan.