1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peningkatan mutu pendidikan di indonesia terus dilakukan, karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan, sikap, kepribadian dan keterampilan manusia akan dibentuk untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa. Telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai pendidikan yang lebih baik, seperti penataran bagi guru, perbaikan kurikulum, menaikkan gaji guru, dan bantuan alat sekolah. Namun usaha tersebut nampaknya belum memberikan hasil yang diharapkan. Dapat kita lihat bahwa pada kenyataanya kelulusan siswa banyak dibantu oleh guru, seperti yang kita tahu pada saat ujian akhir nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, maka perlu diperhatikan unsur yang paling penting yaitu proses belajar mengajar. Jika proses belajar mengajar terlaksana dengan baik artinya semua unsur yang terkait didalamnya saling mendukung maka tujuan pendidikan yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar adalah guru, tetapi bukan berarti kegiatan belajar mengajar itu hanya terfokus pada guru. Berlakunya kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya pada jenis dan jenjang pendidikan formal. Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah.
2
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered), beralih berpusat pada murid (student centered). Metode yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori, dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan, (Komarudin dalam Trianto 2009:8). Mengacu pada konsep tersebut, maka dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. Menurut Khabibah (dalam Trianto 2009: 5) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan peserta didik untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantisa masih sangat rendah. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran saat ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi
3
anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya (Trianto 2009: 5). Menurut Bruner (dalam Trianto 2009: 7), bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik. Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Dalam hal ini ,siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berfikir dan memotivasi diri sendiri (self motivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran agar siswa mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan diaplikasikan pada situasi baru. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi konversi energi dan siswa SMK Al-Wasliyah 4 Medan, diperoleh informasi bahwa nilai hasil belajar siswa rata-rata masih dibawah standar 7,00. Hal ini diketahui persentase prestasi belajar mata diklat tersebut pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2009 siswa yang memenuhi standar KKM hanya 55% dan pada tahun 2010 sebesar 58%. Dan
4
juga diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa merasakan bahwa belajar merupakan sesuatu yang membosankan dan menjenuhkan. Penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariasi yang dilakukan guru selama kegiatan belajar membuat siswa tidak bertahan lama dalam belajar. Guru sebagai ujung tombak pelaksana proses pembelajaran disekolah harus mampu menerapkan model pembelajaran yang inovatif sehingga dapat membangkitkan minat belajar siswa dan meminimalisir menurunnya perhatian siswa akibat kejenuhan karena panjangnya ceramah. Menjawab tantangan tersebut, usaha yang dilakukan dalam mencari metode dan pendekatan yang baik untuk menyalurkan pengetahuan dan pengalaman dengan harapan dapat diserap oleh peserta didik, maka dilakukanlah proses penyajian dalam bentuk pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching). Pengajaran terbalik (reciprocal teaching) merupakan pendekatan kontruktivis ( pengetahuan diperoleh dari luar sekolah ) yang berdasar pada prinsip – prinsip perbuatan/pengajuan
pertanyaan,
dimana
keterampilan
–
keterampilan
metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang pemahaman membacanya rendah, (Nur dan Wikandari dalam Trianto 2009: 172).
Sebagian tujuan pendidikan ditentukan oleh kegiatan pembelajaran yang terjadi pada setiap pertemuan antara guru dan siswa. Disamping itu terjadi pula komunikasi antar perserta didik sebagai kegiatan dalam bertukar pikiran atau pengetahuan yang relevan. Maka dari itu metode reciprocal teaching sangat mendukung peserta didik untuk bisa saling bertukar pengalaman, pengetahuan,
5
wawasan dan pemikiran agar saling melengkapi satu sama lain. Kelebihan dari strategi Reciprocal teaching adalah:
1. Melatih keterampilan penting melalui berbagi pribadi, kesadaran individu dan sosial, pembelajaran kelompok terfokus, dan berbagi wawasan 2. Lebih menekankan pada kepercayaan pada seorang rekan 3. Menjadikan siswa penuh perhatian, pendengar aktif, dan memberikan umpan balik positif 4. Strategi ini mengembangkan keterampilan siswa untuk berkolaborasi dan menguraikan informasi dalam kehidupan sehari-hari
Jurnal-jurnal penelitian seperti Miriam Alfassi (2008) menyatakan terdapat pengaruh hasil belajar siswa yang signifikan melalui pendekatan reciprocal teaching di mana nilai rata-rata pre-testnya 42,11 menjadi 64,12 nilai rata-rata post-testnya pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata pre-testnya 39,79 menjadi 41,15 nilai rata-rata post-testnya. Carl A Young (2006) menyatakan reciprocal teaching menyediakan guru pengajar agar menggunakan peralatan semampunya, supaya siswa saling melengkapi, secara individu dan sosial, dalam mengeksplorasi dan mengkritik suatu bacaan teks. Mia Agustina (2009) pada penelitian tindakan kelas menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II dengan media komputer melalui pendekatan pengajaran terbalik (reciprocal teaching).
Mata diklat konversi energi dipilih karena merupakan materi awal yang diajarkan pada siswa SMK sebagai dasar untuk memahami prinsip-prinsip dasar
6
perubahan energi pada sebuah mesin. Dalam pengembangan kompetensi yang natinya harus dimiliki peserta didik, konversi energi memiliki peranan yang penting, dimana nantinya pemahaman peserta didik pada mata diklat ini akan memudahkan untuk mengetahui prinsip kerja dan kapasitas suatu mesin pengkonversi energi yang sesuai dengan jurusan Teknik Kendaraan Ringan. Didasari pada beberapa fakta empiris bahwa pendekatan pembelajaran berbalik (Reciprocal Teaching) dapat dimanfaatkan sebagai proses kegiatan pembelajaran yang dapat menyajikan materi pembelajaran serta membentuk hubungan komunikasi dua arah secara interaktif, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Pengajaran Berbalik (Reciprocal Teaching) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat Konversi Energi Kompetensi Turbin Siswa Kelas X SMK Al-Wasliyah 4 Medan T.A 2011/2012”.
1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
masalah
tersebut,
maka
penulis
mengidentifikasikan masalah yang ada disekolah tersebut diantaranya: 1. Siswa yang memenuhi standar KKM pada mata diklat konversi energi masih sedikit dimana pada tahun-tahun sebelumnya hanya mencapai persentase 50% - 60%. 2. Penggunaan metode oleh guru yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dalam belajar. 3. Kurangnya partisipasi siswa dalam belajar dan tidak adanya komunikasi antar siswa dalam belajar.
7
1.3. Batasan Masalah Untuk memfokuskan masalah yang akan dibahas maka perlu dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Mata diklat konversi energi kompetensi turbin pada siswa kelas X TKR (Teknik Kenderaan ringan) SMK Al-Wasliyah 4 Medan. 2. Pendekatan
yang
digunakan
adalah
melalui
pengajaran
berbalik
(Reciprocal Teaching) dan pembelajaran konvensional.
1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.
Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran
konvesional
pada
mata
diklat
konversi
energi
kompetensi turbin? 2.
Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran berbalik (reciprocal teaching) pada mata diklat konversi energi kompetensi turbin?
3.
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa
yang diajar
menggunakan metode konvensional dengan siswa yang diajar menggunakan pengajaran berbalik (reciprocal teaching) pada mata diklat konversi energi kompetensi turbin?
8
1.5. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan pendekatan pengajaran berbalik (Reciprocal Teaching). 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan pendekatan pengajaran konvensional 3. Untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar menggunakan pendekatan pengajaran berbalik (Reciprocal Teaching) dengan
siswa
yang
diajar
menggunakan
pendekatan
pengajaran
konvensional. 4. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada mata diklat konversi energi kompetensi turbin.
1.6. Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar menggunakan pendekatan pengajaran berbalik (reciprocal teaching). 2. Sebagai bahan informasi alternatif hasil pemilihan strategi atau pendekatan pengajaran berbalik (reciprocal teaching). 3. Sebagai bahan informasi tentang hasil belajar siswa pada mata diklat konversi energi.