1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan pasar modal di Indonesia terbilang cukup pesat. Hal ini
membuat para pelaku bisnis lebih mengembangkan usahanya melalui pasar modal. Para pelaku bisnis sadar bahwa dengan melakukan perdagangan dipasar modal, akan didapatkan keuntungan yang baik dan sekaligus memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian Indonesia (Purbawati dkk, 2016). Salah satu cara perusahaan berkembang untuk mendapatkan dana adalah dengan menawarkan saham kepada publik (go public). Karena dengan menawarkan saham-saham kepada publik, perusahaan yang sedang berkembang dapat mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jika kinerja perusahaan itu baik maka akan tercermin dalam laporan keuangan yang dipublikasikan di BEI, sehingga investor dapat melihat dan tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Jika banyak investor yang tertarik untuk membeli saham maka likuiditas perdagangan akan meningkat. Sebelum melakukan investasi dalam surat berharga, seorang investor tentunya telah memperhitungkan secara seksama dengan mengetahui prospek perusahaan dimasa yang akan datang dan return saham yang akan diperoleh. Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diisyaratkan atas suatu investasi. Ekspetasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return (tingkat pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko minimum. Return
2
tersebut dapat berupa capital gain ataupun deviden untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang menjadi indikator untuk meningkatkan wealt para investor, termasuk didalamnya pemegang saham. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu kewaktu. Oleh karena itu, investor dan investor potensial memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar investasi mereka (Hardianto, 2013). Menurut Lestari dan Sudaryono (2008) dalam pasar modal banyak informasi yang dapat diperoleh investor baik yang tersedia di publik maupun informasi pribadi (private). Informasi ini sangat bermanfaat bagi para investor dan calon investor untuk menanamkan modalnya. Salah satu informasi publik adalah adanya pengumuman pemecahan saham atau stock split. Stock split merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan go public untuk mengubah jumlah lembar saham yang beredar dengan menurunkan nilai nominal per lembar saham. Stock split adalah tindakan yang diambil oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham beredar, seperti menggandakan jumlah lembar saham beredar dengan memberikan sejumlah saham baru kepada pemegang saham untuk setiap satu lembar saham yang sebelumnya di miliki (Brigham dan Houston, 2006). Aksi stock split sebenarnya hanyalah sebuah kosmetik untuk menarik investor karena tidak mengubah nilai ekonomis suatu perusahaan. Aksi tersebut dilakukan oleh manajer perusahaan untuk menata kembali harga pasar saham.
3
Manajer perusahaan melakukan aktivitas stock split di saat harga saham dinilai terlalu tinggi. Jika harga saham sudah terlalu tinggi, maka harga saham tidak dapat meningkatkan lagi sesuai kinerja perusahaannya dan para investor menjadi enggan untuk membelinya. Alasan perusahaan melakukan stock split adalah untuk menjaga agar sahamnya berada pada kisaran perdagangan yang optimal (optimal trading range) dan untuk membawa dan menyampaikan informasi mengenai kesempatan investasi yang berupa peningkatan laba dan dividen kas. Perusahaan dapat menggunakan informasi stock split tersebut untuk meyakinkan pelaku pasar modal mengenai prospek perusahaan yang mengutungkan kepada publik. Stock split mengandung biaya yang harus ditanggung. Hal ini menyebabkan hanya perusahaan yang memiliki prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya tersebut. Sebaliknya, perusahaan yang prospeknya kurang baik, akan tetapi tetap mencoba memberikan sinyal yang tidak valid lewat stock split, maka perusahaan tersebut tidak akan mampu menanggung biaya-biaya tersebut, sehingga stock split hanya akan menurunkannya harga sekuritasnya (Purnamasari, 2013). Publikasi stock split merupakan informasi yang sangat penting bagi investor maupun calon investor. Informasi yang diperoleh dari perusahaan yang melakukan stock split, dapat digunakan oleh investor untuk bahan pertimbangan dalam penyusunan portofolionya dan calon investor dapat menggunakannya untuk mempertimbangkan keputusannya apakah akan membeli atau tidak membeli saham untuk memperoleh keuntungan yang optimal dan resiko serendahrendahnya.
4
Terdapat dua jenis stock split yang dapat dilakukan, yakni split up dan split down/reverse split. Split up adalah peningkatan jumlah saham yang beredar dengan cara memecah selembar saham menjadi n lembar saham, sedangkan split down adalah kebalikan split up, yaitu peningkatan nilai nominal per lembar saham dengan mengurangi jumlah saham yang beredar (Jogiyanto, 2000). Tindakan stock split akan menimbulkan efek fatamorgana bagi investor, yaitu investor akan merasa seolah-olah menjadi lebih makmur karena memegang saham dalam jumlah banyak. Jadi sesungguhnya peristiwa stock split tidak memiliki nilai ekonimis (Marwata, 2000). Marwata (2001) yang meneliti stock split berdasarkan signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham berisi informasi yang ditunjukkan kepada investor mengenai prospek peningkatan return masa yang akan datang. Peningkatan return tersebut diprediksikan sebagai sinyal mengenai laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman stock split dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek bagus dimasa depan. Selain return saham, likuiditas saham juga bisa menjadi tujuan stock split. Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal (Jogiyanto, 2003). Apabila abnormal return positif maka actual atau return yang sesungguhnya lebih besar dari return yang diharapkan investor. Hal inilah yang menyebabkan para investor tertarik untuk bertransaksi di pasar saham dengan harapan mendapatkan suatu keuntungan di atas normal, akan tetapi jika sebaliknya maka pasar akan bereaksi negatif. Para
5
investor menarik dana yang akan digunakan untuk bertransaksi dan menunggu waktu yang teapt untuk melakukan suatu investasi sehingga para investor perlu untuk mengevaluasi dan menganalisa apakah peristiwa suatu perusahaan memiliki kandungan informasi dan menghasilkan abnormal return positif disekitar peristiwa. Terdapatnya abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa stock split dapat digunakan sebagai indikator dari sinyal positif yang dibawa kepada pasar. Teori yang menjelaskan hubungan antara likuiditas perdagangan saham dengan motivasi perusahaan melakukan stock split adalah trading range theory. Menurut Hikamah dan Satoto (2010), trading range theory menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split akibat didorong oleh perilaku praktisi pasar yang selalu beranggapan bahwa dengan dilakukannya kebijakan stock split diharapkan dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Stock split dilakukan karena ada batas harga optimal saham dan untuk merangsang peningkatan daya beli oleh investor sehingga tetap banyak investor yang mau menjual-belikannya sehingga tujuan akhirnya diharapkan dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Dengan adanya stock split diharapkan akan semakin memikat calon investor karena harga yang ditawarkan semakin rendah sehingga akan semakin banyak (calon) investor yang dapat bertansaksi dan membawa dampak pada likuiditas perdagangan saham. Likuiditas saham dapat diartikan sebagai ukuran jumlah transaksi suatu efek di bursa. Likuiditas menurut Rusdin (2006:62) adalah kelancaran, menunjukkan tingkat kemudahan dalam mencairkan modal (principal) investasi. Suatu asset dapat diartikan likuid dimana aset tersebut dapat dengan mudah
6
ditransaksikan dalam kapasitas besar dengan biaya murah, waktu singkat, serta tidak mempengaruhi harga. Jadi semakin lancar atau likuid suatu saham maka berpengaruh pada frekuensi transaksi yang semakin tinggi. Respon yang seperti itu menunjukkan tingginya minat investor dalam hal kepemilikan saham dan tentunya akan memberikan peluang lebih besar untuk mendapatkan return dimasa datang. Jumlah perusahaan yang melakukan stock split yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2015 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini :
Tabel 1.1 Jumlah Perusahaan yang Melakukan Stock Split Periode 2011-2015 Tahun
Peristiwa Stock Split
2011
13
2012
20
2013
11
2014
7
2015
16
Jumlah
67
Sumber : JSX, 2011-2015 Kurniawan Prambudi Utomo (2016) membuktikan bahwa terdapat perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split. Hasil sama ditemukan pada penelitian terdahulu A.A Sagung Intan Purnamasari (2013) yang melakukan penelitian pada perusahaan yang terdaftar BEI periode 2007-2011 juga berhasil membuktikan bahwa terdapat perbedaan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split. Namun berbeda dengan hasil penelitian dari Lasmanah
7
dan Bagja (2013) yang menemukan tidak adanya perubahan volume perdagangan sebelum dan sesudah stock split. Hernoyo (2013) menemukan hasil bahwa terdapat perubahan return saham sebelum dan sesudah stock split tetapi berbeda dengan penelitian dari Tantia dan Sebastian (2012) yang menemukan bahwa tidak ada perbedaan return saham sebelum dan sesudah stock split. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil tidak konsisten terkait stock split yang tidak memberikan dampak ekonomis. Sebagian peneliti yang mengatakan stock split tidak berpengaruh terhdapat volume perdagangan dan abnormal return, tetapi dalam penelitian lainnya mengatakan bahwa stock split berpengaruh signifikan terhadap volume perdagangan dan abnormal return saham di bursa efek Indonesia. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Lasmanah dan Bagja (2014), Manggala (2013), Irmayani dan Wiagustini (2015) dan Tantia dan Sebastian (2012). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa pelaku pasar tidak merespon atas peristiwa stock split. Sementara penelitian yang dilakukan oleh Purbawati, dkk (2016), Purnamasari (2013), Manggala (2013), Utomo (2016), Damayanti, dkk (2014), Budatama dan Aryani (2014) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu pelaku pasar modal merespon secara positif terkait dengan peristiwa stock split yang dilakukan emiten.
8
Tabel 2.2 Research Gap Penelitian
Trading Volume Activity
Lasmanah dan Bagja (2014) Budatama dan Ni ketut Lely (2014) Irmayani dan Ni Luh Putu (2012) Janiantari dan I Dewa Nyoman Badera (2014) Purbawati dkk (2016)
Tidak ada perbedaan Tidak ada perbedaan signifikan signifikan Ada perbedaan signifikan -
Abnormal Return Saham
-
Tidak ada perbedaan signifikan Ada perbedaan signifikan
Ada perbedaan signifikan
Ada perbedaan signifikan
Penelitian ini merupakan replikasi dari artikel penelitian dari Lasmanah dan Bagja (2014) dimana menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa stock split dan abnormal return saham yang menunjukkan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Adapun yang membedakan dengan penelitian ini yaitu periode penelitian, pada artikel pertama menggunakan periode tahun 2010-2013, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2011-2015. Berdasarkan uraian latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu dimana terdapat kontroversi temuan penelitian tentang stock split. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “Analisis Perbedaan Trading Volume Activity dan Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa Stock Split Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015”.
9
1.2
Rumusan Masalah Latar belakang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah Stock Split? 2. Apakah ada perbedaan Abnormal Return saham sebelum dan sesudah Stock Split?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut : 1. Menganalisis perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah Stock Split. 2. Menganalisis perbedaan Abnormal Return saham sebelum dan sesudah Stock Split.
1.3.2
Kegunaan Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama
investor sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
10
1. Bagi investor dan calon investor, diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam keputusan investasi, terutama investor yang saham dalam portofolionya mengalami stock split. 2. Bagi perusahaan, di harapkan mampu memberikan masukan tentang pengaruh stock split sehingga dapat mengambil keputusan jika perusahaan akan melakukan stock split. 3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi, khususnya penelitian mengenai dampak dari stock split.
38
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel dan definisi penelitian mempunyai peran dalam menentukan
hasil penelitian. Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu Trading Volume Activity dan Abnormal Return Saham. 3.1.1
Trading Volume Activity (TVA) Menurut Widayanto dan Sunarjanto (2005), Trading Volume Activity
(TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar modal. Perubahan volume perdagangan saham di pasar modal menunjukkan aktivitas perdagangan saham di bursa dan mencerminkan keputusan investasi investor. Kegiatan perdagangan saham dalam volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda bahwa pasar akan membaik. Dari kegiatan perdagangan saham yang terjadi maka akan meningkatkan volume perdagangan saham. Volume perdagangan saham dapat dihitung menggunakan rumus :
=
ℎ
ℎ ℎ
ℎ
ℎ
ℎ
39
Keterangan : TVAit = Perbandingan antara TVA perusahaan i sebelum dilakukan stock split dengan TVA perusahaan i setelah stock split pada periode pengamatan i = Emiten atau nama perusahaan yang sedang diteliti t = Waktu saat dilakukan pengamatan
3.1.2
Abnormal Return Saham Abnormal retun atau excess return merupakan kelebihan dari return yang
sesungguhnya terjadi terhadap normal return. Normal return merupakan return ekspetasi (return yang diharapkan investor). Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara return sesungguhnya dengan return ekspetasi. Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Sedangkan return ekspetasi merupakan return yang harus diestimasi (jogiyanto, 2000). Abnormal return dihitung dengan rumus sebagai berikut : . .
=
.
−
(
.
)
Dimana : . .
(
=
=
.
)=
ℎ
ℎ
ℎ
ℎ
ℎ
40
Penelitian Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2000) menyatakanbahwa return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Mengestimasi return ekspektasi dapat menggunakan tiga model: 1. Mean-adjusted model Mean Adjusted Model menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi.
Dimana :
( ) =
( ) = =
−
−
t = periode estimasi
∑
Periode estimasi (estimation period) merupakan periode sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).
2. Market Model Market model dalam menghitung return ekspektasi dilakukan dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square) dengan persamaan:
( ) =
+
.
+
41
Dimana : ( ) =
−
=
=
=
=
ℎ
3. Market Adjusted Model. Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return indeks pasar. Perhitungan abnormal return penelitian ini dengan menggunakan model yang disesuaikan pasar yaitu market model. 1. Menghitung actual return (return yang sesungguhnya), Jogiyanto dalam Ni wayan dian (2015) :
Keterangan : Rit
=
−
= Return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t (periode jendela peristiwa selama 11 hari. Penetapan peristiwa
42
penerbitan saham adalah t=0. Periode jendela peristiwa dibagi menjadi dua golongan yaitu t= -5 (hari sebelum penerbitan saham) dan t=5 (5 hari sesudah peristiwa penerbitan saham) tahun 2011-2015) Pit
= harga sekarang relatif
Pit-1
= harga sebelumnya
2. Menghitung return pasar harian
−
= Keterangan : Rmt
= Return pasar pada waktu ke –t
IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan hari ke-t IHSGt-1 = ndeks Harga Saham Gabungan hari ke-t-1
3. Perhitungan abnormal return untuk masing-masing saham emiten untuk periode 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah stock split = Keterangan : =
=
−
43
=
4. Setelah abnormal return masing-masing sasham diketahui, maka kemudian dihitung rata-rata abnormal return
=
∑
Keterangan:
=
3.1.3
=
−
=
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Nama Variabel
Definisi Variabel
1
Trading Volume
Volume perdagangan
Jumlah saham
Activity
adalah ukuran
perusahaan yang Purbawati,
besarnya volume
diperdagangkan
Rina Arifati,
saham tertentu yang
dibagi dengan
dan Rita
diperdagangkan,
jumlah saham
Andini
mengindikasikan
yang beredar
(2016)
kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut.
Indikator
Sumber Triana Diah
44
No
Nama Variabel
Definisi Variabel
Indikator
Sumber
Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/ TVA) 2
Abnormal
selisih antara return
Selisih antara
Jogiyanto
Return Saham
sesungguhnya dengan
harga saham
(2000)
return ekspetasi.
periode
Return sesungguhnya
sekarang dengan
merupakan return
harga saham
yang terjadi pada
periode
waktu ke t yang
sebelumnya lalu
merupakan selisih
dibagi dengan
harga sekarang relatif
harga saham
terhadap harga
periode
sebelumnya.
sebelumnya
Sedangkan return ekspetasi merupakan return yang harus diestimasi
45
3.2
Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
melakukan stock split yang terdaftar di BEI periode tahun 2011 sampai 2015. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling artinya sampel diambil dengan kriteria tertentu, dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan-perusahaan go public yang melakukan stock split pada tahun 2011-2015 dengan mencantuman nama perusahaan, tanggal pemecahan saham, dan split factor. b. Perusahaan melakukan stock split dengan jenis split up dan tidak melakukan split down/reverse stock split. c. Tidak melakukan corporate action lainnya seperti stock deviden (deviden saham), right issue, bonus share (saham bonus) atau pengumuman perusahaan yang bersifat strategis yang secara langsung dapat mempengaruhi likuiditas saham pada waktu pengumuman stock split atau pada periode sekitar pengumuman stock split. d. Perusahaan yang diteliti selama pengamatan adalah perusahaan yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian.
46
3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang
diperoleh dalam bentuk jadi dan sudah dipublikasikan. Data penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang diperlukan adalah sebagai berikut : 1. Daftar nama perusahaan yang melakukan stock split beserta tanggal pengumuman pada tahun 2011-2015. 2. Data harga saham harian, yaitu harga saham pada 5 hari sebelum tanggal pengumuman, pada saat pengumuman, dan 5 hari sesudah pengumuman stock split. 3. Data volume perdagangan saham dan jumlah saham yang beredar 5 hari sebelum tanggal pengumuman, pada saat pengumuman, dan 5 hari sesudah pengumuman stock split.
3.4
Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan sebagai landasan dalam proses
analisis, maka teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik pendokumentasian. Teknik dokumentasi ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan dan mempelajari data sekunder serta mencatat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan stock split, seperti nama emiten yang melakukan stock split, tanggal pengumuman stock split, kode saham emiten, harga saham emiten selama event window, dan nilai nominal saham emiten sebelum maupun sesudah pemecahan saham, volume, value, dan frekuensi saham emiten selama event
47
window, serta data yang berhubungan dengan karakteristik masing-masing perusahaan yang menjadi sampel penelitian maupun data pendukung lain. Data diperoleh dari semua perusahaan yang listing pada Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011-2015. Data tersebut diperoleh dari situs BEI yaitu www.idx.co.id dan www.sahamok.com 3.5
Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji
beda dua rata-rata . Pengujian dengan cara ini menggunakan metodologi studi peristiwa (event study). Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis uji beda dua rata – rata (t-test). 3.5.1
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian, peringkasan
berbagai karakteristik data untuk memberikan gambaran yang dilihat dari nilai rata – rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Adapun tahap-tahap dalam pengujian sebagai berikut : a) Mengidentifikasi tanggal publikasi pemecahan saham, tanggal publikasi yang dimaksud adalah tanggal pencatatan di BEI ketika saham sudah dapat diperdagangkan hal ini dilakukan untuk mempermudah penetapan hari ke 0 sebagai hari peristiwa terjadinya pemecahan saham. b) Menentukan event periode, yaitu periode waktu disekitar event time (ketika event benar – benar terjadi). Event periode yang dipilih dalam penelitian ini adalah selama 11 hari, yaitu 5 hari sebelum pemecahan saham, saat terjadi
48
stock split dan 5 hari setelah pemecahan saham. Penentuan event window ini mengacu pada penelitian Janiantari dan I Dewa Nyoman Badera (2014), Irmayani dan Ni Luh Putu Wiagustini (2015), Budatama dan Ni Kt. Lely (2014) dan Damayanti dkk (2014)
Event Date
-5
0
+5
Event Window
Gambar 3.1 Periode Pengamatan
c) Membuat perbandingan secara statistik rata-rata dari masing – masing variabel penelitian seperti TVA dan mengukur abnormal return.
3.5.2
Uji Normalitas Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan dengan uji metode
kolmogorov-smirnov test. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal atau tidak. Data berdistribusi normal apabila nilai probabilitas > 0,05 sebaliknya jika nilai probabilitas ≤ 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.
49
3.5.3
Uji Beda Uji beda dilakukan untuk membuktikan apakah pemecahan saham
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Trading Volume Activity dan abnormal return pada sebelum dan sesudah pemecahan saham. 1) Paired Sample t Test Paired Sample t Test digunakan jika data berdistribusi secara normal. Dasar pengambilan keputusan adalah berdasar nilai probabilitas sebagai berikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak
Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ha diterima
2) Wilcoxon Signed Ranks Test Apabila data berdistribusi tidak normal maka pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian non-parametik yaitu uji wilcoxon signed ranks test. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagaiberikut :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha ditolak
Jika probabilitas ≤ 0,05 maka Ha diterima