1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah keperawatan anak. Keperawatan anak merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan cara memberikan pelayanan sesuai dengan tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak dipengaruhi dari keluarga yaitu orang tua. Sebaiknya orang tua dapat menyediakan perawatan yang tepat bagi anak, dalam mengawali tahap-tahap perkembangan normal yang dialami oleh anak-anak mencapai potensi fisik dan intelektual (Ellis, 1991). Anak merupakan generasi penerus bangsa maka ia harus tumbuh menjadi orang dewasa yang cerdas dan sehat. Salah satu cara agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik adalah anak perlu memperoleh kesempatan untuk bermain. Bermain merupakan kebutuhan anak yang harus dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan pengalaman (Ngastiyah, 2005). Bagi anak bermain merupakan seluruh aktifitas anak dan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Kebanyakan orang tua mempunyai ide tertentu dalam pengelolaan bermain, Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan perkembangan emosinya (Soetjiningsih, 1995).
1
2
Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia dibawah 5 tahun. Bermain bagi anak akan mengembangkan berbagai kemampuan, seperti kemampuan motorik dimana anak cepat untuk bergerak, berlari dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya (Prayitno, 2003). Bermain dapat membebaskan anak dari tekanan dan stres akibat situasi lingkungan. Saat bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan dorongan yang tidak dapat diterima dalam bersosialisasi (Whaley & Wong, 2001). Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas, dan sosial. Anak yang mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas. Bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak antara lain: kesehatan, intelligensi, jenis kelamin, lingkungan, dan status sosial. Melalui aktivitas bermain
anak
belajar
mengendalikan
tubuh
dan
mengembangkan
keseimbangan dan koordinasi otak, mata dan anggota badan, anak menjelajahi dunia materi, mengumpulkan fakta dan belajar berfikir, anak memecahkan persoalan emosinya dan belajar mengendalikan perasaan primitifnya, anak belajar menjadi makhluk sosial dan menempatkan diri dalam komunitasnya (Silviana, 2007). Kesenangan merupakan salah satu elemen pokok dalam bermain. Anak akan bermain sepanjang aktivitas tersebut menghiburnya. Melalui bermain
3
mereka mendapatkan pengalaman hidup yang nyata. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, dan cara menyelesaikan
tugas-tugas
dalam
bermain.
Bermain
sangat
besar
pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak (Soetjiningsih, 1995). Perkembangan dapat diartikan sebagai “ perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2004). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain: genetik (keturunan), hormonal, gizi, lingkungan dan sosial budaya (Suryanah, 1996). Keturunan merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu, dapat diartikan sebagai “totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak”. Environment (lingkungan)
merupakan
faktor
penting
disamping
keturunan
yang
menentukan perkembangan individu, lingkungan ini meliputi fisik, psikis, sosial, dan religius (Yusuf, 2004). Pencapaian suatu kemampuan setiap anak bisa berbeda-beda, namun demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu. Adanya patokan itu dimaksudkan agar anak yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu itu perlu dilatih berbagai kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Dalam pemantauan perkembangan ada empat aspek yang dinilai, yaitu motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial (Hartanto, 2006). Keterampilan motorik halus mencakup gerakan-gerakan halus lengan dan tangan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan (Dowshen, 2002).
4
Gerakan motorik halus merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat (Soetjiningsih, 1995). Kemampuan anak usia toddler (1-3 tahun) mengendalikan gerak motorik halusnya, berkembang sangat pesat hal ini disebabkan perkembangan ototototnya kian sempurna, dan anak kian mampu mengendalikan gerakannya. Keterampilan-keterampilan motorik halus sangat penting karena mendukung keterampilan fisik dan mental lainnya, selain itu anak membutuhkan keterampilan kasar dalam pergaulannya kelak. Keterampilan yang menjadi tonggak baru tumbuh kembangnya turut mempengaruhi tumbuh kembang motorik halus, kognitif dan bahasa serta emosi dan sosialnya, sehingga semua masalah yang kemudian muncul dalam berbagai aspek tadi harus dilihat secara menyeluruh (Nursalam, 2005). Keterampilan motorik merupakan keterampilan gerak yang melibatkan gerakan otot-otot tubuh yang terbagi dalam motorik kasar dan halus. Saat menggunakan motorik kasarnya anak tampaknya tidak perlu disuruh, akan tetapi tidak demikian halnya dengan penggunaan motorik halusnya. Misalnya duduk sendiri tanpa dibantu, menendang bola, naik turun tangga, dan lainlain. Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan otot-otot yang lebih kecil atau halus, terutama yang menyangkut aktivitas otot tangan dan jemari (Seri Ayahbunda, 2001).
5
Untuk menaksir perkembangan motorik halus dapat menggunakan Denver II (The Denver developmental screening test II) yang merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak. Pada anak usia toddler (1-3 tahun), kemampuan motorik halus dapat terlihat dengan keterampilan menaruh kubus di cangkir, mencoret-coret, ambil manik-manik ditunjukkan, menara dari 2 kubus, menara dari 4 kubus, menara dari 6 kubus, meniru garis vertikal, menara dari 8 kubus, dan menggoyangkan ibu jari (Soetjiningsih, 1995). Tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal. Tindakan ini meliputi pengelolaan bermain. Bermain dapat merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, berbicara, berpikir, kemandirian dan sosialisasi. Stimulasi dilakukan oleh orang tua/keluarga setiap ada kesempatan atau sehari-hari. Bermain dengan anak merupakan aktivitas untuk merangsang perkembangan anak, khususnya perkembangan motorik halus. Melalui bermain, anak dapat menstimulasi otot-otot kecil. Hal ini mencakup gerakan-gerakan halus lengan dan tangan yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan, jika tidak diberikan stimulasi baik dari orang tua maupun lingkungan anak cenderung untuk berdiam diri dan kurang komunikasi (Suherman, 2000). Keterlambatan pada perkembangan keterampilan motorik halus anak bisa tampak pada beberapa kegiatan, kegiatan itu bisa dalam bentuk bermain. Dalam
hal
ini
keluarga
memiliki
peranan
penting
dalam
upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang
6
dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial yang diberikan merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat (Yusuf, 2004). Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang pada tanggal 14 Januari 2008, bahwa di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang terdapat 61 ibu yang memiliki anak usia toddler (1-3 tahun). Sebagian besar dari mereka adalah ibu yang berpendidikan rendah dan membantu suami untuk bekerja. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap pemberian stimulasi tumbuh kembang pada anak yang akhirnya berdampak terhadap perkembangan anak di daerah ini. Data yang diperoleh dari petugas posyandu anggrek I, II dan III, bahwa di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang terdapat anak dengan usia toddler (1-3 tahun) sebanyak 61. Anak umur 1-2 tahun sebanyak 31 anak (50,81%), umur 2-3 tahun sebanyak 30 anak (49,18%). Peneliti melihat bahwa ada 3 anak usia toddler (1-3 tahun) belum sempurna perkembangan motorik halusnya. Belum ada data mengenai pengelolaan aktivitas bermain dan data tentang perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang. Melihat fenomena di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “ Hubungan antara Pengelolaan Aktivitas Bermain dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang “.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan: Apakah Ada Hubungan Antara Pengelolaan Aktivitas Bermain dengan Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia Toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis hubungan antara pengelolaan aktivitas bermain dengan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengelolaan aktivitas bermain pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. b. Mendiskripsikan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. c. Menganalisis hubungan antara pengelolaan aktivitas bermain dengan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
8
D. Manfaat Hasil Penelitian. 1. Bagi Peneliti a. Memperoleh informasi dalam pengembangan keperawatan anak dalam perkembangan motorik halus. b. Mendapatkan pengelolaan aktivitas bermain yang efektif untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun). c. Sebagai kajian bagi perawat dalam pengelolaan aktivitas bermain dalam meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun). 2. Bagi Masyarakat a. Mendapatkan informasi tentang pengelolaan aktivitas bermain, sehingga masyarakat mengetahui pengelolaan bermain apa yang tepat dan efektif diberikan dalam meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun). b. Memotivasi keluarga untuk meningkatkan pendidikan dalam upaya mengembangkan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun). 3. Bagi Profesi Keperawatan a. Memperoleh informasi dalam pengembangan keperawatan keluarga. b. Sebagai kajian bagi perawat dalam pengelolaan aktivitas bermain dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak.
9
E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah ilmu keperawatan dengan kajian dibidang ilmu keperawatan anak.