BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penderita kusta (lepra) di Indonesia dewasa ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Sebenarnya kusta bila ditemukan dalam stadium dini merupakan penyakit ringan, akan tetapi biasanya penderita ditemukan dalam stadium lanjut. Penyakit kusta lanjut memberi gambaran pada masyarakat seolah – olah penyakit kusta tidak dapat disembuhkan. penyakit kusta dapat menyerang semua umur, Namun laki – laki lebih banyak terkena di bandingkan dengan wanita dengan perbandigan 2 : 1, walaupun ada beberapa daerah yang menunjukkan insiden ini hampir sama bahkan ada daerah yang menunjukkan penderita wanita lebih banyak (Direktorat Jendral PPM & PPL, 2000). Penyakit kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh
kuman mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi dan
jaringan tubuh lainnya. Pada sebagian besar orang yang terinfeksi, penyakit bersifat asimtomatrik, Sebagian kecil yang terlambat di diagnosa dan terlambat
diobati,
memperlihatkan
gejala
klinis
dan
mempunyai
kecenderungan untuk menjadi cacat. Gejala awal biasanya penderita tidak merasa terganggu hanya terdapat adanya kelainan kulit berupa bercak putih seperti panu ataupun bercak kemerahan, kelainan kulit ini kurang rasa atau hilang rasa (Marwali Harahap, 2002).
Pada kemajuan teknologi di bidang promotif, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan dibidang kusta, maka penyakit kusta sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tetapi karena masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui mengenai penyakit kusta ini, terutama mengenai tanda dini dan akibat yang ditimbulkannya serta cara perawatannya maka penyebaran penyakit kusta tetapi terjadi, di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda diantara 122 negara yang endemis pada tahun 1985. Di antara 11 negara penyumbang penderita kusta di dunia, Indonesia menempati urutan ke 4 setelah India, Brasil, Myanmar (Sub Direktorat Kusta & Frambusia PLKN Makasar, 2002). Penyakit kusta merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan berbagai masalah yang kompleks dan luas, dimana masalah yang ditimbulkan bukan hanya dilihat dari segi medis, tetapi bisa meluas sampai kepada masalah ekonomi, sosial budaya, keamanan dan ketahanaan sosial serta masalah psikologi. Penyakit kusta juga menimbulkan dampak atau masalah baik pada penderita sendiri, keluarga dan masyarakat serta pada negara (Depkes RI, 1999). Masalah pada penderita penyakit kusta pada umumnya merasa rendah diri, merasa tertekan batin, takut terhadap keluarga dan masyarakat sekitarnya. Sehingga penderita cenderung untuk hidup sendiri, apatis (masa bodo), bersikap ketergantungan pada orang lain, kehilangan peran dimasyarakat (dikucilkan), kehilangan mata pencaharian atau pekerjan, Segan berobat karna malu pada masyarakat sekitarnya. Selain menimbulkan masalah bagi
penderita, penyakit kusta juga menimbulkan masalah bagi keluarga dan masyarakat sekitar. penderita kusta yaitu adanya perilaku keluarga dan masyarakat yang cenderung mengucilkan atau menyingkirkan penderita kusta sehingga menyebabkan stres (stresor) pada penderita kusta tersebut (Depkes RI, 2000 ). Selain masalah tersebut, luka yang muncul akibat penyakit kusta juga menjadi masalah yang tidak kalah pentingnya. Penderita kusta kadang menjadi besar untuk melakukan perawatan luka kusta mengingat perawatannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Kondisi demikian tentunya dapat menimbulkan permasalahan baik bagi penderita itu sendiri maupun bagi masyarakat yang ada disekitarnya. Perawatan luka kusta menjadi penting karena dengan perawatan yang baik dan adekuat akan membantu dalam proses penyembuhan luka kusta, sebaliknya jika perawatan luka tidak dilakukan secara baik dapat menimbulkan masalah yang tidak di inginkan seperti luka yang makin parah dan memungkinkan terjadinya penularan pada orang lain (Direktorat Jendral PPM & PL, 2000). Jumlah penderita kusta di Jawa Tengah ditemukan pada tahun 2003, Pauksi Basiller (PB) sebanyak 313 orang dan Multi Basiller (MB) sebanyak 1.313 orang, sedangkan penderita yang ditemukan di tahun 2004, PB sebanyak 365 orang dan MB sebanyak 1.484 orang (Dinkes, 2004). Hal tersebut juga terjadi di desa Prawoto
Kabupaten Pati dimana
berdasarkan data dari Puskesmas Sukolilo II pada 23 Desember 2007 sampai 23 januari 2008 terdapat 50 penderita kusta. Perilaku perawatan luka kusta di
penggaruhi oleh kurangnya pengetahuan pasien tentang perawatan luka yang benar, selain itu pendapatan, sikap, dan sosial budaya juga ikut mempenggaruhi perilaku perawatan luka. Berdasarkan survey awal peneliti di Desa Prawoto penderita kusta
masih kurang maksimal dalam melakukan
perawatan luka. Mereka merawat luka dengan intensitas 4 kali dalam 1 minggu. Padahal seharusnyanya perawatan luka harus dilakukan 2 kali dalam 1 hari, di samping kurangnya dalam hal perawatan luka penderita kusta juga jarang mengontrolkan lukanya kepuskesmas setempat. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan serta kurangnya kesadaran penderita untuk merawat lukanya. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatan luka kusta pada penderita kusta di Puskesmas Sukolilo II Kabupaten Pati.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah faktor–faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku perawatan luka kusta di Puskesmas Sukolilo II Kabupaten Pati?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatan luka kusta pada penderita penyakit kusta di Puskesmas Sukolilo II Kabupaten Pati.
2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatan
luka
kusta
meliputi
tingkat
pendidikan,
tingkat
pemgetahuian dan sikap di Puskesmas Sukolilo II kabupaten pati. b. Menggambarkan perilaku perawatan luka kusta di Puskesmas Sukolilo II kabupaten Pati. c. Mengganalisis hubungan antara Tingkat pendidikan dan perilaku perawatan luka kusta di Puskesmas Sukolilo II Kabupaten Pati. d. Mengganalisis hubungan antara Tingkat pengetahuan dan perilaku perawatan luka kusta di Puskesmas Sukolilo II Kabupaten Pati. e. Mengganalisis hubungan antara Sikap dan perilaku perawatan luka kusta di Puskesmas Sukolilo II Kabupaten Pati.
D. Manfaat Penelitian 1
Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbagan bagi institusi pendidikan sebagai bahan masukan dalam mengembangkan program keperawatan terhadap cara menyelesaikan perawatan luka pada penderita kusta.
2
Bagi peneliti Sebagai proses belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di program studi ilmu keperawatan dan kesehatan.
3
Bagi masyarakat Sebagai pandagan masyarakat untuk selalu merawat luka kusta dengan baik dan juga luka tersebut mengalami kecacatan karena penyakit yang dideritanya.
E. Bidang ilmu Penelitian ini mencakup bidang ilmu keperawatan yaitu keperawatan medikal bedah dan keperawatan komunitas.