BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam menumbuh
kembangkan potensi manusia adalah dengan pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang besar dalam pembangunan suatu bangsa. Fungsi dari pendidikan dalam pembangunan bangsa, menurut Sonhadji (2014:92) antara lain sebagai pembentuk wawasan kebangsaan, pertumbuhan ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) penyiapan tenaga kerja, dan peningkatan etika dan moralitas. Pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia menjadi terampil, profesional, memiliki kompetensi sesuai bidangnya serta berdaya saing. Hubungan pendidikan dan penyiapan tenaga kerja diuraikan sebagai berikut (Sonhadji, 2014:94). Dalam lembaga pendidikan terjadi transformasi sumber daya manusia, yaitu input (masukan peserta didik) yang diproses dalam suatu sistem pendidikan dan pembelajaran, menghasilkan output (kompetensi lulusan) dan outcome (kinerja lulusan). Pada proses tersebut terjadi transmisi pengetahuan, dimana output memiliki kompetensi yang lebih baik di banding inputnya. Output tersebut diharapkan dapat siap memasuki lapangan kerja. Teori tersebut didukung oleh penelitian Sonhadji, Purnomo, dan Kustono (1993) yang menyatakan bahwa penggunaan kurikulum pada proses pembelajaran memiliki dampak pada karakteristik lulusan ketika sudah berada di lapangan kerja.
1
2
Sistem penyelenggaran pendidikan di Indonesia yang berorientasi pada dunia kerja terdapat pada pendidikan kejuruan. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu jenjang pendidikan menengah dengan kekhususan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja. Lulusan di SMK diharapkan dapat (a) bekerja sesuai dengan bidang keahliannya, (b) tengggang waktu mendapat kerja setelah lulus maksimal satu tahun, (c) keterserapan lulusan dalam periode dua tahun setelah lulus minimal 75%, dan (d) jumlah lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja 5% (Depdiknas, 2003). Didukung dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, dengan tujuan meningkatkan kualitas serta daya saing SDM di Indonesia baik tingkat nasional maupun global. Pemerintah mendukung peningkatan kualitas dan daya saing di SMK dengan menyusun peta kebutuhan tenaga kerja, menyelaraskan kurikulum SMK (link and match), meningkatkan akses sertifikasi, peningkatan akses luas untuk melakukan PKL serta mendorong BUMN untuk menyerap tenaga kerja lulusan SMK. SMK sebagai salah satu lembaga pendidikan kejuruan telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan performansi untuk menghasilkan lulusan yang dapat diserap pasar tenaga kerja. Namun kenyataannya masih banyak lulusan yang menganggur. Hal ini ditunjukkan dengan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa jumlah pengangguran terbuka per Februari 2016 mencapai 7,02 juta orang atau 5,5 persen. Masih dalam BPS, berdasarkan taraf pendidikannya, tingkat pengangguran tertinggi adalah lulusan sekolah menengah kejuruan dengan
3
presentase 9,84 persen, meningkat dari 9,05 persen. Angka pengangguran di SMK per Februari 2016 tercatat sebanyak 1,34 juta jiwa. Data tersebut diperkuat dengan keterserapan tenaga kerja lulusan SMK masih belum maksimal. Di provinsi Jawa Timur sendiri angka keterserapan kerja siswa SMK sebanyak 64,7% per tahunnya (http://suryamalang.tribunnews.com). Tingginya angka pengangguran lulusan SMK dan belum maksimalnya keterserapan lulusan SMK menjadi salah satu kelemahan SMK. SMK belum sepenuhnya mampu mencetak tenaga kerja siap pakai untuk pihak industri. Masih tingginya angka pengangguran lulusan SMK disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah perencanaan kebutuhan tenaga kerja masih belum jelas dan belum bisa dijadikan patokan (http://www.republika.co.id), lapangan
pekerjaan
yang
tersedia
tidak
sesuai
dengan
jurusannya
(http://www.republika.co.id), lulusan SMK yang masih belum berani berwirausaha (http://bisnis.liputan6.com), rendahnya kualitas lulusan yang ditandai dengan masih rendahnya kompetensi yang dimiliki siswa SMK, sarana penunjang kegiatan belajar di SMK yang masih kurang, waktu praktik yang masih kurang, serta ketidak sesuaian antara pengajar dengan bidang kejuruan yang dibebankan di sekolah (http://www.republika.co.id). Dunia kerja sendiri masih belum sepenuhnya mempercayai mutu lulusan SMK. Pernyataan tersebut didukung dari penelitian Callan (2003) dan Clarke (2007), dunia pendidikan memandang bahwa lulusan yang memiliki kompetensi tinggi adalah mereka yang lulus dengan nilai tinggi dalam waktu yang cepat, sedangkan dunia industri menginginkan lulusan yang berkompetensi tinggi yakni memiliki kemampuan teknis dan sikap yang baik.
4
Karena berbagai hal yang telah dijabarkan sebelumnya, membuat mutu lulusan SMK menjadi rendah. Keterserapan lulusan sebuah lembaga pendidikan erat kaitannya dengan kesiapan kerja lulusan. Menurut Utami (2013), kesiapan kerja merujuk pada tingkat sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Pendapat lainnya mengemukanan bahwa kesiapan kerja merupakan keseluruhan kondisi individu yang meliputi kematangan fisik, mental dan pengalaman serta adanya kemauan untuk siap melaksanakan suatu pekerjaan atau kegiatan (Slameto, 2010:113). Kesiapan kerja sangat penting dimiliki lulusan SMK agar mampu berdaya saing di dunia kerja. Menurut penelitian Sari (2012) kesiapan kerja siswa SMK dipengaruhi oleh beberapa faktor: (a) pengalaman saat praktik luar (PKL), (b) bimbingan vokasional, (c) motivasi belajar, (d) latar belakang ekonomi orang tua, (e) prestasi belajar sebelumnya, dan (f) informasi pekerjaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Farida (2012) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK antara lain: (a) pribadi siswa dan guru yang meliputi taraf intelegensi, sifatsifat, strategi mengajar dan minat; (b) On the job training meliputi dunia industri dan sekolah, kegiatan industri dan bakat khusus; dan (c) kurikulum yang meliputi kurikulum, kelembagaan dan tempat belajar. Didukung penelitian dari Karina (2012), ada tiga faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK, yakni (1) potensi yang dimili oleh siswa seperti variabel motivasi belajar, ekspektasi masuk dunia kerja, pengetahuan dan wawasan, kecerdasan, sikap dan sifat-sifat pribadi (keyakinan diri); (2) faktor kepribadian siswa seperti kondisi fisik, mental, emosional, kebutuhan, motif dan tujuan, kecakapan, bakat dan minat; serta (3)
5
faktor sekolah seperti pengalaman praktik di industri, bimbingan vokasional, hasil belajar sebelumnya dan informasi pekerjaan.
Beberapa unsur penting yang
mendukung kesiapan kerja siswa SMK dari beberapa penelitian diatas seperti hasil belajar yang diperoleh siswa di kelas, keyakinan diri (efikasi diri) serta pengalaman yang didapat saat di Industri akan dijadikan faktor-faktor pendukung kesiapan kerja pada penelitian ini. Lulusan SMK setidaknya menguasai mata pelajaran kejuruan yang diajarkan di SMK baik teroritis maupun praktiknya. Depdiknas (2004) menyebutkan bahwa program produktif adalah kelompok mata diklat yang berfungsi membekali peserta didik agar memiliki kompetensi standar atau kemampuan produktif pada suatu pekerjaan atau keahlian tertentu yang relevan dengan tuntutan dan permintaan pasar kerja. Penguasaan pada komponen ini meliputi semua mata pelajaran yang bersifat kejuruan. Pada Kurikulum 2013, Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa memiliki berbagai Program Keahlian. Salah satu paket keahlian yang ada di SMK adalah Paket Keahlian Otomotif yang memiliki tiga paket keahlian yakni: Teknik Kendaraan Ringan, Teknik Sepeda Motor, Teknik Perbaikan Bodi Otomotif serta Teknik Alat Berat (Dispendik). Pada Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan memiliki beberapa mata pelajaran seperti pada Tabel 1.1 di bawah ini:
6
Tabel 1.1 Mata Pelajaran pada Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Mata Pelajaran Kelompok A (Wajib) 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Bahasa Indonesia 4. Matematika 5. Sejarah Indonesia 6. Bahasa Inggris Kelompok B (Wajib) 7. Seni Budaya 8. Prakarya dan Kewirausahaan 9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Kelompok C (Peminatan) C1. Dasar Bidang Keahlian 10. Fisika 11. Kimia 12. Gambar Teknik C2. Dasar Program Keahlian 12. Teknologi Dasar Otomotif 13. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 14. Teknik Listrik Dasar Otomotif 15. Simulasi Digital C3. Paket Keahlian 16. Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan 17. Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan 18. Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan
(Sumber: luk.staff.ugm.ac.id/.../Permendikbud70-2013KD-StrukturKurikulum-SMKMAK.pdf)
Mata pelajaran produktif kejuruan ada pada Kelompok C (Peminatan). Pada kelompok C1 Dasar Bidang Keahlian terdapat 1 mata pelajaran produktif (1) Gambar Teknik. Pada C2 Dasar Program Keahlian yang terdiri dari 4 mata pelajaran: (1) Teknologi Dasar Otomotif; (2) Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif; dan (3) Teknik Listrik Dasar Otomotif dan (4) Simulasi Digital. Pada kelompok C3 Paket Keahlian yang terdiri dari 3 mata pelajaran: (1) Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan; (2) Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan Ringan; dan (3) Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan merupakan mata pelajaran praktik kejuruan. Peran penguasaan materi pendidikan kejuran baik teori (pengetahuan) maupun praktiknya (keterampilan) menjadi sangat penting karena hal tersebut
7
merupakan salah satu indikator dari kesiapan kerja siswa. Dengan penguasaan materi dan praktik yang tinggi, individu akan lebih siap dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Anni (2010) menyatakan hasil belajar merupakan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Komponen pendidikan yang menjadi perhatian utama di SMK adalah kemampuan produktif. Pada penelitian (Mu’ayanti, 2014:333) dijelaskan jika rata-rata nilai mata diklat produktif tinggi, maka kesiapan kerja juga tinggi karena siswa sudah memiliki bekal akademik untuk melakukan pekerjaan. Senada dengan penelitian diatas, jika siswa sudah menguasai kompetensi pada bidang tertentu, maka akan menimbulkan kepercayaan diri bagi siswa untuk memasuki dunia kerja (Naser, 2014). Selain harus memiliki kemampuan kompetensi yang baik, dunia kerja erat kaitannya dengan lingkungan, pergaulan, tugas-tugas dari pekerjaan yang membutuhkan kesiapan mental, fisik ataupun psikis yang baik, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan segala sesuatu yang membutuhkan keseriusan dan kemampuan khusus. Salah satu kemampuan khusus tersebut adalah calon pekerja harus memiliki kemampuan dan kesiapan mental yang baik. Seseorang harus memiliki efikasi diri (self afficacy) atau keyakinan terhadap kemampuan dirinya menghadapi lingkungan dimana ia bekerja. Self afficacy merupakan keyakinan individu bahwa dirinya mampu dan berkompeten untuk melakukan suatu tugas secara sukses seperti yang diharapkan (Widyarini, 2009:25). Efikasi diri bagi siswa SMK sangat diperlukan untuk beradaptasi di lingkungan dunia kerja karena akan menambah keyakinan atau rasa percaya diri ketika seseorang berkecimpung dalam pekerjaan. Dari beberapa penelitian (Utami, 2013 dan Yuwanto, 2013) mengungkapkan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang
8
dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan kerja orang tersebut. Begitu juga sebaliknya. Jika siswa memiliki efikasi diri yang rendah, maka akan rendah pula kesiapan kerjanya. Rahayu (2007) mengungkapkan bahwa penguasaan terhadap materi tanpa diimbangi dengan kemampuan praktik yang memadai akan sia-sia. Pengetahuan yang diperoleh di sekolah saja belum cukup bagi siswa untuk bekal menuju dunia kerja. Para lulusan SMK diharapkan dapat memiliki kualifikasi yang sesuai dengan standarisasi dunia kerja. Oleh karena itu, disamping pembelajaran teoritis, juga diperlukan pembelajaran praktik yang diimplementasikan dalam Praktik Industri atau disebut juga Praktik Kerja Lapangan (PKL). Program Kerja Lapangan merupakan program yang disusun bersama antara sekolah dan institusi pasangan/industri dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik. Proses tersebut memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Dengan adanya program Praktik Kerja Lapangan maka siswa akan memiliki pengalaman, keterampilan serta gambaran tentang keadaan dunia kerja sesungguhnya akan mendorong siswa untuk meningkatkan kesiapan dirinya dalam memasuki dunia kerja. Hasil penelitian dari Valid (2013) dan Idkhan (2016) menunjukkan terdapat pengauh positif dan signifikan antara pengalaman praktik Industri terhadap kesiapan kerja siswa kelas XI. Selain itu didukung dari hasil penelitian dari Indriani (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hasil praktik kerja industri dengan kesiapan kerja siswa SMK.
9
Sehigga dapat dikatakan makin baik hasil praktik kerja industri maka semakin baik kesiapan kerja yang dimiliki siswa SMK. Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa SMK di Kota Malang yang memiliki paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan beberapa Industri tempat siswa melaksanakan PKL, didapalah kesimpulan sebagai berikut: 1) nilai mapel produktif yang bersifat teoritik masih rendah (baik nilai rendah di bawah Standart Kompetensi Minimum maupun lebih rendah dari pada nilai praktik), 2) nilai teoritik mapel produktif yang rendah ada pada kompetensi yang berkaitan dengan hitung-hitungan (seperti kompetensi dasar-dasar mesin, elektronika dasar, dasar-dasar kelistrikan, dan pengukuran), 3) pada mapel produktif praktik, yang memiliki nilai terendah ada pata mata pelajaran Pemeliharaan Listrik Kendaraan Ringan, 4) rata-rata siswa memiliki nilai praktik di atas Standart Kompetensi Minimum, namun ada beberapa kompetensi yang memiliki nilai yang rendah seperti kompetensi yang berhubungan dengan sistem injeksi bahan bakar, sistem transmisi, dan merangkai sistem pengkabelan, 5) perencanaan PKL masih belum tersatandar dilihat dari masih belum adanya standart kompetensi yang diinginkan antara sekolah dan pihak industri, 6) kompetensi yang diajarkan pada siswa di sekolah hanya mengacu pada silabus, tanpa adanya campur tangan dari industri, padahal saat melakukan PKL, siswa secara otomatis harus mengikuti kompetensi yang ada di industri, 7) pelaksanaan PKL selama di industri selama ini belum terstandarisasi, siswa PKL hanya membantu pekerjaan yang ada di industri tanpa adanya penjadwalan terstruktur yang bertujuan meningkatkan kompetensi siswa, dan 8) industri tidak mengevaluasi siswa secara keseluruhan (Nilai PKL yang diberikan oleh industri belum terukur secara kompetensi).
10
Ditunjang
penelitan-penelitian
terdahulu,
pelaksanaan
PKL
akan
menunjang kesiapan kerja lulusan SMK. Pelaksanaan PKL yang baik akan membuat siswa benar-benar mengerti kondisi kongkrit dari pekerjaan. Dengan adanya kegiatan PKL akan meningkatkan pemahaman siswa tentang dunia kerja. selain itu setelah melaksanakan PKL keterampilan profesional siswa dan tingkat kesadaran sikap profesional juga akan meningkat (Sukanti, 2005). Siswa yang telah melaksanakan PKL akan lebih memahami pekerjaan sehingga akan memiliki informasi tentang lingkungan pekerjaan yang lebih memadai, dapat menentukan pilihan-pilihan yang lebih tepat jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidak memiliki informasi yang cukup memadai. Siswa yang melaksanakan PKL akan berinteraksi dengan para karyawan sehingga akan memperoleh informasi mengenai motivasi orang bekerja. Namun sayangnya banyak faktor-faktor yang menjadi penghambat proses PKL. Seperti pada penelitian Nurharjadmo (2008) dan Putriatama (2014) yang menyatakan pelaksanaan PKL di SMK masih belum maskimal, seperti: keterbatasan dana yang dimiliki pihak sekolah, hambatan yang bersumber dari siswa seperti kurangnya keseriusan siswa dalam melaksanakan PKL, masih belum jelasnya kompetensi yang harus dicapai siswa selama program PKL, tempat PKL yang masih belum sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai siswa serta minimnya bimbingan baik dari guru maupun tempat industri. hal-hal tersebut menyebabkan pelaksanan program PKL menjadi belum maksimal. Pelaksanaan PKL dirasa sangat penting untuk meningkatkan kualitas lulusan siswa SMK, namun sayangnya masih belum terlihat efektivitas pelaksanaan PKL yang meliputi tahap persiapan, pelaksanaan maupun evaluasinya. PKL
11
merupakan program yang akan selalu dilaksanakan di SMK maka perlu kiranya untuk ditinjau tingkat ketercapaiannya. Dari observasi maupun penelitian-penelitian terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa SMK masih belum sepenuhnya memiliki kesiapan kerja karena ada beberapa faktor seperti prestasi belajar dan kegiatan PKL yang belum maksimal. Berdasarkan uraian yang dijabarkan sebelumnya, hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri, dan nilai PKL memililiki peran yang penting dalam kesiapan kerja siswa SMK. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengkaji tentang: “Kontribusi Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif dan Efikasi Diri terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan serta dampaknya pada Kesiapan Kerja Siswa SMK Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang”.
B.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Apakah ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?
2.
Apakah ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?
3.
Apakah ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja
12
Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang? 4.
Apakah ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?
5.
Apakah ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?
6.
Apakah ada kontribusi yang signifikan antara nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?
7.
Apakah ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri, dan nilai PKL terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang?
C.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap Nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. 2. Ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang.
13
3. Ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri terhadap nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. 4. Ada kontribusi yang signifikan antara nilai hasil belajar mata pelajaran produktif terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. 5. Ada kontribusi yang signifikan antara efikasi diri terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. 6. Ada kontribusi yang signifikan antara nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang. 7. Ada kontribusi yang signifikan secara simultan antara hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri, dan nilai PKL terhadap kesiapan kerja pada siswa SMK Paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang.
D.
Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat pada berbagai pihak, yaitu: 1.
Bagi SMK Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan terkait program sekolah dalam menyiapkan lulusannya menjadi pribadi yang siap kerja.
14
2.
Bagi Guru dan Kepala Sekolah Penelitian ini dapat digunakan untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang terkait dengan peningkatan kesiapan kerja siswa dalam hal peningkatan hasil belajar mata pelajaran produktif dan kinerja siswa dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
3.
Bagi Siswa Sebagai tolok ukur capaian siswa terkait dengan hasil belajar mata pelajaran produktif, efikasi diri dan hasil Praktik Kerja Lapangan.
4.
Bagi Pihak Industri Sebagai bahan masukan untuk ikut serta meningkatkan kesiapan kerja siswa SMK dalam memasuki dunia usaha dan dunia industri dengan cara mengawasi, membimbing dan mengarahkan siswa selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.
5.
Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan rujukan untuk studi lanjutan bagi para peneliti yang tertarik dengan masalah yang sama serta pemilihan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kesiapan kerja siswa.
E.
Ruang Lingkup Penelitian dan Batasan Masalah Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi lokasi, subyek penelitian dan
variabel penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian adalah:
15
1.
Lokasi Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan di Kota Malang.
2.
Subyek penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa SMK kelas XI paket Keahlian Teknik Kendaraan Ringan kelas XI di Kota Malang.
3.
Variabel penelitian a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai hasil belajar mata pelajaran produktif dan efikasi diri pada siswa. b. Variabel Intervening Variabel intervening pada penelitian ini adalah hasil nilai Praktik Kerja Lapangan. c. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesiapan kerja siswa SMK paket keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Penelitian ini memiliki keterbatasan masalah sebagai berikut:
1.
Lingkup penelitian ini hanya terbatas pada SMK di wilayah Kota Malang, dimana memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan wilayah lain. Sehingga
kondisi
ini
membuat
hasil
penelitian
ini
tidak
dapat
digeneralisasikan pada wilayah lain yang memiliki karakteristik berbeda. 2.
Variabel afikasi diri dan kesiapan kerja pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan angket. Angket yang disebarkan dan diisi oleh siswa dengan anggapan siswa dapat memberikan jawaban yang benar. Meskipun
16
demikan, siswa dimungkinkan mengisi dengan tidak akurat dalam memberikan informasi atas beberapa item yang ada dalam angket. 3.
Hasil belajar mata pelajaran produktif dan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai siswa atas materi produktif Teknik Kendaraan Ringan saat semester 1-2 (simdig, gamtek, TDO, PDTO dan TLDO), serta nilai dari industri tempat PKL setelah siswa menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan. Nilai PKL yang didapat dari tempat Industri diasumsikan memiliki kriteria penilaian yang sama.
F.
Definisi Operasional Untuk mempertegas penelitian dan untuk menghindari kesalahpahaman
terhadap topik yang diteliti, maka dapat dirumuskan definisi operasional variabel pada penelitian ini. Penjelasan dari definisi variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif merupakan catatan nilai kelompok mata diklat produktif yang dimiliki siswa selama belajar di SMK yang menjadi dasar penguasaan pendidikan dan pelatihan. Nilai hasil belajar mata pelajaran Produktif diambil dari nilai rapot siswa mulai semester 1 sampai semester 2, dengan mata pelajaran kelompok C1 Dasar Bidang Keahlian, yakni Gambar Teknik, serta C2 Dasar Program Keahlian, yang terdiri dari: Teknologi Dassar Otomotif, Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif, Teknik Listrik Dasar Otomotif dan Simulasi Digital.
17
2.
Efikasi Diri Efikasi adalah keyakinan pada diri seseorang untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau tugas sesuai dengan harapan dan tujuan. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur efikasi diri adalah: (1) keyakinan diri terkait dengan kemampuan individu (strength) dalam menghadapi tugas/pekerjaan, 2) keyakinan diri dalam mengatasi masalah yang muncul, 3) keyakinan diri terkait dengan bidang atau tugas pekerjaan (generality), serta 4) keyakinan diri dalam mencapai target/hasil yang diharapkan. Data efikasi diri didapat dari hasil angket siswa.
3.
Nilai Praktik Kerja Lapangan (PKL) Nilai PKL merupakan catatan nilai yang didapat siswa setelah melakukan program Praktik Kerja Lapangan di Industri. Nilai PKL siswa didapat dari penilaian pihak Industri atau saat siswa telah melakakukan program Praktik Kerja Lapangan.
4.
Kesiapan Kerja Kesiapan kerja merupakan kemauan dan kemampuan seseorang untuk menyalurkan bakat atau kemampuan dengan tingkat kematangan yang baik untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Indikator yang diguankan dalam kesiapan kerja siswa diantaranya (1) aspek psikologis atau mental siswa, (2) aspek pengetahuan yang dimiliki siswa, baik pengetahuan secara kompetensi maupun kemampuan tentang lapangan kerja yang akan digelutinya, serta (3) aspek keterampilan yang dimiliki siswa. Data kesiapan kerja didapat dari hasil angket siswa.